Bab I Studi Kasus
Bab I Studi Kasus
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada konsumen. PGRS
mempunyai peranan penting dalam mempercepat pencapaian tingkat kesehatan baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif (Depkes RI, 2003).
Salah satu penyakit yang memerlukan pelayanan gizi rawat inap adalah gagal
ginjal kronik dan diabetes mellitus. Setiap tahunnya prevalensi penyakit gagal ginjal
terus meningkat. Di Indonesia, menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI) tahun 2013 mencapai 30,7 juta penduduk yang mengalami Penyakit
Ginjal Kronik dan menurut data PT ASKES ada sekitar 14,3 juta orang penderita
penyakit ginjal tingkat akhir yang saat ini menjalani pengobatan.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan
oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversible. Setiap penyakit yang terjadi pada ginjal akan menyebabkan
terganggunya fungsi ginjal terutama berkaitan dengan
pada
penderita GGK
gangguan
kulit,
gangguan
sistem
syaraf
dan
gangguan
gastrointestinal berupa mual, muntah dan kehilangan nafsu makan (Suwitra, 2007).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA)
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua -duanya (Candra, DA et al 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus Tipe II
2.1.1
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA)
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua -duanya (Candra, DA et al 2009).
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada
dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta pankreas,
maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) (Corwin, 2001).
2.1.2
dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
2.1.3
2.1.4
frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah,
kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak
ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30
tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat
kerja, jika glukosa darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak
disiram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula (Smeltzer &
Bare, 2002).
2.1.5
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik, pengobatan primer dari diabetes tipe I adalah insulin,
sedangkan untuk pengobatan utama diabetes mellitus tipe II adalah penurunan berat
badan.
Pada pasien DM tipe II cukup dengan menurunkan berat badan sampai
mencapai berat badan ideal, tapi bila harus dengan obat ada dua jenis obat yaitu
untuk pasien gemuk dan untuk pasien kurus. Beberapa prinsip pengelolahan kencing
manis adalah : (1) Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat agar
menjalankan perilaku hidup sehat, (2) Diet (nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, dan pola makan yang sehat, (3) Olah raga seperti aerobik (berenang,
bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap 15-60 menit
sampai berkeringat dan terengah-angah tanpa membuat nafas menjadi sesak atau
sesuai dengan petunjuk dokter, (4) Obat-obat yang berkhasiat menurunkan kadar
gula darah, sesuai dengan petunjuk dokter.
2.2 Gagal Ginjal Kronik
2.2.1
dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat (Mansjoer, 2001). Penyakit ginjal
kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irevesibel yang
berasal dari berbagai penyebab (Price, 2005). Penyakit ginjal kronik (Chronic
Kidney Disease, CKD) adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu
lebih dari 3 bulan (Wikipedia, 2012).
Etiologi
Penyebab penyakit ginjal kronik termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis,
agen
nefrotik
(amino
glikosida),
penyakit
endokrin
(diabetes)
2.2.3
Faktor risiko
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus
atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu
dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam
keluarga (National Kidney Foundation, 2009).
2.2.4
Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya
mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang
berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya
mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada
penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan
adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal
ginjal terminal (Noer, 2006).
2.2.5
Gambaran klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit
muka dan dinamakan urea frost.
g. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering
dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan
selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan
dialisis.
h. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia,
dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental
berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga
sering dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini
sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung
dari dasar kepribadiannya (personalitas).
i. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik
sangat kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis,
kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik
terutama pada stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal
jantung.
BAB III
GAMBARAN UMUM PENDERITA
3.1 Identitas Pasien
Nama pasien
: Ny. S
Tanggal lahir
: 04 Januari 1969
Umur
: 47 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa, Indonesia
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
: SMA/U
No Medical Record
: 955593
Ruang
: 207
Ruang perawatan
: Khadijah
Kedatangan pasien
Tanggal masuk RS
: 05 September 2016
: 06 September 2016
Demam sejak 3 hari SMRS, hilang timbul, tidak tinggi, tidak menggigil,
Tanggal 5 September 2016 pasien membawa surat rujukan dari Rumah Sakit
Sawahlunto, didiagnosa CKD (Cronic Kidney Disease)/gagal ginjal stage V
on HD dengan riwayat DM Tipe II terkontrol obat overweight, Anemia berat
dan Hematoscezia.
Aktifitas fisik
Alergi makanan
Masalah gastrointestinal
Penyakit kronik
Kesehatan mulut/menelan
tipe II
Baik
Mempersiapkan makanan
2x/minggu @ 50g,
Lauk nabati : tahu dan tempe 1-2x/hari @ 50 g
3x/minggu @ 75 gr
Suka minum teh manis 1 x sehari.
Menyukai makanan yang diolah dengan cara
digoreng,
LILA
26.3
25
26.3 x (156-100)
x (TB-100)
= 0.95 x 56
= 53 kg
= 53 - 15% 53
2.
= 53 7.5
= 56 x 0,9
= 45 kg
= 50 kg
45
IMT = (1,56) 2
45
(2,43)
= 18.51 kg/m2
Tanggal
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Tekanan darah
Suhu (C)
Nadi
Pernafasan
(x/menit)
82x/menit
(x/menit)
22x/menit
05/09/16
(mmHg)
140/70 mmHg
37 c
06/09/16
190/120 mmHg
36.4 c
80x/menit
22x/menit
07/09/16
160/100 mmHg
36.70 c
81x/menit
22x/menit
Pemeriksaan laboratorium
Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
05/09/2016
08/09/2016
Data Lab
Hasil
Normal
Ket
Hb
4.7 g/dl
12-14 g/dl
Rendah
Leukosit
13.000
Tinggi
Trombosit
157.000
150-400 ribu/ml
Normal
Hematokrit
14 %
40-48%
Rendah
GDP
61 mg/dl
Rendah
Ureum
65 mg/dl
10-50 mg/dl
Tinggi
Kreatinin
4.6 mg/dl
Tinggi
SGOT
24
< 32
Tinggi
SGPT
30
< 31
Tinggi
Kalium
4.1 mg/dl
3.5-5 mg/dl
Rendah
Albumin
2.4
3.8-5.0 g/dl
Rendah
Bilirubin total
0.5
0.3-1.0
Normal
Hb
6.6 g/dl
12-14 g/dl
Rendah
Leukosit
11.730
Tinggi
Trombosit
237.000
150-400 ribu/ml
Normal
Hematokrit
20 %
40-48%
Rendah
4.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diperoleh data pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Pemeriksaan penunjang
Tanggal
Pemeriksaan
pemeriksaan
05/09/2016
Hasil
Kolonoskopi
Pagi
Menu
lontong
Bahan
gulai
Beras
Energi
90
P
1.7
L
0.18
KH
19.7
Buncis
Santan
gula pasir
20
25
10
7.2
30.5
36.4
0.48
0.3
0
0.04
2.5
0
1.54
1.9
9.4
gula pasir
10
25
36.4
62
0
2
0
0.3
9.4
12.5
18.4
4.7
280.9
4.48
3.02
59.14
tauco
teh manis
Mala
Berat
25
tehmanis
roti tawar
kering
roti tawar
gula pasir
TOTAL
Sumber : data primer terolah, 2016
Nutrition Assesment
a. Data Antropometri
Lila
: 25 cm
Tinggi lutut : 45 cm
c. Estimasi TB menggunakan tinggi lutut :
= 84,88 + (1,83 TL) (0,24 U)
= 84,88 + (1,83 x 45 ) (0,24 x 47)
= 84,88+ 82.35 -11.28
= 156 cm
d. Estimasi BB menggunakan Lila :
LILA
26.3
x (TB-100)
25
26.3 x (156-100)
= 0.95 x 56
= 53 kg
= 53 - 15% 53
45
IMT = (1,56) 2
= 53 7.5
= 56 x 0,9
= 45 kg
= 50 kg
45
(2,43)
= 18.51 kg/m2
b. Data Biokimia
Data Lab
Hasil
Normal
Ket
Hb
4.7 g/dl
12-14 g/dl
Rendah
Leukosit
13.000
Tinggi
Trombosit
157.000
150-400 ribu/ml
Normal
Hematokrit
14 %
40-48%
Rendah
GDP
61 mg/dl
Rendah
Ureum
65 mg/dl
10-50 mg/dl
Tinggi
Kreatinin
4.6 mg/dl
Tinggi
SGOT
24
< 32
Tinggi
SGPT
30
< 31
Tinggi
Kalium
4.1 mg/dl
3.5-5 mg/dl
Rendah
Albumin
2.4
3.8-5.0 g/dl
Rendah
Bilirubin total
0.5
0.3-1.0
Normal
c. Data Clinik
-
Badan bengkak, mual, lemas, dan pucat sejak 1 minggu yang lalu
Batuk sejak 3 hari yang lalu, tidak berdahak dan tidak berdarah
Kulit gatal-gatal
Pasien sudah diketahui CKD sejak 3 bulan yang lalu dan sudah menjalani HD
sebanyak 10 x.
Pemeriksaan
Tekanan darah
Frekuensi pernafasan
Frekuensi nadi
Suhu
Hasil
140/70 mmHg
22x/menit
82x/menit
Rujukan
100-120/70-80 mmHg
20-22x/menit
60 80x/menit
370 c
360 c37 0 c
Penilaian : Gejala penyakit GGK & Diabetes Mellitus tipe II, hipertensi, dan
Frekuensi nadi cepat
3x/minggu @50 gr
Lauk hewani : telur 1-2x/hari @ 50 g, daging 2x/minggu @ 50g,
Lauk nabati : tahu dan tempe 1-2x/hari @ 50 gr
Sayuran : gambas/oyong, tauge, kangkung, dan bayam 1 x sehari 1-2x/hari @ 50
Menu
lontong gulai
tauco
Bahan
Beras
Buncis
Santan
Berat
25
E
90
P
1.7
L
0.18
KH
19.7
20
25
7.2
30.5
0.48
0.3
0.04
2.5
1.54
1.9
Mala
m
teh manis
gula pasir
10
36.4
9.4
tehmanis
roti tawar
gula pasir
10
25
36.4
62
0
2
0
0.3
9.4
12.5
18.4
4.7
280.9
1625
13 %
4.48
45
7.9 %
3.02
36
5.0 %
59.14
285
18 %
kering
roti tawar
gula pasir
TOTAL
TOTAL SEHARUSNYA
Persentase
Anemia berat
Hematoscezia
Seorang ibu rumah tangga dan memiliki 4 orang anak. Suami pasien telah
meninggal dunia. Pasien tinggal dengan anaknya.
B. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake:
NI 2.1 Asupan makanan melalui oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan gejala
klinis penyakit CKD/gagal ginjal kronis yaitu mual (E) ditandai dengan
asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat < 60 % kebutuhan (S)
b. Domain Clinik:
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium yang terkait gizi (P) berkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal (E) ditandai dengan ureum darah 65 mg/dl dan
creatinin darah 4.6 mg/dl (S)
c. Domain Behavior/Perilaku:
Syarat :
-
c. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan menggunakan rumus perkeni
Kebutuhan kalori wanita : 25 kkal/kg BBI
Aktifitas ringan (10%)
Energi : 25 kkal x BBI
: 25 kkal x 50 kg
: 1250 kkal
Aktifitas fisik
: 125 kkal
Stress faktor
: 20 % x 1250 kkal
: 250 kkal
_________ +
1625 kkal
: 36 gr
KH
d. Perskripsi Diet
Diet
: DD IV/ RP II/RG II
Bentuk Makanan
: Makanan Biasa
Frekuensi
e. Implementasi
1. Memberikan makanan sesuai kebutuhan
2. Memberikan edukasi terkait gizi kepada pasien dan keluarga pasien
3. Mengkoordinasikan diet pasien dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya.
f. Rencanakan Edukasi
Sasaran
: Pasien dan keluarga
Metode
: Konseling gizi
Materi
: Diet DM, diet rendah protein, dan diet Rendah Garam
Media
: Leaflet dan makanan pasien
Tempat
: Ruang perawatan
Waktu
: 15 menit
D. Monitoring
Indikator
Asupan oral
Nilai lab
Pengetahuan
E. Evaluasi
Waktu
Setiap hari
Setiap hati
Setiap hari
Indikator
Asupan oral
Nilai lab
Pengetahuan
Waktu
Membandingkan dengan kebutuhan normal
Membandingkan dengan nilai normal
Menilai pengetahuan pasien dengan bertanya
langsung kepada pasien
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pelaksanaan pelayanan gizi dilakukan dengan pengamatan asupan makan
pasien, yang dimulai pada tanggal 0709 September 2016. Adapun hasil evaluasi dan
monitoring asupan makan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Asupan makan, tanggal 07 September 2016
(makan pagi, siang, dan sore)
Asupan
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Total
(kcal)
686.15
(g)
21.93
(g)
15.6
(g)
111.81
Kebutuhan
1625
45
36
285
Persentase
42%
49%
47%
39%
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Total
(kcal)
476.65
(g)
16.04
(g)
12.76
(g)
70.25
Kebutuhan
1625
45
36
285
Persentase
29%
36%
35%
25%
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Total
(kcal)
681.6
(g)
25.19
(g)
20.32
(g)
94.35
Kebutuhan
1625
45
36
285
Persentase
38%
56%
56%
33%
= 158 cm. Sedangkan untuk BBI pasien dihitung menggunakan indeks brocca (TB100), karena TB pasien < 160 cm, sehingga tidak dilakukan pengurangan 10%.
Untuk status gizi pasien menggunakan perhitungan IMT diperoleh nilai 19,87 kg/m,
yang berarti pasien berstatus gizi baik karena berada pada rentang (18-25 kg/m).
3. Pemeriksaan fisik Klinis
Pemerksaan fisik klinis pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 diperoleh hasil
pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien dalam keadaan sadar dan tenang dan luka
tidak terasa nyeri,kecuali pada tanggal 11 Mei 2012 pasien gelisah.Untukhasil
pemeriksaan tekanan darah pada tanggal 11 dan 12 Mei 2012 pasien
mengalamipeningkatan tekanan darah melebihi normal (hipertensi). Hal ini
disebabkan karena pasien mempunyai riwayat makan menyukai yang asin,
disamping itu disebabkan oleh faktor stress setelah pasien menjalani operasi
debridement.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan Gula darah Sewaktu (GDS) tinggi yaitu 236mg/dl danpada tanggal 11
Mei 2012 mengalami hipoglikemia dengan nilai GDS (47mg/dl). Namun pada akhir
studi kasus yaitu tanggal 14 Mei 2012, GDS pasien menjadi (142 mg/dl), ini sudah
cenderung mendekati batas normal (70-140mg/dl). Hipoglikemia tersebut disebabkan
karena pasien sedang menjalani puasa untuk persiapan rekonstruksi post
debridement, dandisebabkan karena pancreaskurang menghasilkan insulin, untuk
memasukkan glukosa kedalam sel yang menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemia.
5. Perkembangan diet
Selama studi kasus, terjadi beberapa perubahan diet yaitu :
Tanggal
Perkembangan diet
11/05/2012
Diet DM 2100 kcal
12/05/2012
Diet DM 2100 kcal
13/05/2012
Diet DM 2100 kcal
14/05/2012
Diet DM 2100 kcal
Sumber : data primer terolah, Mei 2012
Bentuk makanan
Makanan biasa
Makanan biasa
Makanan lunak
Makanan lunak
Pada awal kasus yaitu tanggal 11 dan 12 Mei 2012, pasien diberikan diet DM
2100 kcal dalam bentuk makanan biasa. Namun, pada tanggal 13 14 Mei 2012
pasien diberikan diet DM 2100 kcal dalam bentuk makanan lunak. Perubahan bentuk
makanan dari nasi menjadi lunak ini disebabkan karena keinginan pasien sendiri,
dimana pasien masih merasakan nyeri pada luka di wajah kirinya, sehingga untuk
mengkonsumsi makanan yang bertekstur keras mengakibatkan gangguan berupa rasa
sakit dan menggangu proses mengunyah makanan.
Sedangkan
diet
DM
2100
kcal
yang
diberikan
bertujuan
untuk
% (lebih), kh 50,4 % (buruk )menurut Depkes 1999. Namun hal ini belum
bisa menggambarkan secara keseluruhan asupan makanan pasien, karena pada saat
pengamatan asupan makananyaitu tanggal 11 Mei 2012hanya dilakukan satu kali
pemorsian yaitu pada sore hari dan pada tanggal 12 Mei 2012 pada pagi hari. Hal ini
disebabkan pasien sedang menjalani puasa untuk persiapan pre rekonstruksi
debridement selama 2 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 11 Mei 2012 (pagi dan
siang), dan tanggal 12 Mei 2012 (siang dan sore).Sedangkan pada akhir studi kasus
hanya 2 kali pemorsian (pagi dan siang), karena pasien pulang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pasien Tn. B.Y masuk rumah sakit tanggal 10 Mei 2012 dan di diagnosis Post
2.
3.
Keadaan fisik klinis Pada awal kasus tanggal 10 Mei 2012 sampai akhir kasus
tanggal 14 Mei 2012,keadaan pasien semakin membaik, dilihat dari kondisi pasien
4.
5.
6.
B. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Pelayanan konsultasi gizi bagi pasien rawat inap lebih ditingkatkan demi membantu
kesembuhan pasien
2. Bagi Keluarga dan Pasien
Motivasi bagi pasien dari keluarga sangat diharapkan untuk membantu proses
penyembuhan penyakit.