Anda di halaman 1dari 37

MATA KULIAH PENGELOLAAN AIR

Makalah Teknologi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)


pada Air Mineral dan Air Demineral

Disusun oleh :
Kelompok 6
Minat Kesehatan Lingkungan
Imfatul Tria Nur Azizah

101311133013

Elisa Dwi Pertiwi

101311133026

Asep Prastiawan

101311133078

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan Rahmat kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Teknologi Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) pada Air Mineral dan Air Demineral . Dengan
terselesainya laporan ini kami mendapat bantuan dari beberapa pihak, kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada dosen Pengelolaan Air yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancer. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung makalah ini.
Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk para pembaca. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
demi perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya.
Surabaya, 4 Maret 2016
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Air Minum....................................................................................4
2.2 Konsep Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).........................................5
2.3 Macam - Macam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)..........................6
2.4 Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).........................7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Proses Produksi Air Mineral......................................................................9
3.1.1 Proses Produksi Air Mineral dari Air Tanah atau Air Permukaan....9
3.1.2 Proses Produksi Air Mineral dari Air Laut......................................13
3.2 Proses Produksi Air Demineral.................................................................16
3.2.1 Proses Produksi Air Demineral........................................................16
3.2.1 Efek Konsumsi Air Demineral.........................................................25
3.3 Proses produksi AMDK di PT. Indotirta Jaya Abadi Semarang...............26
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................31
4.2 Saran...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram alir Proses Produksi Air Mineral dari Air Tanah atau Air
Permukaan................................................................................................................9
Gambar 3.2. Simbol Plastik untuk AMDK............................................................11
Gambar 3.3. Simbol Food Grade...........................................................................11
Gambar 3.4. Diagram alir Proses Produksi Air Mineral dari Air Laut..................13
Gambar 3.5. Diagram alir Proses Produksi Air Demineral....................................16
Gambar 3.6 Skema Kolom Resin Ion Exchange pada Proses Demineralisasi Air.18
Gambar 3.7 Kombinasi Kolom Resin Kation, Anion, serta Sistem CO2 Removal....
................................................................................................................................20
Gambar 3.8 Proses Demineralisasi Air Multi-Stage..............................................21
Gambar 3.9 Kemasan Galon..................................................................................26
Gambar 3.10 Kemasan Botol.................................................................................27
Gambar 3.11 Kemasan Cup....................................................................................27
Gambar 3.12 Diagaram alir proses produksi AMDK.............................................28
Gambar 3.13 Sumber Mata Air di Gunung Keji dan Truk Pengangkut Air Baku. 29

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Mutu AMDK pada Air Mineral dan Air Demineral.............7

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan bagian penting untuk kehidupan, sebagian besar tubuh
manusia terdiri dari air, tanpa air manusia akan mengalami dehidrasi dan lebih
cepat mati dibandingkan tanpa makanan. Di dalam tubuh, air bermanfaat
antara lain untuk memelihara suhu badan agar tetap stabil karena air yang
terserap oleh tubuh akan menjaga suhu tubuh agar relatif tetap mencapai 36-37
derajat Celcius. Air yang kita minum ke dalam tubuh banyak memiliki
kegunaan, seperti: (1) melarutkan zat-zat makanan (nutrisi) agar mudah
dicernakan oleh enzim-enzim sehingga mudah diserap oleh didinding ususnya;
(2) mempertahankan suhu tubuh agar relatif tetap; (3) air sebagai pengisi
cairan sel-sel tubuh agar relative tetap serta dapat memperlancar pembuangan
sisa metabolisme keluar tubuh, melalui urin atau feses dan keringat. (4)
Kebutuhan air di dalam tubuh untuk kelancaran kerja enzim. Air diperlukan
untuk media kerja enzim. Adanya air, zat-zat dapat melarut sehingga akan
memudahkan kerja enzim. (Ellis, 2010)
Setiap individu membutuhkan air minum untuk kelangsungan
hidupnya yang harus dipenuhi dimanapun dan kapanpun. Kebutuhan tersebut
mendorong beberapa industri air minum untuk memproduksi air minum yang
dikemas praktis yang lebih dikenal dengan Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK). Berdasarkan SNI 01-3553-2006 Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum
mencakup air mineral dan demineral/air murni. Air Mineral adalah AMDK
yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan
mineral. Sedangkan Air Demineral/Air Murni/Non Mineral adalah Air minum
dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi,
deionisasi, reverse osmosis dan proses setara. Dari definisi tersebut jelas
bahwa keduanya bersumber dari air baku yaitu air yang telah memenuhi
persyaratan kualitas air bersih sesuai aturan yang berlaku.
AMDK ini adalah produk dari perusahaan yang mengolah air dengan
serangkaian proses mulai pengolahan, strerilisasi, pengemasan, pelabelan,

pengepakan sampai distribusi. Beralihnya masyarakat pada AMDK selain


karena kepraktisannya, tetapi juga ditunjang oleh semakin buruknya kondisi
air tanah dibeberapa daerah Indonesia. Semakin meningkatnya permintaan
pasar terhadap AMDK menuntut produsen memberikan inovasi baru dalam
penyediaan, pengolahan maupun pemasarannya. Lemahnya pengawasan
produk makanan dan minuman di Indonesia membuka peluang pemalsuan
berbagai merek AMDK, pembuatan AMDK tanpa izin ataupun penjualan Air
isi ulang tanpa ijin yang berwenang. Semua kecurangan produsen tersebut
tentunya akan membawa dampak terhadap kesehatan (Rahayu,2010).
Untuk itu perlu pengawasan ketat terhadap proses produksi air minum
agar memenuhi standar AMDK yang aman dan tidak membahayakan
kesehatan yaitu sesuai dengan SNI 01-3553-2006 tentang AMDK dan
Peraturan Menteri Peindustrian RI Nomor 96/M-IND/PER/12/2011 tentang
Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)?
2. Apa saja jenis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)?
3. Apa persyaratan mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)?
4. Bagaimana proses produksi air mineral?
5. Bagaimana proses produksi air demineral?
6. Apakah efek mengonsumsi air demineral?
7. Bagaimanakah proses produksi AMDK di PT Indotirta jaya Abadi
Semarang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
2. Mengetahui jenis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
3. Mengetahui persyaratan mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
4. Mengetahui proses produksi air mineral.
5. Mengetahui proses produksi air demineral.
6. Mengetahui efek mengonsumsi air demineral.
7. Mengetahui proses produksi AMDK di PT Indotirta jaya Abadi Semarang.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini bagi mahasiswa adalah:
1. Memahami perbedaan antara air mineral dan air demineral yang beredar
dipasaran.
2. Selain itu juga mengetahui proses produksi Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) yang benar sesuai prosedur.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Air Minum
Pengertian Air Minum

menurut

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan


kualitas air minum, bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Untuk itu harus memenuhi persyaratan fisik,
biologi, kimia, dan radioaktifitas.
1. Syarat Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya
dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman,
dan

memiliki

jumlah

zat

padat

terlarut

(TDS)

yang

rendah

(Mandasary,2009).
2. Syarat bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri
berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas
dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak
merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen (Fauziah,2011).
3. Syarat kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Kesadahan,
Zat Organik (KMnO4), Besi (Fe), Mangan (Mn), derajat keasaman (pH),
Kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air
minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalamPeraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum dan Standard Nasional Indonesia.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik
bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
4

4. Syarat radioaktifitas
Syarat radioaktifitas ini meliputi gross alpha activity dan gross beta
activity dengan kadar maksimum yang diperbolehkan masing-masing 0,1
Bq/l dan 1 Bq/l.
2.2 Konsep Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Menurut Standard Nasional Indonesia 01-3553-2006 Air Minum
Dalam Kemasan adalah air baku yang diproses, dikemas, dan aman diminum
mencakup air mineral dan air demineral. Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Perindustrian RI Nomor 96/M-IND/PER/12/2011 tentang Persyaratan
Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan, AMDK adalah air yang telah
diproses, tanpa bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan, dikemas
serta aman untuk diminum. AMDK bisa ditambahkan O2, CO2, dan/atau N2.
Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia No. 705/MPP/Kep/11/2003 tentang persyaratan teknis industri Air
Minum Dalam Kemasan dan perdagangannya, bahan baku utama yang
digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya,
untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjamin mutu air
meliputi :
a. Pemeriksaan organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.
b. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi
yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan.
Perusahaan Industri AMDK wajib memiliki dokumen tentang
perkembangan hasil pengendalian dan pengujian mutu produk sesuai SNI
yang berlaku yang disimpan minimal selama 2 (dua) tahun. Setelah
memperoleh SNI, AMDK juga harus mendaftarkan produk kepada Badan
POM untuk dilakukan penilaian kelayakannya untuk beredar dipasaran.
Untuk memelihara keamanan AMDK menurut Peraturan Menteri
Peindustrian RI Nomor 96/M-IND/PER/12/2011 tentang Persyaratan Teknis
Industri Air Minum Dalam Kemasan, perusahaan industri AMDK harus
melakukan pengujian air baku melalui laboratorium internal dan eksternal
secara periodeik sebagai berikut :
a. Air baku sebelum digunakan harus diperiksa secara organoleptik, fisikakimia, mikrobiologi, dan radiologi.
b. Satu kali dalam seminggu untuk analisa bakteri coliform.
c. Satu kali dalam enam bulan untuk analisa kimia dan fisika.
5

d. Satu kali uji analisa radiologi ketika menggunakan air sumber dilokasi
baru.
Air minum dalam kemasan dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19
liter atau galon , 1500 ml/600 ml (botol), 240 ml /220 ml (cup) (Susanti,
2010). Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses
pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water
treatment processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk air
kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan. Untuk Air kemasan Non
mineral biasanya dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah/mata air
pengunungan (Susanti,2010).
2.3 Macam - Macam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Berdasarkan Peraturan Menteri Peindustrian RI Nomor 96/MIND/PER/12/2011 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan AMDK meliputi :
1. Air mineral
Air mineral merupakan air minum dalam kemasan yang mengandung
mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral. Air mineral
terdiri dari air mineral, air mineral beroksigen, dan air mineral
berkarbonasi. Air mineral merupakan air yang mengandung unsur mineral
seperti zat besi, kalsium, mangan, dan fluor. Masyarakat sering menyebut
AMDK sebagai air mineral karena sumber airnya berasal dari air
pegunungan yang mengandung berbagai garam dan sulfur.
2. Air demineral
Air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang diperoleh
melalui proses pemurnian secara destilasi (pemisahan zat-zat kimia),
deionisasi (menetralisasi ion positif dan negative), reverse osmosis
(pemurnian) atau proses setara. Air demineral terdiri dari air demineral, air
demineral beroksigen, dan air demineral berkarbonasi.
3. Air mineral alami
Air mineral alami adalah air minum yang diperoleh langsung dari air
sumber alami atau dibor dari sumur dalam dengan proses terkendali yang
menghindari pencemaran atau pengaruh luar atas sifat kimia, fisika, dan

mikrobiologi air mineral alami. Air mineral alami terdiri dari air mineral
alami, air mineral alami beroksigen, dan air mineral alami berkarbonasi.
4. Air minum embun
Air minum embun adalah adalah air minum yang diperoleh dari proses
pengembunan uap air dari udara lembab menjadi tetesan air embun yang
diolah lebih lanjut menjadi air minum embun yang dikemas. Air mineral
embun terdiri dari air mineral embun, air mineral embun beroksigen, dan
air mineral embun berkarbonasi.
2.4 Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Dalam SNI 01-3553-2006 disebutkan bahwa persyaratan mutu Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) terbagi menjadi dua jenis persyaratan air
yang berbeda, yaitu air mineral dan air demineral. Pada SNI ini juga sudah
diatur persyaratan mutu AMDK pada air mineral dan air demineral, yaitu :
Tabel 1. Persyaratan Mutu AMDK pada Air Mineral dan Air Demineral
Kriteria Uji

Persyaratan

Kekeruhan
Zat yang terlarut
Zat organik (angka KMnO4)
Kriteria Uji

Persyaratan

Total organik karbon


Nitrat (sebagai NO3)
Nitrit (sebagai NO2)
Amonium (NH4)
4)
Klorida (Cl)
Flourida (F)
Sianida (CN)
Mangan (Mn)
Klor bebas (Cl2)
Kromium (Cr)
Barium (Ba)
Boron (B)
Selenium (Se)

Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Perak (Ag)
Kobalt (Co)
Cemaran arsen
Cemaran mikroba
Angka lempeng total awal *)
Angka lempeng total akhir **)
Bakteri bentuk koli
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
Keterangan

) Di Pabrik
) Di Pasaran
Sumber : SNI 01-3553-2006 tentang AMDK
**

2.5

BAB 3
PEMBAHASAN
4.1 Produksi Air Mineral
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 96 tahun 2011
tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum dalam Kemasan, proses
produksi adalah perlakuan terhadap air baku yang berasal dari air tanah, air
permukaan, air laut atau udara lembab, dengan beberapa tahapan proses
sampai dengan menjadi AMDK. Perusahaan Industri AMDK dalam
melakukan proses produksi sekurang-kurangnya harus menggunakan mesin
dan peralatan produksi serta laboratorium yang memenuhi persyaratan. Proses
produksi air mineral dibagi menjadi 2, yaitu proses produksi air mineral asal
air tanah atau air permukaan dan proses produksi air mineral asal air laut.
4.1.1 Proses Produksi Air Mineral dari Air Tanah atau Air Permukaan
Proses produksi air mineral dari air tanah dapat digambarkan pada
bagan berikut ini :
Pengambilan dan penampungan air
baku
Penyaringan/filtrasi
(makrofilter, karbon aktif, mikrofilter)
Kemasan

Desinfeksi
(ozon, UV, atau ion silver)

Pencucian kemasan
Pengisian dan penutupan
(dapat ditambah O2, CO2, dan atau
N2)
Pengepakan
Gambar 3.1 Diagram alir Proses Produksi Air Mineral dari Air Tanah atau
Air Permukaan
Sumber : Peraturan

Menteri

Peindustrian

RI

Nomor

96/M-

IND/PER/12/2011
Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengambilan dan penampungan air baku
9

Air baku ditampung dalam bak atau tangki penampung. Bila lokasi
sumber air jauh dari pabrik, air dapat dialirkan melalui pipa atau diangkut
menggunakan tangki, dan jika diperlukan, pengangkutan air dalam tangki
dapat ditambahkan desinfektan.
2. Penyaringan/filtrasi
a. Penyaringan makrofilter
Penyaringan makrofilter menggunakan pasir atau saringan lain, yang
efektif dengan fungsi yang sama untuk menyaring partikel-partikel
yang kasar. Pasir yang dipakai setara dengan butir-butir silika (SiO 2)
minimal 95% dengan ukuran tergantung dari mutu kejernihan air yang
dinyatakan dalam satuan NTU.
b. Penyaringan karbon aktif
Apabila diperlukan, dapat digunakan penyaringan karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik. Bahan baku karbon aktif dari bahan yang aman bagi
kesehatan.
c. Penyaringan mikrofilter
Penyaringan mikrofilter berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron,
berfungsi menyaring partikel halus.
3. Desinfeksi
Desinfeksi berfungsi untuk membunuh mikroba patogen. Jika
desinfeksi menggunakan ozon, proses desinfeksi dapat dilakukan dalam
tangki pencampur ozon atau injeksi ozon dalam pipa. Kadar ozon pada
tangki pencampur 0,2-0,6 ppm dan kadar residu ozon sesaat setelah
pengisian berkisar antara 0,1-0,4 ppm. Pemeriksaan kadar residu ozon
dilakukan secara periodik dan dibuat rekaman. Jika desinfeksi ditambah
dengan penyinaran lampu Ultra Violet (UV) menggunakan panjang
gelombang 254 nm atau 2537 Ao dengan intensitas minimum 10.000 mw
detik per cm2. Jika desinfeksi menggunakan ion silver, digunakan
generator elektrolisis dengan residu silver pada produk maksimal 25 ppb.
4. Pencucian kemasan
Kemasan AMDK dapat terbuat dari kaca atau plastik yang berupa
Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polietilen Tereftalat (PET), Polivinil
Khlorida (PVC), atau Polikarbonat (PC). Selain itu juga haru memenuhi
syarat tara pangan.

10

Gambar 3.2. Simbol Plastik untuk AMDK


Sumber : worpress artikel

Gambar 3.3. Simbol Food Grade


Sumber : wikipedia
a. Kemasan sekali pakai
Kemasan sekali pakai tidak harus dicuci dan atau dibilas, tetapi jika hal
ini dilakukan, maka harus secara saniter. Kemasan sekali pakai dan
terbuat dari plastik, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Memenuhi syarat tara pangan (food grade) dan bertanda tara
pangan.
2) Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan.
3) Tidak boleh diisi ulang.
b. Kemasan dipakai ulang
Kemasan yang dapat dipakai ulang harus dicuci dan disanitasi
dalam mesin pencuci botol. Untuk membersihkan botol dapat
digunakan jenis deterjen yang aman untuk pangan dengan suhu 55750C, sedangkan untuk sanitasi dapat digunakan air ozon atau
desinfektan lain yang aman untuk pangan. Kemasan pakai ulang bisa
terbuat dari plastik atau kaca.
Untuk kemasan platik isi ulang harus memenuhi kriteria :
1) Memenuhi syarat tara pangan (food grade) dan bertanda tara
pangan.
2) Kekuatan memenuhi syarat uji.
3) Tahan suhu minimal 55 oC dengan waktu kontak minimal 15 detik.

11

4) Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan.


Sedangkan untuk kemasan kaca haru memenuhi kriteria :
1) Sesuai dengan SNI 12-0037-1987 atau revisinya.
2) Kekuatan memenuhi syarat uji.
3) Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan.
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan kemasan dilakukan secara visual dengan teliti sebelum
pencucian.
5. Pengisian dan penutupan
Pengisian dan penutupan botol atau gelas harus dilakukan dengan
cara higienis dalam ruang pengisian yang bersih dan saniter. Suhu dalam
ruang pengisian maksimal 250C. Pengisian dapat disertai dengan
penambahan O2, CO2, dan atau N2.
6. Pengepakan
Pengepakan dapat menggunakan kotak karton, shrink plastik, krat
plastik atau bahan lainnya.

3.2.2

Proses Produksi Air Mineral dari Air Laut


Proses produksi air mineral dari air laut dapat digambarkan pada

bagan berikut ini :

12

Pengambilan dan penampungan


air baku (air laut)
Desinfeksi (UV)
Penyaringan
(makrofilter, ultrafilter)
Desalinasi
(RO1 dan RO2)

Garam (NaCl)
Penampungan air
desalinasi

Evaporasi

Penampungan
kristal (Ca)

Penyaringan
(nanofilter)

Sisa Garam (NaCl)

Larutan mineral pekat (Mg, K)


Pencampuran
Pencucian kemasan
Pengisian dan penutupan
(dapat ditambah O2, CO2,dan atau N2)

Kemasan

Pengepakan
Gambar 3.4 Diagram alir Proses Produksi Air Mineral dari Air Laut
Sumber : Peraturan Menteri Peindustrian RI Nomor 96/MIND/PER/12/2011
Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengambilan dan penampungan air baku (air laut)
Air laut ditampung dalam tangki penampung. Bila lokasi sumber
air jauh dari pabrik, air laut dapat dialirkan melalui pipa atau diangkut
menggunakan tangki.
2. Desinfeksi
Desinfeksi

berfungsi

untuk

membunuh

mikroba

patogen.

Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan penyinaran lampu Ultra


Violet (UV) atau alat lain yang setara.
3. Penyaringan dengan makrofilter dan ultrafilter
13

a. Penyaringan makrofilter
Penyaringan makrofilter dimaksudkan untuk menghilangkan bahanbahan tersuspensi sebelum air laut didesalinasi dalam menggunakan
membran reverse osmosis (RO).
b. Penyaringan ultrafilter
Penyaringan ultrafilter adalah penyaringan lanjutan sebelum air
laut masuk kedalam membran reverse osmosis (RO).
4. Desalinasi
Desalinasi dimaksudkan untuk membuang sebagian besar garam
yang terdapat didalam air laut. Proses desalinasi dilakukan dengan
menggunakan membran reverse osmosis dalam dua tahap, supaya
pemisahan garam dapat lebih sempurna. Air yang telah didesalinasi
5.

dipisahkan dan ditampung untuk proses selanjutnya.


Evaporasi
Evaporasi dilakukan untuk memperoleh kristal kalsium untuk

selanjutnya dicampurkan kembali kedalam air yang telah didesalinasi.


6. Penyaringan dengan nanofilter
Penyaringan dengan nanofilter dimaksudkan untuk memisahkan
garam NaCl yang masih tersisa untuk memperoleh larutan pekat yang
mengandung mineral Magnesium (Mg), Kalium (K).
7. Pencampuran
Air laut yang telah didesalinasi dicampur dalam tangki
pencampuran dengan mineral kalsium dan larutan mineral pekat hasil
proses diatas.
8. Pencucian kemasan
a. Kemasan sekali pakai
Kemasan sekali pakai tidak harus dicuci dan atau dibilas, tetapi jika
hal ini dilakukan harus secara saniter.
b. Kemasan dipakai ulang
Kemasan yang dapat dipakai ulang harus dicuci dan disanitasi dalam
mesin pencuci botol. Untuk membersihkan botol dapat digunakan
jenis deterjen yang aman untuk pangan dengan suhu 55-75 0C,
sedangkan untuk sanitasi dapat digunakan air ozon atau desinfektan
lain yang aman untuk pangan.
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan kemasan dilakukan secara visual dengan teliti sebelum
pencucian.

14

Secara keseluruhan kriteria kemasan pada air mineral bersumber air laut
sama dengan standar kemasan pada air mineral yang bersumber dari air
tanah dan air permukaan.
9. Pengisian dan penutupan
Pengisian dan penutupan botol atau gelas harus dilakukan dengan
cara higienis dalam ruang pengisian yang bersih dan saniter. Suhu dalam
ruang pengisian maksimal 250C. Pengisian dapat disertai dengan
penambahan O2, CO2, dan atau N2.
10. Pengepakan
Pengepakan dapat menggunakan kotak karton, shrink plastik, krat
plastik atau bahan lainnya.
3.3 Produksi Air Demineral
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 96/MIND/PER/12/2011 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan, proses produksi air demineral dari sumber air tanah dan air
permukaan dapat digambarkan dengan diagram berikut :

Proses Produksiair
Airbaku
Demineral
Pengambilan 3.2.1
dan penampungan
(air tanah, air permukaan)
Proses produksi air mineral dari air demineral dapat digambarkan
pada bagan berikut ini :
Penyaringan/filtrasi
(makrofilter, karbon aktif, mikrofilter)

Kemasan

Demineralisasi
(RO, destilasi, deionisasi)

Pencucian Kemasan
Desinfeksi
(ozon, UV, atau ion silver)

Pengisian dan penutupan


(dapat ditambah O2, CO2, dan atau N2)
15

Gambar 3.5. Diagram alir Proses Produksi Air Demineral


Sumber

Peraturan Menteri
Pengepakan
IND/PER/12/2011

Peindustrian

RI

Nomor

96/M-

Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Pengambilan dan Penampungan Air Baku
Air baku ditampung dalam bak atau tangki penampung. Apabila
lokasi sumber air jauh dari pabrik, air dapat dialirkan melalui pipa yang
terbuat dari bahan tara pangan atau diangkut menggunakan tangki. Jika
diperlukan,

pengangkutan

air

dalam

tangki

dapat

ditambahkan

desinfektan.
2. Penyaringan (filtrasi)
a. Penyaringan makrofilter
Penyaringan makrofilter menggunakan pasir atau saringan lain, yang
efektif dengan fungsi yang sama untuk menyaring partikel-partikel
yang kasar. Pasir yang dipakai setara dengan butir-butir silika (SiO2)
minimal 95 % dengan ukuran tergantung dari mutu kejernihan air yang
dinyatakan dalam satuan NTU.
b. Penyaringan karbon aktif
Apabila diperlukan, dapat digunakan penyaringan karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik.
c. Penyaringan mikrofilter
Penyaringan mikrofilter berukuran maksimal 10 mikron yang
berfungsi menyaring partikel halus.
3. Demineralisasi
Demineralisasi adalah sebuah proses penghilangan kadar garam
dan mineral dalam air melalui proses pertukaran ion (ion exchange
process) dengan menggunakan media resin/softener anion dan kation.
Proses ini mampu menghasilkan air dengan tingkat kemurnian yang sangat
tinggi ( ultrapure water ) dengan jumlah kandungan kandungan ionik dan
an-ionik nya mendekati angka nol sehingga mencapai batas yang hampir
tidak dapat dideteksi lagi.

16

Gambar 3.6 Skema Kolom Resin Ion Exchange pada Proses


Demineralisasi Air.
Salah satu hal yang banyak orang tidak menyadari adalah bahwa
air secara alami memiliki banyak mineral di dalamnya. Ini termasuk air
17

hujan, air asin, dan air tawar. Banyak dari mineral dalam air yang
berbahaya bagi manusia dan hewan. Untuk menghindari cedera dari
mengkonsumsi mineral berbahaya, banyak orang menggunakan sebuah
demineralizer. Fungsi demineralizer itu sendiri adalah kemampuan untuk
membuat air murni ultra, setidaknya TDS rendah yang dirancang tidak
hanya untuk air yang akan dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga untuk air
yang akan digunakan dalam mesin-mesin industri. Kadar mineral dalam
air yang berlebih bergerak melalui pipa, semakin lama semakin banyak
mineral

cenderung

menempel

pada

pipa, mengakibatkan

korosi.

Demineralizer membantu menghindari masalah seperti ini pada pipa.


Tujuan dari demineralisasi adalah untuk mengukur kualitas air
dengan cara menentukan besarnya pH, Total Dissolved Solid (TDS), CaHardness, Total Hardness, dan Alkalinitas dari sampel air hasil proses
pengolahan kation anion exchanger serta membandingkan hasil sebelum
dan sesudah demineralisasi dengan standar.
Terdapat dua tipe kolom resin yang umum digunakan pada proses
demineralisasi air, yaitu Single Bed dan Mixed Bed Ion Exchange Resin.
Single Bed berarti hanya terdapat satu jenis resin (kation resin atau anion
resin) dalam satu kolom, sedangkan Mixed Bed menggabungkan kation
dan anion resin dalam satu kolom. Kedua tipe kolom resin tersebut bekerja
pada dua sistem demineralisasi, yaitu:
1. Multi-Stage Demineralisasi
Pada awal proses, air akan melewati resin kation untuk mengikat
ion-ion mineral positif. Proses ini diikuti dengan pelepasan ion H + ke
dalam air. Reaksi ion exchange terjadi sebagai berikut.
2R-H+K2+
R2K + 2H+ dengan R adalah ion resin dan K2+ adalah
ion mineral positif. Ion H+ akan berikatan dengan anion terlarut dalam air
dan menghasilkan asam kuat seperti asam sulfat, klorida, atau nitrit. Ion
kalsium di dalam air pada umumnya berbentuk kalsium karbonat. Ketika
ion kalsium terikat dengan molekul resin, kalsium karbonat terpecah
menjadi molekul air dan karbondioksida.
2R-H+Ca(HCO3)2
R2Ca + 2H2+ 2CO2, dengan molekul CO2
dipisahkan dari air dan dikeluarkan melalui sistem CO2 removal.

18

Gambar 3.7 Kombinasi Kolom Resin Kation, Anion, serta Sistem CO2
Removal
Untuk menghilangkan keasaman air yang terjadi akibat pengikatan
ion H+ dengan anion, air dialirkan ke dalam resin anion. Ion-ion negatif
yang larut dalam air akan terikat oleh molekul resin, diikuti dengan
terlepasnya ion OH-. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2R-OH+A2-

R2A+ 2OH- , dengan A2- adalah ion negatif yang

terlarut dalam air. Ion H+ dan OH- akan bereaksi membentuk molekul air
baru sebagai berikut:
H++ OH-

H2O

19

Gambar 3.8 Proses Demineralisasi Air Multi-Stage


Bentuk lain dari sistem demineralisasi adalah penggunaan kolom
resin anion kuat dan lemah. Kualitas hasil keluaran sistem ini setara
dengan penggunaan sistem satu resin anion. Keuntungan dari sistem ini
adalah antara lain ekonomis dalam mengikat anion-anion kuat seperti
sulfat karena NaOH pekat yang keluar dari kolom resin kuat sudah cukup
untuk meregenerasi anion resin lemah. Untuk kasus anion kuat terlarut,
jumlah larutan NaOH yang dibutuhkan untuk meregenerasi anion lebih
sedikit dibanding NaOH yang dibutuhkan untuk meregenerasi sistem satu
anion resin.
2. Mixed Bed Demineralisasi
Pada proses-proses tertentu, air perlu dilewatkan melalui dua atau
tiga kolom resin supaya menghasilkan air demineralisasi yang lebih murni.
Setiap stage pertukaran ion dapat menggunakan satu kolom resin yang
berisi kation dan anion sekaligus agar proses menjadi lebih ringkas. Sistem
ini cocok digunakan pada pabrik-pabrik dengan boiler bertekanan tinggi

20

dan industri elektronik sebagai pencuci transistor dan komponenkomponen


elektronika lainnya.
Proses Demineralisasi terjadi didalam 2 tabung penukar ion (ion
exchanger tank) yang berisikan resin penukar ion positif (kation resin) dan
resin penukar ion negative (anion resin).Pada tabung yang berisikan resin
kation terjadi proses pertukaran ion-ion positif seperti magnesium (mg),
calcium (Ca) dan natrium (Na) dengan ion H + dari resin kation, sedangkan
pada tabung anion terjadi pertukaran ion-ion negatif seperti Cl, SO4, SiO2
dengan ion OH- dari resin anion. Tahap-tahap demineralisasi adalah :
a. Tahap operasi (service, layanan) Umumnya air baku mengalir dari atas
ke bawah (downflow).
b. Tahap cuci (backwash) Kalau kemampuan resin berkurang banyak atau
habis maka tahap pencucian perlu dilaksanakan. Airbersih dialirkan
dari bawah ke atas (upflow) agar memecah sumbatan pada resin,
melepaskan padatan halus yang terperangkap di dalamnya lalu
melepaskan jebakan gas di dalam resin dan pelapisan ulangresin.
c. Tahap regenerasi Tujuan tahap ini adalah mengganti ion yang terjerat
resin dengan ion yang semula ada di dalam mediaresin dan
mengembalikan kapasitas tukar resin ke tingkat awal atau ke tingkat
yang diinginkan. Operasiregenerasi dilaksanakan dengan mengalirkan
larutan regeneran dari atas resin. Ada empat tahap dalam regenerasi,
yaitu backwahing untuk membersihkan media resin (tahap dua di atas),
memasukkanregeneran, slow rinse untuk mendorong regeneran ke
media resin, fast rinse untuk menghilangkan sisaregeneran dari resin
d.

dan ion yang tak diinginkan ke saluran pembuangan (disposal point).


Tahap bilas (fast rinse)Air berkecepatan tinggi membilas partikulat di
dalam media resin, juga ion kalsium dan magnesiumke pembuangan
dan

untuk

menghilangkan

sisa-sisa

larutan

regenerasi

yang

terperangkap di dalam resin.Pembilasan dilakukan dengan air bersih


aliran ke bawah. Setelah tahap ini, proses kembali ke awal(tahap
service)Cara kerja demin plant adalah sebagai berikut : Cation
menukar ion-ion positif dalam air seperti Ca, Mg, Na dengan ion H +
Air yang keluar dari cation bersifat asamAnion menukar ion-ion
negatif dalam air seperti Cl, SO4, SiO2 dengan ion OH21

Sedangkan menurut peraturan, demineralisasi dimaksudkan untuk


mengurangi unsur-unsur mineral yang terkandung dalam air yang diproses.
Demineralisasi dilakukan dengan cara :
a. Reverse Osmosis (RO)
RO menggunakan semi permeable bertekanan dengan diameter
saringan yang halus sehingga dapat mencapai hasil AMDK dengan zat
terlarut maksimum 10 mg/lt. Demineralisasi air dengan membran
Reverse Osmosis (RO) dilakukan dengan melewatkan air ke membran
RO yang mempunyai tekanan tertentu, sehingga zat-zat kontaminan
dan kotoran terpisah ke satu sisi dan air murni dihasilkan pada sisi
lainnya. Proses ini awalnya dimanfaatkan untuk mendesalinasi air laut,
sehingga air dan garam dapat dipisahkan.Sistem RO melewat beberapa
langkah penting untuk dapat berhasil. Air terlebih dahulu mesti
dimurnikan dari partikel-partikel yang ukurannya besar, seperti karat
besi dan kalsium. Setelah itu, air dilewatkan ke karbon aktif untuk
menghilangkan partikel-partikel berukuran lebih kecil, seperti zat-zat
kimia atau klorin. Zat-zat ini pada suatu saat dapat merusak membran
RO, sehingga perlu untuk memisahkannya terlebih dahulu.
Membran RO ditambahkan pula dengan carbon filters dan
cahaya ultraviolet untuk memastikan semua zat kimia dan mikroba
hilang. RO filters yang umumnya digunakan dapat menghilangkan
partikel kontaminan yang berukuran lebih besar dari 0,1 nm sehingga
termasuk pada kategori Hyperfiltration. Portabel reverse osmosis
dapat pula digunakan dan umumnya berguna untuk wilayah-wilayah
yang airnya berkualitas buruk, atau ketika sedang berada di luar
perkotaan. Air dari sungai, danau, atau pun air dapat diolah
menggunakan unit RO ini.
b. Destilasi, yang menggunakan alat penyuling sehingga dapat mencapai
hasil AMDK dengan zat terlarut maksimum 10 mg/lt.
c. Deionisasi, , yang menggunakan alat deionisasi sehingga dapat
mencapai hasil AMDK dengan zat terlarut maksimum 10 mg/lt.
Walaupun demikian demineralisasi juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu :

22

a. Investasi awal yang dibutuhkan untuk proses ini lebih murah jika
dibandingkan dengan aplikasi water treatment system lainnya seperti
reverse osmosis.
b. Aplikasi ini tidak membutuhkan terlu banyak tempat untuk
instalasinya.
c. Biaya yang ditimbulkan untuk proses regenerasi ataupun pergantian
media resin jika dikalkulasikan untuk jangka waktu satu tahun cukup
besar sehingga membutuhkan anggaran yang bersifat rutin atau
regular
4. Desinfeksi
Desinfeksi berfungsi untuk membunuh mikroba pathogen. Apabila
diperlukan desinfeksi menggunakan ozon. Proses desinfeksi dilakukan
dalam tangki pencampur ozon atau injeksi ozon dalam pipa. Kadar ozon
pada pipa pencampur antara 0,2 0,6 ppm dan kadar residu ozon sesaat
setelah pengisian antara 0,1 0,4 ppm. Pemeriksaan kadar residu ozon
dilakukan secara periodik dan dibuat rekaman. Desinfeksi yang ditambah
dengan penyinaran lapu Ultra Violet (UV) menggunakan gelombang 254
nm atau 2537 Ao dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm 2.
Desinfeksi menggunakan ion silver, digunakan generator elektrolisis
dengan residu silver pada produk maksimal 25 ppb.
5. Pencucian kemasan
a. Kemasan sekali pakai
Kemasan sekali pakai tidak harus dicuci dan atau dibilas, tetapi jika hal
ini dilakukan, harus secara saniter.
b. Kemasan isi ulang
Kemasan yang dapat diisi ulang harus dicuci dan disanitasi dalam
mesin pencuci botol. Untuk membersihkan botol dapat digunakan jenis
deterjen yang aman untuk pangan dengan suhu 55-75 oC, sedangkan
untuk sanitasi dapat digunakan air ozon atau desinfektan lain yang
aman untuk pangan.
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan kemasan dilakukan secara visual dengan teliti sebelum
pencucian.
Secara keseluruhan kriteria kemasan pada air mineral bersumber air laut
sama dengan standar kemasan pada air mineral yang bersumber dari air
tanah dan air permukaan.

23

6. Pengisian dan penutupan


Pengisian dan penutupan botol atau gelas harus dilakukan dengan cara
higienis dalam ruang pengisian yang bersih dan saniter. Suhu dalam ruang
pengisian makimal 25 oC. Pengisian dapat disertai dengan penambahan O2,
CO2, dan atau N2.
7. Pengepakan
Pengepakan dapat menggunakan kotak karton, shrink plastic, krat plastic
atau bahan lainnya.
3.3.1

Efek Konsumsi Air Demineral


Air demineral adalah air yang memiliki kemurnian tinggi dengan
jumlah mineral yang hampir tidak ada. Secara biologis tubuh
membutuhkan beberapa asupan mineral esensial untuk berbagai kerja
organ didalam tubuh dengan kadar yang diperbolehkan. Oleh sebab itu
mengonsumsi air demineral apabila tidak dibarengi dengan mengonsumsi
makanan lain yang mengandung mineral dapat mengakibatkan efek yang

merugikan bagi tubuh diantaranya adalah :


1. Efek Langsung pada Selaput Lendir Usus
Mengonsumsi air dengan kadar mineral yang rendah mengakibatkan efek
yang negatif terhadap kondisi keseimbangan sistem tubuh (homeostasis).
Sebuah penelitian membuktikan bahwa air hasil demineralisasi yang
dicerna tubuh akan ditambahkan zat elektrolit sendiri oleh saluran
pencernaan, sehingga berisiko membahayakan organ vital lainnya yang
menjadi kekurangan mineral.
2. Absennya Asupan Kalsium dan Magnesium
Penelitian membuktikan bahwa air yang rendah akan kandungan
magnesium menyebabkan penyakit kardiovaskular, motor neuronal,
kelainan janin, dan preecampsia. Sedangkan rendahnya kandungan
kalsium diasosiasikan dengan meningkatkan risiko tulang retak pada anakanak, penyakit neurodegenerative, dan lainnya. Air minum yang rendah
akan kandungan kedua mineral tersebut berpotensi menyebabkan kanker
3. Rendahnya Asupan Elemen-Elemen
Esensial Kandungan mineral dalam air lebih mudah diserap oleh tubuh
dibandingkan dengan kandungan mineral dalam makanan. Rendahnya
kandungan mineral pada air minum berisiko menyebabkan hipertensi,
penyakit jantung koronoer, komplikasi kehamilan, dan lainnya.
4. Risiko Logam Beracun
24

Air yang rendah akan kandungan mineral mempunyai kecenderungan


untuk berkontak secara agresif dengan materialmaterial di sekitarnya. Air
ini dengan mudahnya dapat mengadsorpsi logam dan zat-zat organik di
dalam pipa atau kontainer air tersebut yang berbahaya bagi tubuh.
3.4 Proses Produksi AMDK di PT. Indotirta Jaya Abadi Semarang
Penelitian yang dilakukan oleh Hakiki Pratiwi, 2013 tentang Sanitasi
dan Higiene pada proses produksi AMDK di PT. Indotirta Jaya Abadi
Semarang juga mencakup bagaimana proses pengolahan airnya. Kemasan
yang dipakai untuk produk AMDK adalah galon, botol, dan cup yang dapat
dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Gambar 3.9 Kemasan Galon

Gambar 3.10 Kemasan Botol

Gambar 3.11 Kemasan Cup

25

Proses produksi Air Minum Dalam Kemasan yang di PT. Indotirta Jaya
Abadi dilakukan dalam beberapa tahapan. Berikut ini merupakan diagram alir
proses produksi AMDK yang dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 3.12 Diagaram alir proses produksi AMDK


Pada saat proses produksi, air baku tidak dimasak dengan suhu tinggi,
namun hanya diklorinasi lalu diinjeksi dengan ozon. Pada dasarnya klorinasi
dan injeksi ozon ini adalah sebagai desinfektan yang akan membunuh mikroba
yang berasal dari sumber air. Ozon sendiri dihasilkan dari generator ozon yang
menggunakan udara bebas maupun oksigen murni. Reaksi yang terjadi pada
ozon adalah sebagai berikut: O3 + H2O H2O + O2 + O-, di mana Oberfungsi sebagai desinfektan, sedang O 2 akan memberi kesegaran pada air.

26

Alur proses produksi AMDK dimulai dari water treatment. Prinsip


dari pengolahan air ini adalah dengan filtrasi dan desinfeksi.Water treatment
meliputi bak penampungan, klorinasi, sand filter, carbon filter, filter micron,
Reverese Osmosis, injeksi ozon, tanki reaksi, tangki spiral dan gravity. Air
baku ini diangkut dari mata air dengan menggunakan tanki yang terbuat dari
stainless steel yang tidak mudah berkarat. Selain dari air sumber Gunung Keji,
pada pertengahan tahun 2012 PT. Indotirta Jaya Abadi juga membangun
sebuah sumur artetis. Air artetis akan digunakan juga sebagai bahan baku
produk AMDK.
Proses produksi air yang digunakan berasal dari 2 sumber ini akan
dicampur dan digunakan sebagai bahan baku produk. Awal proses di water
treatment adalah dengan memompa air artetis masuk ke sand filter untuk
disaring partikelnya yang berukuran besar menggunakan pasir silika. Pasir
silika ini diletakkan di atas stainer dan air yang sudah bebas dari kontaminan
akan lolos saring.

Gambar 3.13 Sumber Mata Air di Gunung Keji dan Truk Pengangkut
Air Baku
Kemudian air dialirkan menuju bak penampungan pertama. Pada bak
penampungan pertama ini terdapat proses pengendapan dan klorinasi. Setelah
melewati bak penampungan air dialirkan menuju ke filter micron yang
berukuran

mikron

yang

mempunyai

fungsi

untuk

menyaring

mikroorganisme yang masih ada dalam air. Selanjutnya, air dialirkan ke


carbon filter untuk menghilangkan warna, rasa dan bau yang tidak diinginkan.
Air dalam carbon filter ini juga harus dipastikan telah terbebas dari klorin.
Carbon filter merupakan karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap racun,
bau, rasa dan warna yang ditimbulkan akibat klorinasi. Lalu masuk ke tahap
27

RO (Reverse Osmosis) yaitu proses dimana air yang berasal dari sumur artetis
tadi dipisahkan dari mineralnya. Tahap ini merupakan tahapan terakhir
sebelum nantinya air ini dicampur dengan air sumber.
Sedangkan untuk proses yang terjadi pada air sumber adalah mulamula air baku yaitu yang berasal dari Gunung Keji yang diangkut
menggunakan truk tanki. Sesampainya di pabrik, setiap tangki harus melalui
pos satpam dan setiap tangki harus melalui uji laboratorium Quality Control
(QC). Jika telah lulus uji maka sampel dapat dituang ke dalam bak
penampung. Dalam bak penampung ini terjadi klorinasi untuk membunuh
bakteri dan mengendapkan kotoran yang berukuran kecil. Air sumber yang
telah mengalami klorinasi dialirkan menuju filter yang berukuran 5 mikron,
lalu dialirkan ke carbon filter untuk menghilangkan warna, rasa dan bau yang
tidak diinginkan. Tahap terakhir sebelum dicampur dengan air artetis yaitu air
masuk ke filter 5 mikron lain lalu ke filter ukuran 1 ukuran.
Tahapan selanjutnya adalah pencampuran air artetis dan air sumber
yang telah melalui proses awal. Pencampuran dilakukan dengan mengalirkan
kedua air kedalam static mixer I bertujuan untuk mencampur air artetis dan air
sumber dan injeksi dengan ozon lalu masuk ke static mixer II untuk agar ozon
tercampur sempurna. Apabila terjadi kelebihan volume air yang akan dialirkan
ke tanki reaksi, maka setelah air dari static mixer I air langsung dialirkan
menuju tangki spiral. Tangki spiral ini berfungsi sebagai tangki penampung
air. Air yang ada dalam tangki spiral ini sudah diinjeksikan ozon. Setelah air
steril, air masuk ke tanki gravity untuk menampung air sebelum dialirkan ke
bagian produksi AMDK dan sebagian masuk ke tanki cucian untuk mencuci
botol sebelum diisi. Setelah proses water treatment selesai, air tersebut
dialirkan ke ruang filling untuk dikemas ke dalam cup plastic dan botol.

28

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan telah
memenuhi syarat fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktifitas sehingga
bisa langsung diminum.
2. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air yang telah diproses,
dikemas oleh industri dan aman untuk diminum karena sudah dilakukan
uji kelayakan.
3. Macam-macam AMDK adalah air mineral, air demineral, air mineral
alami, dan air minum embun.
4. Dalam SNI 01-3553-2006 disebutkan bahwa persyaratan mutu Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yaitu untuk air mineral dan air demineral. Air
mineral merupakan air minum dalam kemasan yang mengandung mineral
dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral. Sedangkan air
demineral adalah air yang tidak mengandung mineral karena sudah melalui
proses pemurnian.
5. Proses produksi air mineral dari air tanah atau air permukaan adalah :
pengambilan

dan penampungan

air

baku

penyaringan/filtrasi

makrofilter, karbon aktif, dan mikrofilter desinfeksi pencucian


kemasan pengisian dan penutupan pengepakan.
6. Proses produksi air mineral dari air laut adalah : pengambilan dan
penampungan air baku desinfeksi penyaringan/filtrasi dengan
makrofilter dan ultrafilter desalinasi evaporasi penyaringan
nanofilter pencampuran pencucian kemasan pengisian dan
penutupan pengepakan.
7. Proses produksi air mineral dari air tanah atau air permukaan adalah :
pengambilan

dan penampungan

air

baku

penyaringan/filtrasi

makrofilter, karbon aktif, dan mikrofilter desinfeksi pencucian


kemasan pengisian dan penutupan pengepakan.
8. Proses produksi air mineral dari air laut adalah : pengambilan dan
penampungan air baku desinfeksi penyaringan/filtrasi dengan
makrofilter dan ultrafilter desalinasi evaporasi penyaringan

29

nanofilter pencampuran pencucian kemasan pengisian dan


penutupan pengepakan.
9. Efek mengonsumsi air demineral adalah berefek pada selaput lendir usus,
absennya asupan kalsium dan magnesium, rendahnya asupan elemenelemen, dan risiko logam beracun.
10. Proses produksi AMDK di PT Indotirta jaya Abadi Semarang yaitu sumber
airnya dari Gunung keji dan sumur artetis. Prinsip utamanya adalah filtrasi
dan desinfeksi. Langkah awal adalah Water treatment yang meliputi bak
penampungan, klorinasi, sand filter, carbon filter, filter micron, Reverese
Osmosis, injeksi ozon, tanki reaksi, tangki spiral dan gravity. Setelah
proses water treatment selesai, air tersebut dialirkan ke ruang filling untuk
dikemas ke dalam cup plastic dan botol.
4.3 Saran
Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh terurama air yang
mengandung mineral karena tubuh juga membutuhkan mineral dalam jumlah
yang cukup. Walaupun demikian kebutuhan mineral tersebut bisa dipenuhi
dengan makanan lain yang mengandung mineral. Sedangkan air demineral
juga dibutuhkan bila kebutuhan mineral tubuh sudah terpenuhi, biasanya air
mineral ini dikonsumsi oleh orang mengalami masalah dengan tubuhnya
akibat menumpuknya mineral. Air mineral yang telah mengalami proses RO
ini juga sering dikonsumsi oleh lansia. Dengan demikian pada dasarnya kedua
jenis air minum ini sama-sama diutuhkan tergantung kebutuhan tubuh, yang
terpenting adalah mengonsumsi air minum secara teratur.

30

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Seputar Air Mineral. Parenting Indonesia ( diakses secara online di
http://www.parenting.co.id/keluarga/seputar+air+mineral pada 1 April
2016)
Deril, M dan Novirina. Uji Parameter Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Di
Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 6 No. 1.
Universitasbangunan Nasional Veteran : Jatim (diakses secara online di
http://eprints.upnjatim.ac.id/6813/1/1._Deril_dan_Novirina_ok.pdf pada 8
Maret 2016)
Fauziah, A., 2011, Efektivitas Saringan Pasir dalam Menurunkan Kadar Mangan
(Mn) pada Air Sumur dengan Penambahan Kalium Permanganat
(KMnO4), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara,
Medan
Nikmawati, Ellis Endang. 2010. Pentingnya Air dan Oksigen Bagi Kesehatan
Tubuh Manusia. Universitas Pendidikan Indonesia (diakses secara online
di
file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUA
RGA/196303111990012ELIS_ENDANG_NIKMAWATI/makalah_malang_jan_10_Pentingnya_Ai
r__dan_Oksigen_bagi_Kesehatan_Tubuh_Manusia.pdf pada 1 April 2016)
Pratiwi, Hakiki. 2013. Sanitasi dan hygiene pada Proses Produksi Air Minum
Dalam Kemasan di PT Indotirta Jaya Abadi Semarang. Semarang :
Universitas Katolik Soegijaprana. (diakses secara online melalui
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwjvg4aF-fnMAhUbSo8KHSkKBoUQFggZMAA&url=http%3A%2F
%2Frepository.unika.ac.id%2F1240%2F1%2F10.70.0100-KP-Hakiki
%2520Pratiwi.pdf&usg=AFQjCNEWFGVR_us395jFICc7NUospdIghw&
sig2=vHiHrwiEEyB20xUije7KkA&bvm=bv.122676328,d.c2I

pada

29

Mei 2016)

31

Priyadi, Permata Adinda .2015.Proses Demineralisasi Air dan Pengaruhnya


sebagai Air Minum .Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Bandung.

(diakses

secara

online

melalui

http://researchgate.net//publication/287644919_Proses_Demineralisasi_AI
r_dan_Pengaruhnya_sebagai_Air_Minum. Diakses pada 25 Mei 2016)
Rahayu, A. 2010. Deteksi Adanya Bakteri pada Air Minum Kemasan Galon.
Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma : Surabaya.
Republik Indonesia, 2006. SNI 01-3553-2006 tentang Air Minum dalam
Kemasan,
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
. 2011. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 96 tahun 2011
tentang
Persyaratan Teknis Industri Air Minum dalam Kemasan,
Jakarta: Sekretariat Negara.
. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 tahun 2010
tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta: Sekretariat
Negara.
Susanti, W. 2010. Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium dan Kalsium dalam Air
Minum Kemasan Galon dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang dengan
Metode Spektofotometri Serapan Atom. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara : Medan

32

Anda mungkin juga menyukai