Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN

METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS


PADA BAYI BARU LAHIR
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

SABILA AUDIGNA PANDIA


22010111130069

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN


METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA BAYI
BARU LAHIR
Sabila Audigna Pandia1, Adhie Nur Radityo S2
ABSTRAK

Latar Belakang. Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas,


lamanya tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi. Pada umumnya,
mikroorganisme penyebab infeksi pada bayi baru lahir dan neonatal adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), Klebsiella species, dan Pseudomonas species.
Data mengenai infeksi MRSA pada neonatal sendiri masih belum banyak yang
dipublikasikan, termasuk di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi
baru lahir.
Metode. Penelitan menggunakan desain kasus kontrol, menggunakan catatan
medis sebagai sampel penelitian. Sampel terdiri dari 46 bayi baru lahir dengan
infeksi MRSA sebagai kasus dan 46 bayi baru lahir dengan infeksi selain MRSA
sebagai kontrol di RSUP. dr. Kariadi Semarang periode Januari 2013 Desember
2014. Sampel dipilih secara Consecutive sampling. Analisis statistik
menggunakan uji Chi-square dan analisis regresi logistik.
Hasil. Tidak ada perbedaan sebaran jenis kelamin pada kelompok bayi baru lahir
dengan infeksi MRSA dan kelompok bayi baru lahir tanpa infeksi MRSA. Rerata
usia pada kelompok tanpa infeksi MRSA lebih muda dibanding kelompok dengan
infeksi MRSA. Mayoritas ibu pada kedua kelompok bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Dari hasil analisis bivariat, BBLR, usia kehamilan prematur, pemberian
ASI, metode persalinan, dan KPD tidak berpengaruh terhadap terjadinya infeksi
MRSA pada bayi baru lahir.
Kesimpulan. Dari penelitian, tidak ada faktor yang diteliti yang berpengaruh
terhadap kejadian MRSA pada bayi baru lahir.
Kata kunci: BBLR, prematur, ASI, metode persalinan, KPD

Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro
Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

FACTORS THAT INFLUENCE THE INCIDENCE OF METHICILLINRESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS IN NEWBORN


Sabila Audigna Pandia1, Adhie Nur Radityo S2
ABSTRACT
Background. Neonatal infection is an important cause of morbidity, prolonged
hospital stay and mortality among infants. In general, microorganisms that cause
infections in newborns and neonatal are Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Klebsiella
species and Pseudomonas species. Data on MRSA infections in neonatal itself is
not widely published, including in Indonesia.
Aim. To define the factors that influence the incidence of MRSA in newborn.
Methods. This study used case-control design, using medical records as sample.
Sample consisted of 46 newborns with MRSA infection as case group and 46
newborns with infections other than MRSA as control group in dr. Kariadi
Hospital Semarang on January 2013 December 2014. Sample were chosen by
consecutive sampling techniques. Statistical analysis using Chi-Square and
logistic regression analysis
Results. There is no difference in gender distribution in newborns with MRSA
infection and newborns without MRSA infection. The mean age of newborns
without MRSA infections is younger than newborns with MRSA infection. The
majority of mothers in both groups worked as housewive. The results of bivariate
analysis, low birth weight, premature, breastfeeding, delivery methods, and
premature rupture of membranes are not influencing MRSA infection in newborns.
Conclusions. None of the factors influencing MRSA infection in newborns.
Keywords: Low birth weight, premature, breastfeeding, delivery methods,
premature rupture of membranes

1
2

Undergraduate Student, Faculty of Medicine Diponegoro University


Staff of Pediatric Department, Faculty of Medicine Diponegoro University

PENDAHULUAN
Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal
di rumah sakit, dan kematian pada bayi.1 Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO), pada tahun 2006 kematian bayi terjadi pada usia neonatal
dengan penyebab infeksi sebanyak 33%, asfiksia/trauma 28%, bayi berat lahir
rendah (BBLR) 24%, kelainan bawaan 10%, dan ikterus 5%.2 Insidensi dari
infeksi neonatal yang didapatkan dari penelitian di Inggris, sebesar 4,1 per 1000
kelahiran hidup (541/130.763) dan 38 per 1000 neonatal yang diterima
(541/14,225) dan nilainya relatif sama selama 3 tahun pengawasan.1
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.3 Infeksi merupakan fase sepsis awal
yang belum disertai adanya tanda systemic inflammation response syndromes
(SIRS) seperti suhu > 38,5C atau < 36,5C, takikardi atau bradikardi, takipneu
dan leukositosis.4 Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental,
didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau
pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum
dapat terjadi pada saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus
lama dan ketuban pecah dini.5
Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori:
risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal
meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor
nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi:
lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan, dan
prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis kelamin dan kelainan
kongenital.6
Pada umunya, mikroorganisme penyebab infeksi pada bayi baru lahir dan
neonatal adalah Streptococcus grup B, E. coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus

faecalis,

Staphylococcus

epidermidis,

Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA), Enterobacter, Candida albicans, Streptococcus


pyogenes, Klebsiella species, dan Pseudomonas species.7,8

Staphylococcus aureus adalah kuman yang umum ditemukan pada kulit


serta hidung pada sepertiga orang sehat.9 Bersifat patogen oportunistik pada
manusia dan bersifat koagulasi-positif. Hasil dari penelitian yang dipublikasikan
oleh The University of Chicago Press, dari 150 anak dengan bakteremia
Staphylococcus aureus, 29 diantaranya atau sekitar 19%-nya terinfeksi oleh
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).10
Data menunjukkan bahwa sekitar 25% isolat Staphylococcus aureus
penyebab infeksi di rumah sakit di Amerika Serikat adalah MRSA. Prevalensi
MRSA di berbagai rumah sakit di dunia berkisar antara 2-70% dengan angka ratarata 20%. Prevalensi di bawah 5% dijumpai di Belanda dan beberapa negara
Skandinavia, karena ketatnya penggunaan antimikroba dan keberhasilan program
pengendalian infeksi MRSA.11 Prevalensi MRSA di Asia Tenggara sangat
bervariasi, mulai dari 0% di Laos, 7% di Filipina, 25% di Malaysia, dan 30% di
Singapura.12
Data atau publikasi tentang MRSA di Indonesia masih sangat terbatas.
Sejauh ini laporan yang ada adalah data prevalensi MRSA berdasarkan uji
kepekaan terhadap berbagai antimikroba. Di Indonesia pada tahun 2006
prevalensinya berada pada angka 23,5%. Noviana melaporkan bahwa prevalensi
MRSA di Rumah Sakit Atmajaya Jakarta pada tahun 2003 mencapai 47%. Serta
Yuwono melaporkan, insiden MRSA di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
mencapai 46%.11
Data mengenai infeksi MRSA pada neonatal sendiri masih belum banyak
yang dipublikasikan, termasuk di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan di
Sheba Medical Center, Israel pada tahun 2005, insidensi dari non-multi drug
resistance (MDR) MRSA sebesar 1,4 kasus per 1000 neonatal yang dirawat di
rumah sakit.13 Penelitian selanjutnya, yang dipublikasikan oleh American Journal
of Infection Control pada Februari 2011, kolonisasi MRSA terdeteksi pada 6,74%
bayi, dan infeksi MRSA terjadi pada 22% dari bayi yang terkolonisasi MRSA.14
Karena tingginya angka kejadian MRSA di Indonesia, peneliti tertarik untuk
mencari faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA terutama pada bayi
baru lahir.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi observasional
retrospektif dengan pendekatan kasus-kontrol. Penelitian dilakukan di RSUP dr.
Kariadi Semarang di bangsal perawatan bayi level 2-3 dan ruang Rekam Medik
selama bulan Mei - Juni 2015. Subjek penelitian dipilih dengan cara consecutive
sampling.
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dengan menggunakan
rekam medik periode Januari 2013 Desember 2014. Setelah itu data yang ada
diinput ke dalam komputer menggunakan program SPSS dan dilakukan analisa
dari data yang dikumpulkan tersebut.
Didapatkan 92 orang sebagai subjek penelitian, dengan kriteria inklusi
untuk kelompok kasus adalah bayi baru lahir dengan infeksi MRSA dan
kelompok kontrol adalah bayi baru lahir dengan diagnosis infeksi selain yang
disebabkan MRSA. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bayi yang
mempunyai kelainan kongenital dan rekam medik yang tidak lengkap.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah BBLR, metode persalinan,
KPD, pemberian ASI, dan usia kehamilan. Variabel terikat adalah bayi baru lahir
dengan infeksi MRSA. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji komparatif
Chi-Square jika syarat uji terpenuhi. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi,
maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Fischer. Jika memenuhi syarat untuk
analisis multivariat dilanjutkan dengan regresi logistik.

HASIL
Data yang terkumpul sebanyak 292 catatan medis dan hanya 136 catatan
medis yang memenuhi kriteria inklusi. Di mana dari 136 catatan medis yang
memenuhi kriteria inklusi, hanya 92 catatan medis yang dipakai sebagai subjek
penelitian untuk kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah bayi baru
lahir dengan hasil kultur MRSA positif sebanyak 46 subjek, sedangkan kelompok
kontrol adalah bayi baru lahir dengan hasil kultur MRSA negatif sebanyak 46
subjek.

Tabel 1. Karakteristik bayi


Kelompok
Karakteristik bayi

Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Usia (hari)
Uji Chi-square

Infeksi MRSA
n = 46
25 (50%)
21 (50%)

8,9111,347
Uji t-tidak berpasangan

Tanpa infeksi
MRSA
n = 46

25 (50%)
21 (50%)

1,00

4,337,501

0,025

Tabel 2.Karakteristik ibu


Kelompok
Karakteristik Ibu

Pendidikan ibu
Tidak diketahui
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D1
S1
S2
Pekerjaan Ibu
Tidak diketahui
Buruh
Petani
IRT
Wiraswasta
Karyawan swasta
PNS

Uji Kolmogorov - Smirnov

Infeksi MRSA
n = 46

Tanpa infeksi
MRSA
n = 46

10 (21,7%)
2 (4,3%)
8 (17,4%)
9 (19,6%)
15 (32,6%)
0 (0%)
1 (2,2%)
1 (2,2%)

8 (17,4%)
1 (2,2%)
9 (19,6%)
11 (23,9%)
12 (26,1%)
1 (2,2%)
4 (8,7%)
0 (0%)

1,0

8 (17,4%)
4 (8,7%)
3 (6,5%)
17 (37,0%)
4 (8,7%)
9 (19,6%)
1 (2,2%)

6 (13,0%)
6 (13,0%)
3 (6,5%)
15 (32,6%)
5 (10,9%)
11 (23,9%)
0 90%)

1,0

Karakteristik hasil kultur kelompok tanpa infeksi MRSA


Steril
Stap. lentus
Stap. hominis
Stap. haemolyticus
Stap. epidermidis
Stap. aureus
Serratia marcescens
Pseudomonas aeruginosa
Klebsiella pneumoniae
ESBL
Enterobacter
Candida sp.
Burkholderia cepacia
Acinetobacter

8
1
1
4
4
4
1
1
12
1
2
1
2
4
0

10

12

14

Gambar 1. Karakteristik hasil kultur kelompok tanpa infeksi MRSA

Tabel 3. Hasil analisis bivariat

Variabel

Infeksi
MRSA
n

Berat bayi lahir


23
50
BBLR
23
50
BBLN*
Pemberian ASI
27
58,7
Tidak ASI
19
41,3
ASI
Usia kehamialn
16
34,8
Prematur
30
65,2
Aterm
Metode persalian
19
41,3
Seksio sesarea
27
58,7
Pervaginam
Ketuban pecah dini
5
41,7
KPD positif
41
51,2
KPD negatif
*BBLN = Bayi berat lahir normal

Tanpa
Infeksi
MRSA
n
%

OR

Confidence
Interval (CI)

37
9

80,4
19,6

0,002

0,243

0,096 0,616

33
13

71,7
28,3

0,189

0,56

0,235 1,336

30
16

65,2
34,8

0,004

0,284

0,121 0,671

24
22

52,2
47,8

0,296

0,645

0,283 1,471

7
39

58,3
48,8

0,536

0,679

0,199 2,321

Dari hasil analisis bivariat, tidak didapatkan nilai p < 0,05 dan OR > 1, sehingga
idak ada faktor yang diteliti yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi MRSA
pada bayi baru lahir.

PEMBAHASAN
Hasil analisis bivariat menunjukkan semua variabel bebas penelitian ini
secara statistik tidak memiliki hubungan terhadap kejadian MRSA pada bayi baru
lahir. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Yhu-Chering Huang, dkk., dimana
dari total 783 bayi, 323 bayi diantaranya dideteksi terkolonisasi MRSA.
Kolonisasi MRSA dihubungkan secara signifikan dengan usia kehamilan
prematur ( 28 minggu) dan berat lahir rendah ( 1500 gram). Kolonisasi MRSA
sendiri tercatat terdapat 84 dari 92 bayi dengan infeksi MRSA.1,15,16,17
Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan di rumah
sakit pendidikan di Jepang, dimana fakor risiko untuk berkembang menjadi
infeksi MRSA ialah BBLR, adanya lendir mata, praktik perawatan dengan metode
kangguru, dan tingkat kolonisasi MRSA.18 Sebanyak 75% bayi dengan kolonisasi
MRSA berkembang menjadi terinfeksi MRSA dalam waktu 17 hari. Kolonisasi
MRSA secara signifikan berhubungan dengan lama tinggal di NICU, BBLR, usia
kehamilan rendah (prematur), status kehamilan multipel.19 Perbedaan hasil
penelitian mungkin disebabkan oleh jumlah sampel, dimana pada penelitian YhuChering Huang terdapat 452 bayi dengan berat lahir rendah, sedangkan pada
penelitian ini hanya terdapat 60 bayi dengan berat lahir rendah.
Tidak ada pengaruh antara pemberian ASI dengan infeksi MRSA
merupakan hal sama yang didapatkan oleh Fortunov, dkk., dimana tidak ada
perbedaan signifikan antara bayi dengan infeksi MRSA dan Methicillin-

Susceptible Staphylococcus aureus (MSSA) dalam hal pajanan seperti hewan


peliharaan, asap rokok, dan pemberian ASI.20 Pada penelitian yang berbeda
dikatakan bahwa MRSA dapat ditularkan dari ibu ke bayi prematur melalui ASI
yang sudah terkontaminasi walaupun tidak adanya infeksi maternal.21
Hasil uji bivariat menunjukan tidak ada pengaruh antara usia kehamilan
dengan infeksi MRSA. Hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian yang
dilakukan di Washington University, dimana risiko kolonisasi dan infeksi MRSA
meningkat pada bayi dengan BBLR dan usia kehamilan prematur.19,22,23 Bayi
dengan infeksi MRSA secara signifikan lebih kecil berat lahirnya dibandingkan
bayi dengan infeksi MSSA dan juga lebih prematur.24 Perbedaan hasil penelitian
ini dengan hasil penelitian terdahulu mungkin disebabkan oleh jumlah sampel
yang diteliti.
Hasil yang berbeda juga didapatkan pada variabel metode persalinan,
dimana pada sebuah penelitian retrospektif di Denmark, dimana hanya
pengobatan dengan nCPAP dan persalinan melalui seksio sesarea saja yang
termasuk faktor risiko independen untuk kolonisasi MRSA.25 Sedangkan menurut
penelitian Shahnaz, dkk., MRSA berhubungan dengan bayi prematur (< 37
minggu) dan juga metode persalinan seksio sesarea.26 Selain itu, kolonisasi
MRSA dari ibu hamil jarang terjadi dan transmisi kepada bayinya tidak terjadi
melalui metode persalinan pervaginam.27
Perbedaan hasil penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini bisa
disebabkan oleh perbedaan jenis dan rancangan penelitian, serta pada penelitianpenelitian tersebut sampel yang digunakan adalah semua subjek yang dirawat di

tempat penelitian sedangkan pada penelitian ini hanya mengambil sebagian subjek
yang diambil jumlahnya sesuai dengan besar sampel minimal.
Belum ada penelitian yang meneliti tentang hubungan KPD dengan infeksi
MRSA. Namun menurut penelitian observasional retrospektif yang dilakukan oleh
Tiflah, KPD merupakan faktor risiko bakteremia pada neonatus, sedangkan
prematuritas, paritas, penyakit kongenital, jenis kelamin, dan kehamilan multipel
tidak terbukti sebagai faktor risiko bakteremia.28
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah subyek penelitian yang
didapatkan selama rentang waktu penelitian. Selain itu, sumber informasi yang
didapat kurang lengkap karena berasal dari data sekunder berupa rekam medik
sehingga tidak memberikan keterangan secara lengkap.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BBLR, metode persalinan
seksio sesarea, usia kehamilan prematur, pemberian ASI yang tidak eksklusif, dan
KPD bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada
bayi baru lahir. Saran bagi penelitian selanjutnya, untuk memperbanyak jumlah
sampel, memperpanjang periode penelitian, ataupun dengan menggunakan metode
penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vergnano S, Menson E, Kennea N, Embleton N, Russell AB, Watts T,
Robinson MJ, et al. Neonatal infections in England: the NeonIN
surveillance network. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed [Internet]. 2011;
96(1):F9-F14. Available from: NCBI PubMed.gov

2. Hafizah

I.

Faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan

kejadian

hiperbilirubinemia di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD


dr. Zainoel Abidin Banda Aceh [Internet]. 2013.
3. Waspodo D, Madjid OA, Wiknyosastro G, Hadijono RS, Kosim MS,
Indarso F, Sarosa GI, et al. Buku acuan pelatihan pelayanan
kegawatdaruratan obstetri neonatal esensial dasar. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. WHO Indonesia [Internet]. 2005.
4. Hendrarto TW. Leukositosis pada ibu sebagai salah satu faktor risiko
infeksi neonatal awitan dini: telaah klinis di RSAB harapan kita. Sari
Pediatri [Internet]. 2011; 13(1):33-40. Available from: Saripediatri IDAI.
5. Kosim MS. Infeksi neonatal akibat air ketuban keruh. Sari Pediatri
[Internet]. 2009; 11(3):212-8. Available from: Saripediatri IDAI
6. Pusponegoro TS. Sepsis pada neonatus (sepsis pada neonatal). Sari
Pediatri [Internet]. 2000; 2(2):96-102. Available from: Saripediatri IDAI.
7. Neonatal bacterial infection [Internet]. Australia. 2002 [cited 2015 Feb 6].
Available

from:

http://www.sswahs.nsw.gov.au/rpa/neonatal%5Ccontent/pdf/guidelines/ear
lyinf.pdf
8. Tiflah. Bakteremia pada Neonatus: Hubungan pola kuman dan kepekaan
terhadap antibiotik inisial serta faktor risikonya di Bangsal Bayi Risiko
Tinggi (BBRT) RS dr. Kariadi tahun 2004. Semarang (Indonesia): Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006. Available from: Eprints Undip.
9. The Neonatal Unit. John Radcliffe Hospital [pamphlet]. Oxford (England):
Oxford Radcliffe Hospitals; 2009.
10. Burke RE, Halpern MS, Baron EJ, Gutierrez K. Pediatric and neonatal
staphylococcus aureus bacteremia: epidemiology, risk factors, and
outcome. Infection control and hospital epidemiology [Internet]. 2009;
30(7):636-644. Available from: Chicago Journals.
11. Yuwono. Pandemi resistensi antimikroba: belajar dari MRSA. JKK
[Internet]. 2010; 42(1):2840. Available from: Eprints Unsri.

12. Maranani ZZ. Pengaruh health care terhadap kejadian infeksi dan pola
resistensi staphylococcus aureus pasien RSUP dr. Kariadi Semarang
Periode

2008-2009.

Semarang

(Indonesia):

Fakultas

Kedokteran

Universitas Diponegoro; 2010.


13. Yochay GR, Rubinstein E, Barzilai A, Carmeli Y, Kuint J, Etienne J, Blech
M, et al. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus in neonatal intensive
care unit. Emerging Infectious Disease Journal [Internet]. 2005; 11(3):
453-6
14. Maraqa NF, Aigbivbalu L, Masnita-Iusan C, Wludyka P, Shareef Z,
Bailey C, et al. Prevalence of and risk factors for Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus colonization and infection among infants at a level
III neonatal intensive care unit. American Journal of Infection Control
[Internet]. 2011; 39(1): 35-41
15. Huang YC, Chou YH, Su LH, Lien RI, Lin TY. Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus Colonization and Its Association With Infection
Among Infants Hospitalized in Neonatal Intensive Care Units. Pediatrics
[Internet]. 2006; 118(2):469-474. Available from: Pediatrics.
16. de Almeida Silva H, Abdallah VOS, Carneiro CL, Gontijo PP. Infection
and colonization by Staphylococcus aureus in a high risk nursery of a
Brazilian teaching hospital, Braz J Infect Dis 7 (2003), 381386. Available
from: EBSCO Publishing.
17. Chen KT, Huard RC, Della-Latta P, Saiman L. Prevalence of methicillinsensitive and methicillin-resistant Staphylococcus aureus in pregnant
women, Obstet Gynecol 108 (2006), 482487. Available from: EBSCO
Publishing.
18. Sakaki H, Nishioka M, Kanda K, Takahashi Y. An investigation of the risk
factors for infection with Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus
among patients in a neonatal intensive care unit. American Journal of
Infection Control (2009); 37(7): 580-6. Available from: MEDLINE with
Full Text.

19. Maraqa N, Aigbivbalu L, Masnita-Iusan C, Wludyka P, Shareef Z, Rathore


M, et al. Prevalence of and risk factors for methicillin-resistant
Staphylococcus aureus colonization and infection among infants at a level
III neonatal intensive care unit. American Journal Of Infection Control
(2011); 39(1): 35-41. Available from: MEDLINE with Full Text.
20. Fortunov RM, Hulten KG, Hammerman WA, Mason EO, Kaplan SL.
Community-Acquired Staphylococcus aureus Infections in Term and
Near-Term Previously Healthy Neonates. Pediatrics (2006); 118(3) :874882
21. Behari P, Englund J, Alcasid G, Garcia-Houchins S, Weber SG.
Transmission Of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus To Preterm
Infants Through Breast Milk (2004); 25(9): 778-780.
22. Khoury J, Jones M, Grim A, Dunne WM, Fraser V. Eradication of
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus From a Neonatal Intensive
Care Unit by Active Surveillance and Aggressive Infection Control
Measures. Cambridge Journals (2005); 26(7): 616-621. Available from:
Cambridge Journals.
23. Bhattacharya S, Pal K, Barua JK, Jain S, Kundu PK, Niyogi SK. Outbreak
of Methicillin Resistant Staphylococcus aureus in Neonatal Intensive Care
Unit in a Tertiary Care Hospital in Kolkata. IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (2014); 13(4): 63-7.
24. Isaacs D, Fraser S, Hogg G, Li HY. Staphylococcus aureus infections in
Australasian neonatal nurseries. Arch Dis Child Fetal Neonatal (2004);
89(4): F331-5.
25. Ramsing BGU, Arpi M, Andersen EA, Knabe N, Mogensen D, Buhl D, et
al. First outbreak with MRSA in a Danish neonatal intensive care unit:
Risk Factors and Control Procedures. PLoS one [Internet]. 2013; 8(6):6.
Available from: EBSCO Publishing.
26. Armin S, Karimi A, Fallah F, Fahimzad A, Kiomarci F. Methicillinresistant Staphylococcus aureus: a phantom or true menace in our

neonates?. Journal of Pediatric Infectious Diseases [Internet]. 2009; 4:


261-5.
27. Reusch M, Ghosh P, Ham C, Klotchko A, Singapuri S, Everett G.
Prevalence of MRSA colonization in peripartum mothers and their
newborn infants. [Journal Article, Research Support, Non-U.S. Gov't]
Scand J Infect Dis (2008); 40(8):667-71.
28. Tiflah. Bakteremia pada Neonatus: Hubungan pola kuman dan kepekaan
terhadap antibiotik inisial serta faktor risikonya di Bangsal Bayi Risiko
Tinggi (BBRT) RS dr. Kariadi tahun 2004. Semarang (Indonesia): Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006. Available from: Eprints Undip.

Anda mungkin juga menyukai