Anda di halaman 1dari 3

Gegar otak adalah cedera kepala yang berdampak kepada fungsi otak.

Selain karena benturan


dan guncangan pada kepala, gegar otak umumnya terjadi karena guncangan keras pada tubuh
bagian atas. Otak terlindungi dari guncangan oleh cairan otak dalam tengkorak. Oleh karenanya
guncangan dan benturan keras pada kepala atau tubuh bagian atas dapat membuat otak ikut
terguncang membentur dinding kepala bagian dalam. Kondisi ini dapat bersifat ringan, tapi juga
bisa berisiko fatal jika sampai mengakibatkan pendarahan di dalam atau di sekitar otak.
Menurut tingkat keparahan dan ada tidaknya pingsan, gegar otak dapat digolongkan ke dalam
beberapa jenis:
Tingkat 1: Gegar otak ringan.
Tidak mengalami pingsan, serta gejala-gejala yang dirasakan hanya berlangsung kurang dari 15
menit.
Tingkat 2: Gegar otak sedang.
Tidak mengalami pingsan namun gejala yang dirasakan lebih dari 15 menit.
Tingkat 3: Gegar otak berat.

Mengalami pingsan.
Gegar otak dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Namun pada kebanyakan kasus, orang
tidak mengalami kehilangan kesadaran sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya
mengalami gegar otak. Satu hal yang pasti, tiap gegar otak dapat menyebabkan gangguan pada
otak dalam skala tertentu.

Bagaimana Ciri-ciri Orang yang Terkena Gegar Otak?


Gejala gegar otak bisa jadi tidak akan segera terasa, namun dapat berlangsung mulai dari
hitungan hari hingga lebih dari beberapa minggu. Berikut ini beberapa gejala yang umumnya
dirasakan:

Pingsan/tidak sadarkan diri selama beberapa waktu.

Terasa seperti berada di tengah kabut.

Telinga berdenging

Mual dan muntah. Mata berkunang-kunang dan pusing.

Sakit kepala.

Cara bicara yang menjadi kurang jelas..

Kelelahan.

Gangguan pada keseimbangan tubuh.

Linglung, tidak dapat segera menjawab ketika ditanya.

Sementara itu, beberapa gejala berikut mungkin dapat segera dirasakan, meski ada kemungkinan
baru terasa beberapa jam setelah cedera kepala, antara lain sensitif terhadap cahaya dan bunyi
bising, gangguan tidur, gangguan psikologis dan perubahan kepribadian, gangguan ingatan dan
konsentrasi, depresi, serta tidak mampu mengecap.
Umumnya orang yang mengalami gegar otak dapat pulih sepenuhnya dengan cepat. Namun ada
kalanya yang mengalami gejala yang tidak hilang hingga berminggu-minggu lamanya, terutama
jika dia pernah mengalami cedera yang serupa.

Gegar Otak pada Anak Butuh Penanganan Khusus


Pada masa kanak-kanak, kepala manusia cenderung relatif lebih besar dibandingkan tubuhnya
secara keseluruhan. Selain itu, anak-anak lebih sering bergerak aktif ke mana-mana

dibandingkan orang dewasa. Paduan kedua situasi ini menyebabkan anak-anak cenderung lebih
sering terjatuh atau terbentur hingga mengalami gegar otak.
Anak yang mengalami cedera di kepala sebaiknya mendapat pengawasan orang dewasa selama
24 jam pertama setelah kecelakaan. Hal ini diperlukan karena anak-anak, terutama balita, belum
tentu dapat mengomunikasikan yang mereka rasakan, sehingga perubahan perilaku apa pun perlu
dipantau lebih jauh.
Namun tanda-tanda gegar otak pada seorang anak dapat dikenali dari hal-hal berikut ini:

Menangis secara berlebihan.

Tidak ingin bermain bersama mainan favoritnya.

Rewel dan menjadi mudah marah.

Lelah dan lesu.

Perubahan pola makan dan pola tidur.

Pemberian obat-obatan apa pun harus dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu untuk
menghindari risiko pendarahan dalam otak. Lebih lanjut, anak Anda bisa jadi berada dalam
kondisi darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit jika mengalami muntah berulang kali,
gangguan koordinasi fisik, cara bicara terganggu, perubahan perilaku seperti mudah marah, sakit
kepala yang memburuk dari waktu ke waktu, tidak sadarkan diri/pingsan lebih dari 30 detik.
Gejala lainnya adalah gangguan penglihatan dan kejang.

Setelah Terjadi Cedera Kepala


Pada keadaan pascacedera, kadar zat kimia dalam otak juga berubah dan memerlukan waktu
beberapa lama untuk dapat kembali normal. Beristirahat adalah cara terbaik untuk memulihkan
fisik dan mental akibat cedera kepala. Bentuk istirahat yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:

Membatasi aktivitas, yang meski terasa menyenangkan tapi memerlukan konsentrasi


lebih banyak, seperti membaca, menonton TV, atau bermain video games.

Hindari kegiatan yang banyak bergerak, seperti olahraga, karena berisiko memperparah
kondisi cedera.

Hindari mengonsumsi obat selain yang diresep

Anda mungkin juga menyukai