Anda di halaman 1dari 10

SISTEM KOORDINASI

Sistem Koordinasi Sistem Saraf; Sistem Hormon; Sistem Indera


1. Rangsangan
a. internal dari dalam contoh: lapar, haus, sakit, reaksi alergi
b. eksternal dari luar contoh: suhu, tekanan, sentuhan, suara,
cahaya, dll.
2. Komponen
a. reseptor menerima rangsang sistem indera
b. sistem saraf mengolah rangsang pusat (otak, STB) dan perifer
(somatik, otonom)
c. efektor bereaksi terhadap rangsang otot dan kelenjar
Sistem Saraf secara umum
1. Neuron
a. pada
b. pada
tidak

unit struktural dan fungsional terkecil sistem saraf


sistem saraf pusat: bila rusak tidak bisa regenerasi
sistem saraf tepi: bila rusak masih bisa regenerasi, kebanyakan
punya selubung myelin

2. Bagian khusus:
a. Sel myelin tersusun atas sel Schwann tersusun atas lipid, bersifat
isolator, dibentuk melalui proses myelinasi
b. Nodus Ranvier mempercepat aliran impuls
c. Badan Nissl (rough ER) menghasilkan protein
d. Neurofibril berperan sebagai sitoskeleton
3. Ganglion kumpulan badan sel yang berada di luar sistem saraf pusat

4. Neuroglia sel penyokong antar sistem saraf pusat dan tepi


5. Sinaps hubungan antar sel saraf
a. axosomatic sinaps antara perikarion dengan axon neuron lain
b. axodendritic sinaps antara dendrit neuron satu dengan neuron lain
c. axoaxonic sinaps antara axon neuron satu dengan neuron lain
6. Impuls:
a. berupa listrik bila rangsang jauh
b. berupa senyawa kimia bila rangsang dekat neurotransmitter
contoh: asetilkolin; serotonin; dopamin; noradrenalin
7. Jenis-jenis neuron:
a. berdasarkan bentuk
1) Unipolar satu uluran dari soma contoh: neuron sensorik pd
hewan tingkat rendah
2) Bipolar dua uluran dari soma berupa axon dan dendrit contoh:
retina, koklea, epitel olfaktori
3) Multipolar - > 2 uluran dari soma dengan beberapa cabang dendrit
dan axon contoh: neuron motorik dan medula spinalis
b. berdasarkan fungsi
1) Sensorik meneruskan rangsang dari reseptor ke SSP, berbentuk
unipolar
2) Konektor/Asosiasi/Penghubung terdapat pada otak dan STB,
meneruskan rangsang dari sensorik ke motorik
3) Motorik meneruskan rangsang dari SSP menuju efektor, bentuk
multipolar
8. Terjadinya gerak
a. Gerak sadar
rangsang reseptor n.sensorik otak (pengolahan) n.motorik
b. Gerak refleks
efektor - AKSI
1) refleks kranial (otak) contoh: pupil terkena cahaya
rangsang reseptor n.sensorik otak n. konektor di otak
efektorpatella,
- AKSI otak sebagai pemberi
2) refleks spinal (STB)n.motorik
contoh:refleks
sensasi
rangsang reseptor n.sensorik otak n. konektor di STB
n.motorik efektor - AKSI

Sistem Saraf Pusat

1. Otak
a. forebrain (otak depan)
1) epitalamus
a) epitalamus kel. pineal dan epifisis -> pembentukan ventrikel
b) hipotalamus termostat tubuh
c) talamus menyeleksi sinyal-sinyal
2) cerebrum
a) korteks serebral substansi grissea (luar) dan alba (dalam); dua
hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kalosum; disposisi
regulasi otak kanan dan kiri karena chiasma nervi optici; lobus
frontalis (dahi, kemampuan berpikir), lobus parietal (ubun2,
kemampuan berbicara, bahasa, merasakan rasa sakit, dingin,
panas), lobus temporalis (pelipis, pusat bicara, pendengaran),
lobus okspitalis (belakang, penglihatan)
b) basal nuklei/ganglion basal menghambat kontrol motorik; (-)
dopamin bisa kena Parkinson
b. otak kecil (cerebelum) keseimbangan, pengendalian aktivitas motorik
c. brainstem (batang otak)
1) pons varoli menghubungkan otak kecil kanan dan kiri serta otak
besar dengan STB
2) medula oblongata sumsum lanjutan mengatur otonom
homeostatik, pernapasan, detak jantung, penelanan, digesti,
pemuntahan
3) otak tengah midbrain stasiun relai informasi visual dan acustic
serta mengontrol gerak tubuh
2. Medula Spinalis (STB) lanjutan sumsum lanjutan sampai tulang pinggang
substansi grissea dalam, substansi alba luar; berfungsi sebagai
penghantar impuls dari reseptor ke otak dan membawa impuls motorik
dari otak ke efektor
3. Sistem Triune (Paul MacLean)
a. Neokorteks otak besar otak kecerdasan, mammalia
b. Otak Mammalia sistem limbik hippocampus (membangun memori
jangka-panjang); amygdala (mengatur persepsi)
c. Otak Reptil brainstem reaksi terhadap stress dengan 2 cara
(fight/flight); fungsi vegetatif (pernapasan, digesti, transportasi)
Sistem Saraf Tepi/Perifer
1. Arah impuls yag dibawa:
a. afferent (sensorik) menuju SSP
b. efferent (motorik) dari SSP ke efektor
2. Asal:
a. kranial (otak) 12 pasang: sensorik (I, II, VIII), motorik (III, IV, VI, XI,
XII), gabungan (V, VII, IX, X)
b. spinal (STB) 31 pasang: 8 psg saraf leher, 12 psg saraf punggung, 5
psg saraf pinggang, 5 psg saraf pinggul, 1 psg saraf ekor
3. Jenis saraf kranial:
I.
II.

olfaktori
optik

III.
IV.

okulomotor
troklear

V.
VI.
VII.
VIII.

trigeminal
abdusen
fasial
vestibulokoklear

IX.
X.
XI.
XII.

glosofaringeal
vagus
aksesori
hipoglosal

XIII.
4. Fungsi:
a. somatik sadar otot dan rangka
b. otonom tidak sadar simpatik dan parasimpatik (bekerja saling
antagonis)
XIV. Bagian yg
XV.
SIMPATIK
dipengaruhi
XVII. Jantung
XVIII. percepat denyut
XX.
Pupil
XXI. memperlebar
XXIII. Kantung Kemih
XXIV. mengembangkan
XXVI. Bronkus
XXVII. memperkecil
XXIX. Arteri
XXX. konstriksi
XXXII. Pencernaan
XXXIII.memperlambat
XXXV.
Gangguan pada Sistem Saraf Manusia

XVI.

PARASIMPATIK

XIX. perlambat denyut


XXII. menyempitkan
XXV. mengerutkan
XXVIII.memperbesar
XXXI. dilatasi
XXXIV.mempercepat

XXXVI.
XXXVII.
1. Stroke penyumbatan/pecahnya pembuluh darah di otak, lumpuh
2. Alzheimer berkurangnya fungsi otak pada usai lanjut, apoptosis neuron
otak, otak mengerut, lupa ingatan
3. Parkinson rusaknya basal nuklei, kekurangan dopamin, banyak tremor
4. Migrain pusing sebelah, hiperaktivitas impuls
5. Sakit kepala adanya penegangan neuron otak
6. Vertigo terserangnya organ2 kesetimbangan
7. Schizophrenia halusinasi, teriak2 sendiri
8. Epilepsi (ayan) kejang2, kelainan neuron otak tidak bisa menanggapi
rangsang
9. Poliomielitis infeksi virus Polio, menyerang neuron motorik
10.Transeksi kerusakan sebagian/seluruh STB
11.Neurastonia lemah saraf, sebab: sejak lahir, banyak cobaan hidup,
trauma mendalam
12.Amnesia tidak bisa mengingat masa lampau, cidera otak
13.Bells Palsy menyerang saraf tepi wajah, lumpuh sebagian
14.Dyslexia biokimia otak yang tidak stabil, imajinasi tinggi
15.Mengitis radang selaput otak, infeksi bakteri, sel2 kanker, obat
karsinogen
16.Penyakit Huntington pewarisan gen yang mengkode pembentukan
protein abnormal yang menyebabkan kematian saraf
17.Sindrom Kleine-Levin tidak bisa menahan kantuk
18.Rabies infeksi virus Rabies pd SSP, ditularkan lewat hewan
19.Sindrom Alice in Wonderland/Mikrospia disorientasi saraf, perspektif
berbeda dg realita
20.Hidrocephalus kebanyakan cairan cerebrospinal di otak, normal 200
250 mm3
21.Dementia akibat Alzheimer berkelanjutan, pikun parah
XXXVIII.
XXXIX.
XL.

Sistem Saraf pada Hewan

Vertebrata

1. Pisces cerebelum berkembang, alat tambahan: gurat sisi (deteksi


tekanan), gelembung renang (mengatur gerak vertikal)

XLI.
XLII.
2. Amphibia cerebelum, penglihatan, penciuman serta lobus temporalis
berkembang

XLIII.
XLIV.
3. Reptilia pusat pembau (lobus olfaktorius) berkembang

XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.
LI.
LII.
LIII.
LIV.
LV.
4. Aves cerebelum mulai berlipat-lipat,berkembang

LVI.
LVII.
5. Mammalia secara keseluruhan sudah mengalami perkembangan dengan
baik
LVIII.

LIX.
LX.
LXI.
LXII.

Invertebrata
LXIII.

LXIV.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

LXV.
LXVI.
Hydra (Cnidaria) sistem saraf difus (tersebar), tidak membentuk ganglion
Bintang laut (Echinodermata) tersusun atas cincin saraf (tengah) dan
saraf radial (cabang cincin saraf)
Planaria (Platyhelminthes) sistem saraf tangga tali, dua ganglia kepala
serta tali saraf di sepanjang lateral tubuh
Cacing tanah (Annelida) sistem saraf tangga tali, dua ganglion otak dan
sebuah serabut saraf yang memanjang sepanjang poros tubuh
Insekta (Arthropoda) sistem saraf tangga tali di bagian ventral tubuh,
setiap segmen membentuk ganglion
Chiton (Mollusca) cincin saraf anterior, ganglia, tali saraf longitudinal
Cumi-cumi (Mollusca) ganglion raksasa (otak) dengan cabang axon
yang besar pula
LXVII.

Sistem Indera pada Manusia

1. Penciuman hidung
a. rangsang: bau
b. bau primer: misk, bunga, eter, peppermint, tengik, kamper, pedas
c. struktur hidung
1) sel penyokong (epitel)
2) sel pembau (neuron/reseptor)-> saraf I
d. gangguan:
1) anosmia tidak bisa membau
2) polip tumbuh daging di rongga hidung
3) pilek infeksi virus Influenza
4) flu burung virus H5N1
5) flu babi virus H1N1
6) mimisan
7) dinosmia selalu bau yang tidak enak
8) hiposmia menurunnya kemampuan mencium
9) rinitis radang selaput lendir hidung
LXVIII.
LXIX.
LXX.
LXXI.
LXXII.
LXXIII.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
2. Pengecap lidah
a. rangsang: rasa
b. struktur lidah:
LXXXIII.

LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC.
XCI.
XCII.
XCIII.
XCIV.
XCV.
XCVI.
XCVII.
XCVIII.
XCIX.
1)

Papil
a/kun
cup

perasa
a) filiformis seperti benang halus banyak di bagian depan lidah
b) fungiformis bentuk seperti jamur bagian depan, sisi, dan
tengah lidah
c) sirkumvalata bentuk bulat banyak di bagian belakang
membentuk susunan V
C.
2) Tunas pengecap/taste bud reseptor rasa tersusun atas:
a) sel penyokong
b) sel rambut (reseptor)
CI.
CII.
CIII.
CIV.
CV.
c. Gangguan:
1) Ageusia tidak dapat mengecap rasa
2) Dysgeusia selalu merasa yang tidak enak (tengik, logam,
terbakar)
3) Hipogeusia menurunnya kemampuan mengecap

CVI.
3. Penglihatan mata fotoreseptor
a. rangsang: cahaya
b. struktur mata:
1) alat tambahan
a) alis rambut kasar mencegah jalannya keringat ke mata
b) bulu rambut menangkap debu akar rambut -> kel. zeis
(minyak)
yg
apabila
terjadi
radang
mengakibatkan
hordeolum/bintil
c)
CVII.
CVIII.

Anda mungkin juga menyukai