Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

Semester:
Ganjil 2014

Oleh :
Destomi Nurlian
A1L013153 / F

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori pewarisan sifat pertama yang dapat diakui kebenarannya adalah teori
yang dinyatakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini didasarkan atas
percobaannya pada tanaman pisum sativum. Mendel menyilangkan tanaman
pisum sativum dengan dua sifat yang berbeda (dihibrid). Mendel selalu
mendapatkan hasil perbandingan yang sama dalam menyilangkan tanaman
tersebut. Perbandingan fenotipik yang muncul pada keturunan F 2 adalah selalu
9:3:3:1. Atas dasar inilah kemudian Gregor Mendel menciptakan hukum
Independent Assortmen atau hukum Mendel II.
Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat yang nampak dari individu
ditentukan oleh suatu gen tunggal, misalnya batang tinggi di tentukan oleh gen T,
buang bulat di tentukan oleh gen k dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat
tidak mungkin diterangkan dengan pedoman di atas. Pedoman-pedoman yang
sudah ada seringkali terjadi banyak penyimpangan. Penyimpangan inilah yang
akan kita pelajari dalam praktikum kali ini.

76

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghetahui penyimpangan yang
terjadi pad hukum mendel

77

II. TINJAUAN PUSTAKA

Mendel mempelajari beberapa sifat dari tanaman kapri. Maing-masing sifat


yang dipelajari adalah tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji dan lain-lain yang
bersifat dominan dan resesif. Mulanya mendel hanya menganalisis data untuk satu
sifat beda kemudian mendel menganalisis lebih dari satu sifat beda yang biasa
disebut dengan polihibrid. Hasil dari analisis mendel ini ditulis dalam makalah
yang berjudul Experiment in Plant Hybridization (Bima, 2008).
Nisbah genotip atau fenotip yang dihasilkan oleh Mendel akan terpenuhi
jika setiap sifat hanya ditentukan oleh alel dalam satu lokus. Antara dua alel
dengan satu lokus memungkinkan memiliki hubungan dominan resesif. Alel dari
setiap lokus akan bersegregasi dengan alel dari gen lain dan gen-gen tetap berada
di inti (Anonim, 2008).
Pada kasus-kasus tertentu, perbandingan fenotipik 9:3:3:1 tidak terpenuhi,
tetapi menghasilkan perbandingan fenotipik yang berbeda misalnya 15:1 dan
12:3:1. Kasus tersebut terjadi apabila ada sepasang gen yang hadir bersama pada
satu alel dalam individu. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai ini disebut
dengan penyimpangan hukum Mendel (Suryo, 1998).
Penyimpangan hukum Mendel ini terjadi karena adanya dua pasang gen
atau lebih saling memengaruhi dalam memberikan fenotipik pada suatu gen atau
yang sering disebut dengan interaksi gen. Interaksi gen ini akan menimbulkan
perbandingan fenotipik pada suatu keturunan. Interaksi gen ini terdiri atas
kriptomeri, plimeri dan epistasis-hipostasis (Pay, 1987).

78

Kriptomeri merupakan interaksi komplementasi yang terjadi karena


munculnya hasil ekspresi suatu gen yang memerlukan kehadiran alel pada lokus
lain. Contoh interaksi komplementasi ini, terjadi pada proses pembentukan warna
bunga Linaria maroccana. Warna bunga ditentukan oleh kandungan antosianin dan
keadaan pH sel. Kandungan antosianin pada bunga ditentukan oleh satu gen yang
mempunyai dua alel dominan resesif (Misal A dan a) (Yatim, 1991).
Polimeri terjadi karena dua gen membentuk atau memproduksi gen yang
sama sehingga menghasilkan fenotipik yang sama. Contohnya adalah sifat warna
merah pada gandum. Warna merah tersebut dikendalikan oleh pasangan alel
dominan resesif yang terdapat pada dua gen yang berbeda lokus. Warna merah
akan muncul apabila terdapat alel dominan di salah satu atau kedua lokus
(Sutrisno, 1982).
Epistasis dan hipostasis merupakan interaksi yang berlangsung pada
fenotipik yang dihasilkan oleh dua gen. Kedua gen bekerja menghasilkan
fenotipik yang berbeda, tetapi fenotipik dari salah satu gen dominan dapat
menutupi penampakan fenotipik yang dihasilkan oleh gen dominan yang lain
apabila kedua gen hadir secara bersama-sama. Gen dominan yang menutupi gen
dominan lain disebut epistasis, dan gen dominan yang tertutup disebut hipostasis
(Nurhadi, 1984).
Epistasis dapat di bedakan menjadi 6 yaitu :
1. Epistasis dominan
Pada epistasis dominan ini terjadi penutupan gen oleh gen dominan yang
bukan dari alelnya. Perbandingan F2 dari epistasis dominan ini adalah
12:3:1. Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan

79

warna buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen D
yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya d yang
menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen C yang
menghalangi pigmentasi dan c yang tidak menghalangi pigmentasi.
2. Epistasis resesif
Peristiwa ini terjadi apabila terdapat suatu gen resesif yang menutupi gen
bukan dari alelnya. Perbandingan yang dihasilkan dari epistasis resesif
adalah 9:3:4. Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna
bulu mencit (Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang
mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen Y menyebabkan bulu
berwarna kelabu, gen y menyebabkan bulu berwarna hitam, gen Z
menyebabkan pigmentasi normal, dan gen z menyebabkan tidak ada
pigmentasi.
3. Epistasis dominan resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I
epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen
resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen
I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan
warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang
menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi
pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan
alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
4. Epistasis dominan duplikat
Epistasis dominan duplikat atau polimeri adalah gen dengan banyak sifat
beda yang berdiri sendiri-sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama
dari suatu organisme. Perbandingan fenotipik yang didapat adalah 15

80

:1.
5. Epistasis resesif duplikat
Epistasis resesif duplikat adalah interaksi antara dua gen dominan, jika
terdapat secara bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul
fenotipik alelnya. Bila salah satu gen tidak ada maka pemunculan alelnya
akan terhalang. Rasio fenotipik yang didapat adalah 9:7.
6. Gen duplikat dengan efek kumulatif
Penyimpangan ini terjadi karena terdapat dua gen dominan yang
mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika ada secara
bersama-sama berarti fenotipiknya merupakan hasil gabungan dari sifat
gen dominan tersebut. Rasio yang didapat adalah 9:6:1 (Suryo, 2004).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kantong plastik dan
kancing warna. Alat yang digunakan dalam acara ini adalah lembar pengamatan
dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

81

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Kantong plastik berisi kancing warna diambil, kemudian dikocok hingga
homogen.
2. Satu butir kancing di ambil dan catat hasilnya.
3. Pengambilan kancing dilakukan sebanyak 90 kali dan 160 kali, kemudian
dicatat pada lembar pengamatan yang akan disediakan pada saat praktikum.
4. Data dianalisis dengan uji X2.
5. Kode kantong dicantumkan dibagian atas.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Tabel 1. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


dominan duplikat dengan pengambilan sebanyak 90x
Karakteristik yang Diamati
Observasi (O)

Hitam

Pink

Jumlah Total

82

90

15
90=84,375
16

Ekspektasi (E)

(|18284,375|)

(|OE|)

(|OE|)
E
X2

= 3,516
3.516
=0,04167
84,375

0.04167

1
90=5,625
16

( |8 5,625| - )2 =
7,032
3,516
3,516
=0,625
5,625
0.625

82

90

0,67
0.67

X2tabel = 3,84
X2 hitung <X2 tabel
0,67 < 3.84
Kesimpulan : X2 hitung <X2 tabel, maka sesuai dengan teori

Tabel 2. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


dominan duplikat dengan pengambilan sebanyak 160x
Karakteristik yang Diamati
Observasi (O)
Ekspektasi (E)
2

(|OE|)

(|OE|)
E
X2

Hitam

Pink

Jumlah Total

145

15

160

15
160=150
16

(|145150|)
20,25
20,25
=0,135
150

1
160=10
16
2

= ( |15 - 10| - )2 =
40,5
20,25
20,25
=2,025
10

0,135

2,025

X2tabel = 3,84
X2 hitung <X2 tabel

83

160

2,160
2,16

2,16 < 3,84


Kesimpulan : X2 hitung <X2 tabel, maka sesuai dengan teori

Tabel 3. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis gen


duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) dengan pengambilan sebanyak
90x

Observasi (O)
Ekspetasi (E)

(|OE|)

(|OE|)
E
X

Karakteristik yang diamati


Jumlah total
Hitam
Putih
Kuning
49
34
7
90
9
6
1
x
90
=
x
90
16
16
16 x 90 =
90
50,625
(|49-50,625|)2

= 33,75
(|34-33,75|)2

5,625
(|7-5,625|)2 =
4,5925

= 2,64
2,64
50,625
0,052
0,052

= 0,0625
0,0625
=
33,75 =
0,001
0,001

X2tabel = 5,99

84

1,89
1,89
5,625
0,336
0,336

=
0,389
0,389

X2 hitung <X2 tabel


0,389 < 5,99
Kesimpulan : X2 hitung <X2 tabel, maka sesuai dengan teori.

Tabel 4. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis gen


duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) dengan pengambilan sebanyak
160x

Observasi (O)
Ekspetasi (E)

(|OE|)

(|OE|)
E
X

Karakteristik yang diamati


Jumlah total
Kuning
Merah
Hitam
110
36
14
160
9
6
1
x
160
x
160
16
16
16 x 160
160
= 90
= 60
2
(|110-90|) = (|36-60|)2

= 10
=
(|14-10|)2 = 16

400
400
90

576
576
=
60

4,44
4,44

9,6
9,6

16
10
1,6

X2tabel = 5,99
X2 hitung >X2 tabel
15,64> 5,99

85

= 1,6

992

15,64
15,64

Kesimpulan :
X2 hitung >X2 tabel, hasil tidak signifikan maka tidak sesuai dengan teori.

Tabel 5. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


resesif(9:3:4) dengan pengambilan sebanyak 90x

Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2

( OE )
E

X2

Karakteristik Yang Diamati


Kuning (9) Hijau (3)
Merah (4)
Jumlah Total
60
14
16
90
50,625
16,875
22,5
90

(
(
138,416
(
60 1622,5
1416,875
2
50,625
=8,266
2
= 42,25
2
) = 87,9
2
2
2
( 6050,625 )( 1416,875) ( 1622,5 ) 4,105
=1,736
=0,489
=1,88
50,625
16,875
22,5
1,736

0,489

1,88

4,105

X2 tab = 5,99
X hit = 4,105
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 4,105 < 5,99 maka percobaan sesuai dengan teori.

Tabel 6. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


resesif(9:3:4) dengan pengambilan sebanyak 160x

86

Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2

( OE )
E

Karakteristik Yang Diamati


Hitam (9)
Pink (3)
Kuning (4)
Jumlah Total
86
43
31
160
90
40
30
160
4340
3130
26
( 86-90
2
2
(
(

)2 = 16
=9
=1
2
2
2
( 8690 )
( 4340 )
( 3130 ) 0,432
=0,177
=0,225
=0,03
90
40
30

X2
0,177
0,225
0,33
0,432
2
X tab = 5,99X hit = 0,432, Kesimpulannya : Karena X hit < X 2 tab 0,432 <
5,99 maka percobaan sesuai dengan teori.

Tabel 7. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


dominan resesif(13:3) dengan pengambilan sebanyak 90x

Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2

( OE )
E
X2

Karakteristik Yang Diamati


Putih (13)
Coklat (3)
78
12
73,125
16,875
2

78
1216,875
(
-73,125)
(
2
= 19,14
19,4

Jumlah Total
90
90
38,28

2
2
1,39
( 7873,125 )
( 1216,875 )
=0,26
=1,13
73,125
16,875

0,26

1,13

1,39

X2 tab = 3,84
X hit = 1,39
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 1,39 < 3,84. Jadi praktikum sesuai dengan teori.

87

Tabel 8. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


dominan resesif(13:4) dengan pengambilan sebanyak 160x

Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2

( OE )
E

X2

Karakteristik Yang Diamati


Kuning (13)
Hijau (3)
Jumlah Total
132
28
160
130
30
160
(
4,5
( 132 2830
130 )2
=
2
2,25
= 2,25
2
2
( 132130 )
( 2830 ) 0,092
=0,017
=0,075
130
30
0,017

0,075

0,092

X2 tab = 3,84
X hit = 0,092
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 0,092< 3,84. Jadi Praktikum sesuai dengan teori

88

Tabel 9. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis resesif


duplikat(9:7) dengan pengambilan sebanyak 90x

Observasi (O)
Harapan (E)
( |O E| - )2
( |O E| - )2
E
X2

Karakteristik Yang Diamati


Kuning = 9
Hijau = 7
57
33
9/16 x 90 = 50,625
7/16 x 90 = 39,375
( |57 50,625| - )2 ( |33 39,375| - )2
= 34,51
= 34,51
34,51 = 0,68
34,51 = 0,875
50,625
39,375
0,68
0,875

Jumlah Total
90
90
69,02
1,556
1,556

X2 tabel = 3,84
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel =>1,556 < 3,84. Hasil observasi yang dilakukan
tidak sesuai dengan teori atau harapan.
Tabel 10. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis
resesif duplikat(9:7) dengan pengambilan sebanyak 160x

Observasi (O)
Harapan (E)
( |O E| - )2
( |O E| - )2
E
X2

Karakteristik Yang Diamati


Kuning = 9
Hijau = 7
95
65
9/16 x 160 = 90
7/16 x 160 = 70
2
( |95 90| - )
( |65 70| - )2
= 20,25
= 20,25
20,25 = 0,225
20,25 = 0,289
90
70
0,225
0,289

Jumlah Total
160
160
40,5
0,514
0,514

X2 tabel = 3,84
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel = Hasil observasi yang dilakukan sesuai
dengan teori atau pembanding.
0,541 < 3,84 = sesuai dengan teori atau harapan.

89

Tabel 11. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis


dominan(12:3:1) dengan pengambilan sebanyak 90x

(|O - E|)
OE

Karakter yang diamati


Coklat
Kuning
Hijau
69
18
3
12/16 x 90 = 3/16 x 90 = 1/16 x 90 =
67,5
16,873
5,62
2,25
1,270
6,864
6967,5 1816,873 35,62

2
2
2

X2

=
0,03
0,03

Observasi (O)
Harapan (E)

= 0,075

= 1,22

0,075

1,22

Jumlah
Total
90
90
10,384
1,325

1,325

X2 tabel = 5,99
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel, artinya hasil percobaan sesuai dengan
pembanding (signifikan).
Tabel 12. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis
dominan(12:3:1) dengan pengambilan sebanyak 160x

(|O - E|)
OE

Coklat
132
12/16 x 160 =
120
144
132120

Karakter yang
Kuning
24
3/16 x 160 =
30
36
2430

Diamati
Hijau
4
1/16 x 160 =
10
36
410

X2

= 1,2
1,2

= 1,2
1,2

= 3,6
3,6

Observasi (O)
Harapan (E)

X2 tabel = 5,99

90

Jumlah
Total
160
160
216
4,9

4,9

Kesimpulan :
X2 hitung < X2 tabel, berarti hasil percobaan sesuai dengan pembanding
(signifikan).
B. Pembahasan
Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat
secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang bersegregasi dapat
dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana.
Keragaman nisbah Mendel ini yang mendasari adanya penyimpangan dari
hipotesis Mendel. Penyimpangan hukum Mendel adalah keadaan dimana muncul
fenotipik baru akibat dari adanya aktifitas genetik yang merubah nisbah
perbandingan dari Mendel.

Menurut Snyder 1946, ada tiga penyebab mengapa terjadi penyimpangan Mendel
pada nisbah 3:1, yaitu :
1. Dominan tak lengkap ( semi dominansi )
Semi dominan merupakan keadaan dimana dua alele ( dominan dan
resesif ) menghasilkan fenotipik yang sama, kecuali dalam keadaan tertentu,
tetapi alele resesif tidak menghasilkan sesuatu. Heterozigot menghasilkan
jumlah yang sedikit dari pada homozigot dominan, tetapi lebih banyak dari
homozigot resesih, yang sebenarnya sama dengan penjumlahan hasil dominan
dan resesif. Contoh konkritnya adalah persilangan antara bunga wwarna
merah (MM) dengan bunga warna putih (mm) yang menghasilkan homozigot

91

resesif (Mm). Homoigot resesif ini akan memberikan fenotipik yang berbeda,
misalnya merah muda (Mm).
2. Kodominansi
Kodominansi merupakan keadaan dimana dua alele menghasilkan produk
berbeda yang kerjanya berlainan dan dapat diketahui pada heterozigot.
Prinsip kodominansi hampir sama dengan semi dominan tetapi, pada
kodominansi tidak memunculkan sifat antara individu heterozigot, tetapi
merupakan hasil eksperi masing-masing alele, kedua alel akan sama-sama di
ekspresikan dan tidak saling menutupi. Contohnya pada golongan darah
manusia sistem ABO. IAIB jika disilangkan antar sesamanya maka akan
menghasilkan IAIA (1) : IAIB (2) : IBIB (1).

3. Gen Letal
Gen letal merupakan keadaan genetik yang dapat menyebabkan
kematian pada individu homozigot , pada masa embrio atau setelah kelahiran.
Gen letal ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu letal dominan dan letal
resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan
efek subletal atau kelainan fenotipik, sedangkan gen letal resesif cenderung
menghasilkan fenotipik normal pada individu heterozigot. Sebagai contoh
persilangan kedelai hijau heterozigot dengan sesamanya Hh X Hh, maka
menghasilkan HH (1) : Hh (2) : hh (1) (letal).
Sedangkan meneurut Marrell 1975, ada dua penyebab mengapa terjadinya
penyimpangan nisbah dari 9:3:3:1, yaitu

92

1. Interaksi Gen
Interaksi gen merupakan penyimpangan semu hukum Mendel yang
tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotip, tetapi menimbulkan fenotipfenotip yang merupakan hasil kerjasama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Contoh dari interaksi gen adalah pada pewarisan sifat dari jengger
ayam. Apabila ayam bertipe ros (RRpp) disilangkan dengan biji (rrPP) maka
akan menghasilkan keturunan F1 walnut (RrPp). Jika walnut disilangkan antar
sesamanya (selfing) maka prosentasi nispah fenotip akan sama, tetapi bentuk
dari fenotipiknya yang berbeda yaitu 9 walnut ( 1 RRPP, 2 RrPP, 2 RRPp, 4
RrPp) : 3 ros ( 1 RRpp, 2 Rrpp) : 3 biji ( 1 rrPP, 2 rrPp ) : 1 tunggal ( 1 rrpp ).

2. Epistasis
Epistasis merupakan penutupan ekspresi suatu gen oleh gen lain yang
bukan dari alelnya. Gen yang tertutupi ini disebut hipostasis. Jadi, dalam hal
ini suatu gen bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan dari alelnya.
Intinya, pada persilangan dihibrid gen yang ekspresinya tertutupi oleh gen lain
akan memicu penyimpangan dari nisbah 9:3:3:1.
Macam- macam epistasis menurut Rothwell 1976, adalah

a. Epistasis dominan
Epistasis dominan merupakan penutupan ekspresi gen oleh suatu gen
dominan yang bukan dari alelnya. Contohnya adalah pewarisan warna buah
pada Cucurbita pepo.

93

P : WWYY
putih
F1 :

wwyy
hijau

WwYy (selfing)
putih

F2 :
WY

Wy

wY

WY

WWYY (putih)

WWYy (putih)

WwYY (putih)

Wy

WWYy (putih)

WwYy
(putih)

wY

WwYY (putih)

wwYY (kuning)

wwYy (kuning)

wy

WwYy
(putih)

Wwyy
(putih)
WwYy
(putih)
Wwyy
(putih)

wy
WwYy
(putih)
Wwyy
(putih)

wwYy (kuning)

wwyy
(hijau)

Nisbah fenotip yang dihasilkan dari epistasis dominan adalah 12:3:1


b. Epistasis resesif
Epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen
lain yang bukan dari alelnya. Contohnya adalah pewarisan warna bulu pada
Mus musculus.
P : AACC x aacc
kelabu
albino
F1 :

AaCc
kelabu

F2 :
AC
Ac
aC

AC
AACC
(kelabu)
AACc
(kelabu)
AaCC

Ac
AACc
(kelabu)
Aacc
(Albino)
AaCc

94

aC
AaCC
(kelabu)
AaCc
(kelabu)
aaCC

ac
AaCc
(kelabu)
Aacc
(albino)
aaCc

Ac

(kelabu)
AaCc
(kelabu)

(kelabu)
Aacc
(albino)

(hitam)
aaCc
(hitam)

(hitam)
aacc
(albino)

Nisbah fenotip yang dihasilkan menjadi 9 (kelabu) : 4 (albino) : 3 (hiam).


c. Epistasis dominan-resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan
gen 1 epistasis terhadap pasangan gen 2 yang bukan sealel, sementara
pasangan gen resesif dari gen 2 juga epistasis terhadap pasangan gen 1.
Conthnya adalah pewarisan bulu pada ayam ras.
P :

IICC
putih

F1 :

iicc
putih
IiCc

Putih

IC
Ic
iC
Ic

IC
IICC
(putih)
IICc
(putih)
IiCC
(putih)
IiCc
(putih)

F2 :
Ic
IICc
(putih)
Iicc
(putih)
IiCc
(putih)
Iicc
(putih)

iC
IiCC
(putih)
IiCc
(putih)
iiCC
(berwarna)
iiCc
(berwarna)

Ic
IiCc
(putih)
Iicc
(putih)
iiCc
(berwarna)
iicc
(putih)

I--- akan menghalangi timbulnya pigmen ( Epistasik terhadap C dan c )


--cc akan menyebabkan tidak adanya chromogen ( Epistasik I dan i )
iiC- menyebabkan berwarna
Nisbah fenotipik yang diperoleh adalah 13 (putih) : 3 (berwarna)

95

d. Epistasis resesif duplikat


Epistasis resesif duplikat terjadi apabila gen resesif dari suatu
pasangan gen 1, epistasis terhadap pasangan gen 2, sementara itu pasangan
gen resesif dari gen 2 juga epistasis terhadap gen 1. Contohnya adalah
pewarisan kandungan HCN pada tanaman Trifolium repens.
P :

PPqq
rendah

F1 :

PQ
Pq
pQ
Pq

PQ
PPQQ
(tinggi)
PPQq
(tinggi)
PpQQ
(tinggi)
PpQq
(tinggi)

ppQQ
rendah

PpQq (Selfing)
Tinggi

F2 :
Pq
PPQq
(tinggi)
PPqq
(rendah)
PpQq
(tinggi)
Ppqq
(rendah)

p epistasis terhadap Q dan q


q epistasis terhadap P dan p
Nisbah fenotip yang di dapat 9 (tinggi) : 7 (rendah)
e. Epistasis dominan duplikat

96

pQ
PpQQ
(tinggi)
PpQq
(tinggi)
ppQQ
(rendah)
ppQq
(rendah)

pq
PpQq
(tinggi)
Ppqq
(rendah)
ppQq
(rendah)
ppqq
(rendah)

Epistasis dominan duplikat terjadi apabila gen dominan dari pasangan


gen 1 epistasis terhadap pasangan gen 2 yang bukan alelnya, sementara gen
dominan dari pasangan gen ini juga epistasis terhadap pasangan gen 1.
Contohnya adalah pewarisan pada buah Capsella (segitiga dan lonjong).

P :

F1 :

SSLL
segitiga

ssll
lonjong

SsLl (selfing)
Segitiga

F2 :
SL
Sl
sL
Sl

SL
SSLL
(segitiga)
SSLl
(segitiga)
SsLL
(segitiga)
SsLl
(segitiga)

Sl
SSLl
(segitiga)
SSll
(segitiga)
SsLl
(segiiga)
Ssll
(segitiga)

sL
SsLL
(segitiga)
SsLl
(segitiga)
ssLL
(segitiga)
ssLl
(segitiga)

Segitiga diakibatkan oleh gen dominan S dan L


Lonjong diakibatkan oleh g en resesif s dan l
Nisbaf fenotip yang didapat adalah 15 (segitiga) : 1 (lonjong).
f. Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif

97

sl
SsLl
(segitiga)
Ssll
(segitiga)
ssLl
(segitiga)
ssll
(lonjong)

Peristiwa ini terjadi karena epistasis yang muncul akibat adanya


duplikat dari gen sebelumnya dengan adanya efek kumlatif. Contohnya
adalah pewarisan sifat bentuk buah dari Cucurbita Pepo (cakram, bulat,
lonjong).
P :

F1 :

CCLL
cakram

ccll
lonjong

CcLl (selfing)
cakram

F2 :
CL
Cl
Cl
Cl

CL
CCLL
(cakram)
CCLl
(cakram)
CcLL
(cakram)
CcLl
(cakram)

Cl
CCLl
(cakram)
CCll
(bulat)
CcLl
(segiiga)
Ccll
(bulat)

cL
CcLL
(cakram)
CcLl
(segitiga)
ccLL
(bulat)
ccLl
(bulat)

cl
CcLl
(cakram)
Ccll
(bulat)
ccLl
(bulat)
ccll
(lonjong)

Nisbah fenotipnya adalah 9 (cakram) : 6 (bulat) : 1 (lonjong)


Penyimpangan hukum Mendel ini sangat perlu di pelajari.Tanpa kita
mempelajari penyimpangan yang ada maka kita tidak akan bisa memperkirakan
fenotipik yang keluar apakah sesuai keinginan atau tidak. Selain itu manfaat yang

98

dapat kita peroleh apabila mempelajari penyimpangan hukum Mendel adalah kita
dapat lebih hati-hati dalam melakukan persilangan. Yang dimaksud dengan hatihati disini adalah kita harus memperhatikan genotipik dari tetua yang akan
disilangkan, apakah tetua tersebut membawa carier atau tidak. Dengan
mengetahui genotipik dari tetua maka kita akan mengetahui apakah persilangan
tersebut menghasilkan gen letal atau tidak, sehingga kita tidak rugi dalam
melakukan persilangan ( rugi = menghasilkan letal ).
Perhitungan nisbah fenotipik sangat erat kaitannya dengan uji chi-square.
Uji chi-square ini digunakan untuk membuktikan apakah percobaan tersebut
sesuai dengan teori atau tidak. Di dalam percobaan yang kita lakukan ada 6
percobaan yang dilakukan yaitu epistasis dominan duplikat, gen duplikat dengan
efek kumulatif, epistasis resesif, epistasis dominan resesif, epistasis resesif
duplikat dan epistasis dominan.
Pembuktian dari teori penyimpangan hukum Mendel adalah dengan
melakukan pengambilan kancing berwarna di dalam plastik dengan perbandingan
yang telah ditentukan sebanyak 90X dan 160X. Dalam pengujian epistasis
dominan duplikat yang menghasilkan nisbah 15:1 adalah merupakan teori yang
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan percobaan yang mendapatkan hasil X 2hitung <
X2tabel, yaitu 0,67 untuk X2hitung dan 3,84 untuk X2tabel. Begitu pula pada percobaan
kedua yaitu gen duplikan dengan efek kumulatif yang menghasilkan nisbah 9:6:1.
Dalam percobaan 160X lemparan hasil yang di peroleh tidak signifikan. Hal ini
di pengaruhi oleh faktor eksternal. Dalam pewarisan gen faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi perubahan genotip yang dapat memicu perubahan

99

fenotipiknya diantaranya adalah keadaan cuaca dan serangan dari OPT. Hal inilah
yang akan mendasari proses mutasi secara alami (Suryati,2007).
Lain halnya dengan penyimpangan epistasis resesif, dominan resesif, resesif
duplikat dan dominan. Ke empat percobaan ini menghasilkan data yang signifikan
sehingga teori dapat dibuktikan dengan praktik. X2hitung yang diperoleh dari 50X
pelemparan berturut-turut adalah 4,105, 0,034,1,556 dan 1,325. Sedangkan X2hitung
dari pelemparan 100X adalah 0,432, 1,39, 0,514 dan 4,9. X2tabel yang digunakan
adalah 3,84 untuk epistasis dominan resesif dan resesif duplikan, dan 5,99 untuk
epistasis resesif dan epistasis dominan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Peristiwa penyimpangan hukum Mendel terjadi karena adanya interaksi
antar gen-gen yaitu dengan sebuah atau sepasang gen yang saling menutupi
sehingga mengakibatkan perubahan dari nisbaf fenotipiknya.
2. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi nyata atau tidak perlu
digunakan uji X2. Apabila nilai Xhitung < Xtabel maka hipotesisnya akan
diterima.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus benar-benar mengacak dalam mengambil sample
kancing agar hasilnya dapat optimal. Selain itu praktikan harus cermat dan

100

berhati-hati dalam melakukan perhitungan. Karena hal yang demikian sangat


berpengaruh terhadap hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Bima, L. 2008. Pengamatan Mandul Jantan Zea mays karena Pewarisan


Sitoplasmik. Jurnal Pemuliaan Tanaman Vol 1. Hal 77-81 : Bogor.
Marrel, D, J. 1975. An Introduction to Genetic. Chs 4 and 5.
Nurhadi. 1984. Pola-Pola Hereditas. Jakarta: Erlangga.
Pay. 1987. Dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat. Jakarta: Erlangga.
Snyder, L, W. 1946. The Principel of Heredity. Ch.5.
Suryati, G. 2007. Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Bengkulu: Universitas
Bengkulu.
Suryo. 1998. Genetika. Yogyakarta: UGM Pres.
Sutrisno. 1982. Genetika Kuantitatif. Sumatra Utara: USU.
Yatim. 1991. Genetika. Bandung: Tarsito.

DAFTAR LAMPIRAN

101

Anda mungkin juga menyukai