Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


SISTEM KRISTAL ISOMETRIK

Disusun Oleh :
AKHMAD ISFANANI
F1D315015

PRODI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016

I.

DASAR TEORI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari

kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur


dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya (Anonim, 2007).
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana
terjadi penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan
dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah.
Simat geometri menurut Anonim, 2013 sebagai berikut:
a)

Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu

kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar
yang membatasinya.
b)

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa

disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi


permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
c)

Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal

juga menghitung parameter dan parameter rasio.


d)

Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).

Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh
bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non
kristalin.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan
dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang
simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang
tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang
simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang
melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus

terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya
melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai
bidang siemetri diagonal (Pellant, chris. 1992).
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokan menjadi 32 klas kristal.
Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal
mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh
kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.
Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara
simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenfies dan Herman
Mauguin (simbolisasi internasional). Menurut Mondadori, Arlondo. 1977, tujuh
sistem kristal tersebut antara lain adalah :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).

4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal

Hexagonal.

Demikian

pula

cara

penggambarannya

juga

sama.

Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek.
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan
menjadi tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan
berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya. Gire, atau sumbu simetri biasa,

cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya
dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan
seterusnya (Wijayanto, Andika. 2009).

II.

TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Kristalografi adalah untuk:
1. Menentukan sistem kristal dari bermacam Kristal atas dasar panjang,
posisi, dan jumlah sumbu simetri Kristal yang ada pada setiap bentuk
Kristal.
2. Menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap unsur
Kristal.
3. Menggambarkan semua bentuk Kristal atas dasar parameter dan parameter
rasio, jumlah dan posisi sumbu Kristal dan bidang Kristal yang dimiliki ole
semua bentuk Kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.

III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

ALAT DAN BAHAN


Alat tulis
Jangka
Busur
Pensil warna
Sepidol warna
Lembar kerja sementara
Penggaris panjang
Penggaris segitiga siku-siku dan sama kaki

IV.

PROSEDUR KERJA

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ditentukan perbandingan yang akan digunakan pada sumbu a:b:c =


1:3:3dan sudut sebesar 30
Dibuat garis horizontal (sumbu b) sepanjang 3 cm
Dibuat garis vertikal (sumbu c) sepanjang 3 cm pada titik tengah sumbu b
Dibuat garis diagoal ( sumbu a) sepanjang 1cm pada perpotongan sumbu b
dan c dengan sudut 30
Dibuat garis horizontal di bagian atas dan bawah sumbu c yang sama
panjang dengan sumbu b
Dibuat garis diagonal di setiap ujung dan perpotongan garis yang sama
panjang dengan sumbu a dengan sudut 30
Dihubungkan setiap titik dengan garis lurus sehingga membentuk sebuah
kubus
Dibuat garis diagonal di setiap sisi kubus

9. Dibuat garis yang membentuk diagonal ruang pada bagian dalam kubus

V.

ANALISIS

Sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang


artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan
juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Gambar 1 Sistem Isometrik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

Tetaoidal

Diploida

Gyroida

Hextetrahedral

Hexoctahedral

Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom,


yaitu :

Kolom I : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.

Kolom II : Nilai sumbu yang terletak antara tiga sumbu atau sumbu yang
menembus bidang (111) dan ada tidaknya mirror

Kolom III : Nilai sumbu yang terletak antara dua sumbu Kristal atau
sumbu yang menembus bidang (110) serta ada tidaknya mirror

VI.

KESIMPULAN
1. Sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b =
c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90.
2. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai
tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh
kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai
tiga kelas.
3. Dalam penggambaran proyeksi orthogonal. Metode penggambaran
dilakukan

dengan

menggunakan

persilangan

sumbu

menghasilkan sketsa Kristal isometrik yang tiga dimensi.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_kristal

yang

akan

https://www.academia.edu/8609159/makalah_defenisi_kristalografi_dan_
mineral

Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley

Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi.

Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schusters Guide to Rocks and

Anda mungkin juga menyukai