Anda di halaman 1dari 8

A.

Faktor Resiko Arterosklerosis


Faktor resiko yang telah diidentifikasi melalui beberapa pendekatan prospektif oleh
Framingham Heart Study and Atherosklerosis Risk in Communities Study. Faktor resiko
dibedakan menjadi faktor konstitutional, yaitu usia, jenis kelamin dan genetika serta faktor
yang dapat dimodifikasi meliputi hiperlipidemia, hipertensi, merokok, dan diabetes. Namun,
ternyata 20% kejadian kardiovaskular terjadi tanpa adanya faktor-faktor tersebut. Faktorfaktor resiko tambahan tersebut di antaranya adalah inflamasi, hiperkromosistinemia, sindrom
metabolik, lipoprotein (a), faktor yang mempengaruhi hemostasis (penanda fungsi hemostasis
dan fungsi fibrinolitik untuk memprediksi) serta faktor lain. Faktor-faktor lain yang dimaksud
merupakan faktor yang berkaitan dengan resiko yang jarang didiskusikan atau sulit untuk
dihitung seperti jarangnya olahraga, gaya hidup yang kompetitif dan penuh tekanan/stres
(orang dengan A personality), serta obesitas (Guyton & Hall, 1997).
a. DM (Diabetes Mellitus)

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang terdapat sekitar 5%


populasi. Orang dengan diabetes dapat kekurangan hormon insulin secara keseluruhan
atau menjadi resisten terhadap kerjanya. Kondisi resistensi yang terjadi setelah dewasa
disebut DM tipe 2, yang dialami oleh 96% pasien diabetik. Meskipun bukan penyebab
tunggal, obesitas merupakan salah satu faktor yang bertanggungjawab dengan terjadinya
DM tipe 2. Asam lemak yang tinggi dalam darah karena ketidakseimbangan suplai dan
pengeluaran energi akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan. Akibatnya
terjadi resistansi insulin yang memaksa peningkatan pelepasan insulin. Selanjutnya
regulasi menurun pada reseptor menyebabkan resistansi insulin meningkat (Kalim, 2001)
.
Diabetes menyebabkan kerusakan progresif terhadap susunan mikrovaskular maupun arteri
yang lebih besar selama bertahun-tahun. Bahkan, sekitar 75% pasien diabetik akhirnya
meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Pasien DM2 juga dapat mengalami kerusakan endotel maupun peningkatan kadar
LDL teroksidasi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan mekanisme yang terkait dengan
hiperglikemi pada kondisi ini. Selain itu, koagulabilitas darah meningkat pada DM2

karena peningkatan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) dan peningkatan


kemampuan agregasi trombosit. Selain itu, hiperglikemi meningkatkan pembentukan
protein plasma yang mengandung gula seperti fibrinogen, haptoglobulin, makroglobulin-
serta faktor pembekuan yang juga meningkatkan risiko trombosis akibat peningkatan
viskositas

darah.

Juga,

disebutkan

bahwa

diabetes

melitus

menginduksi

hiperkolesterolemia. Insiden infark miokard pada penderita diabetes adalah dua kali dari
nondiabetik.
Penderita diabetes melitus juga dikaitkan dengan glomerulosklerosis yang salah
satunya menyebabkan hipertensi. Bersama dengan peningkatan LDL dan kecenderungan
pembekuan darah, hipertensi tersebut dapat mendorong pembentukan makroangiopati
yang selain merusak ginjalnya juga menyebabkan infark miokard , infark serebri dan
penyakit pembuluh darah perifer (Kalim, 2001).
b. Usia
Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup faktor
genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri - pada pertengahan
usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada
laki-laki, yang meningkatkan risiko setelah usia 45, sedangkan pada wanita,
meningkatkan risiko setelah usia 55.

c. Riwayat Keluarga
Individu dengan riwayat keluarga penyakit jantung koroner memiliki peningkatan
risiko serangan jantung. Secara khusus, risiko yang lebih tinggi jika ada riwayat keluarga
penyakit jantung koroner dini, termasuk serangan jantung atau kematian mendadak
sebelum usia 55 di ayah atau derajat laki-laki pertama relatif, atau sebelum usia 65 tahun
di ibu atau wanita pertama Gelar-perempuan relatif.
d. Hipertensi
Tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg selama
periode waktu.

e. Merokok
Risiko penyakit jantung iskemik meningkat 3-5x lipat pada laki-laki usia faktor 5
yang merokok diatas 15 batang/hari. Terdapat beberapa bukti yang menyatakan bahwa
risiko lebih berhubungan dengan jumlah batang rokok daripada lamanya merokok. Dan
tidak ada bukti yang menyatakan rokok filter atau jenis yang lain mengurangi faktor
risiko. Metaanalisis dari 18 studi epidemologis pada perokok pasif dapat meningkatkan
risiko terjadinya ateosklerosis sebanyak 20-30 %, juga pada kanker faktor pernafasan dan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan merokok.
Aterosklerosis sebenarnya tidak hanya dipicu dari tingginya konsumsi makanan
berlemak, namun juga merokok. Ketika manusia merokok, zat oksidan semakin banyak
terlepas akibat dari respon masuknya racun dari rokok yang terhisap. Zat oksidan inilah
yang membuat dinding pembuluh darah rusak dan membuat kolesterol LDL semakin
mudah tersangkut di area kerusakan yang ditimbulkan oleh zat oksidan tersebut.
Kemudiannya kolesterol yang tersangkut tersebut kian tertimbun dan menimbulkan
sumbatan sehingga pembuluh darah menjadi mengeras dan terjadilah aterosklerosis
(Kalim, 2001)

f. Obesitas
Kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot, tulang, lemak, dan /atau
air. Obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.

g. Peningkatan Lipid
Aterosklerosis adalah mengerasnya timbunan lemak pada
dinding arteri, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani ather
yang berarti bubur. Pengertian bubur disni adalah rupa
timbunan lemak lembek yang menyerupai seperti seperti bubur.
Serta kata Yunani lainnya yakni scleros yang bermakna keras
(Kusmana, 1996).
Jadi secara harfiah, zat yang semula lembut nan lembek
tersebut tertimbun dan terakumulasi jumlahnya dalam suatu area
sehingga terjadi proses pengerasan hingga menyumbat aliran darah
dalam pembuluh darah. Timbunan lemak yang terjadi tersebut disebabkan oleh kolesterol
LDL yang sifatnya sangat mudah sekali melekat dalam pembuluh darah (Kusmana, 1996).
Pembuluh darah yang menjadi sebuah sarana koridor transportasi proses
mengalirnya substansi metabolisme tubuh akan berakibat sangat fatal jika tersumbat. Dari
rusaknya dinding arteri, sehingga mengganggu kelancaran aliran darah ke otot jantung
dan organ tubuh yang bisa mengakibatkan serangan jantung (Kusmana, 1996).
Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, seiring
dengan meningkatnya konsumsi makanan dan perubahan gaya hidup, terutama jika gaya
hidup akrab dengan seringnya mengonsumsi makanan siap saji (junk food). Bahkan,
proses aterosklerosis sudah terjadi padaa saat bayi
berusia tiga bulan (Kusmana, 1996).
Persoalan mulai mengemuka ketika proses
aterosklerosis

ini

terakumulasi

dan

menahun.

Dampaknya baru terlihat dikala peranjakan dari


masa remaja ke masa dewasa. Umumnya pada masa
ini bisa diperkirakan sebagai masa kepastian
penyakit ini terjadi (Kusmana, 1996).
Mencegah aterosklerosis cukup dengan merubah gaya hidup dengan banyak
aktivitas olahraga dan menjaga pola makan membatasi dengan bijaksana makanan yang
berlemak. Di Amerika sendiri penyumbatan pembuluh darah merupakan pembunuh
populasi paling populer setelah kecelakaan lalu lintas. Jangan jadikan Indonesia
mengejar prestasi tersebut. Rubahlah gaya hidup Anda.

h. Kadar CRP tinggi


Para ilmuwan terus mempelajari faktor risiko lain yang mungkin untuk aterosklerosis dan
telah menemukan bahwa tingkat tinggi protein yang disebut protein C-reaktif (CRP) dalam
darah dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan serangan jantung tingkat tinggi CRP bukti
peradangan di tubuh yang merupakan respon tubuh terhadap cedera atau infeksi kerusakan
dinding bagian dalam arteri 'muncul untuk memicu peradangan dan membantu plak tumbuh
(Guyton & Hall, 1997).
Orang dengan kadar CRP rendah mungkin mendapatkan aterosklerosis pada tingkat lebih
lambat dibandingkan orang dengan tingkat CRP yang tinggi dan penelitian saat ini sedang
dalam cara untuk menentukan apakah mengurangi inflamasi dan menurunkan tingkat CRP
juga dapat mengurangi risiko aterosklerosis. Tingginya kadar lemak yang disebut trigliserida
dalam darah juga dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, terutama pada wanita (Guyton &
Hall, 1997).
.

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Cetakan I. Jakarta: EGC
Kalim, H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta: Balai
Penerbit RS Jantung Harapan kita
Kusmana, Hanafi. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arteriosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh arteri yang mengakibatkan
penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah arteri diakibatkan oleh penumpukan
lemak. Aterosklerosis merupakan jenis yang penting dari arteriosklerosis, istilah aterosklerosis
merupakan sinonim dari arteriosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan cabang-cabang aorta yang besar dan
arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian-bagian ekstremitas, otak,
jantung dan organ dalam utama. Penyakit ini multifokal, dan lesi unit, atau ateroma (bercak
aterosklerosis), terdiri dari masa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrosa. Sering disertai

endapan sekunder garam kalsium dan produk-produk darah. Bercak aterosklerosis mulai pada
lapisan intima atau lapisan dalam dinding pembuluh tetapi dalam pertumbuhannya dapat meluas
sampai melewati tunika media atau bagian muskuloelastika dinding pembuluh.
Aterosklerosis kini tak lagi dianggap merupakan proses penuaan saja. Timbulnya "bercakbercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan fenomena alamiah bahkan sejak masa
kanak-kanak dan tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik; terdapat banyak faktor saling
berkaitan yang dapat mempercepat proses aterogenik. Telah dikenal beberapa faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis koroner pada individu tertentu.
Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai akumulasi lipid ekstrasel,
recruitment dan akumulasi lekosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit
matriks ekstrasel, akibat pemicuan patomekanisme multifaktor yang bersifat kronik progresif,
fokal atau difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta menimbulkan penebalan dan kekakuan
arteri.Aterosklerosis disebabkan faktor genetik serta intensitas dan lama paparan faktor
lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen, infeksi virus dan bakteri, faktor imunitas
dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai faktor tersebut.
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mummi Mesir,
lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini. Otopsi pertama yang
dilakukan pada tahun 1931menunjukkan adanya tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koroner
seorang mummi wanita berusia 50 tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam perang
Korea menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada pembuluh
koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali. Di Amerika Serikat, 46
persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah mengidap
pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang nyata. Penyakit jantung koroner
(PJK) yang berawal dari aterosklerosis telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat PJK di
seluruh dunia pada tahun 2002. angka ini diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020.
Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup.
Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat cenderung
meningkat. Hasil survey kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk
Indonesia menderita PJK. Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi kedokteran
menyebabkan umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah penduduk lansia bertambah.

Survey di tiga kecamatan di daerah Djakarta Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi
lansia melewati angka 15% yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang.
Usia lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai meningkatkan
berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan. Prevalensi PJK (Penyakit Jantung
Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan angka kematian mencapai lebih dari 80% yang berarti
setiap 2 (dua) orang lansia satu mengidap PJK dan jika terserang PJK maka kematian demikian
tinggi dan hanya 20% yang dapat diselamatkan.
Melihat dari data yang telah dikembangkan, banyaknya pasien yang tercatat menderita
aterosklerosis kemudian berlanjut ke penyakit yang lainnya, penulis tertarik untuk mempelajari
tentang ateroskleosis lebih dalam.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah Arterosklerosis ini adalah mahasiswa mampu mengetahui
konsep dasar Arterosklerosis yang meliputi pengertian, proses/ mekanisme, faktor resiko,
penyakit akibat arterosklerosis dan cara penyembuhannya.

Pasien DM2 juga dapat mengalami kerusakan endotel maupun peningkatan


kadar LDL teroksidasi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan mekanisme yang terkait dengan
hiperglikemi pada kondisi ini. Selain itu, koagulabilitas darah meningkat pada DM2 karena
peningkatan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) dan peningkatan kemampuan agregasi
trombosit. Selain itu, hiperglikemi meningkatkan pembentukan protein plasma yang mengandung
gula seperti fibrinogen, haptoglobulin, makroglobulin- serta faktor pembekuan yang juga

meningkatkan risiko trombosis akibat peningkatan viskositas darah. Juga, disebutkan bahwa
diabetes melitus menginduksi hiperkolesterolemia. Insiden infark miokard pada penderita
diabetes adalah dua kali dari nondiabetik

Anda mungkin juga menyukai