GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL
Semester:
Ganjil 2014
Oleh :
Destomi Nurlian
A1L013153 / F
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pewarisan sifat pertama yang dapat diakui kebenarannya adalah teori
yang dinyatakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini didasarkan atas
percobaannya pada tanaman pisum sativum. Mendel menyilangkan tanaman
pisum sativum dengan dua sifat yang berbeda (dihibrid). Mendel selalu
mendapatkan hasil perbandingan yang sama dalam menyilangkan tanaman
tersebut. Perbandingan fenotipik yang muncul pada keturunan F 2 adalah selalu
9:3:3:1. Atas dasar inilah kemudian Gregor Mendel menciptakan hukum
Independent Assortmen atau hukum Mendel II.
Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat yang nampak dari individu
ditentukan oleh suatu gen tunggal, misalnya batang tinggi di tentukan oleh gen T,
buang bulat di tentukan oleh gen k dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat
tidak mungkin diterangkan dengan pedoman di atas. Pedoman-pedoman yang
sudah ada seringkali terjadi banyak penyimpangan. Penyimpangan inilah yang
akan kita pelajari dalam praktikum kali ini.
76
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghetahui penyimpangan yang
terjadi pad hukum mendel
77
78
79
warna buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen D
yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya d yang
menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen C yang
menghalangi pigmentasi dan c yang tidak menghalangi pigmentasi.
2. Epistasis resesif
Peristiwa ini terjadi apabila terdapat suatu gen resesif yang menutupi gen
bukan dari alelnya. Perbandingan yang dihasilkan dari epistasis resesif
adalah 9:3:4. Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna
bulu mencit (Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang
mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen Y menyebabkan bulu
berwarna kelabu, gen y menyebabkan bulu berwarna hitam, gen Z
menyebabkan pigmentasi normal, dan gen z menyebabkan tidak ada
pigmentasi.
3. Epistasis dominan resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I
epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen
resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen
I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan
warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang
menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi
pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan
alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
4. Epistasis dominan duplikat
Epistasis dominan duplikat atau polimeri adalah gen dengan banyak sifat
beda yang berdiri sendiri-sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama
dari suatu organisme. Perbandingan fenotipik yang didapat adalah 15
80
:1.
5. Epistasis resesif duplikat
Epistasis resesif duplikat adalah interaksi antara dua gen dominan, jika
terdapat secara bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul
fenotipik alelnya. Bila salah satu gen tidak ada maka pemunculan alelnya
akan terhalang. Rasio fenotipik yang didapat adalah 9:7.
6. Gen duplikat dengan efek kumulatif
Penyimpangan ini terjadi karena terdapat dua gen dominan yang
mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika ada secara
bersama-sama berarti fenotipiknya merupakan hasil gabungan dari sifat
gen dominan tersebut. Rasio yang didapat adalah 9:6:1 (Suryo, 2004).
B. Prosedur Kerja
81
IV.
Hitam
Pink
Jumlah Total
82
90
15
90=84,375
16
Ekspektasi (E)
(|18284,375|)
(|OE|)
(|OE|)
E
X2
= 3,516
3.516
=0,04167
84,375
0.04167
1
90=5,625
16
( |8 5,625| - )2 =
7,032
3,516
3,516
=0,625
5,625
0.625
82
90
0,67
0.67
X2tabel = 3,84
X2 hitung <X2 tabel
0,67 < 3.84
Kesimpulan : X2 hitung <X2 tabel, maka sesuai dengan teori
(|OE|)
(|OE|)
E
X2
Hitam
Pink
Jumlah Total
145
15
160
15
160=150
16
(|145150|)
20,25
20,25
=0,135
150
1
160=10
16
2
= ( |15 - 10| - )2 =
40,5
20,25
20,25
=2,025
10
0,135
2,025
X2tabel = 3,84
X2 hitung <X2 tabel
83
160
2,160
2,16
Observasi (O)
Ekspetasi (E)
(|OE|)
(|OE|)
E
X
= 33,75
(|34-33,75|)2
5,625
(|7-5,625|)2 =
4,5925
= 2,64
2,64
50,625
0,052
0,052
= 0,0625
0,0625
=
33,75 =
0,001
0,001
X2tabel = 5,99
84
1,89
1,89
5,625
0,336
0,336
=
0,389
0,389
Observasi (O)
Ekspetasi (E)
(|OE|)
(|OE|)
E
X
= 10
=
(|14-10|)2 = 16
400
400
90
576
576
=
60
4,44
4,44
9,6
9,6
16
10
1,6
X2tabel = 5,99
X2 hitung >X2 tabel
15,64> 5,99
85
= 1,6
992
15,64
15,64
Kesimpulan :
X2 hitung >X2 tabel, hasil tidak signifikan maka tidak sesuai dengan teori.
Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2
( OE )
E
X2
(
(
138,416
(
60 1622,5
1416,875
2
50,625
=8,266
2
= 42,25
2
) = 87,9
2
2
2
( 6050,625 )( 1416,875) ( 1622,5 ) 4,105
=1,736
=0,489
=1,88
50,625
16,875
22,5
1,736
0,489
1,88
4,105
X2 tab = 5,99
X hit = 4,105
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 4,105 < 5,99 maka percobaan sesuai dengan teori.
86
Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2
( OE )
E
)2 = 16
=9
=1
2
2
2
( 8690 )
( 4340 )
( 3130 ) 0,432
=0,177
=0,225
=0,03
90
40
30
X2
0,177
0,225
0,33
0,432
2
X tab = 5,99X hit = 0,432, Kesimpulannya : Karena X hit < X 2 tab 0,432 <
5,99 maka percobaan sesuai dengan teori.
Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2
( OE )
E
X2
78
1216,875
(
-73,125)
(
2
= 19,14
19,4
Jumlah Total
90
90
38,28
2
2
1,39
( 7873,125 )
( 1216,875 )
=0,26
=1,13
73,125
16,875
0,26
1,13
1,39
X2 tab = 3,84
X hit = 1,39
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 1,39 < 3,84. Jadi praktikum sesuai dengan teori.
87
Observasi (O)
Harapan (E)
(O-E)2
( OE )
E
X2
0,075
0,092
X2 tab = 3,84
X hit = 0,092
Kesimpulannya :
Karena X hit < X2 tab 0,092< 3,84. Jadi Praktikum sesuai dengan teori
88
Observasi (O)
Harapan (E)
( |O E| - )2
( |O E| - )2
E
X2
Jumlah Total
90
90
69,02
1,556
1,556
X2 tabel = 3,84
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel =>1,556 < 3,84. Hasil observasi yang dilakukan
tidak sesuai dengan teori atau harapan.
Tabel 10. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis
resesif duplikat(9:7) dengan pengambilan sebanyak 160x
Observasi (O)
Harapan (E)
( |O E| - )2
( |O E| - )2
E
X2
Jumlah Total
160
160
40,5
0,514
0,514
X2 tabel = 3,84
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel = Hasil observasi yang dilakukan sesuai
dengan teori atau pembanding.
0,541 < 3,84 = sesuai dengan teori atau harapan.
89
(|O - E|)
OE
2
2
2
X2
=
0,03
0,03
Observasi (O)
Harapan (E)
= 0,075
= 1,22
0,075
1,22
Jumlah
Total
90
90
10,384
1,325
1,325
X2 tabel = 5,99
Kesimpulan : X2 hitung < X2 tabel, artinya hasil percobaan sesuai dengan
pembanding (signifikan).
Tabel 12. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk Epistasis
dominan(12:3:1) dengan pengambilan sebanyak 160x
(|O - E|)
OE
Coklat
132
12/16 x 160 =
120
144
132120
Karakter yang
Kuning
24
3/16 x 160 =
30
36
2430
Diamati
Hijau
4
1/16 x 160 =
10
36
410
X2
= 1,2
1,2
= 1,2
1,2
= 3,6
3,6
Observasi (O)
Harapan (E)
X2 tabel = 5,99
90
Jumlah
Total
160
160
216
4,9
4,9
Kesimpulan :
X2 hitung < X2 tabel, berarti hasil percobaan sesuai dengan pembanding
(signifikan).
B. Pembahasan
Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat
secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang bersegregasi dapat
dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana.
Keragaman nisbah Mendel ini yang mendasari adanya penyimpangan dari
hipotesis Mendel. Penyimpangan hukum Mendel adalah keadaan dimana muncul
fenotipik baru akibat dari adanya aktifitas genetik yang merubah nisbah
perbandingan dari Mendel.
Menurut Snyder 1946, ada tiga penyebab mengapa terjadi penyimpangan Mendel
pada nisbah 3:1, yaitu :
1. Dominan tak lengkap ( semi dominansi )
Semi dominan merupakan keadaan dimana dua alele ( dominan dan
resesif ) menghasilkan fenotipik yang sama, kecuali dalam keadaan tertentu,
tetapi alele resesif tidak menghasilkan sesuatu. Heterozigot menghasilkan
jumlah yang sedikit dari pada homozigot dominan, tetapi lebih banyak dari
homozigot resesih, yang sebenarnya sama dengan penjumlahan hasil dominan
dan resesif. Contoh konkritnya adalah persilangan antara bunga wwarna
merah (MM) dengan bunga warna putih (mm) yang menghasilkan homozigot
91
resesif (Mm). Homoigot resesif ini akan memberikan fenotipik yang berbeda,
misalnya merah muda (Mm).
2. Kodominansi
Kodominansi merupakan keadaan dimana dua alele menghasilkan produk
berbeda yang kerjanya berlainan dan dapat diketahui pada heterozigot.
Prinsip kodominansi hampir sama dengan semi dominan tetapi, pada
kodominansi tidak memunculkan sifat antara individu heterozigot, tetapi
merupakan hasil eksperi masing-masing alele, kedua alel akan sama-sama di
ekspresikan dan tidak saling menutupi. Contohnya pada golongan darah
manusia sistem ABO. IAIB jika disilangkan antar sesamanya maka akan
menghasilkan IAIA (1) : IAIB (2) : IBIB (1).
3. Gen Letal
Gen letal merupakan keadaan genetik yang dapat menyebabkan
kematian pada individu homozigot , pada masa embrio atau setelah kelahiran.
Gen letal ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu letal dominan dan letal
resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan
efek subletal atau kelainan fenotipik, sedangkan gen letal resesif cenderung
menghasilkan fenotipik normal pada individu heterozigot. Sebagai contoh
persilangan kedelai hijau heterozigot dengan sesamanya Hh X Hh, maka
menghasilkan HH (1) : Hh (2) : hh (1) (letal).
Sedangkan meneurut Marrell 1975, ada dua penyebab mengapa terjadinya
penyimpangan nisbah dari 9:3:3:1, yaitu
92
1. Interaksi Gen
Interaksi gen merupakan penyimpangan semu hukum Mendel yang
tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotip, tetapi menimbulkan fenotipfenotip yang merupakan hasil kerjasama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Contoh dari interaksi gen adalah pada pewarisan sifat dari jengger
ayam. Apabila ayam bertipe ros (RRpp) disilangkan dengan biji (rrPP) maka
akan menghasilkan keturunan F1 walnut (RrPp). Jika walnut disilangkan antar
sesamanya (selfing) maka prosentasi nispah fenotip akan sama, tetapi bentuk
dari fenotipiknya yang berbeda yaitu 9 walnut ( 1 RRPP, 2 RrPP, 2 RRPp, 4
RrPp) : 3 ros ( 1 RRpp, 2 Rrpp) : 3 biji ( 1 rrPP, 2 rrPp ) : 1 tunggal ( 1 rrpp ).
2. Epistasis
Epistasis merupakan penutupan ekspresi suatu gen oleh gen lain yang
bukan dari alelnya. Gen yang tertutupi ini disebut hipostasis. Jadi, dalam hal
ini suatu gen bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan dari alelnya.
Intinya, pada persilangan dihibrid gen yang ekspresinya tertutupi oleh gen lain
akan memicu penyimpangan dari nisbah 9:3:3:1.
Macam- macam epistasis menurut Rothwell 1976, adalah
a. Epistasis dominan
Epistasis dominan merupakan penutupan ekspresi gen oleh suatu gen
dominan yang bukan dari alelnya. Contohnya adalah pewarisan warna buah
pada Cucurbita pepo.
93
P : WWYY
putih
F1 :
wwyy
hijau
WwYy (selfing)
putih
F2 :
WY
Wy
wY
WY
WWYY (putih)
WWYy (putih)
WwYY (putih)
Wy
WWYy (putih)
WwYy
(putih)
wY
WwYY (putih)
wwYY (kuning)
wwYy (kuning)
wy
WwYy
(putih)
Wwyy
(putih)
WwYy
(putih)
Wwyy
(putih)
wy
WwYy
(putih)
Wwyy
(putih)
wwYy (kuning)
wwyy
(hijau)
AaCc
kelabu
F2 :
AC
Ac
aC
AC
AACC
(kelabu)
AACc
(kelabu)
AaCC
Ac
AACc
(kelabu)
Aacc
(Albino)
AaCc
94
aC
AaCC
(kelabu)
AaCc
(kelabu)
aaCC
ac
AaCc
(kelabu)
Aacc
(albino)
aaCc
Ac
(kelabu)
AaCc
(kelabu)
(kelabu)
Aacc
(albino)
(hitam)
aaCc
(hitam)
(hitam)
aacc
(albino)
IICC
putih
F1 :
iicc
putih
IiCc
Putih
IC
Ic
iC
Ic
IC
IICC
(putih)
IICc
(putih)
IiCC
(putih)
IiCc
(putih)
F2 :
Ic
IICc
(putih)
Iicc
(putih)
IiCc
(putih)
Iicc
(putih)
iC
IiCC
(putih)
IiCc
(putih)
iiCC
(berwarna)
iiCc
(berwarna)
Ic
IiCc
(putih)
Iicc
(putih)
iiCc
(berwarna)
iicc
(putih)
95
PPqq
rendah
F1 :
PQ
Pq
pQ
Pq
PQ
PPQQ
(tinggi)
PPQq
(tinggi)
PpQQ
(tinggi)
PpQq
(tinggi)
ppQQ
rendah
PpQq (Selfing)
Tinggi
F2 :
Pq
PPQq
(tinggi)
PPqq
(rendah)
PpQq
(tinggi)
Ppqq
(rendah)
96
pQ
PpQQ
(tinggi)
PpQq
(tinggi)
ppQQ
(rendah)
ppQq
(rendah)
pq
PpQq
(tinggi)
Ppqq
(rendah)
ppQq
(rendah)
ppqq
(rendah)
P :
F1 :
SSLL
segitiga
ssll
lonjong
SsLl (selfing)
Segitiga
F2 :
SL
Sl
sL
Sl
SL
SSLL
(segitiga)
SSLl
(segitiga)
SsLL
(segitiga)
SsLl
(segitiga)
Sl
SSLl
(segitiga)
SSll
(segitiga)
SsLl
(segiiga)
Ssll
(segitiga)
sL
SsLL
(segitiga)
SsLl
(segitiga)
ssLL
(segitiga)
ssLl
(segitiga)
97
sl
SsLl
(segitiga)
Ssll
(segitiga)
ssLl
(segitiga)
ssll
(lonjong)
F1 :
CCLL
cakram
ccll
lonjong
CcLl (selfing)
cakram
F2 :
CL
Cl
Cl
Cl
CL
CCLL
(cakram)
CCLl
(cakram)
CcLL
(cakram)
CcLl
(cakram)
Cl
CCLl
(cakram)
CCll
(bulat)
CcLl
(segiiga)
Ccll
(bulat)
cL
CcLL
(cakram)
CcLl
(segitiga)
ccLL
(bulat)
ccLl
(bulat)
cl
CcLl
(cakram)
Ccll
(bulat)
ccLl
(bulat)
ccll
(lonjong)
98
dapat kita peroleh apabila mempelajari penyimpangan hukum Mendel adalah kita
dapat lebih hati-hati dalam melakukan persilangan. Yang dimaksud dengan hatihati disini adalah kita harus memperhatikan genotipik dari tetua yang akan
disilangkan, apakah tetua tersebut membawa carier atau tidak. Dengan
mengetahui genotipik dari tetua maka kita akan mengetahui apakah persilangan
tersebut menghasilkan gen letal atau tidak, sehingga kita tidak rugi dalam
melakukan persilangan ( rugi = menghasilkan letal ).
Perhitungan nisbah fenotipik sangat erat kaitannya dengan uji chi-square.
Uji chi-square ini digunakan untuk membuktikan apakah percobaan tersebut
sesuai dengan teori atau tidak. Di dalam percobaan yang kita lakukan ada 6
percobaan yang dilakukan yaitu epistasis dominan duplikat, gen duplikat dengan
efek kumulatif, epistasis resesif, epistasis dominan resesif, epistasis resesif
duplikat dan epistasis dominan.
Pembuktian dari teori penyimpangan hukum Mendel adalah dengan
melakukan pengambilan kancing berwarna di dalam plastik dengan perbandingan
yang telah ditentukan sebanyak 90X dan 160X. Dalam pengujian epistasis
dominan duplikat yang menghasilkan nisbah 15:1 adalah merupakan teori yang
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan percobaan yang mendapatkan hasil X 2hitung <
X2tabel, yaitu 0,67 untuk X2hitung dan 3,84 untuk X2tabel. Begitu pula pada percobaan
kedua yaitu gen duplikan dengan efek kumulatif yang menghasilkan nisbah 9:6:1.
Dalam percobaan 160X lemparan hasil yang di peroleh tidak signifikan. Hal ini
di pengaruhi oleh faktor eksternal. Dalam pewarisan gen faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi perubahan genotip yang dapat memicu perubahan
99
fenotipiknya diantaranya adalah keadaan cuaca dan serangan dari OPT. Hal inilah
yang akan mendasari proses mutasi secara alami (Suryati,2007).
Lain halnya dengan penyimpangan epistasis resesif, dominan resesif, resesif
duplikat dan dominan. Ke empat percobaan ini menghasilkan data yang signifikan
sehingga teori dapat dibuktikan dengan praktik. X2hitung yang diperoleh dari 50X
pelemparan berturut-turut adalah 4,105, 0,034,1,556 dan 1,325. Sedangkan X2hitung
dari pelemparan 100X adalah 0,432, 1,39, 0,514 dan 4,9. X2tabel yang digunakan
adalah 3,84 untuk epistasis dominan resesif dan resesif duplikan, dan 5,99 untuk
epistasis resesif dan epistasis dominan.
A. Kesimpulan
1. Peristiwa penyimpangan hukum Mendel terjadi karena adanya interaksi
antar gen-gen yaitu dengan sebuah atau sepasang gen yang saling menutupi
sehingga mengakibatkan perubahan dari nisbaf fenotipiknya.
2. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi nyata atau tidak perlu
digunakan uji X2. Apabila nilai Xhitung < Xtabel maka hipotesisnya akan
diterima.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus benar-benar mengacak dalam mengambil sample
kancing agar hasilnya dapat optimal. Selain itu praktikan harus cermat dan
100
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
101