Kedua, gizi baik untuk well nourished. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild
dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, gizi buruk untuk severe, PCM,
termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor, kwasiorkor. Gizi buruk adalah keadaan
kurangnnya zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-hari. Sehingga tidak mencukupi
angka kecukupan Gizi (AKG).
Terdapat beberapa jenis dan tipe gizi buruk antara lain : pertama, kwashiorkor, yang
ditandai dengan bengkak karena cairan, wajah membulat dan sembab. Selain itu pandangan
mata anak menjadi sayu. Terdapat perubahan satatus mental : jadi rewel cengeng kadang
pendiam. Rambut berwarna pirang, otot mengecil, gangguan kulit bercak merah coklat yang
meluas. Anak sering menolak diberi makan apa saja, dan disertai infeksi diare dan muntah.
Kedua, marasmus. Ada banyak tanda maramus. Tanda itu dapat terlihat secara fisik,
seperti anak tampak sangat kurus. Wajah yang seharusnya lucu nampak seperti orang tua.
Cengeng, perut cekung. Kulit keriput, sering disertai diare dan susah buang air besar.
Di Indonesia sendiri tercatat hingga kini masuk dalam lima besar untuk kasus gizi
buruk. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu
balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.Untuk menanggulangi masalah tersebut
kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700 miliar per
tahunnya. Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang
pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun
2010. Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro
dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta
gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. (www.beritasatu.com, Rabu, 18
Januari 2012 | 20:40).
Kedua, sanitasi, kondisi rumah dengan sanitasi yang kurang baik akan membuat
kesehatan penghuni rumah, khususnya anak-anak, akan terganggu. Sanitasi yang buruk juga
akan mencemari berbagai bahan makanan yang akan dimasak. Ketiga, pendidikan, orangtua
seharusnya menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan akan kecukupan gizi anak. Namun
tingkat pendidikan yang rendah membuat orangtua tidak mampu menyediakan asupan yang
bergizi bagi anak-anak mereka. "Ibu merupakan kunci dari pemenuhan gizi anak-anak, dan
kunci untuk mengatasi gizi buruk," kata Saptawati. Ketidaktahuan akan manfaat pemberian
gizi yang cukup pada anak akan membuat orangtua cenderung menganggap gizi bukan hal
yang penting.
Keempat, perilaku orangtua, orangtua sering mengganggap bahwa mereka tahu segala
sesuatu. Sehingga tidak menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para
ahli medis dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan. "Ada persepsi yang salah dari para
orangtua ketika mereka datang ke posyandu. Seringkali mereka malas datang karena takut
diceramahi dan dimarahi dokter tentang masalah gizi," ujarnya. Perilaku orangtua yang
seperti ini membuat anak akan terus berada dalam kondisi gizi buruk dan menyebabkan anak
menjadi sering sakit.
Saat ini kita telah mengetahui apa yang dimaksud dengan gizi dan uraian mengenai
status gizi. Selain itu kita juga mengenal seputar mengenai gizi buruk, serta status gizi
terhadap anak Indonesia. Namun kita belum mengetahui tindakan apa yang tepat untuk
mengatasi hal tersebuut. Maka dari itu, saatnya kita mengetahui bagaimana cara penanganan
untuk status gizi yang tidak baik, khsusnya gizi buruk.
Berikut adalah cara mengatasi gizi buruk yang dapat kita lakukan secara sederhana
dan sedini mungkin. Cara itu antara lain, membiasakan makan beraneka ragam. Selalu
memantau kesehatan di Posyandu. Biasa menggunakan garam beryodium. Biasakan makan
pagi. Memberikan makanan sesuai dengan usia anak. Hindari makanan yang mengilangkan
nafsu makan seperti roti, kue manis dll. Banyak jenis makanan bergizi yang beredar di
masyarakat. Namun untuk jenis makanan yang kaya akan sumber gizi itu sendiri adalah
tinggi energi (nasi jagung, singkong, dll). Tinggi protein (daging tahu tempe telur). Cukup
mineral dan vitamin (sayuran dan buah). Mudah dicerna dalam tubuh.
Sedangkan strategi departemen kesehatan mengenai gizi buruk adalah menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Meningkatkan sistem surveilans,
monitoring,dan informasi kesehatan. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Selain itu ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak. Cara ini
sebaiknya ditanankan dalam jiwa masing-masing masyrakat Indonesia, khusunya para Ibu.
Cara yang dapat diberikan antara lain :
Pertama , memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. Kedua, anak diberikan
makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat. Ketiga, rajin menimbang dan
mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan
anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
Keempat, jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
Kelima, jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan
meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa
gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
Itulah ulasan mengenai gizi dan gizi buruk. Kita sebagai warga negara Indonesia juga
harus berperan aktif dalam upaya pencegahan gizi buruk. Hal ini tidak lain agar terwujudnya
kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih baik dan berkualitas.