SBL - Jurnal KTI
SBL - Jurnal KTI
1
2
PENDAHULUAN
Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal
di rumah sakit, dan kematian pada bayi.1 Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO), pada tahun 2006 kematian bayi terjadi pada usia neonatal
dengan penyebab infeksi sebanyak 33%, asfiksia/trauma 28%, bayi berat lahir
rendah (BBLR) 24%, kelainan bawaan 10%, dan ikterus 5%.2 Insidensi dari
infeksi neonatal yang didapatkan dari penelitian di Inggris, sebesar 4,1 per 1000
kelahiran hidup (541/130.763) dan 38 per 1000 neonatal yang diterima
(541/14,225) dan nilainya relatif sama selama 3 tahun pengawasan.1
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.3 Infeksi merupakan fase sepsis awal
yang belum disertai adanya tanda systemic inflammation response syndromes
(SIRS) seperti suhu > 38,5C atau < 36,5C, takikardi atau bradikardi, takipneu
dan leukositosis.4 Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental,
didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau
pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum
dapat terjadi pada saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus
lama dan ketuban pecah dini.5
Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori:
risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal
meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor
nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi:
lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan, dan
prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis kelamin dan kelainan
kongenital.6
Pada umunya, mikroorganisme penyebab infeksi pada bayi baru lahir dan
neonatal adalah Streptococcus grup B, E. coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus
faecalis,
Staphylococcus
epidermidis,
Methicillin-Resistant
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi observasional
retrospektif dengan pendekatan kasus-kontrol. Penelitian dilakukan di RSUP dr.
Kariadi Semarang di bangsal perawatan bayi level 2-3 dan ruang Rekam Medik
selama bulan Mei - Juni 2015. Subjek penelitian dipilih dengan cara consecutive
sampling.
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dengan menggunakan
rekam medik periode Januari 2013 Desember 2014. Setelah itu data yang ada
diinput ke dalam komputer menggunakan program SPSS dan dilakukan analisa
dari data yang dikumpulkan tersebut.
Didapatkan 92 orang sebagai subjek penelitian, dengan kriteria inklusi
untuk kelompok kasus adalah bayi baru lahir dengan infeksi MRSA dan
kelompok kontrol adalah bayi baru lahir dengan diagnosis infeksi selain yang
disebabkan MRSA. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bayi yang
mempunyai kelainan kongenital dan rekam medik yang tidak lengkap.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah BBLR, metode persalinan,
KPD, pemberian ASI, dan usia kehamilan. Variabel terikat adalah bayi baru lahir
dengan infeksi MRSA. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji komparatif
Chi-Square jika syarat uji terpenuhi. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi,
maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Fischer. Jika memenuhi syarat untuk
analisis multivariat dilanjutkan dengan regresi logistik.
HASIL
Data yang terkumpul sebanyak 292 catatan medis dan hanya 136 catatan
medis yang memenuhi kriteria inklusi. Di mana dari 136 catatan medis yang
memenuhi kriteria inklusi, hanya 92 catatan medis yang dipakai sebagai subjek
penelitian untuk kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah bayi baru
lahir dengan hasil kultur MRSA positif sebanyak 46 subjek, sedangkan kelompok
kontrol adalah bayi baru lahir dengan hasil kultur MRSA negatif sebanyak 46
subjek.
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Usia (hari)
Uji Chi-square
Infeksi MRSA
n = 46
25 (50%)
21 (50%)
8,9111,347
Uji t-tidak berpasangan
Tanpa infeksi
MRSA
n = 46
25 (50%)
21 (50%)
1,00
4,337,501
0,025
Pendidikan ibu
Tidak diketahui
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D1
S1
S2
Pekerjaan Ibu
Tidak diketahui
Buruh
Petani
IRT
Wiraswasta
Karyawan swasta
PNS
Infeksi MRSA
n = 46
Tanpa infeksi
MRSA
n = 46
10 (21,7%)
2 (4,3%)
8 (17,4%)
9 (19,6%)
15 (32,6%)
0 (0%)
1 (2,2%)
1 (2,2%)
8 (17,4%)
1 (2,2%)
9 (19,6%)
11 (23,9%)
12 (26,1%)
1 (2,2%)
4 (8,7%)
0 (0%)
1,0
8 (17,4%)
4 (8,7%)
3 (6,5%)
17 (37,0%)
4 (8,7%)
9 (19,6%)
1 (2,2%)
6 (13,0%)
6 (13,0%)
3 (6,5%)
15 (32,6%)
5 (10,9%)
11 (23,9%)
0 90%)
1,0
8
1
1
4
4
4
1
1
12
1
2
1
2
4
0
10
12
14
Variabel
Infeksi
MRSA
n
Tanpa
Infeksi
MRSA
n
%
OR
Confidence
Interval (CI)
37
9
80,4
19,6
0,002
0,243
0,096 0,616
33
13
71,7
28,3
0,189
0,56
0,235 1,336
30
16
65,2
34,8
0,004
0,284
0,121 0,671
24
22
52,2
47,8
0,296
0,645
0,283 1,471
7
39
58,3
48,8
0,536
0,679
0,199 2,321
Dari hasil analisis bivariat, tidak didapatkan nilai p < 0,05 dan OR > 1, sehingga
idak ada faktor yang diteliti yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi MRSA
pada bayi baru lahir.
PEMBAHASAN
Hasil analisis bivariat menunjukkan semua variabel bebas penelitian ini
secara statistik tidak memiliki hubungan terhadap kejadian MRSA pada bayi baru
lahir. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Yhu-Chering Huang, dkk., dimana
dari total 783 bayi, 323 bayi diantaranya dideteksi terkolonisasi MRSA.
Kolonisasi MRSA dihubungkan secara signifikan dengan usia kehamilan
prematur ( 28 minggu) dan berat lahir rendah ( 1500 gram). Kolonisasi MRSA
sendiri tercatat terdapat 84 dari 92 bayi dengan infeksi MRSA.1,15,16,17
Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan di rumah
sakit pendidikan di Jepang, dimana fakor risiko untuk berkembang menjadi
infeksi MRSA ialah BBLR, adanya lendir mata, praktik perawatan dengan metode
kangguru, dan tingkat kolonisasi MRSA.18 Sebanyak 75% bayi dengan kolonisasi
MRSA berkembang menjadi terinfeksi MRSA dalam waktu 17 hari. Kolonisasi
MRSA secara signifikan berhubungan dengan lama tinggal di NICU, BBLR, usia
kehamilan rendah (prematur), status kehamilan multipel.19 Perbedaan hasil
penelitian mungkin disebabkan oleh jumlah sampel, dimana pada penelitian YhuChering Huang terdapat 452 bayi dengan berat lahir rendah, sedangkan pada
penelitian ini hanya terdapat 60 bayi dengan berat lahir rendah.
Tidak ada pengaruh antara pemberian ASI dengan infeksi MRSA
merupakan hal sama yang didapatkan oleh Fortunov, dkk., dimana tidak ada
perbedaan signifikan antara bayi dengan infeksi MRSA dan Methicillin-
tempat penelitian sedangkan pada penelitian ini hanya mengambil sebagian subjek
yang diambil jumlahnya sesuai dengan besar sampel minimal.
Belum ada penelitian yang meneliti tentang hubungan KPD dengan infeksi
MRSA. Namun menurut penelitian observasional retrospektif yang dilakukan oleh
Tiflah, KPD merupakan faktor risiko bakteremia pada neonatus, sedangkan
prematuritas, paritas, penyakit kongenital, jenis kelamin, dan kehamilan multipel
tidak terbukti sebagai faktor risiko bakteremia.28
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah subyek penelitian yang
didapatkan selama rentang waktu penelitian. Selain itu, sumber informasi yang
didapat kurang lengkap karena berasal dari data sekunder berupa rekam medik
sehingga tidak memberikan keterangan secara lengkap.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BBLR, metode persalinan
seksio sesarea, usia kehamilan prematur, pemberian ASI yang tidak eksklusif, dan
KPD bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada
bayi baru lahir. Saran bagi penelitian selanjutnya, untuk memperbanyak jumlah
sampel, memperpanjang periode penelitian, ataupun dengan menggunakan metode
penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vergnano S, Menson E, Kennea N, Embleton N, Russell AB, Watts T,
Robinson MJ, et al. Neonatal infections in England: the NeonIN
surveillance network. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed [Internet]. 2011;
96(1):F9-F14. Available from: NCBI PubMed.gov
2. Hafizah
I.
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kejadian
from:
http://www.sswahs.nsw.gov.au/rpa/neonatal%5Ccontent/pdf/guidelines/ear
lyinf.pdf
8. Tiflah. Bakteremia pada Neonatus: Hubungan pola kuman dan kepekaan
terhadap antibiotik inisial serta faktor risikonya di Bangsal Bayi Risiko
Tinggi (BBRT) RS dr. Kariadi tahun 2004. Semarang (Indonesia): Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006. Available from: Eprints Undip.
9. The Neonatal Unit. John Radcliffe Hospital [pamphlet]. Oxford (England):
Oxford Radcliffe Hospitals; 2009.
10. Burke RE, Halpern MS, Baron EJ, Gutierrez K. Pediatric and neonatal
staphylococcus aureus bacteremia: epidemiology, risk factors, and
outcome. Infection control and hospital epidemiology [Internet]. 2009;
30(7):636-644. Available from: Chicago Journals.
11. Yuwono. Pandemi resistensi antimikroba: belajar dari MRSA. JKK
[Internet]. 2010; 42(1):2840. Available from: Eprints Unsri.
12. Maranani ZZ. Pengaruh health care terhadap kejadian infeksi dan pola
resistensi staphylococcus aureus pasien RSUP dr. Kariadi Semarang
Periode
2008-2009.
Semarang
(Indonesia):
Fakultas
Kedokteran