2.
B. Pajak
Pertambahan
Nilai
Atas
Kegiatan
Membangun
Sendiri
Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan
Pajak Pertambahan Nilai tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang
melakukan kegiatan membangun sendiri.
mungkin sedang kita rencanakan atau lakukan itu termasuk dalam kategori kegiatan
membangun sendiri yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Definisi Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah Kegiatan membangun bangunan yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4
dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut berupa satu atau lebih
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah
dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut:
a
Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau
.
b
.
c
.
Jadi kegiatan membangun sendiri akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila
memenuhi definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan diatas.
Sebagai contoh, apabila kita sebagai orang pribadi membangun rumah baik dilakukan
secara pribadi, baik dengan mempekerjakan pekerja atau buruh bangunan dimana rumah
yang dibangun itu untuk ditempati secara pribadi atau oleh anggota keluarga lain
misalkan anak, apakah termasuk kedalam kategori kegiatan membangun sendiri yang
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atasnya? Jika hanya melihat secara definisi,
kasus pembangunan rumah pribadi diatas dapat memenuhi definisi kegiatan membangun
sendiri yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012
Pasal 2 Ayat 3 karena pembangunan rumah yang dilakukan dalam kasus ini tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha serta untuk dimanfaatkan atau digunakan sebagai
Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh
2.
untuk membangun
bangunan)
Berikut ini adalah contoh sederhana untuk perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
atas kegiatan membangun sendiri:
Contoh:
Pada Bulan Desember 2012 Bapak Andi memulai membangun sebuah rumah untuk
tempat tinggal pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2,
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Bapak Andi dalam upaya membangun rumah tersebut
sampai dengan selesainya bangunan tersebut adalah sebagai berikut: pembelian tanah
sebesar Rp 200.000.000, pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp 180.000.000,
biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp. 70.000.000. Maka berapakah Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?
Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 163/PMK.03/2012 tarif PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri
yang terhutang adalah:
= 10% X DPP
= 10% X (20% X Total biaya Pembangunan)
= 10% X (20% X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)
Sehingga PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terhutang adalah
= 10% X 20% X Rp 250.000.000
= Rp 5.000.000
Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak atas perhitungan PPN Kegiatan Membangun
Sendiri diatas hanyalah pembelian bahan baku material bangunan dan biaya upah pekerja
dalam rangka pembangunan rumah tersebut, hal ini sesuai dengan Dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh
persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Saat Dan Tempat dimana PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri Terutang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 4 ditentukan
bahwa:
1
.
2
bangunan.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap
bulannya
Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri
*
Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri terdaftar, kolom NPWP yang tercantum pada Surat Setoran
Pajak diisi dengan NPWP orang pribadi atau badan tersebut.
Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi
atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, Surat Setoran
Pajak diisi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kolom NPWP diisi dengan :
memiliki NPWP, Surat Setoran Pajak diisi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kolom NPWP diisi dengan :
1. angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;
2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi
tempat bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit berikutnya; dan
3. angka 0 (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir.
b.
pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan alamat orang pribadi atau
Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan didirikan berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat orang pribadi atau badan tersebut
terdaftar, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib
melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan melampirkan lembar ketiga Surat Setoran Pajak.
membangun sendiri telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat
bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi atau badan tersebut
terdaftar, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri selain
wajib melaporkan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 ayat (1), wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan melampirkan fotokopi lembar
ketiga Surat Setoran Pajak.
Dalam hal Pengusaha Kena Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor
Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar, atau Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jakarta Khusus, Pengusaha Kena Pajak tersebut selain wajib melaporkan
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat
(1), wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan melampirkan fotokopi lembar ketiga Surat Setoran
Pajak.
Dalam hal bangunan sebagai hasil kegiatan membangun sendiri digunakan oleh pihak
lain sebagai tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri wajib menyerahkan bukti Surat Setoran Pajak
asli Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri kepada pihak lain yang
2.
digunakan pihak lain tidak dapat menunjukkan bukti Surat Setoran Pajak asli Pajak
Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri, pihak lain yang menggunakan
bangunan tersebut bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran Pajak
3.
4.
5.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau surat himbauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), orang pribadi atau badan belum menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan
Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dapat melakukan
verifikasi atau pemeriksaan untuk menetapkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai
terutang atas kegiatan membangun sendiri tersebut.
Berdasarkan hasil verifikasi atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
6.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas kegiatan
membangun sendiri.
Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
7.
belum memiliki NPWP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama secara jabatan
menerbitkan NPWP sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah
8.
memiliki NPWP namun berbeda dengan tempat bangunan didirikan, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama secara jabatan menerbitkan NPWP sebagai cabang sesuai
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan
J. Penetapan Secara Jabatan Untuk PPN terutang atas Kegiatan Membangun Sendiri
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 6 disebutkan
bahwa:
*
Apabila orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
tidak atau kurang menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai terutang ke kas negara,
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Maka jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan
dalam rangka kegiatan membangun sendiri dapat ditetapkan secara jabatan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Penetapan secara jabatan untuk jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan dalam rangka kegiatan membangun sendiri ini diatur dalam Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 yang merupakan Perubahan Atas Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2012.
Dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 tersebut diatur bahwa:
Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
*
Bangunan Gedung Negara (HSBGN) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) huruf a mengacu pada Pedoman Penggunaan Harga Satuan Bangunan Gedung
Negara (HSBGN) Dalam Rangka Penetapan Secara Jabatan Jumlah Biaya yang
Dikeluarkan dan/atau yang Dibayarkan untuk Membangun Bangunan yang
Digunakan untuk Menghitung Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri sebagaimana terdapat dalam Lampiran yang merupakan bagian
Jadi Cara Perhitungan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang ditentukan secara jabatan
adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif x DPP
Tarif = 10%
DPP = 20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun
bangunan
PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun
bangunan)
Jumlah biaya
Nilai Terendah Harga
yang
Satuan
dikeluarkan
dibayarkan
membangun
bangunan
Luas
berdasarkan
dan/atau
untuk
tertinggi
Gedung Negara
bangunan
keseluruhan