Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Pembahasan


Sejak diperkenalkannya foto pada tahun 1826, dimana pada saat itu foto
dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagai masyarakat dunia.
Seiring berjalannya waktu dan jaman kini foto perkembangannya demikian pesat.
Perkembangan teknologi yang canggih pengambilan gambar saat ini bisa dilakukan
setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan gambar akan
terlihat mudah.
Mata kuliah fotografi merupakan suatu bidang kajian ilmu yang dipelajari
dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi konsentrai Hubungan Masyarakat.
Kajian fotografi ini sebagai bagian dari kegiatan humas untuk memberikan
pengetahuan secara praktis dan teoritis bagaiman menggunakan seuatu kamera, serta
mendapatkan gambar atau potret yang memberikan makna pemberian pesan yang
lebih efektif dalam setiap informasi yang akan disampaikan oleh seorang Humas.
Dalam kajian fotografi ini akan membahas tentang sejarah awal mulanya
fotografi, pengertian fotografi, anatomi kamera, pencahayaan, serta proses dan teknik
pengambilan gambar.
1.2.Maksud dan Tujuan Pembahasan
Maksud dan tujuan pembahasan makalah ini adalah guna memenuhi tugas
mandiri mata kuliah fotografi Jurusan Ilmu Komunikasi konsentrasi Ilmu Komunikasi
Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung.

1.3.Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Pembahasan
1.2.Maksud dan Tujuan Pembahasan
1.3.Sistematika Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Fotografi
2.2.Sejarah Fotografi
2.3.Kamera dan Anatomi Kamera
2.4.Perbedaan kamera digital, analog, dan film
2.5.Jenis-jenis lensa dan fungsinya

BAB III
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran dan Kritik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fotografi


Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani
yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis
dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses
atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada
foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan
sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar
dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik
dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar,
digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran
pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut
dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan
kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai
pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang
semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
2.2.Sejarah Fotografi
2.2.1. Sejarah Fotografi Di Dunia
Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan
University of New Mexico Presstahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5
Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki bangsa Cina bernama Mo Ti sudah mengamati
sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang
3

kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan
terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi.
Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta
mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba
menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu
memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang
diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap
bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul
di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat
terperangah.
Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai akhirnya William Henry
Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan lukisan fotografi yang
juga menggunakan kamera obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai
kertas chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal
bakal film negatif modern yang terbuatdari lembar kertas beremulsi, yang bisa
digunakan untuk mencetak foto dengan cara. Teknik ini juga bias digunakan untuk
cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian
dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, Talbot
menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film negatif pertama yang dibuat
Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di
Hacock Abbey,Wiltshire, Inggris.
Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto tambang pengeboran
minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika
Serikat pada tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton. Fotografi
kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo
(2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama
George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George
Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan
kamera boks yang praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa,
shutter,film, dan kertas foto. Penemuan-penemuan tersebut telah mempermudah
orangmengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya.

Dengan demikian, para fotografer, baik amatir maupun profesional, bisa


menghasilkansuatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi.
Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth.
Ukuran kamera ini amat besar. Beratnya1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki
berat 500 pon. Untuk mengoperasikan ataumemindahkannya, sang fotografer
membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki
dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10galon ketika memprosesnya. Lalu, pada
tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single
Lens Reflex (SLR) mulairamai. Dan di tahun yang sama, Jepang mulai memasuki
dunia fotografi dengan memproduksi kamera NIKON.
2.2.2. Sejarah Fotografi Di Indonesia
Perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan mengalir bersama
momentum sosial-politik perjalanan bangsa ini, mulai dari momentum perubahan
kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an,
sampai Reformasi 1998.
Dibutuhkan waktu hampir seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar
mengenal dunia fotografi. MasuknyaJepang pada tahun 1942 telah menciptakan
kesempatan bagi bangsa Indonesia untukmenyerap teknologi ini. Demi kebutuhan
propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk
bekerja di kantor berita mereka,Domei. Pada saat itulah muncul nama Mendur
Bersaudara.
Frans Soemarto Mendur (1913 - 1971) bersama kakaknya, Alex Mendur, juga
menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwaperistiwa penting bagi negeri ini, salah satunya adalah mengabadikan detik-detik
pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika
fotografi benar-benar "sampai" ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan
orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri. Merekalah yang
membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia. Lewat fotografi, Mendur bersaudara
berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi bermental sama tinggi dan sederajat
dengan bangsa lain.

2.3.Kamera dan Komponen Kamera


2.3.1. Jenis-jenis Kamera
1.

Jenis Kamera Berdasarkan Media Penangkap Cahaya


Kamera

film

menggunakan

pita

seluloid

(atau

sejenisnya,

sesuai

perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat
sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos
cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama
sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
a.

Kamera film
Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 milimeter, yang

menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena


kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa kadang dapat
dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan,
bahkan kadang lebih.
Jenis-jenis kemera film

Pembagian film berdasarkan ukuran:

Small format (35mm)


Medium format (100-120mm)
Large format
Angka di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film
haru menggunakan kamera yang berbeda pula.

Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya:

Film hitam putih


Film warna
Film positif
Film negatif
6

Film daylight
Film tungsten
Film infra merah (sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)
b.

Kamera Polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan

gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.
c.

Kamera Digital
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan

film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susahsusah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar
memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah
layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera
digital berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun
external memory yang menggunakan memory card.
2.

Jenis Kamera Berdasarkan Mekanisme Kerja

a.

Kamera Single Lens Reflect


Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat di belakang

lensa, sehingga apa yang terlihat oleh pemotret dalam jendela pandang adalah juga
apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini digunakan setinggi
pinggang ketika dipotretkan.
b.

Kamera Instan
Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme automatik pada kamera, sehingga

berdasar pengukur cahaya (lightmeter atau fotometer), lebar diafragma dan kecepatan
pemetik potret secara otomatis telah diatur.
3.

Pembagian Kamera Berdasarkan Teknologi Viewfinder

Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi


fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas
baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.
a.

Kamera Saku
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa

diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang


melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang
ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada
perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder)) dengan lensa.

b.

Kamera TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik

diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan
paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.
c.

Kamera SLR (Single Lens Reflect)


Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata

fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan
terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan
kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai
kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera
berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar),tele(jarak
jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa zoom dengan panjang
lensa bervariasi

2.3.1. Komponen Kamera

BAGIAN BAGIAN KAMERA

10

Keterangan:
1. Lensa merupakan bagian pokok dari kamera yang bekerja sama dengan body
kamera. Untuk fungsinya saya pikir tidak perlu saya jelaskan lagi secara panjang lebar
di sini. (Baca tentang lensa di sini dan di sini)
2. Tombol Stabilizer (IS, VR, VC) yang berfungsi untuk menstabilkan getaran oleh
tangan (hand shake) saat memotret yang berpotensi membuat hasil foto menjadi
motion / blur. Prinsip kerja fitur ini adalah dengan mengandalkan sebuah gyrosensor
11

yang mendeteksi getaran pada kamera dan melakukan kompensasi secara mekanik
untuk meredam getaran itu. Namun tidak semua lensa memiliki fitur ini.
3. Tombol Pembuka Lensa yang fungsinya tidak lain untuk membantu melepaskan
lensa dari body. Cara penggunannya yaitu tombol ditekan sambil lensa dilepas dengan
cara diputar ke kiri.
4. Tombol Fokus yang terdiri dari dua mode yaitu Auto Focus (AF) dan Manual Focus
(MF). Bila Anda menggunakan mode auto maka berarti kerja fokus digerakkan oleh
mesin secara auto. Namun bila memilih mode manual maka kerja fokus Anda yang
gerakkan secara manual.
5. Tombol Pembuka Flash yang digunakan untuk membuka lampu flash pada kamera.
Tombol ini hanya berfungsi bila kamera dalam keadaan menyala / standby.
6. Built-in Flash Light adalah lampu Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas
menjadi lampu kilat. Fungsi utamanya yaitu untuk membantu pencayaan pada kondisi
gelap dengan cara meng-illuminate (mencahayai / menerangi) obyek yang kekurangan
cahaya agar terekspos dengan baik.
7. Tombol Shutter adalah tombol yang Anda tekan untuk mengambil gambar. Untuk
belajar cara menggunakan tombol shutter silahkan baca di sini.
8. Grip salah satu bagian menonjol di bagian kanan anatomi kamera yang fungsinya
sebagai pegangan pada kamera. Grip didesain dengan tekstur kasar agar Anda bisa
memegang kamera dengan kuat tanpa terpleset ketika memotret. Kesalahan
memegang grip merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hand shake.
9. Anti Red Eye yang berfungsi sebagai penangkal untuk menghindari mata yang
terlihat merah (red eye) pada hasil foto yang merupakan efek dari lampu flash.
Masalah ini sering terjadi namun bisa diatasi.
10. Tombol Preview yang gunanya untuk melihat hasil foto Anda pada layar LCD
kamera.
11. Tombol Delete yang berfungsi untuk menghapus foto dan data lainnya di dalam
kamera.

12

12. Tombol Navigasi berfungsi untuk membantu Anda mengendalikan program dalam
kamera termasuk menggeser pilihan pada menu di kamera. Tidak semua kamera
memiliki bentuk tombol navigasi yang sama, ada berupa scroll, analog, dan tombol 4
arah. Pada Canon EOS 600D atau sekelasnya, tombol ini memiliki multi fungsi atau
dua peran yaitu sebagai tombol navigasi untuk menggeser pilihan (kiri, kanan, atas,
bawah) dan juga sebagai tombol shortcut untuk mengatur white balance (WB), jenis
focus, picture style, dan drive mode.
13. Tombol Fn/Q yang berfungsi untuk merubah / mengalihkan fungsi pada tombol
navigasi di atas ke fungsi shortcut.
14. Tombol AV mempunyai fungsi untuk mengatur bukaan diafragma atau aperture.
(Baca cara menggunakan aperture di sini)
15. Tombol Zoom yang berfungsi untuk memperbesar hasil foto dan juga untuk
memperdekat jarak objek ketika Anda mengaktifkan mode livefiew saat memotret.
16. Thumb-Wheel adalah menu untuk memilih dan mengganti mode eksposure /
modus pemotretan. Di sini Anda bisa menemukan beberapa mode auto instan yang
telah disiapkan khusus seperti untuk memotret olahraga, kembang api, malam hari,
closeup, dan juga mode manual (M).
17. Tombol Lifeview yang berfungsi untuk mengganti / mengalihkan layar bidik dari
viewfinder ke lifeview yang tampil pada layar LCD. Pada EOS 600D tombol ini juga
berfungsi untuk merekam video.
18. Viewfinder adalah jendela bidik yang Anda gunakan untuk melihat objek saat
memotret. Pada viewfider ini Anda bisa melihat titik fokus dan informasi lainnya
seperti light meter, nilai shutter speed, apperture, ISO, dan metering. Pada bagian
viewfinder terdapat karet seperti bantalan yang disebut eye pieces, fungsinya untuk
menahan cahaya yang masuk ke viewfinder agar objek terlihat benar-benar real.
19. Tombol Menu untuk menuju menu pengaturan utama kamera, sedangkan Tombol
Info untuk mengetahui informasi data termasuk informasi foto-foto Anda.
20. Layar LCD memiliki multi fungsi yaitu yang pertama untuk menampilkan
keterangan settingan pada kamera (mode eksposure, shutter speed, aperture, ISO, dll),

13

kemudian untuk melihat hasil foto Anda, dan terakhir sebagai layar bidik besar untuk
melihat objek yang akan difoto secara live, yang disebut lifeview.
21. Tombol ISO merupakan tombol shortcut (jalan pintas) untuk mengatur ISO. (Baca
cara menggunakan ISO di sini)
22. Dial yang juga berfungsi sebagai navigasi untuk menggeser pilihan pada menu
tertentu.
23. Tombol Display fungsinya untuk mengaktifkan mode standby dan untuk
menghidupkan kembali dari mode standby. Ketika dalam mode standby kamera masih
tetaap dalam keadaan menyala, hanya saja sedang diistirahtkan dan bukan dalam
keadaan off.
24. Tombol ON/OFF adalah tombol yang berfungsi untuk menghidupkan dan
mematikan kamera.

2.4 Perbedaan Kamera Digital dan Analog


Berikut perbadaan antara kamera analog dan kamera digital:

Kamera Analog

Sebelum era digital orang sudah mengenal berbagai macam jenis dan merk dari
kamera analog. Sebutan analog berbeda dengan otomatis dalam ruang lingkup
kamera. Analog dalam kamera mengacu pada sistem kerja mekanik dari suatu kamera.
Sistem kerja kamera analog yang banyak digunakan oleh masyarakat umum adalah
menggunakan film seluloid 35mm sebagai sarana untuk menangkap cahaya(dalam hal
ini biasa disebut gambar). Walau kamera analog banyak jenisnya tapi prinsipnya
sama, yaitu menerima data gambar melalui proses kimiawi suatu media. Sebenarnya
media penerima gambar tidak hanya film seluloid 35mm. Tapi dalam hal ini saya
tidak akan membahas lebih lanjut karena topik pembahasan kali ini adalah perbedaan
kamera digital dan kamera analog.
Film pada kamera analog berfungsi ganda sebagai penerima gambar sekaligus
sebagai penyimpan data gambar yang dihasilkan. Pada media film berlaku 1 gambar
yang kita perolah akan disimpan dalam 1 media film. Umumnya produsen
14

menyediakan 1 roll film yang berisi sejumlah film dengan tujuan agar para konsumen
tidak perlu selalu mengganti film yang sudah terpakai.
Sedangkan pengertian otomatis adalah kemampuan suatu kamera dalam
menyediakan fungsi-fungsi otomatis dalam hal pengaturan cahaya yang masuk
sehingga gambar yang dihasilkan dapat memiliki komposisi pencahayaan yang tepat.
Berbeda dengan fungsi manual dimana kita harus mengatur sendiri sebarapa banyak
cahaya yang masuk agar dapat menghasilkan gambar yang sesuai dengan harapan
kita.

Kamera Digital

Pada kamera digital sistem penerimaan cahaya untuk menghasilkan suatu gambar
dengan menggunakan sensor yang digunakan untuk menggantikan media film pada
kamera analog. Sensor yang berada dibelakang lensa setelah menerima cahaya akan
mengirimkan data mentah digital ke prosesor suatu kamera. Prosesor kamera tersebut
berfungsi untuk mengolah data mentah digital menjadi data digital gambar yang lebih
baik. Setelah pemrosessan, data gambar yang masih dalam bentuk digital akan
disimpan dalam mendia penyimpanan berupa memori yang tedapat dalam kamera
digital.
Sensor yang banyak dipakai oleh produsen berupa semikonduktor dengan
nama CCD(charged-couple device semiconductor) dan CMOS(complementary metaloxide semiconductor). Kualitas maupun ukuran dari sensor ini salah satu dari faktor
penting yang mempengaruhi kualitas dari gambar yang akan dihasilkan.
Media penyimpanan data digital gambar pada kamera digital terpisah dengan
media penangkap cahaya. Media penyimpanannya biasa disebut memori memiliki
berbagai macam jenis bergantung dari produsen pembuat kamera. Yang umum
digunakan adalah tipe-tipe Compact Flash(CF), Secure Digital(SD), Multi Media
Card (MMC), Memory Stick (MS) dan (XD).

2.5 Jenis-jenis Lensa dan Fungsinya


1. Lensa Fix (Lensa Normal)

15

Secara bahasa gampangnya, lensa ini tidak memiliki fungsi/fasilitas Zooming.


Karena lensa jenis ini memiliki sudut pandang atau pembesaran yang tetap, jadi ketika
menggunakannya si FG (Fotografer) harus maju/mundur demi mengejar sudut
pandang atau pembesaran yang maksimal. Biasanya FG menggunakan jenis lensa ini
untuk memotret Model, Benda mati/hidup yang tidak membutuhkan bidang lebar
(croping ketat) dan untuk mengejar bokeh, serta sesuai bentuk aslinya(bukan ukuran
aslinya).
2. Lensa Zoom
Lensa jenis ini, tentunya sesuai dengan sebutannya adalah perbedaan dari
lensa fix. Dimana lensa zooming ini memiliki fungsi zoom (memperbesar obyek).
Jadi FG tak perlu lagi maju/mundur selama masih dalam jangkauan lensa yang
digunakannya demi memperbesar obyek. Biasanya lensa jenis ini sudah bawaan satu
paket dengan pembelian camera DSLR yang standart. Lensa Zoom sekarang memiliki
18mm sudut pandang terlebarnya dan pembesaran 200mm. Akan tetapi banyak lensa
jenis ini di pasaran dg berbagai size (18-55mm, 18-135mm, 18-200mm, dsb).Jadi
biasanya FG menyebutnya lensa Sapu jagad yang artinya, bisa digunakan dalam
segala medan. Lensa jenis ini biasanya digunakan untuk pemotretan Documentasi,dsb.
Karena sangat mudah untuk mengejar moment acara.
3. Lensa Wide
Lensa yang memiliki sudut pandang lebih dari 45, lensa jenis ini cenderung
mengecilkan obyek namun meluaskan sudut pandang. Karena memiliki sudut
pandang yang luas, jadi sering digunakan untuk pemotretan Cityscape, Landscape,
Interior ataupun Eksterior. Dimana kekurangan lensa ini memiliki distorsi yang
lumayan tinggi, jadi tidak disarankan untuk memotret model secara close-up yang
nantinya di hasil akan terkesan lebih gendut. Lensa Wide biasanya memiliki
dimensi/size:

11-16mm f/2.8 DX

10-20mm f/3.5 EX DC HSM

10-22mm f/3.5-4.5 USM

10-24mm f/3.5-4.5 DX
16

4. Lensa Tele
Lensa tele, jenis lensa yang memiliki kemampuan cenderung mempersempit
sudut pandang namun mendekatkan obyek atau juga bisa dikatakan memperbesar
obyek. Dipasaran biasanya memiliki size (70-200mm, 70-250mm, 70-300mm, dsb),
lebih sering digunakan untuk mengejar moment pertandingan sepak bola, balap
motor, satwa liar,dan lain-lain.
5. Lensa Macro
Lensa macro, biasanya digunakan untuk memotret benda yang kecil. sesuai
dengan namanya, macro pastinya dikhususkan untuk benda-benda kecil. Karena lensa
macro memiliki kemampuan lebih dalam pembesaran obyek, dibandingkan lensalensa diatas tadi. Misal untuk memotret serangga, lensa ini mampu memunculkan
detailnya tekstur tubuh dari serangga tadi.
6. Lensa Fish Eye
Lensa fish eye ini, mempunyai kemampuan hampir mirip dengan mata ikan.
Jadi makanya dinamakan fish eye, kemampuan yang memiliki sudut pandang 180.
Cara kerjanya hampir sama dengan lensa jenis wide, namun fish eye ini lebih melebar
bangets sampai 180 dan tingkat distorsinya sangat tinggi. Namun lensa ini memiliki
keunikan tersendiri, bahkan lebih artistik.

BAB III
PENUTUP
17

3.1.Kesimpulan
Fotografi seperti yang kita kenal sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang
pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang
kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya
satu sama lain dan sebelum masing masing sampai kepada kesempurnaannya seperti
yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah
panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.
Untuk mendalami bidang fotografi, siapa pun harus punya pengetahuan dasar
yang baik tentang cahaya (light). Hal ini penting karena cahaya memegang kunci
utama dalam penentuan eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera.
Setelah memahami tentang cahaya, tahap selanjutnya adalah mengerti tentang
pencahayaan (lighting) sehingga mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam
berbagai kondisi pemotretan.

3.2.Saran dan Kritik


Dalam penulisan makalah ini tentunya sangat jauh dari idealnya sebuah
pembahasan maka dengan penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai masukan
kepada penulis untuk lebih mengembangkan pembahasan yang telah ditulis, sehinga
penulisan dalam sebuah makalah mendekati kepada sebuah idealnya pembahasan
materi.

18

Anda mungkin juga menyukai