Anda di halaman 1dari 9

EFEK PEMBERIAN BERMACAM-MACAM SUMBER BAHAN ORGANIK

DALAM PERBAIKAN BEBERAPA SIFAT FISIKA ULTISOL DAN


PRODUKSI KEDELAI
Sevindrajuta
Dosen Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
ABSTRACT
Research of Effect giving all kinds of source of organic materials in repair some nature of Ultisol
physics and soy production, have been executed in Garden Attempt and Laboratory Faculty Of
Agriculture University Muhammadiyah West Sumatra in Payakumbuh from September until December
2003. This research use complete Random Device (CRD) by 4 teratment and 4 restating, consist of B1
(without giving of organic materials), B2(giving fertilize ox dirt cage), B3 (giving of town garbage
compost), and B4 (giving of green manure Crotalaria juncea). Data Perception analysed statistically with
Test Continue DNMRT at real level 5%.
Effect giving all kinds of source of organic materials can give repair to nature of Ultisol physics,
like ; bulk density, soil aggregate stability, soil total of pore room, soil organic materials, and available
water pore, and also the make up of crop growth, especially dry seed weight and dry biomas of crop.
PENDAHULUAN
Ultisol merupakan tanah mineral masam yang telah berkembang dan mengalami tingkat
pelapukan lanjut, yang terbentuk di bawah pengaruh iklim sedang sampai panas. Proses pembentukan
Ultisol berawal dari pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan
kejenuhan basa rendah sampai lapisan bawah. Disamping itu juga pencucian liat yang menghasilkan
horizon albik dilapisan atas (eluviasi) dan horizon argilik di lapisan bawah (illuviasi). Pada umumnya
Ultisol terbentuk pada daerah dengan curah hujan 2.500 mm sampai 3.500 mm per tahun dan berada pada
ketinggian 50 meter sampai 350 meter dari permukaan laut, sehingga keadaan curah hujan yang tinggi ini
merupakan penyebab pencucian unsure hara dan basa-basa (Soepraptohardjo, 1978)
Menurut Soepardi, Setijono dan Djokosudardjo (1982), ciri utama Ultisol adalah terjadinya
penumpukan liat, konsistensi teguh dan dijumpai plintit serta konkresi besi. Kemasaman tanah selalu
kurang dari pH 5,5 berkadar bahan organik berkisar dari rendah sampai sedang dan berkapasitas kation
kurang dari 24 me/100 gram liat. Kejenuhan basa kurang dari 35 % dengan kejenuhan Al tergolong tinggi.
Tingkat kesuburan termasuk rendah, mempunyai permeabilitas lambat sampai baik dan sangat peka
terhadap erosi.
Dilihat dari sifat fisikanya Ultisol ini mempunyai struktur tidak mantap, teksturnya lempung
berpasir sampai liat dan warna tanah kemerah merahan hingga kuning, konsistensinya gembur pada
lapisan bawah, sehingga perakaran tanaman akan terbatas dan pertumbuhan tanaman kerdil (Sarief,
1989). Ditambahkan, keadaan stabilitas agregat yang rendah menyebabkan tanah ini mudah berubah oleh

pengruh tetesan air hujan, sebagai akibatnya maka porositas tanah menurun karena pori-pori sebagian
tertutup oleh butir-butir tanah yang halus, sehingga mudah terjadi erosi.
Pada umumnya kesubursan fisika, kimia, dan biologi Ultisol kurang menguntungkan, sehingga
produkstivitasnya rendah yang dicirikan hasil tanaman yang rendah seperti kedelai denga hasil 0,84 ton
per hektar tanpa diberikan input (Somaadmadja, Sadikin, Ismumadji, Sumarno, Syam, Mahyudin,
Manurung dan Yuswadi, 1985). Produktivitas yang rendah disebabkn lapisan atas (top soil) yang tipis,
mineral primer didominasi oleh kuarsa, kemantapan agregat dan kemampuan menahan air rendah, pH
tanahnya rendah denga kation yang dapat ditukar rendah sampai sangat rendah, serta kejenuhan basa
rendah.
Mengingat masalah-masalah sifat fisika Ultisol seperti ; tekstur yang agak kasar terdiri dari
mineral primer kuarsa, menyebabkan daya pegang air, kemantapan agregat tanah kurang baik, sehingga
produktivitasnya sangat rendah, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitasnya,
yaitu melalui perbaikan sifat fisika maupun kimia tanahnya. Untuk memperbaiki sifat fisika tanah yang
jelek serta degradasi bahan organik yang cepat dapat dilakukan dengan usaha konservasi bahan organik
yaitu melalui pemanfaatan limbah bahan organik.
Bahan organik adalah merupakan sisa tumbuhan atau hewan yang berukuran makro dan mikro
yang belum ataupun yang telah mengalami dekomposisi. Peningkatan bahan organik di dalam tanah dapat
dilakukan dengan penambahan pupuk kandang, kompos, atau bahan tanaman yang dicampur dengan
tanah sebagai pupuk. Bahan organik yang berasal dari tanaman berupa akar, eksudat akar (bahan yang
dihasilkan akar), dan sisa panen merupakan sumber utama bahan organik.
Pemanfaatan limbah bahan organik mempunyai peranan sangat penting dalam perbaikan sifatsifat fisika tanah, dimana bahan organic akan dapat meningkatkan kemantapan dan stabilitas agregat,
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air tanah dan menciptakan tata air serta udara
tanah yang baik (Sarief, 1989; Rusman, 1991; Endriani, 1994; dan Sevindrajuta, 1996)
Menurut Stevenson (1982), bahan organik memperbaiki sifat fisika tanah melalui fungsinya
sebagai granulator yang merangsang granulasi partikel-partikel tanah dan pembnetukan struktur tanah
selanjutnya menyebabkan kondisi aerasi dan distribusi ukuran pori lebih baik, sehingga kapasitas tanah
menahan air meningkat.
Sementara itu Sumbowo, Sudrajat dan Suwardjo (1988), Sang (1990), dan Sevindrajuta (1996),
menjelaskan bahwa pemberian bahan organik pada Ultisol akan memperbaiki sifat fisika tanah, seperti
perbaikan agregat tanah, sehingga membantu mengurangi besarnya erosi, mempertahankan kelembaban,
mengendalikan pH, memperbaiki drainase, mencegah pengerasan dan retakan, serta meningkatkan KTK
dan aktivitas biologi tanah.
Berdasarkan pemikiran yang dikemukan di atas penulis telah melakukan penelitian dalam bentuk
percobaan pot dengah judul : Efek pemberian bermacam-macam sumber bahan organic dalam
perbaikan beberapa sifat fisika Ultisol dan produksi kedelai.

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan jenis bahan organic dalam perbaikan beberapa
sifat fisika Ultisol seperti bobot isi, kemantapan agregat tanah, total ruang pori, dan pori air tersedia, serta
produksi kedelai.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dalam bentuk percobaan pot ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan dan
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhmmmadiyah Sumatera Barat di Payakumbuh dari bulan
September sampai Desember 2003 pada ketinggian tempat 514 meter dari permukaan laut.
Sebagai tanaman indicator digunakan tanaman kedelai varietas Willis, bahan organik yang
digunakan adalah pupuk hijau Crotalaria juncea, pupuk kandang kotoran sapi, dan kompos sampah kota.
Dalam percobaan ini juga digunakan pupuk Urea, TSP, dan KCL, serta kapur CaCO3 unutk menetralisir
kejenuhan Al yang diberikan sebanyak 1,5 X Al-dd. Dalam percobaan ini juga dipergunakan peralatan
dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan dilapangan dan analisis di Laboratorium.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (empat macam
pemberian bahan organik) dan 4 ulangan, sehingga didapatkan 16 pot tanaman. Data hasil pengamatan
yang telah diperoleh dari masing-masing pot, kemudian dianalisis secara statistika dengan Uji F pada
taraf nyata 5 % selanjutnya dilakukan Uji lanjut DNMRT (Duncans New Multiple Range Test) pada
taraf nyata 5 %. Perlakuan pemberian bermacam-macam sumber bahan organik sebagai berikut :
Tanpa pemberian bahan organik (B1)
Pemberian bahan organik kotoran sapi (B2)diberikan 100 gram/pot
Pemberian bahan organik kompos sampah (B3) diberikan 100 gram/pot
Pemberian bahan organik Crotalaria juncea (B4) diberikan 100 gram/pot
PELAKSANAAN PENELITIAN
Ultisol yang diambil pada kedalaman 0 20 cm dikering anginkan sampai beratnya konstan. Lalu
diayak dengan ayakan 2 mm untuk percobaan pot. Masing-masing pot diisi 10 kg tanah setara kering
mutlah, kemudian dicampur secara sempurna dengan bahan organic sesuai perlakuan, selanjutnya
diinkubasi selama 2 minggu. Penanaman dilakukan setelah masa inkubasi berakhir dengan benih kedelai
yang sudah diinokulasi, setelah itu langsung diberikan pemupukan dengan pupuk dasar Urea 0,125
gram/pot setara 25 kg/Ha, TSP 0,25 gram/pot setara 50 kg/Ha dan KCl 0.125 gram/pot setara 25 kg/Ha.
Selama dalam percobaan seluruh tanaman dipelihara secara intensif agar tidak kekurangan air
dengan penyiraman setiap hari sesuai kadar air field capacity (kadar air kapasitas lapang), pengendalian
hama dan penyakit tanpa menggunakan pestisida. Penen dilakukan setelah tanaman berumur 89 -91 hari.
Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap sifat fisika tanah Ultisol dan produksi
tanaman, yang antara lain : bobot isi tanah, kemantapan agregat tanah, total ruang pori tanah, kandungan
bahan organik tanah, pori air tersedia, berat kering tanaman, dan berat biji kering.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bobot Isi Tanah
Analisis statistik setelah dilakukan Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap bobot isi
tanah akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Efek pemberian bahan organik terhadap bobot isi tanah
Perlakuan macam bahan organik
Bobot Isi Tanah (gram/cm3)
Tanpa bahan organik (B1)
0,99 a
Kotoran sapi (B2)
0,92 b
Kompos sampah kota (B3)
0,94 b
Crotalaria juncea (B4)
0,93 b
KK =
2,32 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Lanjut
DNMRT pada taraf nyata 5 %

Pada Tabel 1 terlihat efek pemberian bermacam-macam sumber bahan organik sebesar 20 ton/Ha
dengan nyata memberikan pengaruh terhadap penurunan bobot isi tanah dari 0,99 gram/cm 3 (tanpa
pemberian bahan organik) menjadi 0,92 gram/cm3 (diberi bermacam-macam bahan organik). Terjadinya
penurunan ini disebabkan bahan organik seperti pupuk kandang kotoran sapi, kompos, dan pupuk hijau
Crotalaria juncea mempunyai bobot isi yang lebih rendah daripada tanah, sehingga bila bahan organik
ini diberikan dan dicampur dengan tanah, akan membuat tanah lebih gembur, berarti bobot isi tanah
persatuan volume menjadi berkurang. Disamping itu, bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah
melalui perbaikan aerasi dan draenase serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan
mantap.
Sarief (1989), Sang (1990). dan Endriani (1994), mengemukakan bahwa bobot isi tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tersebut. Dimana peranannya dalam pembentukan struktur
tanah dan kemantapan agregat akan menciptakan rongga-rongga atau pori-pori yang lebih banyak,
sehingga menyebabkan tanah menjadi longgar yang akhirnya menurunkan bobot isi tanah persatuan
volume.
Kemantapan Agregat Tanah
Analisis statistik setelah dilakukan Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap kemantapan
agregat tanah akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Efek pemberian bahan organik terhadap Kemantapan Agregat tanah
Perlakuan macam bahan organik
Kemantapan Agregat Tanah (gram/cm3)
Tanpa Bahan Organik (B1)
23,96 a
Kotoran Sapi (B2)
26,05 b
Kompos Sampah Kota (B3)
26,07 b
Crotalaria juncea (B4)
26,58 b
KK =
5,83 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %.

Pemberian bermacam bahan organik berupa pupuk kandang kotoran sapi, kompos dan pupuk hijau
Crotalaria juncea memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan kemantapan agregat tanah
dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik. Terjadinya peningkatan stabilitas agregat tanah
disebabkan dalam proses dekomposisi bahan organik dihasilkan humus berupa asam-asam organik
seperti, asam humat, asam fulvat, asam hematomelanat dan humin. Humus yang merupakan koloid
organik akan berinteraksi dengan partikel-partikel tanah membentuk agregat, dan menghasilkan struktur
tanah yang stabil.
Pembenaman bahan organik seperti jerami, kompos dan pupuk kandang dilaporkan oleh Fagi dan
Tangkuman (1985) dapat meningkatkan agregasi tanah setelah mengalami dekomposisi. Dilaporkan pula
oleh Tan (1994), humus yang merupakan hasil perombakan bahan organic dapat meningkatkan agregasi
partikel tanah dan membentuk strukutur tanah yang stabil, disebabkan bekerjanya gaya Van der Waals
koloid organik diantara partikel-partikel tanah.
Total Ruang Pori (TRP) Tanah
Analisis statistic setelah dilakukan Uji lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap total ruang pori
(TRP) tanah akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organic dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Efek pemberian bahan organik terhadap total ruang pori (TRP) tanah
Perlakuan macam bahan organik
Total Ruang Pori (% Volume)
Tanpa bahan Organik (B1)
62,01 a
Kotoran Sapi (B2)
64,34 b
Kompos Sampah Kota (B3)
64,05 b
Crotalaria juncea (B4)
64,59 b
KK =
1,33 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %
Efek pemberian bermacam-macam bahan organik sebanyak 20 ton/ha dengan nyata meningkatkan
total ruang pori tanah disbanding tanpa pemberian bahan organik. Pemberian bahan organic dapat
meningkatkan total ruang pori tanah dari 62,01 % volume (tanpa pemberian bahan organik), berarti terjadi
peningkatan sebesar 3,29 % sampai 4,16 %. Terjadinya peningkatan bahan organik akan menurunkan
bobot isi tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan total ruang pori tanah akan meningkat, begitu
sebaliknya. Stevenson (1982), Sang (1990), dan Armon (1991) melaporkan bahwa peningkatan
kandungan bahan organic akan menurunkan bobot isi tanah, sehingga total ruang pori akan meningkat,
sebaliknya penurunan bahan organik akan memperbesar bobot isi dan terjadi penurunan total pori tanah.

Kandungan Bahan Organik Tanah


Analisis statistik setelah dilakukan Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap kandungan
bahan organik tanah akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organik dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4. Efek pemberian bahan organik terhadap kandungan bahan organik tanah
Perlakuan macam bahan organik
Kandungan Bahan Organik (%)
Tanpa Bahan Organik (B1)
5,32 a
Kotoran Sapi (B2)
5,68 b
Kompos Sampah Kota (B3)
5,74 b
Crotalaria juncea (B4)
5,73 b
KK =
2,04 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %
Efek pemberian bermacam-macam bahan organik sebanyak 20 ton/ha dengan nyata meningkatkan
kandungan bahan organik tanah, dibandingkan tanpa pemberian bahan organic, namun antara bahan
organic berpengaruh tidak nyata sesamanya. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi, kompos sampah
kota dan pupuk hijau Crotalaria juncea dapt meningkatkan kandungan bahan organic tanah 5,32 % (tanpa
pemberian bahan organik) menjadi 5,68 % sampai 5.74 % (diberi bermacam bahan organik). Terjadinya
peningkatan kandungan bahan organik tanah disebabkan bermacam-macam sumber bahan organic yang
diberikan telah mengalami perombakan oleh jasad renik tanah, sehingga menyumbangkan bahan organic
ke dalam tanah. Disamping itu penambahan pupuk organik ke dalam tanah merupakan suatu usaha untuk
memelihara dan mengatasi kekurangan bahan organik tanah.
Tate (1987), dan Endrani (1994) mengemukakan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah
dapat meningkatkan C organik tanah. Dilaporkan pula oleh Sevindrajuta (1996), bahwa peningkatan
bahan organic dapat dilakukan dengan pupuk kandang, kompos atau bahan tanaman yang dicampurkan
dengan tanah sebagai pupuk.
Pori Air Tersedia
Analisis statistic setelah dilakukan Uji lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap pori air tersedia
akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Efek pemberian bahan organik terhadap Pori Air Tersedia
Perlakuan macam bahan organik
Pori Air Tersedia (% Volume)
Tanpa Bahan Organik (B1)
12,54 a
Kotoran Sapi (B2)
13,92 b
Kompos Sampah Kota (B3)
14,09 b
Crotalaria juncea (B4)
14,01 b
KK=
3,04 %
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %

Pada Tabel 5 terlihat efek pemberian bermacam-macam sumber bahan organic dengan nyata
meningkatkan pori air tersedia dari 12,54 % volume (tanpa pemberian bahan organik) menjadi 13,92 %

volume sampai 14.09 % volume (diberi bermacam bahan organik). Terjadinya peningkatan pori air
tersedia sejalan dengan peningkatan kandungan bahan organik tanah. Penambahan bahan organic
diperlukan secara cepat merangsang pembentukan agregat-agregat tanah, sehingga pori-pori berguna
dengan ukuran 0,20 - 8,60 mikron antara agregat yang dapat memegang air tanah juha terbentuk.
Beberapa peneliti, diantaranya Soepardi (1983), Sang (1990), Rusman (1991) dan Endriani (1994)
mengemukakan bahwa pengaruh penting dari pemberian bahan organik adalah terjadinya perubahan
karateristik retensi air di dalam tanah yang disebabkan oleh menurunnya bobot isi, meningkatkannya
porositas tanah, dan perubahan distribusi ukuran pori tanah yang dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi
tanah. Disamping itu Saidi (1994) menjelaskan bahwa bahan organic dapat mengurangi terjadinya
dispersi butir-butir tanah dipermukaan oleh air hujan, karena bahan organic meningkatkan agregasi dan
porositas, memperbaiki struktur tanah serta kapasitas memegang air.
Berat Biji Kering dan Biomas Kering Tanaman
Analisis statistik setelah dilakukan Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 % terhadap berat biji kering
dan biomas kering tanaman akibat pemberian bermacam-macam sumber bahan organic dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Efek pemberian bahan organik terhadap berat biji kering dan biomas kering tanaman
Perlakuan macam bahan organik Berat biji kering
Biomas kering tanaman
(gram/pot)
(gram/pot)
Tanpa bahan organik (B1)
26,81 a
38,93 a
Kotoran Sapi (B2)
33,40 b
43,38 b
Kompos sampah Kota (B3)
32,71 b
43,05 b
Crotalaria juncea (B4)
33,60 b
44,82 b
KK =
8,63 %
6,25 %
Angka-angka padalajur yang sama diiukuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa efek pemberian bermacam-macam sumber bahan organik sebesar
20 ton/ha, memberikan pengruh yang berbeda nyata terhadap berat biji kering dan biomas kering tanaman
dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik, sedangkan sesama bahan organic berbeda tidak
nyata. Terjadinya peningkatan berat biji kering dan biomas kering tanaman kedelai akibat pemberian
bermacam-macam sumber bahan organic, disebabkan terciptanya keadaan sifat fisika yang baik terlihat
pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. Terciptanya kondisi sifat fisika yang baik akan
menciptakan system perakaran yang baik dalam memanfaatkan unsur hara tersedia secara optimal bagi
pertumbuhan tanaman, baik perkembangan vegetatif maupun generatif. Disamping itu terjadinya
peningkatan berat biji kering dan biomas keringa tanaman diduga karena adanya peningkatan
ketersediaan unsur hara dari tanah yang disumbangkan oleh bahan organic, sehingga akan merangsang
perpanjangan akar dan pertumbuhan bagian atas tanaman.
Baiknya sifat utama tanah, maka akan dapat meningkatka kemampuan akar menyerap unsur hara dan
air tanah unutk pertumbuhannya.Hal yang sama dikemukakan oleh Endriani (1994) dan Sevindrajuta
(1996), bila lingkungan tanah memungkinkan bagi perkembangan akar tanaman yang baik, maka
penyerapan air dan unsur hara akan baik, sehingga memperbaiki pertumbuhan bagian atas tanaman,

sebaliknya jika akar tidak berkembang atau terhambat, maka hara yang tersedia dalam tanah menjadi
kurang berarti bagi pertumbuhan tanaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian bermacam-macam sumber bahan organik (pupuk kandang kotoran sapi,kompos sampah
kota dan pupuk hijau Crotalaria juncea) ternyata dapat memperbaiki sifat fisika Ultisol. Pemberian
bahan organik sebanyak 20 ton/ha dapat menurunkan bobot isi tanah, meningkatkan kemantapan agregat
tanah, total ruang pori dan pori air tersedia. Pemberian bermacam-macam bahan organik juga
meningkatkan berat biji kering dan biomas kering tanaman kedelai.
Saran
Dalam memperbaiki sifat fisika Ultisol dan upaya peningkatan produksi tanaman disarankan unutk
memanfaatkan bermacam-macam sumber bahan organik, namun kecenderungan menggunakan pupuk
hijau Crotalaria juncea unutk reklamasi Ultisol secara biologik pada lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Armon, N 1991. Pengaruh pupuk dan emulsi lateks terhadap sifat fisika tanah Psamment dan produksi
tanaman kedelai (Glicine max L.Merr). Tesis. Program Pascasarjana KPK IPB
UNAND.Padang
Endriani. 1994. Pemanfaatan bahan organic dan zeolit dalam usaha memperbaiki sifat fisika Ultisol.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Fagi, A. M. dan F. Tangkuman. 1985. Pengelolaan air untuk pertanaman kedelai. Dalam Kedelai. Balai
Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi
Rusman, Bujang. 1991. Konservasi tanah dan air. Universitas Andalas. Padang.
Sang,I.J. 1990. Effect of organic matter on soil physical properties and plant growth. Paper precented to
International Seminary on the use organic fertilizer in crop production, June, 18 24, 1990.
Republic of Korea.
Sarief, Saifuddin. 1989. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung.
Sevindrajuta. 1996. Peranan Cacing Tanah (Pontoscolex coretthururus) dan macam bahan organic dalam
perbaikan beberapa sifat fisika Ultisol Rimbo Data dan Hasil Kedelai. Tesis. Program Pascasarjana.
Unand. Padang.
Soepardi, G., S.Setijono, dan S. Djokasudardjo. 1982. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah.
IPB. Bogor.

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan cirri tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor.
Soepraptohardjo, M. 1978. Penataran Asisten Soil Survey I. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
Somaadmadja, Sadikin., Ismumadji., Sumarno., Syam, Mahyudin., Manurung, S. O., dan Yuswadi. 1985.
Kedelai. Bahan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Bogor.
Stevenson, E. J. 1982. Humus Chemistry genesis, composition, reactions. Dept. Of. Agron. University Of
Illionis. John Wiley Sons. New York.
Subowo., Sudradjat, dan H. Suwadjo, 1988. Pengaruh bahan orgnaik, pestisida dan fungisida terhadap
biologi dan kesuburan tanah. Laporan Penelitian Pasca Pembukaan lahan Menunjang Trnasmigrasi
di Kuamang Kuning Jambi. Pusat Penelitian tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniaa.
Bogor.
Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Mercel Dekker, Inc., New York, NY.
Tate, III. R. L. 1978. Soil Organic Matter. Biological and ecological effects. John Willey dan Sons. New
York.

Anda mungkin juga menyukai