Disusun oleh:
Astuti
15/390612/KU/18337
15/390842/KU/18411
15/392879/KU/18538
Depresi
A. Pengertian
Depresi merupaka gangguan mental yang serius ditandai dengan perasaan sedih
dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat
juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Menurut WHO,
depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan
mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu
makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization,
2010). Rentang respon emosional yaitu
Respon adaptif
Responsive
respon maladaptive
reaksi
Kehilangan
supresi
reaksi
kehilangan
Memanjang
mania/
depresi
B. Etiologi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak
ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
1. Kekecewaan
Karena adanya
tekanan
dan
kelebihan
fisik
menyebabkan seseorang
menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat saat khusus jika cinta
untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita,
kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika
luka itu direnungkan terus menerus akan menyebabkan kekesalan dan
keputusasaan.
2. Kurang rasa harga diri
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga
diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih lebihkan menjadi
estrim, karena harapan harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor
dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada
individu
yang
ingin
segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.
3. Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai
nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka
depresi mungkin terjadi.
4. Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
5. Aktivitas mental yang berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
6. Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak
terpenuhi maka terjadilah depresi.
Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor faktor yang berhubungan dengan
sedih kronis adalah:
a) Kematian orang yang dicintai
b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,
prematuritas,
spina
bifida,
kelainan
persalinan,
penyakit,
krisis berhubungan
yang
sakit
memicu
dengan
stase
mental kronis,
(krisis
dalam
perkembangan,
dapat
tidur)
atau
sebaliknya
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat
(National Institute of Mental Health, 2010).
4. Ganguan deprsi psikotik
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi
dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).
F. Patofisiologi
Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat merefleksikan
antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis, ketidakteraturan neurotransmitter,
atau abnormalitas otak), faktor psikologis (seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan
yang dipelajari), serta stressor sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan
pekerjaan). Tingkat depresi dibedakan menjadi 4 yaitu
a) Depresi Ringan, gejala yang ditimbulkan bersifat sementara, alamiah, adanya rasa
pedih perubahan proses pikir komunikasi social dan rasa tidak nyaman.
b) Depresi Sedang
- Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
- Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi
-
komunikasi
verbal,
inisiatif berkurang
Gangguan proses pikir
Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba- tiba
hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri,
lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman
digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga
efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan
lainnya seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala premenstrual.
d. Terapi Elektrokonvulsan
Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari pengobatan biologis.
ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan dialirkan pada otak. Elektrodaelektroda metal akan ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar
70 sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit. ECT paling
sering digunakan pada pasien dengan gangguan depresi yang tidak dapat sembuh
dengan obat-obatan, dan ECT ini mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60%
individu yang mengalami gangguan depresi.
2. Terapi secara psikologis
a. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus
pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ;
cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors.
b. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan
depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi
denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam
jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu
c. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal
seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib,
1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang
mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk
menangani masalah interpersonal tersebut
Diagnose yang mungkin muncul
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition. USA : Elsevier Mosby.
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th Edition. U SA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. The North
American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. (Ed. 6). Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
Manajemen Alam Pe
Setelah dilakukan tindakan
Aktivitas:
Evaluasi mood (m
orang lain.
Lakukan tindakan
beresiko (misal bu
Gunakan intervens
(misalnya, pembat
pengekangan kimi
Ajarkan pasien un
Interaksi dengan p
dan/atau menyedia
membicarakan me
Ajarkan koping se
Kelola dan atasi ha
mengikuti ganggu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
Harga Diri
Peningkatan Harga
Aktivitas:
Monitor pernyataa
Batasan Karakteristik:
- Bergantung pada pendapat orang lain
- Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu
menghadapi peristiwa
- Enggan mencoba hal baru
- Perilaku bimbang
- Kontak mata kurang
- Pasif
Tentukan kepercay
sendiri
positif.
Dorong kontak ma
lain
Kuatkan kelebihan
oleh pasien
Dorong pasien me
Monitor verbalisas
Buat pernyataan p
TUJUAN
Koping
Setelah
orang lain
Strategi koping tidak efektif
terhadap stresor
Kurang percaya diri dalam kemampuan
Peningkatan koping
dilakukan
tindakan Aktivitas:
yang konstruktif
koping pasien teratasi dengan Berikan penilaian
ini
kriteria
hasil
pasien
mampu
Kenali penyesuaia
menunjukkan pola koping yang Kenali dampak sit
efektif.
hubungan pasien
Evaluasi kemampu
Gali bersama pas
sebelumnya dalam
Tentukan kemungk
Gunakan pendekat
Gali alasan pasien
Dukung pengguna
Bantu pasien dal
orang lain
Bantu pasien dalam
Dukung pengung
mengatasi masalah