Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada konsumen. PGRS
mempunyai peranan penting dalam mempercepat pencapaian tingkat kesehatan baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif (Depkes RI, 2003).
Salah satu penyakit yang memerlukan pelayanan gizi rawat inap adalah gagal
ginjal kronik dan diabetes mellitus. Setiap tahunnya prevalensi penyakit gagal ginjal
terus meningkat. Di Indonesia, menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI) tahun 2013 mencapai 30,7 juta penduduk yang mengalami Penyakit
Ginjal Kronik dan menurut data PT ASKES ada sekitar 14,3 juta orang penderita
penyakit ginjal tingkat akhir yang saat ini menjalani pengobatan.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan
oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversible. Setiap penyakit yang terjadi pada ginjal akan menyebabkan
terganggunya fungsi ginjal terutama berkaitan dengan

fungsi pembuangan sisa

metabolisme zat gizi keluar tubuh (Wilson, 2006).


Kemampuan ginjal

pada

penderita GGK

dalam mengeluarkan hasil

metabolisme tubuh terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan


menimbulkan gejala klinik serta laboratorium yang disebut sindrom uremik. Sindrom
uremik akan menimbulkan gejala berupa penurunan kadar hemoglobin, gangguan
kardiovaskuler,

gangguan

kulit,

gangguan

sistem

syaraf

dan

gangguan

gastrointestinal berupa mual, muntah dan kehilangan nafsu makan (Suwitra, 2007).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA)
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua -duanya (Candra, DA et al 2009).

Upaya penanggulangan penyakit diabetes salah satunya dengan terapi gizi


yang merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi. Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama
penyembuhan tentuya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan
organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama penyembuhan. Oleh
karena itu, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat
inap.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengkaji studi pengamatan dengan judul
Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Pada Pasien Diabetes Mellitus
dan CKD Stage V dengan Hemodialisa Di Interne Wanita RSUP DR M Djamil
Padang.
1.2 Tujuan Studi Kasus
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pengkajian studi kasus ini adalah mahasiswa
mengetahui, memahami dan mampu melaksanakan kegiatan asuhan gizi
pada pasien rawat inap penyakit dalam interne wanita kelas III RSUP DR.
1.2.2

M. Djamil Padang tahun 2016.


Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan anamnesa gizi pasien.
2. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa gizi pasien.
4. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pasien.
5. Mahasiswa mampu mempreskripsikan diet yang dijalankan pasien.
6. Mahasiswa mampu memonitoring dan menilai perkembangan asupan
pasien, status gizi pasien pemeriksaan fisik dan klinis serta hasil
laboratorium pasien.
7. Mahasiswa mampu memberikan penerangan dan konsultasi gizi kepada

pasien dan keluarga pasien.


1.2.3 Manfaat
1. Bagi Instalasi Gizi
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai penatalaksanaan
diet pada pasien dengan CKD/gagal ginjal kronis stage V dan Diabetes
Mellitus tipe II sehingga institusi lebih dapat memperhatikan permasalahan
yang muncul pada kasus tersebut serta cara penanggulangannya.
2. Bagi Pasien

Memberikan motivasi kepada pasien atau keluarga dalam usaha


penyembuhan penyakit dengan memberikan terapi diet dan diharapkan dapat
menerapkan diet dengan baik di dalam maupun di luar rumah sakit guna
mencapai status gizi optimal.
3. Bagi Mahasiswa
1. Mampu merencanakan dan melaksanakan Manajemen Asuhan Gizi
Klinik (MAGK) pada pasien rawat inap penyakit dalam dengan penyakit
CKD/gagal ginjal kronis stage V dan diabetes mellitus tipe II di RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
2. Menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam asuhan
gizi klinik rumah sakit sebagai penerapan materi yang telah diterima
dibangku perkuliahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus Tipe II
2.1.1

Definisi Diabetes Mellitus Tipe II


Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA)
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua -duanya (Candra, DA et al 2009).
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada
dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta pankreas,
maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) (Corwin, 2001).

2.1.2

Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II


Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel

dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat


produksi glikosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin

pada rangsangan glukosa, maupun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
2.1.3

Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe II


Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer &

Bare, 2002) antara lain:


a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan
insulin dengan baik.
b. Usia
Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang
secara drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan
pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka
terhadap insulin.
c. Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang
manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini
mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula
dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko mengidap penyakit DM tipe
II.
d. Pola makan yang salah
Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang
dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin). Obesitas
bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan
jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang
disimpan didalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II
adalah mereka yang tergolong gemuk.

2.1.4

Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe II


Seseorang yang menderita DM tipe II biasanya mengalami peningkatan

frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah,
kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak
ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30
tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat
kerja, jika glukosa darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak
disiram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula (Smeltzer &
Bare, 2002).
2.1.5

Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe II


DM tipe II bisa menimbulkan komplikasi. Komplikasi menahun DM

merajalela ke mana-mana bagian tubuh. Selain rambut rontok, telinga berdenging


atau tuli, sering berganti kacamata (dalam setahun beberapa kali ganti), katarak pada
usia dini, dan terserang glaucoma (tekanan bola mata meninggi, dan bisa berakhir
dengan kebutaan), kebutaan akibat retinopathy, melumpuhnya saraf mata terjadi
setelah 10-15 tahun. Terjadi serangan jantung koroner, payah ginjal neuphropathy,
saraf-saraf lumpuh, atau muncul gangrene pada tungkai dan kaki, serta serangan
stroke.
Pasien DM tipe II mempunyai risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan
penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, kematian akibat penyakit jantung
16,5% dan kejadian komplikasi ini terus meningkat. Kualitas pembuluh darah yang
tidak baik ini pada penderita diabetes mellitus diakibatkan 20 faktor diantaranya
stress, stress dapat merangsang hipotalamus dan hipofisis untuk peningkatan sekresi
hormon-hormon kontra insulin seperti ketokelamin, ACTH, GH, kortisol,dan lainlain. Akibatnya hal ini akan mempercepat terjadinya komplikasi yang buruk bagi
penderita diabetes mellitus (Nadesul, 2002).
2.1.6

Perubahan yang terjadi pada penderita DM Tipe II


a. Perubahan Fisiologi
Setiap penderita DM tipe II yang mengalami perubahan fisik terdiri
dari sering buang air, merasa lapar,mersa haus, berkeringat dingin, luka lama

sembuh, gemetaran dan pusing, sehingga menimbulkan ketakutan atau stress


(Nadesul,2002)
b. Perubahan Psikologi
Hidup dengan DM tipe II dapat memberikan beban psikologi bagi
penderita maupun anggota keluarganya. Respon emosional negatif terhadap
diagnosa bahwa seseorang mengidap penyakit DM tipe II dapat berupa
penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa
berdosa dan depresi (Darmono, 2007).
2.1.7

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II


Tujuan utama pada penatalaksanaan DM adalah menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik, pengobatan primer dari diabetes tipe I adalah insulin,
sedangkan untuk pengobatan utama diabetes mellitus tipe II adalah penurunan berat
badan.
Pada pasien DM tipe II cukup dengan menurunkan berat badan sampai
mencapai berat badan ideal, tapi bila harus dengan obat ada dua jenis obat yaitu
untuk pasien gemuk dan untuk pasien kurus. Beberapa prinsip pengelolahan kencing
manis adalah : (1) Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat agar
menjalankan perilaku hidup sehat, (2) Diet (nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, dan pola makan yang sehat, (3) Olah raga seperti aerobik (berenang,
bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap 15-60 menit
sampai berkeringat dan terengah-angah tanpa membuat nafas menjadi sesak atau
sesuai dengan petunjuk dokter, (4) Obat-obat yang berkhasiat menurunkan kadar
gula darah, sesuai dengan petunjuk dokter.
2.2 Gagal Ginjal Kronik
2.2.1

Definisi Gagal Ginjal Kronik


Penyakit ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten

dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat (Mansjoer, 2001). Penyakit ginjal
kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irevesibel yang
berasal dari berbagai penyebab (Price, 2005). Penyakit ginjal kronik (Chronic
Kidney Disease, CKD) adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu
lebih dari 3 bulan (Wikipedia, 2012).

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan


oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai
laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit
ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi
ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi
ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi
ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium
5 adalah gagal ginjal.
2.2.2

Etiologi
Penyebab penyakit ginjal kronik termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis,

penyakit vaskuler (nefrosklerosis),proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris


sutemik),

agen

nefrotik

(amino

glikosida),

penyakit

endokrin

(diabetes)

(Doenges,1999; 626 dalam Subianto, 2009).

2.2.3

Faktor risiko
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus

atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu
dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam
keluarga (National Kidney Foundation, 2009).
2.2.4

Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun

penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya
mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang
berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya
mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada
penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan
adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal
ginjal terminal (Noer, 2006).

2.2.5

Gambaran klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat

kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis,


saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan
kardiovaskular (Sukandar, 2006).
c. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU),
sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat
bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin
kurang dari 25 ml per menit.
d. Kelainan saluran cerna
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian
pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual
dam muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan
dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang
menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus.
Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah
pembatasan diet protein dan antibiotika.
e. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian
kecil pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah
beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat,
misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus,
miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan
hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal
kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva
menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi.
Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik
akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.
f. Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas
dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal
ini akan segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya

kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit
muka dan dinamakan urea frost.
g. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering
dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan
selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan
dialisis.
h. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia,
dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental
berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga
sering dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini
sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung
dari dasar kepribadiannya (personalitas).
i. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik
sangat kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis,
kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik
terutama pada stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal
jantung.

BAB III
GAMBARAN UMUM PENDERITA
3.1 Identitas Pasien
Nama pasien

: Ny. S

Tanggal lahir

: 04 Januari 1969

Umur

: 47 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa, Indonesia

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir

: SMA/U

No Medical Record

: 955593

Ruang

: 207

Ruang perawatan

: Interne wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang

Nama ibu kandung

: Khadijah

Alamat tetap pasien

: Jln. Cempaka Kepenuhan Raya Kec. Kepenuhan


Rokan Hulu Riau.

Kedatangan pasien

: Rujukan dari Rumah Sakit Sawahlunto, Sumatera


Barat

Dokter yang merawat

: dr. Harnavi Harun, SpPD-KGH

Tanggal masuk RS

: 05 September 2016

Tanggal studi kasus

: 06 September 2016

3.2 Data Subjektif


1.

Berkaitan dengan riwayat penyakit


a. Keluhan Utama
-

Badan lemah letih sejak 1 minggu SMRS, pasien sulit beraktivitas

Demam sejak 3 hari SMRS, hilang timbul, tidak tinggi, tidak menggigil,

dan tidak berkeringat banyak.


Batuk sejak 3 hari SMRS tidak berdahak dan tidak berdarah.
BAK sedikit yaitu sekitar 200 cc sejak 3 bulan SMRS
Penurunan nafsu makan sejak 1 bulan SMRS
Penurunan berat badan sejak 3 bulan SMRS.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


-

Tanggal 5 September 2016 pasien membawa surat rujukan dari Rumah Sakit
Sawahlunto, didiagnosa CKD (Cronic Kidney Disease)/gagal ginjal stage V
on HD dengan riwayat DM Tipe II terkontrol obat overweight, Anemia berat
dan Hematoscezia.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


-

Riwayat Diabetes Mellitus sejak 13 tahun yang lalu. (tahun 2003)

Riwayat hipertensi sejak 3 bulan SMRS

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Seorang ibu rumah tangga dan memiliki 4 orang anak. Suami pasien
telah meninggal dunia. Pasien tinggal dengan anaknya.

2. Berkaitan dengan riwayat gizi


Tabel 1. Riwayat Gizi
Data sosial ekonomi

Jumlah anggota keluarga: 5 orang


Suku: jawa

Aktifitas fisik

Jenis pekerjaan: Ibu rumah tangga, Jumlah jam tidur

Alergi makanan

sehari: 8-9 jam


Makanan: pasien alergi terhadap ikan laut dan ayam.

Masalah gastrointestinal

Tidak ada masalah gastrointestinal

Penyakit kronik

Jenis penyakit : CKD stage V dan Diabetes Mellitus

Kesehatan mulut/menelan

tipe II
Baik

Mempersiapkan makanan

Nasi, lauk pauk, buah dan sayuran disiapkan sendiri

Riwayat pola makan

oleh pasien di rumah.


- Makanan pokok : nasi 2x/hari @ 50g, roti 1-

2x/minggu @ 50 g, ubi jalar 2-3x/minggu @50 gr


Lauk hewani : telur 1-2x/hari @ 50 g, daging

2x/minggu @ 50g,
Lauk nabati : tahu dan tempe 1-2x/hari @ 50 g

Sayuran : gambas/oyong, tauge, kangkung, dan


bayam 1 x sehari 1-2x/hari @ 50 g. Suka
mengonsumsi wortel dan tomat 1-2x/hari @50 gr

Buah-buahan : pear, apel, pisang, pepaya, jeruk 2-

3x/minggu @ 75 gr
Suka minum teh manis 1 x sehari.
Menyukai makanan yang diolah dengan cara
digoreng,

Memiliki alergi terhadap ikan laut dan ayam.

Satu hari sebelum dirawat di RSUP DR. M.


Djamil Padang, pasien cuma makan lontong gulai
tauco, pasien hanya makan 2 potong lontong dan
2 sdm sayur buncis. Malam harinya pasien hanya
mengonsumsi teh manis gelas dan roti tawar
kering.

Sumber : data primer terolah, September 2016


3.3. Data Objektif
1. Data antropometri pada tanggal 05/09/2016 :
Lila
: 25 cm
Tinggi lutut : 45 cm
a. Estimasi TB menggunakan tinggi lutut :

= 84,88 + (1,83 TL) (0,24 U)


= 84,88 + (1,83 x 45 ) (0,24 x 47)
= 84,88+ 82.35 -11.28
= 156 cm
b. Estimasi BB menggunakan Lila :

LILA
26.3

25
26.3 x (156-100)

x (TB-100)

= 0.95 x 56
= 53 kg

BBK = BBA 15% BBA

= 53 - 15% 53

2.

BBI = (TB -100) 90%

= (156 -100) 0,9

= 53 7.5

= 56 x 0,9

= 45 kg

= 50 kg

Pemeriksaan fisik klinis


Fisik : CMC, pasien dalam keadaan tenang
Tabel 3. Pemeriksaan Klinis

45
IMT = (1,56) 2

45
(2,43)

= 18.51 kg/m2

Tanggal
Pemeriksaan

Pemeriksaan
Tekanan darah
Suhu (C)

Nadi

Pernafasan

(x/menit)
82x/menit

(x/menit)
22x/menit

05/09/16

(mmHg)
140/70 mmHg

37 c

06/09/16

190/120 mmHg

36.4 c

80x/menit

22x/menit

07/09/16

160/100 mmHg

36.70 c

81x/menit

22x/menit

Sumber : rekam medik, September 2016


3.

Pemeriksaan laboratorium
Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan

05/09/2016

08/09/2016

Data Lab

Hasil

Normal

Ket

Hb

4.7 g/dl

12-14 g/dl

Rendah

Leukosit

13.000

5-10 ribu/ mm3

Tinggi

Trombosit

157.000

150-400 ribu/ml

Normal

Hematokrit

14 %

40-48%

Rendah

GDP

61 mg/dl

< 110 mg/dl

Rendah

Ureum

65 mg/dl

10-50 mg/dl

Tinggi

Kreatinin

4.6 mg/dl

< 1,5 mg/dl

Tinggi

SGOT

24

< 32

Tinggi

SGPT

30

< 31

Tinggi

Kalium

4.1 mg/dl

3.5-5 mg/dl

Rendah

Albumin

2.4

3.8-5.0 g/dl

Rendah

Bilirubin total

0.5

0.3-1.0

Normal

Hb

6.6 g/dl

12-14 g/dl

Rendah

Leukosit

11.730

5-10 ribu/ mm3

Tinggi

Trombosit

237.000

150-400 ribu/ml

Normal

Hematokrit

20 %

40-48%

Rendah

4.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diperoleh data pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Pemeriksaan penunjang
Tanggal

Pemeriksaan

pemeriksaan
05/09/2016

Hasil

Kolonoskopi

Sumber : rekam medis, September 2016


5.

Anamnese gizi : recall makanan SMRS


Tabel 6. Hasil recall 1 x 24 jam SMRS
Waktu

Pagi

Menu
lontong

Bahan

gulai

Beras

Energi
90

P
1.7

L
0.18

KH
19.7

Buncis
Santan
gula pasir

20
25
10

7.2
30.5
36.4

0.48
0.3
0

0.04
2.5
0

1.54
1.9
9.4

gula pasir

10
25

36.4
62

0
2

0
0.3

9.4
12.5

18.4

4.7

280.9

4.48

3.02

59.14

tauco

teh manis

Mala

Berat
25

tehmanis
roti tawar
kering

roti tawar
gula pasir

TOTAL
Sumber : data primer terolah, 2016

Menurut Depkes 1999 : - Asupan lebih > 120 %


-

Asupan baik 80-120%


Asupan sedang 70-79,9%
Asupan kurang 60-69,9%
Asupan buruk < 60%

NUTRITION CARE PROCESS (NCP)


A.

Nutrition Assesment
a. Data Antropometri
Lila
: 25 cm
Tinggi lutut : 45 cm
c. Estimasi TB menggunakan tinggi lutut :
= 84,88 + (1,83 TL) (0,24 U)
= 84,88 + (1,83 x 45 ) (0,24 x 47)
= 84,88+ 82.35 -11.28
= 156 cm
d. Estimasi BB menggunakan Lila :

LILA
26.3

x (TB-100)

25
26.3 x (156-100)

= 0.95 x 56
= 53 kg

BBK = BBA 15% BBA

BBI = (TB -100) 90%

= 53 - 15% 53

45
IMT = (1,56) 2

= (156 -100) 0,9

= 53 7.5

= 56 x 0,9

= 45 kg

= 50 kg

45
(2,43)

= 18.51 kg/m2

Penilaian: Pasien memiliki status gizi normal

b. Data Biokimia

Data Lab

Hasil

Normal

Ket

Hb

4.7 g/dl

12-14 g/dl

Rendah

Leukosit

13.000

5-10 ribu/ mm3

Tinggi

Trombosit

157.000

150-400 ribu/ml

Normal

Hematokrit

14 %

40-48%

Rendah

GDP

61 mg/dl

< 110 mg/dl

Rendah

Ureum

65 mg/dl

10-50 mg/dl

Tinggi

Kreatinin

4.6 mg/dl

< 1,5 mg/dl

Tinggi

SGOT

24

< 32

Tinggi

SGPT

30

< 31

Tinggi

Kalium

4.1 mg/dl

3.5-5 mg/dl

Rendah

Albumin

2.4

3.8-5.0 g/dl

Rendah

Bilirubin total

0.5

0.3-1.0

Normal

Penilaian : Pasien anemia berat, hipoalbuminemia dan tanda penyakit GGK

c. Data Clinik
-

Badan bengkak, mual, lemas, dan pucat sejak 1 minggu yang lalu

BAB berdarah sejak 1 hari yang lalu

Demam sejak 3 hari yang lalu, hilang timbul, tidak tinggi.

Batuk sejak 3 hari yang lalu, tidak berdahak dan tidak berdarah

BAK sedikit yaitu sekitar 200 cc sejak 3 bulan yang lalu

Kulit gatal-gatal

Terdapat luka/gangren dibagian kaki pasien.

Penurunan nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu.

Pasien sudah diketahui CKD sejak 3 bulan yang lalu dan sudah menjalani HD
sebanyak 10 x.

Pasien post amputasi sejak 3 tahun yang lalu.

Pemeriksaan
Tekanan darah
Frekuensi pernafasan
Frekuensi nadi
Suhu

Hasil
140/70 mmHg
22x/menit
82x/menit

Rujukan
100-120/70-80 mmHg
20-22x/menit
60 80x/menit

370 c

360 c37 0 c

Penilaian : Gejala penyakit GGK & Diabetes Mellitus tipe II, hipertensi, dan
Frekuensi nadi cepat

d. Data dietery/riwayat gizi


-

Makanan pokok : nasi 2x/hari @ 50g, roti 1-2x/minggu @ 50 g, ubi jalar 2-

3x/minggu @50 gr
Lauk hewani : telur 1-2x/hari @ 50 g, daging 2x/minggu @ 50g,
Lauk nabati : tahu dan tempe 1-2x/hari @ 50 gr
Sayuran : gambas/oyong, tauge, kangkung, dan bayam 1 x sehari 1-2x/hari @ 50

g. Suka mengonsumsi wortel dan tomat 1-2x/hari @50 gr


Buah-buahan : pear, apel, pisang, pepaya, jeruk 2-3x/minggu @ 75 gr
Suka minum teh manis 1 x sehari.
Menyukai makanan yang diolah dengan cara digoreng,
Memiliki alergi terhadap ikan laut dan ayam.
Satu hari sebelum dirawat di RSUP DR. M. Djamil Padang, pasien cuma makan
lontong gulai tauco, pasien hanya makan 2 potong lontong dan 2 sdm sayur
buncis. Malam harinya pasien hanya mengonsumsi teh manis gelas dan roti
tawar kering.
Hasil recall 1 x 24 jam SMRS
Waktu
Pagi

Menu
lontong gulai
tauco

Bahan
Beras
Buncis
Santan

Berat
25

E
90

P
1.7

L
0.18

KH
19.7

20
25

7.2
30.5

0.48
0.3

0.04
2.5

1.54
1.9

Mala
m

teh manis

gula pasir

10

36.4

9.4

tehmanis
roti tawar

gula pasir

10
25

36.4
62

0
2

0
0.3

9.4
12.5

18.4

4.7

280.9
1625
13 %

4.48
45
7.9 %

3.02
36
5.0 %

59.14
285
18 %

kering

roti tawar
gula pasir

TOTAL
TOTAL SEHARUSNYA
Persentase

Penilaian : Asupan oral inadekuat dan kebiasaan makan kurang baik


e. Riwayat Personal
Pasien belum pernah mendapatkan konseling gizi

Riwayat Penyakit dahulu :


-

Riwayat DM 13 tahun yang lalu.

Riwayat DM dari ibu pasien.

Riwayat penyakit Sekarang :


-

Cronic Kidney Disease (CKD)/gagal ginjal kronis Stage V

DM tipe II terkontrol obat overweight

Anemia berat

Hematoscezia

Riwayat ekonomi, sosial budaya

Seorang ibu rumah tangga dan memiliki 4 orang anak. Suami pasien telah
meninggal dunia. Pasien tinggal dengan anaknya.

Penilaian: status ekonomi menengah ke bawah.

B. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake:

NI 2.1 Asupan makanan melalui oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan gejala
klinis penyakit CKD/gagal ginjal kronis yaitu mual (E) ditandai dengan
asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat < 60 % kebutuhan (S)
b. Domain Clinik:

NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium yang terkait gizi (P) berkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal (E) ditandai dengan ureum darah 65 mg/dl dan
creatinin darah 4.6 mg/dl (S)
c. Domain Behavior/Perilaku:

NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan resiko hiperkalemia


& pengetahuan yang kurang ditandai dengan sering mengonsumsi ubi
jalar dan buah pisang.
C. Intervensi
a. Tujuan Diet :

1. Meningkatkan asupan oral pasien dengan memberikan makanan sesuai


kebutuha pasien yaitu kkal
2. Menormalkan hasil lab pasien dengan memberikan diet rendah protein dan
diet diabetes serta membatasi Na dan K.
3. Meningkatkan pengetahuan pasien terkait penyakitnya yaitu CKD/gagal
ginjal kronis dengan memberikan konsultasi Gizi
b. Prinsip & Syarat Diet:
Prinsip:
-

Energi : 25 kkal x BBI


Protein cukup yaitu 1.0 gr/kg BBK
Lemak cukup yaitu 20%
Karbohidrat by different
Vitamin mineral cukup
Cairan dibatasi

Syarat :
-

Penggunaan gula sederhana dibatasi


Makanan tinggi kalium dibatasi
Tidak merangsang dan mudah cerna
Porsi kecil dan sering
Menghindari penggunaan garam yang berlebihan

c. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan menggunakan rumus perkeni
Kebutuhan kalori wanita : 25 kkal/kg BBI
Aktifitas ringan (10%)
Energi : 25 kkal x BBI
: 25 kkal x 50 kg

: 1250 kkal

Aktifitas fisik

: 10% x 1250 kkal

: 125 kkal

Stress faktor

: 20 % x 1250 kkal

: 250 kkal
_________ +
1625 kkal

Protein : 1.0 x BBK


: 1.0 x 45 kg
: 45 gr x 4 = 160 kkal
Lemak : 20% x 1625 kkal
: 325/9

: 36 gr
KH

: 1625 - (160 + 325)


: 1625- 485
: 1149/4
: 285 gr

d. Perskripsi Diet
Diet

: DD IV/ RP II/RG II

Bentuk Makanan

: Makanan Biasa

Frekuensi

: 3 x Makanan Pokok + 2 x selingan

Rute/Cara Pemberian: Oral

e. Implementasi
1. Memberikan makanan sesuai kebutuhan
2. Memberikan edukasi terkait gizi kepada pasien dan keluarga pasien
3. Mengkoordinasikan diet pasien dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya.
f. Rencanakan Edukasi
Sasaran
: Pasien dan keluarga
Metode
: Konseling gizi
Materi
: Diet DM, diet rendah protein, dan diet Rendah Garam
Media
: Leaflet dan makanan pasien
Tempat
: Ruang perawatan
Waktu
: 15 menit
D. Monitoring
Indikator
Asupan oral
Nilai lab
Pengetahuan

E. Evaluasi

Waktu
Setiap hari
Setiap hati
Setiap hari

Indikator
Asupan oral
Nilai lab
Pengetahuan

Waktu
Membandingkan dengan kebutuhan normal
Membandingkan dengan nilai normal
Menilai pengetahuan pasien dengan bertanya
langsung kepada pasien

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pelaksanaan pelayanan gizi dilakukan dengan pengamatan asupan makan
pasien, yang dimulai pada tanggal 0709 September 2016. Adapun hasil evaluasi dan
monitoring asupan makan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Asupan makan, tanggal 07 September 2016
(makan pagi, siang, dan sore)
Asupan

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Total

(kcal)
686.15

(g)
21.93

(g)
15.6

(g)
111.81

Kebutuhan

1625

45

36

285

Persentase

42%

49%

47%

39%

Sumber : data primer terolah, September 2016

Tabel 11. Asupan makanan, tanggal 08 September 2016


(makan pagi, siang, dan sore)
Asupan

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Total

(kcal)
476.65

(g)
16.04

(g)
12.76

(g)
70.25

Kebutuhan

1625

45

36

285

Persentase

29%

36%

35%

25%

Sumber : data primer terolah, September 2016

Tabel 12. Asupan makanan, tanggal 09 September 2016


(pagi, siang, malam)
Asupan

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Total

(kcal)
681.6

(g)
25.19

(g)
20.32

(g)
94.35

Kebutuhan

1625

45

36

285

Persentase

38%

56%

56%

33%

Sumber : data primer terolah, September 2016


B. PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Pasien Tn B.Y berumur 50 tahun masuk Rumah Sakit pada tanggal 10 Mei
2012 dalam keadaan sadar dengan membawa surat rujukan dari Yayasan Kesehatan
Pegawai Telkom Area jateng DIY, kemudian di diagnosisPost Debridement Ulkus
Diabetikum/ maxilla sinistra Rekonstruksi dengan riwayat GA.
2. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 diperoleh
dari hasil wawancara dengan pasien secara langsung, dimana pasien mengatakan
sehari sebelum masuk rumah sakityaitu tanggal 9 Mei 2012 sudah mengukur Tinggi
Badan(TB) dan Berat Badan(BB)nya, sehingga diperoleh data BB = 49,5 kg dan TB

= 158 cm. Sedangkan untuk BBI pasien dihitung menggunakan indeks brocca (TB100), karena TB pasien < 160 cm, sehingga tidak dilakukan pengurangan 10%.
Untuk status gizi pasien menggunakan perhitungan IMT diperoleh nilai 19,87 kg/m,
yang berarti pasien berstatus gizi baik karena berada pada rentang (18-25 kg/m).
3. Pemeriksaan fisik Klinis
Pemerksaan fisik klinis pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 diperoleh hasil
pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien dalam keadaan sadar dan tenang dan luka
tidak terasa nyeri,kecuali pada tanggal 11 Mei 2012 pasien gelisah.Untukhasil
pemeriksaan tekanan darah pada tanggal 11 dan 12 Mei 2012 pasien
mengalamipeningkatan tekanan darah melebihi normal (hipertensi). Hal ini
disebabkan karena pasien mempunyai riwayat makan menyukai yang asin,
disamping itu disebabkan oleh faktor stress setelah pasien menjalani operasi
debridement.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium

pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 hasil

pemeriksaan Gula darah Sewaktu (GDS) tinggi yaitu 236mg/dl danpada tanggal 11
Mei 2012 mengalami hipoglikemia dengan nilai GDS (47mg/dl). Namun pada akhir
studi kasus yaitu tanggal 14 Mei 2012, GDS pasien menjadi (142 mg/dl), ini sudah
cenderung mendekati batas normal (70-140mg/dl). Hipoglikemia tersebut disebabkan
karena pasien sedang menjalani puasa untuk persiapan rekonstruksi post
debridement, dandisebabkan karena pancreaskurang menghasilkan insulin, untuk
memasukkan glukosa kedalam sel yang menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemia.
5. Perkembangan diet
Selama studi kasus, terjadi beberapa perubahan diet yaitu :
Tanggal
Perkembangan diet
11/05/2012
Diet DM 2100 kcal
12/05/2012
Diet DM 2100 kcal
13/05/2012
Diet DM 2100 kcal
14/05/2012
Diet DM 2100 kcal
Sumber : data primer terolah, Mei 2012

Bentuk makanan
Makanan biasa
Makanan biasa
Makanan lunak
Makanan lunak

Pada awal kasus yaitu tanggal 11 dan 12 Mei 2012, pasien diberikan diet DM
2100 kcal dalam bentuk makanan biasa. Namun, pada tanggal 13 14 Mei 2012
pasien diberikan diet DM 2100 kcal dalam bentuk makanan lunak. Perubahan bentuk

makanan dari nasi menjadi lunak ini disebabkan karena keinginan pasien sendiri,
dimana pasien masih merasakan nyeri pada luka di wajah kirinya, sehingga untuk
mengkonsumsi makanan yang bertekstur keras mengakibatkan gangguan berupa rasa
sakit dan menggangu proses mengunyah makanan.
Sedangkan

diet

DM

2100

kcal

yang

diberikan

bertujuan

untuk

mempertahankan BB tetap normal, mengendalikan kadar glukosa darah agar tetap


normal, dan memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
6. Asupan Makan
Pada awal kasus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Mei 2012, pengukuran asupan
makanan dilakukan dengan recall 2 x 24 jam, diperoleh data asupan makan pasien
untuk Energi 73,5%(asupan sedang), Protein 106 %( asupan baik), 105%(asupan
baik), Karbohidrat 59%(asupan buruk). Sedangkan pada akhir kasus tanggal 14 Mei
2012 diperoleh data asupan makanan yaitu untukenergi 106% (baik), 102% (baik),
141

% (lebih), kh 50,4 % (buruk )menurut Depkes 1999. Namun hal ini belum

bisa menggambarkan secara keseluruhan asupan makanan pasien, karena pada saat
pengamatan asupan makananyaitu tanggal 11 Mei 2012hanya dilakukan satu kali
pemorsian yaitu pada sore hari dan pada tanggal 12 Mei 2012 pada pagi hari. Hal ini
disebabkan pasien sedang menjalani puasa untuk persiapan pre rekonstruksi
debridement selama 2 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 11 Mei 2012 (pagi dan
siang), dan tanggal 12 Mei 2012 (siang dan sore).Sedangkan pada akhir studi kasus
hanya 2 kali pemorsian (pagi dan siang), karena pasien pulang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pasien Tn. B.Y masuk rumah sakit tanggal 10 Mei 2012 dan di diagnosis Post
2.

Debridement Ulkus Diabetikum/ maxilla sinistra Rekonstruksi dengan riwayat GA.


Berdasarkan data antropometri, status gizi pasien menurut IMT termasuk kategori
baik (19,87 kg/m).

3.

Keadaan fisik klinis Pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 sampai akhir kasus
tanggal 14 Mei 2012,keadaan pasien semakin membaik, dilihat dari kondisi pasien

4.

CM, tenang, dan luka sudah tidak terasa nyeri.


Pemeriksaan laboratorium pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 data laboratorium
pasien untuk pemeriksaan GDS tinggi (236 mg/dl) dan pada akhir kasus tanggal 14

5.

Mei 2012 sudah cenderung mendekati normal (142 mg/dl)


Asupan makan pasien pada awal studi kasus sampai akhir studi kasus (10-14 Mei
2012) semakin membaik yaituEnergi 106%(baik), Protein 102% (baik), 141%
(lebih), kh50,4 %(buruk)walaupun tidak terlalu signifikan, dikarenakan pasien

6.

menjalani puasa selama 2 hari berturut-turut.


Perencanaan diet pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 Diet yang diberikan adalah
diet DM 2100 kcal dalam bentuk makanan biasa dan mengalami perubahan pada
akhir kasus tanggal 14 Mei 2012 yaitu diet DM 2100 kcal dalam bentuk makanan
lunak.

B. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Pelayanan konsultasi gizi bagi pasien rawat inap lebih ditingkatkan demi membantu
kesembuhan pasien
2. Bagi Keluarga dan Pasien
Motivasi bagi pasien dari keluarga sangat diharapkan untuk membantu proses
penyembuhan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai