Enno Yuniarto
Teknik Sipil Universitas Riau, Pekanbaru, e-mail: enno@unri.ac.id
Abstract
Peat ash, as waste from Pulp and Paper plant industries, is used in this re-search as alternative filler material which is
cost effective. The objective is to determine asphalt optimum content (OMC) and marshall characterstics of bi-tuminous
mixture using peat ash as filler. Gradation of Bituminous Mixture is in compliance with type VII of Bina Marga specification for asphalt concrete mix-tures. Variations of filler are 100% cement, 50% cement - 50% peat ash and 100% peat
ash of total weight of filler. Result shows that OMC for 100% peat ash filler is 8.4%, higher than cement filler which is
6.65%. The stability of specimen using peat ash filler is 1097.9 kg, lower than specimen with cement filler which is
1211 kg. Marshall charac-teristics for asphalt concrete mixture using peat ash filler are VMA 20,6%, VIM 3.117%,
flow 3.20 mm, MQ 344.5 kg/mm and IRS 91.2%. These Marshall char-acteristic of asphalt concrete mixture with peat
ash filler could fulfills Bina Marga bituminous mixture requirement.
Keywords:
peat ash, filler, laston, characteristic of Marshall.
PENDAHULUAN
Campuran beraspal lapis aspal beton (Laston) atau
umumnya dikenal sebagai aspal beton adalah salah
satu konstruksi perkerasan lentur di lapisan permukaan (surface course). Jenis campuran beraspal ini
merupakan campuran yang terdiri dari aspal dan
agregat dengan gradasi menerus yang dicampur,
dihampar lalu dipadatkan dalam keadaan panas.
Campuran agregat tersebut terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler. Material yang umum
digunakan sebagai filler pada penyusunan campuran beraspal adalah semen portland, kapur, abu
batu dan abu terbang (Fly Ash) yang mana
persediaannya terbatas serta relatif mahal. Oleh sebab itu perlu ditemukan alternatif pemanfaatan bahan bahan lain dengan memanfaatkan potensi
daerah setempat. Alternatif pemanfaatan tersebut
antara lain dengan menggunakan material dari limbah industri yang persediaannya relatif banyak serta
belum dikelola dengan baik. Alternatif itu antara
lain penggunaan abu gambut yang meru-pakan
limbah industri dari pabrik pengolahan kayu dan
kertas.
Untuk menunjang kegiatan operasionalnya, salah
satu industri pengolahan kayu dan kertas yang ada
di Propinsi Riau, digunakan tanah gambut sebagai
pengganti bahan bakar. Hasil pembakaran tanah
gambut ini menghasilkan limbah berupa abu gambut. Berdasarkan informasi dari PT. Indah Kiat Pulp
and Paper, dalam satu kali produksi diperlu-kan
tanah gambut sebanyak 42.6 ton/hari dan
menerus yang dicampur, lalu dihamparkan dan dipadatkan dalam kondisi panas pada suhu tertentu
(Sukirman, 1993).
Aspal beton merupakan salah satu jenis lapis permukaan yang umum dipakai di Indonesia yang berfungsi sebagai lapisan konstruksi yang menahan dan
menyebarkan beban roda, lapis kedap air serta
sebagai lapis aus (wearing course).
Campuran yang diuji dengan melakukan test Marshall harus memenuhi persyaratan persyaratan
Bina Marga (1989), SNI No. 1737 1989 F
seperti yang tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Bina Marga (1989) menyatakan bahwa agregat
campuran untuk aspal beton harus mempunyai
gradasi yang menerus dari butiran yang kasar sampai yang halus dan harus memenuhi salah satu
gradasi seperti yang tertera pada Tabel.3.
Aspal Beton
Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi
perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran
aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
Tabel 1. Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton
L.L. Berat
(2x75 tumb)
Min
Max
550
2,0
4,0
200
350
3
5
Sifat Campuran
Stabilitas (kg)
Kelelehan (mm)
75
L.L. Sedang
(2x50 tumb)
Min
Max
450
2,0
4,5
200
350
3
5
Lihat Tabel 2.5
75
-
L.L. Ringan
(2x35 tumb)
Min
Max
350
2,0
5,0
200
350
3
5
75
I
Kasar
20 40
II
Kasar
25 50
III
Rapat
20 40
IV
Rapat
25 25
100
75 100
35 55
20 35
10 22
100
75 100
65 85
35 55
20 35
10 22
100
80 100
55 75
35 50
18 29
100
80 100
70 90
50 70
35 50
18 29
6 16
6 16
13 23
13 23
13 23
16 26
18 28
4 12
28
4 12
28
8 16
4 10
8 16
4 10
7 15
18
10 18
6 12
12 20
6 12
V
VI
VII
Rapat
Rapat
Rapat
40 65
50 75
40 50
% berat yang lolos saringan
100
100
90100
80 100
82 100
100
72 90
80 100
60 80
48 65
52 70
54 72
35 50
40 56
42 58
19 30
24 36
26 38
VIII
Rapat
20 40
IX
Rapat
40 65
X
Rapat
40 65
XI
Rapat
40 65
100
62 80
44 60
28 40
100
80 100
65 85
46 65
34 54
20 35
100
85 100
56 78
36 60
27 47
13 28
100
74 92
48 70
33 53
15 30
20 30
16 26
9 20
10 20
12 30
6 12
10 18
5 10
48
49
Abu Gambut
Abu gambut adalah sejenis abu terbang yang merupakan sisa pembakaran tanah gambut. Pemanfaatan
tanah gambut sebagai salah satu alternatif bahan
bakar yaitu sebagai bahan bakar penggerak pabrik
pada industri berskala besar. Seperti PT. Indah Kiat
Pulp and Paper yang beroperasi di Perawang, Kabupaten Siak, Propinsi Riau. Sisa pembakaran tanah
gambut tersebut yang berupa abu terbang, kemudian
di tangkap dengan media uap air. Selanjutnya di
alirkan ke tempat pembuangan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. Indak Kiat Pulp and
METODE
Pengujian dilakukan di laboratorium Jalan Raya
UNRI, Kampus Bina Widya, Panam, Pekanbaru.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik Marshall skala laboratorium terhadap campuran beraspal dengan filler abu gambut dan dengan
filler semen portland tipe I produksi PT. Semen
Padang sebagai pembanding. Abu gambut yang
digunakan berasal dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper, yang berada di Perawang, Kabupaten Siak,
Riau. Agregat kasar dan agregat halus berasal dari
agregat sungai kampar, aspal yang digunakan
adalah produksi British Petrolium.
Sebelum digunakan sebagai filler, abu gambut
dikeringkan dalam oven dan disaring dengan saringan no. 200 (0,075 mm). Abu gambut yang lolos
saringan no. 200 tersebut yang digunakan sebagai
filler. Gradasi agregat yang digunakan adalah
gradasi tipe VII spesifikasi Bina Marga untuk
Laston. Untuk mengetahui pengaruh dan
perbandingan abu gambut sebagai filler maka
penggunaan dua macam filler tersebut divariasikan.
Variasi penggunaan filler adalah 100% abu gambut,
50% abu gambut 50% Semen dan 100% semen.
Metoda pengujian adalah mengacu pada standar
Bina Marga, baik pengujian bahan maupun
pengujian Marshall.
Jenis Pengujian
Metode Pengujian
Spesifikasi
Min
Max
Sat
Hasil Pengujian
SNI 06-2456-1991
60
79
0,1 mm
71,75
SNI 06-2434-1991
48
58
53
SNI 06-2440-1991
0,8
0.01761
SNI 06-2432-1991
100
Cm
114
SNI 06-2441-1991
1,038
SNI 06-2456-1991
54
% semula
73,57
1
2
Metode pengujian
Sat
Berat Jenis
Semen
Berat Jenis
Abu Gambut
SNI 15-25311991
SNI 15-25311992
gr/cm3
3.027
2.035
gr/cm
Jenis pengujian
Metode pengujian
Spesifikasi
Min
Sat
Hasil Pengujian
Max
gr/cm3
2.692
gr/cm3
2,613
gr/cm3
2.749
gr/cm3
2,620
- Penyerapan
0.833
SNI 03-2417-1991
40
31.55
BS 812:part 3:1975
30
18.93
gr/cm3
2.681
gr/cm3
2.644
gr/cm3
2.756
gr/cm3
2.668
- Penyerapan
2.459
Hasil
Pengujian
Jenis pengujian
4.5
4
3.5
V IM (% )
2
1.5
1
0.5
0
100% Semen
Variasi Filler
9
8
7
6
V FA (% )
K a da r A s pa l O ptim um (% )
2.5
5
4
3
84
83
82
81
80
79
78
77
76
75
2
1
0
100% Semen
100% Semen
Variasi Filler
Variasi Filler
Syarat Bina
Marga Untuk
Lalu lintas Berat
6.65
7.75
8.4
2.379
2.319
2.264
Stabilitas (kg)
1211
1190.7
1102.1
Min 550
Kelelehan (mm)
3.57
3.43
3.2
2-4
339.473
346.816
344.501
200 - 350
3.851
3.202
3.117
3-5
18.2
19.656
20.607
Min 13
78.93
83.715
84.875
CAD (gr/cc)
2.220
2.139
2.074
IRS (%)
97.44
95.814
91.201
min 75
Sifat Campuran
21
1200
20.5
1180
20
1160
19.5
V M A (% )
Stabilita s (k g)
1220
1140
1120
1100
19
18.5
18
1080
17.5
1060
17
1040
100% Semen
16.5
100% Semen
Variasi Filler
Variasi Filler
2.400
3.5
2.380
3.4
Flow (m m )
B e ra t Is i (gr/c c )
2.360
2.340
2.320
2.300
3.3
3.2
2.280
2.260
3.1
2.240
3
2.220
100% Semen
2.200
100% Semen
Variasi Filler
Variasi Filler
348
M a r s ha ll Quotie nt (K g/m m )
346
344
342
340
338
336
334
100% Semen
Variasi Filler
IR S (% )
95
94
93
92
91
90
89
88
100% Semen
Variasi Filler
SIMPULAN
Dari penelitian terhadap campuran aspal beton dengan menggunakan abu gambut sebagai filler dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Laston dengan filler abu gambut memerlukan
kadar aspal yang lebih tinggi dari pada laston
dengan filler Semen
2. Nilai stabilitas, VIM, CAD, dan IRS campuran
laston dengan filler abu gambut lebih rendah
dari pada campuran laston dengan filler semen.
3. Campuran aspal beton dengan filler abu gambut secara umum memenuhi standar Bina
Marga.
REFERENSI
AASHTO, 1990, Standard Specification for
Transportation Material and Methods of