Anda di halaman 1dari 14

GLAUKOMA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas kelompok pada Mata Kuliah KMB II yang
diampu oleh Ns. Aries Asmorohadi, ETN., M.Kep.,Sp KMB.

Oleh :
1. Faridatul islamiyah (14.1321)
2. Sandra setyaningsih (14.1363)

Program Studi DIPLOMA III Keperawatan


Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Ungaran
2015

GLAUKOMA

1. DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang
demikian tinggi atau tidak normal sehingga mengakibatkan kerusakan
saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh
lapang pandangan atau buta. Glaukoma akan terjadi bila cairan mata di
dalam bola mata pengalirannya terganggu. Pada mata yang sehat dan
normal, cairan mata ini akan masuk ke dalam bilik mata dan keluar melalui
celah halus (trabekulum) di daerah apa yang disebut sebagai sudut bilik
mata, yang terletak antara selaput pelangi atau selaput bening.
Glaukomadisebut sebagai 'pencuri penglihatan' karena sering
berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukomasering tidak
menyadari adanya gangguan penglihatansampai terjadi kerusakan
penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50%penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi,
diagnosadan penangananharus dilakukan sedini mungkin.
2. ETIOLOGI
Di dalam bola mata sebelah depan terdapat apa yang merupakan
ruangan di dalam mata yang dibatasi kornea, iris, pupil, dan lensa yang
diisi oleh cairan mata (humor akuos). Caira ini mengatur makanan kornea,
lensa, demikian pila oksigennya. Cairan ini mempunyai kapasitas isis
tertentu untuk mempertahankan bpla mata agar menjadi bulat.
Penyebab tersering adalah tekanan bola mata di atas 21 mmHg
(normal 10-20 mmHg). Tekanan di atas normal ini akibat cairan dalam bola
mata yang berada dibilik mata depan tidak lancar mengalir keluar.
Tekanan bola mata tersebut secara mekanik akan menekan serabut saraf
mata sehingga terjepit. Selain itu juga akan terjadi proses iskemia
(jaringan kekurangan nutrisi dan oksigen) karena darah tidak mengalir
dengan baik di daerah saraf mata. Terjadilah kematian sel-sel saraf mata.
Faktor risiko yang ikut memicu glaukoma selain perubahan tekanan bola
mata adalah usia di atas 40 tahun, mempunyai keluarga yang menderita

glaukoma, miopia, atau mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes dan


kardiovaskular.
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata
selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat
menghilang secara perlahan tanpa diketahui penderitanya. Obat-obatan
yang dipakai perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu ditekankan adalah, bahwa
saraf mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Obat-obatan
seperti obat tetes mata, obat makan, dan tindakan seperti laser dan bedah
hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut.
Penyebab dari glaukoma, yaitu:
1.

Obstruksi aliran aqueous humour.

2.

Herediter.

3.

Infeksi.

4.

Usia.

5.

Obat-obatan
3. TANDA GEJALA
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali

bila mata bila keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan. Bila saraf
optik mulai rusak aka terjadi pengecilan lapang pandangan dan bila
kerusakan telah lanjut maka akan terjadi kebutaan.Pada glaukoma sudut
sempit dimana tekanan bola mata mendadak naik maka akan terdapat
keluhan penglihatan kabur, rasa sakit yang berat, sakit kepala, rasa mual
dan muntah.
Pada keadaan dimana sudut pengaliran cairan mata keluar sempit,
pembendungan dapat terjadi mendadak. Hal ini mudah terjadi pada
glaukoma sudut sempit dimana tekanan bola mata dapat mencapai lebih
dari 60-70 mmH. Pada serangan tekanan bola mata yang meningkat ini
pasien akan merasakan sakit disertai dengan mual dan muntah.
Penglihatan akan kabur disertai penglihatan pelangi.

1.

Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual dan


muntah.

2.

Mata merah dan bengkak.

3.

Tajam penglihatan sangat menurun.

4.

Melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi.

5.

Lapang pandang menjadi sempit.

6.

Kebutaan permanen.
4. PATOFISIOLOGI
Glaukoma sudut terbuka
Perubahan degeneratif
menghambat

saluran

pada

jaringan

akueous

trabekular

humor

dari

yang
mata,

meningkatkan TIO dan mengakibatkan kerusakan saraf mata.


Glaukoma sudut tertutup
Obstruksi saluran keluar akueous humor disebabkan oleh
sudut yang kecil secara anatomis antara iris dan kornea dan
TIO meningkat secara mendadak

5. PATHWAY
GLAUKOMA

TERBUKA

PERUBAHAN DEGENERATIF
SALURAN AKUEOUS
HUMOR DI MATA

TERTUTUP

OBSTRUKSI
AKUEOUS HUMOR

TIO
MENINGKAT
MENDADAK

SUDUT KECIL ANATOMIS


( IRIS DAN KORNEA)

TIO MENINGKAT

KERUSAKAN SARAF
OPTIK

6. PEMERIKSAAN
-

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop

untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus

optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut
primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut
lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi
untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih
keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut
atau angle closure 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi
akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut,
jika telah

timbul

goniosinekia (perlengketan

pinggir

iris

pada

kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut


ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu
TIO normal sudutnya sempit.
7. PENGKAJIAN
1. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit
glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem
vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan
pernah terpancar radiasi.
2. POLA NUTRISI/METABOLISME
Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat /
lambat )
Bagaimana nafsu makan klien
Tanyakan apakah ada kesulitan

dan

keluhan

yang

mempengaruhi makan dan nafsu makan


Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah
3. POLA ELIMINASI

Kaji kebiasaan defekasi


Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau,
warna dan karekteristik BAB
Kaji kebiasaan miksi
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada
ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat
bantu untuk miksi
Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada
pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit
glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
4. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan
dan sirkulasi
Tanyakan

bagaimana

kegiatan

sehari-hari

dan

olahraga

(gunakan table gorden)


Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara
klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan
non verbal klien )
Kaji kekuatan tonus otot
Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien
sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika
terkena cahaya matahari.
5. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala
dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.
6. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
Status mental
Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
Pendengaran : Baik / tidak
Peglihatan :Baik / tidak

Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan


intensitas nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
Apakah
klien
mengalami

insensitivitass

terhadap

panas/dingin/nyeri
Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam
tahap yang biasa.
7. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap
diri sendiri
Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada
hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien,
apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh
klien menggambarkannya.
Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada
konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga
kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada
kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan
konsep diri.
8. POLA PERAN HUBUNGAN
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan
keluarga lainnya.
Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak
maupun cucu dll
Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian
konflik
Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada
matanya yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan
orang lain.
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami
gangguan dalam melakukan perannya

9. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah
yang dihadapi, apakah efektif?
Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang
lain Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau
mudah panik
Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan
penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep
dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu
organ penglihatannya.
10. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas
atau batuk hebat saat melakukan hubungan intim
Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang
dalam keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak
menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit
mata.
11. POLA KEYAKINAN-NILAI
Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan
tujuan dalam hidup
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan
datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas
ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit
kepala yang akan mengganggu ibadahnya.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


(1)

Kartu

mata

Snellen/mesin

Telebinokular

(tes

ketajaman

penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan


kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
(2)

Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV,


massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri
serebral atau glaukoma.

(3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika


TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
(6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu
retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
(8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri
dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) :
Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
(9)

Pemeriksaan

lampu-slit.

Lampu-slit

digunakan

unutk

mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan


kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam
tuberkulum dengan lensa khusus.
(10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan
lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana,
lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
(11)Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang
suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler.

PROGRAM TERAPI
Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a.
o

Obat Sistemik

Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase


yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan
mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada
permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat
memberikan efek samping hilangnya

kalium tubuh parastesi,

anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.


o

Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat


minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau
ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b.

Obat Tetes Mata Lokal

o Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,


levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
o

Steroid

(prednison).

Digunakan

4x

sehari,

berguna

sebagai

dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi


sistemik.
2.
a.

Terapi Bedah

Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik

mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam


pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut
yang tertutup sebanyak 50%.
b.

Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang

tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan
kerusakan saraf akibat peningkatan TIO

2) Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO


3) Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis,
rencana terapi, dan penatalaksanaan dirumah) berhubungan
dengan kurangnya informasi yang didapat sebelumnya
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan
kerusakan saraf akibat peningkatan TIO
Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas. Tanyai
klien secara rutin tentang terjadinya perubahan visual
Lakukan tindakan untuk mencegah semakin tingginya TIO
meliputi:
diet rendah natrium
pembatasan kafein
mencegah konstipasi
mengurangi stress
kolaorasi dalam pemberian
- miotik
- timolol (agens penghambat pembentuk okuos humor)
- inhibitor karbonat
- anhidrase seperti actazolanit untuk mengurangi
-

produksi akuos humor


gliserin oral untuk

klien

glukoma

akut

untuk

mengurangi tekanan ocular


2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO
Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler dan
cegah tindakan yang dapat meningkatkan TIO
Berikan lingkungan gelap dan tenang
Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan
Observasi drajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase
akut
Observasi asupan dan keluaran tiap 8 jam saat klien
mendapatkan agen osmotic intravena
Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum
penetasan obat mata yang diresepkan
Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma
Berikan analgesic narkotik yang diresepkan jika klien
mengalami nyeri hebat
3. Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis,
rencana terapi, dan penatalaksanaan dirumah) berhubungan
dengan kurangnya informasi yang didapat sebelumnya

Berikan nformasi tentang kondisi klien, tekankan bahwa


glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup harus
teratur dan tidak terputus
Ajari klien tanda dan gejala yang memerlukan medis dengan
segera
Ajarkan klien dan keluarga serta ijinkan klien mempraktikan
sendiri cara pemberian tetes mata.
Berikan informasi tentang dosis nama jadwal tujuan dan efek
samping dari obat-obatan yang diresepkan dirumah
Ingatkan klien agar menggunakan obat-obat resep dan
jangan menggunakan obat bebas
Dorong klien membuat perubahan yang perlu untuk pola
hidup
Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda
glaucoma

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas, SpM. 2007.Glaukoma (Tekanan Bola Mata
Tinggi). Jakarta: Sagung Seto.
http://www.klinikmatanusantara.com/file/1249.pdf diakses pada tanggal 9
November 2015 pukul 18.57 WIB.
Smeltzer, Suzanne C,dkk.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth edisi 8 vol.2. Jakarta : EGC.

Istiqomah,Indriana N.2004.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.jakarta :


EGC.

Anda mungkin juga menyukai