Anda di halaman 1dari 17

ANALSISI PENERAPAN KONSEP SUSTAINIBILITY PADA RUMAH

TINGGALSTUDI KASUS RUMAH KONTRAKAN DI JALAN CANDI


WINANGUN, NGAGLIK, SLEMAN, DI YOGYAKARTA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Arsitektur Lestari
Dosen Pengampu Ir. Rini Darmawati. MT

Disusun oleh
Muhammad Wildan

13512189

M. Naufal Raga P.

15512173

Dady Wicaksono

15512118

Dhaniswara Indo Berlian

15512192

Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta 2016

DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
a. Latar Belakang .................................................................................... 1
b. Permasalahn ......................................................................................... 1
2. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 3
3. HASIL SURVEI ...................................................................................... 9
a. Lokasi Bangunan ................................................................................ 9
b. Denah dan Foto foto ....................................................................... 10
4. ANALISIS .............................................................................................. 13
5. KESIMPULAN ...................................................................................... 14
6. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15

I.

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Menurut

Wikipedia,

pengertian

rumah

dalam

arti

umum adalah

salah

satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Dalam
arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin
di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas,
dan lain-lain. Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal

selama jangka waktu tertentu. Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai
tempat berlindung atau bernaung dari pengaruh alam sekitarnya (hujan, matahari,

dan lain- lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah beristirahat
setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Oleh karena itu, perlu adanya penyelesain khususnya pada bidang arsitektur
agar terjadi kehidupan keberlanjutan. Salah satunya adalah dengan memiliki
ketahuan akan wasasan lingkungan pada arsitektur. Sadar, dan menerapkan
wawasan lingkungan pada desain sebagaimana kita kenal dengan arsitektur
berkelanjutan.

Tentu

saja

untuk

memulai

arsitektur

berlanjutan,

harus

ditumbuhkan dari perancangan hal yang paling kecil dahulu, seperti rumah.
Apabila rancangan suatu rumah telah memenuhi asrsitektur berkelanjutan, maka
akan berlaku pada rumah yang lain. Hal ini bila diterapkan terus menerus,
diharapkan arsitektur berkelanjutan juga dapat menular secara progresif menjadi
suatu kawasan perumahan yang berkelanjutan.
Dalam penelitian kali ini rumah tinggal yang kami angkat merupakan sebuah
rumah yang difungsikan sebagai kontrakan yang berlokasi di Jalan Candi
Winangun, Ngaglik, Sleman, Jogjakarta. Kontrakan ini berorientasi ke arah timur.
Bangunan ini dikelilingi semak- semak yang tidak terlalu tinggi atau dapat
diartikan bangunan ini jauh dari rumah yang lain.

I.1. PERMASALAHAN
1. Kelembapan
2. View
3. Akses

II.I.

II.
KAJIAN TEORI
Pengertian Arsitektur Berkelanjutan

Sustainable development
Development that meets the needs of the present without compromising
the ability of future generations to meet their own needs.
(Brundtland, 1987)
Sustainable Design
Creating buildings which are energy efficient,healthy, comfortable, flexible, in
use and designed for long life.
(Foster and Partners, 1999)
Environmental friendly development adalah pembangunan yang ramah
lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya, sebuah

bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat dihargai untuk
dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable architecture pada
bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari environmenal friendly
development tersebut. walau keberlanjutan suatu bangunan tidak bisa dilihat dari
sudut ketahanan fisik bangunan saja.Prinsip-prinsip dari sustainable architecture,
antara lain seperti :
Perhatian pada iklim setempat
Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (menghemat
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)
Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat
energi
Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan
bahan bangunan energi dan air
Hemat energi secara menyeluruh
Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung
sustainable architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :
Efisiensi lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan
penunjang keberlanjutan potensi lahan.
Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus
dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan
lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof
garden ( taman atap ), taman gantung ( dengan menggantung pot-pot
tanaman pada sekitar bangunan ), pagar tanaman.
Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak
mudah
menebang pohon-pohon.
Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman ( sesuai
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya ) .
Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat

menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan,


misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana
letak lahan ( dikota atau didesa ) dan bagaimana konsekuensinya
terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap
desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan
alami yang dapat digunakan?
Efisiensi energi
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan
implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung
terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan penggunaan
energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep sustainable
dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan
sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan
alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.
Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara
maksimal
pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan
iklim tropis.
Efisiensi material
Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu
sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang
masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang
semakin
jarang seperti kayu.
Penggunaan teknologi dan material baru
Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya
matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk

rumah tangga dan bangunan lain secara independen.


Manajemen limbah
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black
water, grey water ) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran
air
kota.
(Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Masa Kini)
Sementara pendapat lain yang sama seperti Tri Harso yaitu Heinz Frick,
menurutnya dalam membangun itu harus secara ekologis (basic eco-design
standard), pegangan untuk pembangunan secara berkelanjutan didasarkan pada
teknologi bangunan lokal dan tuntutan ekologis alam. Ketentuan cara
membangun merupakan fungsi perencanaan. Kebiasaan cara membangun berasal
dari cara bagaimana pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang dianggapnya
penting.
Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan meminimalkan
pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada prinsipnya tidak bisa
dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu gedung berfungsi
dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan kemampuan para perencana
untuk mengerti cara membangun dan prosesnya, menyatakan impian penghuni,
memperhatikan segala peredaran alam.
Asas-sas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi
menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan
asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.
Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan
berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu
membentuk penggantinya
Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg
renewable, meningkatkan efisiensi.
2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.
Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan
2. Mengizinkan hasl sambilan (potongan, sampah, dsb) saja yang dapat dimakan
atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain.

Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse.


4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.
Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
(Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis)
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat melihat atau sedikit mengambil
kesimpulan kecil, bahwa di era saat ini sustainable architecture atau arsitektur
berkelanjutan mempunyai konsep-konsep sebagai dasar konsep utama dari
keberlanjutan dari konsep itu. Pada kali ini yang ingin diangkat yaitu tetntang
penghematan energi atau energy efficiency pada sebuah bangunan. Penghematan
energi sangatlah erat kaitanya dengan arsitektur berkelanjutan ini, baik
penghematan dari sumber daya alam sampai sumber daya buatanya. Di dalam
konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak bisa kita hanya berargumen
bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau belum, karena hampir disemua
negara mempunyai standar atau kriterianya masing-masing untuk menilai sudah
memenuhi atau belum bangunan kita untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini.

II.2.

LEED dan GREENSHIP Indonesia

Pada era saat ini hampir di setiap negara mempunyai dasar atau acuan untuk
penilaian standar-standar yang berlaku untuk bangunan yang baik atau dalam hal
ini sudah menjadi bangunan yang sustainable atau belum. Maksud dari hal ini
tentu ingin mengembangakan setiap konsep bangunan agar mempunyai kriteria
standar pada saat perancanganya sampai pada saat bangunan itu selesai dibangun
dan siap guna. Pada kali ini saya mencoba melihat standar yang ditetapkan di
Negara Amerika dan sudah menjadi acuan bagi seluruh Negara di dunia, termasuk
Indonesia yaitu LEED (Leadership in Energy and Environmental Design). Tetapi
tidak hanya menggunakan itu saja, karena pada kumpulan atau praktisi di
Indonesia yang tergabung di GBCI (Green Building Council Indonesia) membuat
suatu standar pembangunan juga berkaitan dengan situasi dan iklim yang berada
di Indonesia sendiri.
LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) dicetuskan oleh
United States Green Building Council (USGBC) pada 1998 ini adalah sistem
bangunan

ertifikasi yang diakui secara internasional, memberikan verifikasi

pihak ketiga bahwa suatu bangunan atau komunitas yang dirancang dan dibangun

menggunakan strategi ditujukan untuk meningkatkan kinerja dalam metrik seperti


penghematan energi, efisiensi air, emisi CO2 penurunan, peningkatan kualitas
lingkungan dalam ruangan, dan pengelolaan sumber daya dan kepekaan terhadap
dampaknya. Setiap jenis bangunan LEED diatur oleh beberapa parameter atau
kategori. Dalam setiap kategori ada daftar strategi kredit yang menguraikan
tujuan kinerja untuk kredit yang harus dicapai. Kategori-kategori atau parameter
dari LEED adalah :
1. Keberlanjutan Tapak (Sustainable Site)
2. Penghematan Air (Water Efficiency)
3. Energi dan Atmosfer (Energy and Atmosphere)
4. Material dan Sumber Daya (Material and Resource)
5. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam (Indoor Environmental Quality)
6. Inovasi dan Proses Desain (Innovation and Design Procces)
(Sumber : Tri Harso Karyono .Green Architecture : Pengantar
Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia)
Berdasarkan parameter LEED permasalahan yang ingin dibuat solusisnya
dapat menggunakan parameter no.5 yaitu kualitas lingkungan ruang dalam, dalam
hal ini daylighting atau pencahayaan alami.
Sementara GREENSHIP digagas olehl embaga KONSIL BANGUNAN
HIJAU INDONESIA atau GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA. GBCI
adalah lembaga mandiri (non overnment) dan nirlaba (non-for profit) yang
berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan
praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri
bangunan global yang berkelanjutan. GBC INDONESIA merupakan Emerging
Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto,
Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 73 negara dan hanya memiliki satu GBC
di setiap negara.
GBC INDONESIA didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di
antara para pemangku kepentingannya, meliputi :

Profesional bidang jasa konstruksi,


Kalangan industri sektor bangunan dan properti,
Pemerintah,
Institusi pendidikan dan penelitian
Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.

Salah satu program GBC INDONESIA adalah menyelenggarakan kegiatan


Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas
Indonesia yang disebut GREENSHIP. GREENSHIP ini juga mempunya sistim rating
atau parameter seperti LEED juga. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan
butir rating, maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut.Bila
jumlah semua point nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang
ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi
tententu. Namun sebelum mencapai tahap penilaian rating terlebih dahulu dilakukan
pengkajian bangunan untuk pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibilitas).
Sistim Rating GREENSHIP dipersiapkan dan disusun oleh Green Building
Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan bangunan
hijau. Setiap negara tersebut mempunyai Sistem rating masing-masing, sebagai
contoh Amerika Serikat - LEED, Singapura - Green Mark, Australia - Green Star dsb.
Konsil Bangunan Hijau Indonesia saat ini dalam tahap penyusunan draft Sistem
rating. Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating
Indonesia yaitu GREENSHIP, sebuah perangkat penilaian yang disusun oleh Green
Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat
dinyatakan layak bersertifikat "bangunan hijau" atau belum. GREENSHIP bersifat
khas Indonesia seperti halnya perangkat penilaian di setiap negara yang selalu
mengakomodasi kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi GREENSHIP
diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel dan penuh
integritas.
Penyusunan GREENSHIP ini didukung oleh World Green Building Council, dan
dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI. Saat ini GREENSHIP berada dalam
tahap penyusunan GREENSHIP untuk Bangunan Baru (New Building) yang
kemudiannya akan disusun lagi GREENSHIP untuk kategori-kategori bangunan
lainnya. Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri
dari :
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)
2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER)
3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)
4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management)

Masing-masing aspek terdiri atas beberapa Rating yang mengandung kredit yang
masing-masing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan
penilaian. Poin Nilai memuat standar-standar baku dan rekomendasi untuk pencapaian
standar tersebut. Bila melihat standar GREEBSHIP ini yang dapat menjadi kategori
sebagai acuan yaitu no.2 efisiensi energy dan refrigerant, dan melihat parameternya
cahaya pada siang hari atau daylighting.
(Sumber : www.gbcindonesia.org)

III.

HASIL SURVEY

III.1. Lokasi Bangunan


Bangunan ini berlokasi di kontrakan yang berlokasi di Jalan Candi Winangun,
Ngaglik, Sleman, Jogjakarta.

Bagi
an utara bangunan berbatasan dengan lahan kebun ketala milik warga

sekitar. Bagian Timur berbatasan dengan kebun milik warga sektiar.


Bagian Selatan berbatasan dengan lahan kosong atau tanah lapang.
III.2. Denah dan Foto-Foto

Dapu
r
Kamar
3

KM

Kamar
2
Ruang
Tamu

Parkir

Kamar
1

kontrak
an
warung
rumah
Lahan
kosong
kebun
Figure 1.. Akses Depan
Rumah

Figure 2. View Bagian Utara

bengke
l

Figure 3. Batas Bagian Selatan

Figure 4. Akses Jalan Utama

Figure 5. View Bagian Utara

Figure 6. Tampak Depan

Figure 8. Pintu Kamar

Figure 7. Jendela Depan

Figure 9. Jendela Kamar Bagian Timur

Figure 11. Ruang Tamu

Figure 10. Bagian Dalam Kamar 1

Figure 12. Ruang Tamu

IV.

ANALISIS

1. Pencahayaan dan kelembapan


Cahaya matahari yag dapat dimanfaatkan untuk peneranagan ruangan pada
siang hari adalah antara jam 08.00 sampai jam 16.00. Terdapatnya jendela yang
berada pada fasad timur bangunan sebagai pintu masuk utama memungkinkan cahaya
masuk pada pagi hari secara optimal. Pada fasad barat bangunan memiliki jendela dan
bukaan yang sedikit, sehingga cahaya pada sore hari tidak dapat masuk secara
maksimal. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi panas dari sinar sore
hari.
Pada kamar 3 jendela atau bukaan hanya terdapat pada bagian barat fasad.
Sedangkan cahaya matahari pagi hari tidak dapat masuk ke dalam ruangan, karena
letak dari ruangan ini berada di bagian belakang (barat) bangunan. Ditambah letak
ruangan ini berada di samping Kamar Mandi. Sehingga Kamar 3 memiliki
kelembapan yang cukup tinggi dibandingkan ruangan yang lain.
2. Pengolahan Sampah
Pada bangunan ini, tidak ada pengolahan sampah, serta tidak adanya pemisah
antara sampah organik dan anorganik. Dengan kata lain, sampah yang ada
dikumpulkan terlebih dahulu pada tempat sampah yang tersedia di rumah. Kemudian
sampah yang telah terkumpul cukup banyak akan dikeluarkan ke luar rumah. Dan
setiap 3 hari, sampah akan diambil oleh pengepul sampah.
3. View
Pada bangunan ini memiliki view keluar yang kurang bagus, di mana pada bagian
depan bangunan merupakan kebun yang tidak terawat, pada samping kanan
merupakan tanah kosong, sedangkan pada samping kiri terdapat kebun kitela. Karena
hal ini, maka diperlukan view seperti taman atau vegetasi lainnya untuk menambah
nilai (+) pada view.
4. Akses
Akses untuk ke bangunan ini berupa jalan aspal yang kondisinya lumayan baik,
tetapi akses halaman menuju ke arah rumah masih berupa tanah dan masih banyak
rumput liar.

V.

KESIMPULAN

Hasil analisis yang telah dilakukan dengan data lapangan dan teori sebagai landasan
yang menguatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah yang difungsikan untuk
dikontrakkan ini belum keseluruhannya sesuai dengan konsep keberlanjutan atau standar dari
arsitektur berkelanjutan. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis, seperti sirkulasi dan
pencahayaan yang kurang baik sehingga menyebabkan salah satu kamar yang berada di
dalam rumah menjadi lembab. Udara yang buruk merupakan hal yang harus dihindari dari
sebuah bangunan yang fungsinya sendiri adalah sebagai tempat tinggal dan digunakan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, pengolahan dan penanganan sampah dirasa
kurang baik, karena tidak dipisahkannya antara sampah organik dan anorganik. Selain tidak
dilakukan pemisahan, sampah sampah-sampah tersebut juga hanya diletakkan di depan
rumah untuk nantinya diambil oleh petugas kebersihan. Namun di luar itu, seperti kualitas
pencahayaan di dalam ruangan dan kenyaman di luar ruangan sudah cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz. (1988). Arsitektur dan lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan
https://id.wikipedia.org/wiki/Desain_berkelanjutan
https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_hijau
https://elsyara15.wordpress.com/2014/02/04/makalah-tentang-konsep-pembangunan-yangberkelanjutan-green-building/

Anda mungkin juga menyukai