Anda di halaman 1dari 7

LUKA BAKAR

Kelompok 10:
1. Novrilia Atika Nabila (1508062198/ UAD)
2. Sally Ferdiana H (2448715344/ UWM)
3. Zulfi Fadhillah N.U (1061521088/ STIFAR)

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PERIODE
AGUSTUS SEPTEMBER
2016
I.

Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan jenis trauma dengan angka morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan suatu penatalaksanaan sebaik-baiknya sejak fase awal hingga
fase lanjut. Luka bakar dapat terjadi pada setiap orang muda maupun orang tua dan baik
laki-laki maupun perempuan. Luka bakar dapat bervariasi dari cedera ringan yang dapat
dengan mudah dikelola di klinik rawat jalan, untuk luka yang luas dapat mengakibatkan
kegagalan sistem organ dan perawatan yang berkepanjangan di rumah sakit.
0

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
II. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
menyelutruh,

penimbunan

jaringan

masif

di

intersitial

menyebabakan

kondisi

hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan


menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok
(Moenajat, 2001).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar
yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan
lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan
pada

epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.

Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.


Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari
peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan
natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan
dapat berlanjut ada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Elizabeth, 2009).
III. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajad luka bakar:

a. Luka bakar derajat I (Superficial thickness burn)


Kerusakan terbatas pada lapisan kulit paling luar (epidermis), kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung syaraf
sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.
Tanda dan Gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema), Pembengkakan dan disertai
rasa nyeri, tidak dijumpai lepuhan.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan
nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau
pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
i.
Derajat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa

sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam


Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang

dari 3 minggu.
Tanda dan gejalanya berupa kemerahan , tampak ada lepuhan, dan disertai rasa
ii.

nyeri.
Derajat II dalam (Deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar

sebasea sebagian besar masih utuh.


Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda

mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)


Tanda dan Gejalanya berupa kemerahan, tampak ada lepuhan, kadang
tidak disertai nyeri jika ujung syaraf sudah rusak.

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


2

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak. Tanda dan gejalanya kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat,
2001).

d. Luka bakar derajat IV


Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organorgan kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami
kerusakan, tidak dijumpai bula. Tanda dan gejalanya kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi
koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan
dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi
spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

Tanda dan gejala lainnya yang dapat timbul jika saluran pernapasan juga terpapar
api atau korban menghirup asap, antara lain: rambut hidung tampak hangus, lendir
hidung berwarna hitam, perubahan suara, batuk, mengi, hingga kesulitan bernapas.
IV. Sasaran Terai
1. Mengganti cairan yang hilang dan. memelihara keseimbangan cairan tubuh dan suplai
asam amino
2. Mencegah komplikasi :
a. infeksi
b. tukak lambung atau duodenum
c. Tetanus
3. Mengatasi syock
4. Mengatasi nyeri
5. Memperbaiki dan mempertahankan volume darah
6. Resusitasi Nutrisi
7. Mencegah kerusakan sel dan mempercepat pembentukan sel baru.

V. Terapi
a) Farmakologi
1. Analgetik
3

Analgetik yang di gunakan dalam pengobatan ini morfin, fentanyl, ketorolac,


ultracet, MST, xyllo : della.
Analgesik yang paling efektif adalah morfin dan petidin, diberikan secara intra
vena. Hati-hati dengan pemberian IM karena gangguan sirkulasi sehingga dapat
tertimbun didalam otot.
2. Antipiretik
Antipiretik yang di gunakan dalam pengobatan sanmol, ext pct, pct.
3. Antibiotik
Antibiotik yang di gunakan dalam pengobatan ini adalah ceftriaxon, hypobach,
segestam, gentamicin oinment, burnazin.
4. Resusitasi cairan
Resusitasi cairan yang di gunakan adalah ringer laktat, aminofluid, tutofusin ops,
octalbin 25 %.
5. Antasida
Di gunakan injeksi Ranitidin dan sucralfat.
6. Anti inflamasi
Obat yang di gunakan dalam pengobatan ini adalah nutriflam.
1. anti tetanus
Obat yang digunakan adalah injeksi ATS
2. Suplementasi
Suplemen yang di gunakan dalam pengobatan ini adalah vit c, glutrop.
b) Non Farmakologi

Pendinginan kulit dengan air mengalir ,keringkan dengan kain yang lembut

oleskan gel lidah buaya untuk luka bakar

tutup luka bakar dengan perban kasa steril

segera cari pertolongan medis

c) Algoritma Terapi
1. Dalam konteks algoritma trauma secara umum, hal pertama dilakukan adalah
memeriksa sirkulasi, memeriksa saluran nafas dan pernafasan.
2. Pada luka bakar listrik tegangan rendah, fibrilasi atrium dengan respon ventrikel
yang tinggi menyebabkan gangguan irama jantung dan penyebab kematian. Oleh
karena itu, setiap pasien dengan luka bakar listrik harus dilakukan tes EKG.
monitoring jantung dan bila perlu, pengujian CPK-MB, nekrosis otot jantung
dapat terjadi terutama di cedera tegangan tinggi, dan tingkat Troponin-1 harus

diperiksa. Jika jejak aliran listrik melintasi jantung, dilakukan pemantauan


jantung 24 jam jantung.
3. Gangguan sirkulasi atau kerusakan otot yang parah dapat terjadi pada
ekstremitas. terjadi edema dapat menyebabkan kompresi dari (kompartemen
syndrome) otot dan nekrosis. Sehingga dilakukan pemeriksaan escharotomy
serta fasciotomy.
4. Kontraksi listrik yang kuat dapat mengakibatkan avulsi otot atau pergeseran otot,
patah tulang dan dislokasi sendi, kerusakan visceral intra-abdomen juga dapat
terjadi.
5. Myoglobinuria vs hemoglobinuria dapat terjadi dan untuk mencegah gagal ginjal
akut, resusitasi cairan dan monitoring output urin sangat penting.
6. Jika urine berwarna hitam atau merah, jumlah pemberian cairan harus
ditingkatkan segera. Pada pasien ini, keluaran yang ditargetkan adalah 100 mL /
jam pada orang dewasa dan 3-4 ml / kg / jam pada anak-anak
7. Untuk membasakan urin, NaHCO3 intravena diberikan 2 ampul pada orang
dewasa, 1 ampul untuk anak-anak yang lebih berat dari 10 kg dan 1 mL / kg
untuk anak-anak lebih ringan dari 10 kg.
8. Diuretik merupakan kontraindikasi dalam tahap akut, pemberian cairan harus
ditingkatkan.
9. Jika upaya untuk memberikan diuresis osmotik gagal, manitol dapat menjadi
pilihan. Dosis bolus intravena 50 g untuk orang dewasa dan 0,5 g / kg untuk
anak-anak.
10. Pada tegangan tinggi luka bakar listrik, mengikuti resusitasi awal, cedera fana
yang menyertainya harus dikontrol. Setelah dikontrol dan terdapat cedera berat
atau komplikasi dan stabilisasi penuh, pasien harus dirujuk ke rumah sakit
terdekat.

Daftar Pustaka
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam. Surabaya : Plastic
Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
DeLaune, CS., Ladner, K.P. 2002. Fundamental of Nursing Standards & Pratice. 4th Edition.
Delmar: Cengange Learning.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin, Jakarta : Aditya Media
Gabriel, J. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC.
Moenadjat, Y. 2001. Luka Bakar Pengetahuan Klinis Prakti, ed 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Moenadjat, Y. 2005. Resusitasi : Dasar-Dasar Manajemen Luka Bakar Fase Akut. Jakarta :
Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Yasti, C.A., Senel E. D.M., Saydam M., Ozok G., Coruh A., Yorganci K. 2015. Guideline And
Treatment Algorithm For Burn Injuries. Review

Anda mungkin juga menyukai