Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan PJBL
dengan topic Stroke ini tepat waktu serta terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan tersebut
kami sampaikan kepada:
1

Ns. Ika Setyo Rini,M.Kep sebagai PJMK neurology yang telah bersedia
memberikan pengarahan terkait makalah pjbl ini.

Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara


moril maupun materil.

Pihak lain yang ikut membantu kami baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Sekian dari kami, kami memohon maaf jika dalam kata-kata

maupun hal lain dalam makalah ini menyinggung beberapa pihak.


Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca.

Malang, 23 november 2015

Kelompok 1

Triger pjbl 1
Seorang laki-laki berusia 65 tahun adalah seorang pekerja pabrik
bangunan di kawasan industri terkenal. Klien baru saja bercerai dari
istrinya sedangkan anak satu-satunya memilih ikut ibunya. Klien suka
sekali merokok dan minum kopi setiap saat. Biasanya klien sarapan
hanya dengan segelas kopi dan rokok lalu berangkat kerja, jarang
makan pagi namun klien mengaku makan malamnya sangat banyak
dan sebagian besar adalah daging dan karbohidrat.
Suatu pagi Klien mengeluh tangan dan kakinya yang sebelah kanan
lemah dan tidak bisa menggerakkan, bicara pelo dan mulut mencong
kearah kanan. Riwayat penyakit dahulu klien mempunyai riwayat
tekanan darah tinggi, dan riwayat operasi BPH, DM (-), Jantung (-),
Stroke (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan data Vital Sign: TD 180/90
mmHg, Nadi 80 x/m, RR 20 x/m, Suhu Afebris, Kepala: Dalam Batas
Normal, Mata: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, THT: Dalam
batas normal, Leher: JVP 5 2 cm H20, Kelenjar Getah: Tidak ada,
pembesaran, Dada: Simetris, Jantung : S1 S2 Normal, gallop (-), Paru:
vesikuler, ronchi (-), wheezing (-), Perut: Supel, Nyeri tekan (-),
auskultasi ( N ), hati, limpa, ginjal dalam batas normal, Alat Kelamin :
(-), Anggota gerak/Kekuatan Otot :
1
1

4
4

Status neurologi ; Nervus Cranial N I: Sulit dinilai, N II: Defek Lapang


Pandang ( -), Visus N, N III,IV, VI: Pupil kanan diameter 3 mm, kiri sulit
dinilai (riwayat trauma mata), N V: Sensorik : ( dahi,pipi,dagu) sulit
dinilai, Motorik : deviasi dagu ( - ), N VII: Alis mata sulit dinilai, palpebra
menutup

sempurna,

sudut

nasolabial

kanan

dangkal,

VIII,

Pendengaran normal, keseimbangan sulit dinilai, N X, IX: Disfagia (-),


uvula ditengah, disfonia (+), N XI: Angkat bahu, bagian kanan
tertinggal, N X II: Deviasi lidah (+) ke kiri, sulit dijulurkan. Tanda
Rangsang Meningeal; Laseq > 70 / > 70, Kernig > 135 / > 135,
Motorik : Hemiparese kanan Refleks Fisiologis: Bisep / +, Trisep / +,
Refleks patologis: babinski +/+, Sensorik ; rasa raba, suhu, nyeri sulit

dinilai, Otonom: miksi : terpasang kateter, defekasi: belum BAB selama


2 hari, keringat: merata.
Pemeriksaan Diagnostik Urinalisa; warana kuning, jernih, BJ: 102, pH:
5,5, protein (-), Reduksi (-), benda Keton (-), Blilirubi (-), Urobilinogen
(-), Sedimen; leukosit: 2-3, Epitel (+), Eritrosit: 1-2, Bakteri (-), Kristal
(-). Kimia daraah; Bilirubin T: 1,1 mg/dl, Bilirubun D: 0,22 mg/dl, SGOT:
32 mu/ml, SGPT: 12 mu/ml, Ureum: 25 mg/dl, Kreatinin: 0,9 mg/dl,
Asam urat, 5,5 mg/dl, Trigliserida: 82 mg/dl, Kolesterol: 178 mg/dl, HDL:
58 mg/dl, LDL: 104 mg/dl, Gula darah nuchter: 103 mg/dl. Hematologi;
Hitung Jenis Lekosit: basofil: 0, eosinofil: 1, N. Batang: 1, N. Segmen:
65, Limfosit: 34, Monosit: 0, LED: 43. WBC: 8800/UL, Lymposit:
2400/UL, Monosit: 600/ UL, Granulosit: 5800/UL: Sel Darah Merah: 4580
000/UL, Hb: 14,1 g/dl, Hematokrit: 42,2 %, MCV : 92,1 fl, MCH: 30,7 pg,
MCHC: 33,4 g/dl, RDW: 12.9 %, PLT: 254 000/ul, PCT: 0.185 %, MPV: 7,3
fl, PDW: 13,6 fl. Elektrolit; Na: 148,5 mmol/L, K: 2,5 mmol/L, Cl: 107
mmol/L. CT Scan: Infark multiple di nukleus caudatus kanan dan basal
ganglia kiri Atropi serebri senilis
Pembahasan stroke
1. Definisi stroke
2. Etiologi stroke
3. Epidemiologi stroke
4. Patofisiologi stroke
5. Faktor resiko stroke
6. Manifestasi klinis stroke
7. Pemeriksaan diagnostik stroke
8. Penatalaksanaan medis stroke
9. Komplikasi stroke
10.Asuhan keperawatan stroke

1. Definisi stroke
Stroke
adalah
suatu

bentuk

penyakit

kardiovaskular

yang

mempengaruhi suplai darah ke otak. Juga disebut sebagai penyakit


serebrovaskular atau apopleksia.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian

jaringan

otak

sehingga

mengakibatkan

seseorang

menderita

kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).


Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu
gangguan neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologik pada pembuluh darah serebral misalnya trombosis,
embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar,
misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan kelainan
perkembangan (Price, 1995).
Stroke

adalah

suatu

penyakit

defisit

neurologis

akut

yang

disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara


mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah
kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas
dan

mortalitasnya.

Selain

itu,

tampak

adanya

kecenderungan

peningkatan insidennya (Bustan, 2007).

2. Etiologi stroke
Menurut Adam dan Victor (2009), penyebab kelaiana
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan stroke
antara lain:
a. Thrombosis aterosklerosis
b. Transient iskemik
c. Emboli
d. Perdarahan hipertensi
e. Rupture dan sakular aneurisma
f.

arteriovena
Arteritis

atau

malformasi

a) Meningovaskular sipilis, artiritis sekunder dari piogenik


dan meningitis tuberkolosis, tipe infeksi yang lain
(tipus, scitisomiasis, malaria, mucormyosis)
b) Penyakit jaringan ikat (polioarteritis nodusa, lupus
erythematosus), necroting arteritis. Wegener arteritis,
temporal arteritis, takayasu disease, granuloma atau
arteritis giant sel dari aorta.
g. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus
paranasal, dan wajah.
h. Kelaian hematologi :

antikoagulan

dan

trombolitik,

kelainan factor pembekuan darah, polisitemia, sickle cell


anemia,
i.
j.
k.
l.

trombotik

trombositopenia

purpura,

trombositosis, limpoma intravascular.


Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
Angiopati amiloid
Kerusakan aneurisma aorta
Komplikasi angiografi

Sementara itu menurut Price dan Wilson, etiologi stroke dibedak


berdasarkan jenis strokenya stroke hemoragi dan sroke non-hemoragi
(iskemik), yaitu sebagai berikut :
Penyebab stroke non-hemoragi (iskemik) :
Jenis

Stroke

Penyebab

nonhemoragi
(iskemik)
Trombosis

Embolisme

Arteriosklerosis (tersering).
Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa.
Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan
atau traumatik).
Gangguna
darah
:
polisistemia,
hemoglobinopati (sel sabit).
Sumber di jantung : fibrasi atrium (tersering),
infrak miokardim, penyakit jantung reumatik,
penyakit kaput janutng, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri :
bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis
distal.
Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral,
karsinoma.

Vasokontriks

Vasospasme
serebrum
(perdarahan subarachnoid).

setelah

PSA

Penyebab stroke hemoragi :


Penyebab
Perdarahan

Subpenyebab
intra

serebrum

hipersensitif
Perdarahan subarachnoid (PSA)

Ruptura aneurisma sakular


(barry)
Ruptura
malfornasi
arteriovena (MVA)
Taruma

Terapi antikoagulan

Penyalahgunaan

kokain,

amfetamin
Perdarahan akibat tumor otak
Infrak hemoragik
Penyakit perdarahan sistemik

3. Epidemiologi stroke
Menurut WHO, ada 15 juta polpulasi terserang stroke setiap
tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian
rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. Sekitar 795.000
orang di USA mengalami stroke setiap tahunnya, sekitar 610.000
mengalami serangan stroke yang pertama dan 185.000 merupakan
stroke yang berulang. Stroke juga merupakan penyebab 134.000
kematian per tahun (Goldstein dkk, 2011). Saat ini ada 4 juta orang di
Amerika yang hidup dengan keterbatasan fisik akibat stroke dan 1530% diantaranya menderita cacat menetap (kochaneck dkk, 2011).
Tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke di Amerika dan
setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah
penyakit jantunng dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke
meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun
total hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
atau kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan
bahwa 63,52 per 100.000 penduduk Indoneisa berumur diatas 65tahun
ditaksir menderita stroke.

Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2008, proporsi


kemtian akibat penyakit menular di Indonesia dalam 12 tahun terakhir
telah menurun dari 44% menjadi 28% dan proporsi kematian akibat
penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 42%
menjadi 60%. Penyebab kematian utama untuk semua umur adlah
stroke (15,4%) yang disusul oleh TB (7,5%), hipertensi (6,8%) dan
cedera (6,5%). stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak
dengan kejadian, kecacatan dan kematian yang cukup tinggi. Jumlah
pasien penyakit stroke merupakan jumlah pasien yang terbanyak pada
rawat jalan (jumlah kasus baru) maupun rawat inap (jumlah pasien
keluar. CFR (Case Fatality Rate) penyakit pembuluh darah oak pada
pasien rawat inap di rumah sakit cukup tinggi berkisar 11,2% pada
infark serebral hingga tertinggi 34,46% pada perdarahan intracranial.
Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada
tahun 2007 dari seluruh kematian di rumah sakit (Hasnawati,2009).
Hasil riskesdas pada tahun 2007 menunjjukan prevalensi stroke
di Indonesai ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan yang telah
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal
ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai
di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per1000 penduduk) dan terendah
di Papua (3,8 per 1000 penduduk) (hasnawati dkk, 2009). Prevalensi
stroke hemoragik di Jawa Timur tahun 2012 adalah 0,07% lebih tinggi
dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun 2012 adalah
kabupaten kudus sebesar 1,84%, sedangkan stroke non hemoragik
(iskemik) pada tahun 2012 sebesar 0,07% lebih rendah dibandingkan
pada tahun 2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah kota salatiga
sebesar 1,16% (Anomim, 2012).

Pada tahun 2013 prevalensi stroke

meningkat menjadi 12, 1 per 1000 (riskesdas, 2013).


Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang
mempunyai factor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari
dan mengatasi factor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia
memprediksi bahwa kematian akibat stroke meningkat seiring dengan
kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada
tahun 2010 menjadi 8 juta pada tahun 2030 (yastroki, 2012).

4. Patofisiologi stroke
Otak merupakan jaringan yang memiliki tingkat metabolisme
paling tinggi. Meskipun massa yang dimiliki hanya sekitar 2 % dari
massa keseluruhan tubuh, jaringan otak menggunakan hingga 20 %
dari total curah jantung (Wahjoepramono, 2005). Aliran darah yang
membawa glukosa dan oksigen ke otak sangat penting bagi kehidupan
dan metabolisme sel-sel otak. Sel otak yang tidak dialiri aliran darah
yang membawa glukosa dan oksigen dapat rusak bahkan menjadi
mati.

Ada beberapa kelaianan yang diduga merupakan penyebab

stroke pada dewasa muda. Akan tetapi aterosklerosis diduga sebagai


penyebab primer dari penyakit stroke. Aterosklerosis merupakan
bentuk pengerasan pembuluh darah arteri (Hull, 1993). Aterosklerosis
merupakan kumpulan perubahan patologis pada pembuluh darah
arteri,

seperti

hilangnya

elastisitas

dan

menyempitnya

lumen

pembuluh darah (Junaidi, 2004). Aterosklerosis ini merupakan respon


normal terhadap injury yang terjadi pada lapisan endotel pembuluh
darah arteri. Proses aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada
pembuluh darah arteri karena arteri lebih banyak memiliki sel otot
polos dibandingkan vena, dan sel otot polos tadi lebih banyak
membentuk kumpulan plak aterosklerosis (Junaidi, 2004). Proses
aterosklerosis ditandai

oleh penimbunan lemak yang terjadi secara

lambat pada dinding-dinding arteri yang disebut plak, sehingga dapat


memblokir atau menghalangi sama sekali

aliran darah ke jaringan.

Bila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka elastisitasnya akan


menghilang dan kurang dapat mengatur tekanan darah. Akibat lain
dari aterosklerosis ini adalah terbentuknya bekuan darah atau trombus
yang melekat pada dinding arteri dan dapat menyebabkan sumbatan
yang lebih berat. Apabila bagian trombus tadi terlepas dari dinding
arteri dan ikut terbawa aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil,
maka hal ini dapat menyebabkan sumbatan

pada arteri tersebut.

Bagian dari trombus yang terlepas tadi disebut emboli. Proses


aterosklerosis ini dapat terjadi di semua pembuluh darah organ tubuh,
baik pembuluh darah ke jantung, ginjal, maupun otak (Hull, 1993).
Oleh karena itu, aterosklerosis dapat mengakibatkan serangan jantung,
hipertensi, dan stroke. Serangan stroke ini dapat terjadi apabila proses

penyempitan atau aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah yang


menuju ke otak.
Arteri yang lebih mudah terkena kerusakan akibat proses
aterosklerosis ini adalah aorta, arteri koronaria, dan arteri-arteri yang
mensuplai otak dan ginjal (Hull, 1993). Hal ini menunjukkan bahwa
betapa mudahnya aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mensuplai otak, sehingga dapat mengakibatkan stroke. Penyebab dari
aterosklerosis ini tidak diketahui secara pasti. Kelainan ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan pada dinding pembuluh nadi (arteri) karena
zat- zat kimia berbahaya seperti karbon monoksida dalam asap
rokok,

hipertensi diabetes melitus, dan yang tersering adalah

hiperlipidemia

(kadar

kolesterol

darah

yang

tinggi).

Risiko

aterosklerosis ini berhubungan dengan kadar LDL dalam darah yang


meningkat, yang berasal dari katabolisme VLDL dan mengangkut
70% kolesterol serum total. Risiko berhubungan terbalik dengan kadar
HDL, karena HDL membantu membersihkan kolesterol dari dinding
pembuluh darah (Robbins, 1999). Prevalensi aterosklerosis pada arteri
meningkat

sesuai

dengan

pertambahan

usia,

maka

tidak

mengherankan jika stroke pada dewasa muda yang disebabkan oleh


aterosklerosis lebih banyak terjadi pada usia > 30 tahun. Aterosklerosis
diperkirakan menjadi penyebab stroke 7 % - 27 % pada pasien berusia
kurang dari 50 tahun (Wahjoepramono, 2005).
Serangan stroke dapat terjadi secara fokal (sebagian) maupun global
(keseluruhan) pada otak. Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan
fungsi otak pada stroke akan muncul sesuai dengan area dari jaringan
otak yang mengalami gangguan aliran darah. Pada sebagian besar
kasus stroke iskemik dapat diperoleh informasi yang jelas mengenai
lokasi lesi di bagian otak. Akan tetapi, pada stroke hemoragik
seringkali

terjadi

berbagai

komplikasi

perdarahan

otak

yang

menyebabkan gangguan fungsi otak juga terjadi di daerah selain


daerah yang terjadi perdarahan. Komplikasi ini disebabkan oleh
peningkatan
jaringan
yang

otak

keluar

tekanan
dan
ke

intrakranial,

pembuluh

berbagai

edema

darah,

arah.

Oleh

otak,

kompresi

dan terdispersinya darah


karena itu,

gejala fokal

terlokalisasi biasanya terjadi pada stroke iskemik, sedangkan pada


stroke hemoragik gejala fokal tidak begitu jelas terlihat dan kurang
memberikan prediksi lokal tertentu (Wahjoepramono, 2005).

5. Factor resiko stroke


Tiga faktor risiko terbesar untuk stroke, tinggi tekanan darah
( hipertensi ) , penyakit jantung , dan diabetes - sering tidak
menimbulkan gejala di tahap awal mereka.

Berikut merupakan

Karakteristik dan gaya hidup yang merupakan factor resiko


pada stroke.
Pasti
merokok

Mungkin
Penggunaan

Penyakit
Hipertensi

Konsumsi

kontrasepsi oral

penyakit

alkohol yang

Diet

jantung

berlebihan

tipe

TIA

Penggunaan

kepribadian

hematokrit

narkoba

Lokasi

yang

( kokain,

geografis

meningkat

amfetamin )

Musim

Diabetes

Usia

Iklim

mellitus

Seks

faktor sosial

Penyakit sel

Ras

ekonomi

sabit

Faktor keluarga

aktivitas fisik

Konsentrasi

dan genetik

Kegemukan

fibrinogen

Lipid darah

tinggi

abnormal

Sakit kepala
migrain dan
setara migrain
karotis bruit

a. Tekanan darah tinggi


Faktor risiko utama umum untuk kedua jantung koroner penyakit dan
stroke, tekanan darah tinggi hadir di 50 sampai 70 persen dari kasus
stroke, tergantung terutama pada jenis stroke. Efek jangka panjang
dari peningkatan tekanan merusak dinding arteri, membuat mereka
lebih rentan terhadap penebalan atau penyempitan (aterosklerosis)
atau pecah Tidak ada pembacaan tekanan darah tertentu yang
dianggap

normal,

melainkan

berbagai.

kebanyakan

ahli

setuju,

bagaimanapun, bahwa membaca lebih dari 140/90 mm Hg tidak


normal, dan siapa pun dengan membaca seperti harus melihat dokter.
Tapi peningkatan bahkan ringan pada tekanan darah berhubungan
dengan peningkatan risiko untuk stroke. Tekanan darah tinggi kadangkadang agak dapat dikontrol oleh gaya hidup modifikasi, tapi obatobatan sering dibutuhkan. Meskipun pasien mungkin merasa tidak
berbeda, kontrol tekanan darah dikaitkan dengan penurunan tajam
dalam terjadinya stroke.
b. Penyakit jantung
Sama seperti stroke wilayah faktor risiko yang kuat untuk penyakit
jantung, penyakit jantung merupakan faktor risiko yang kuat untuk
stroke meskipun hanya untuk satu jenis stroke, stroke iskemik.
Penyakit jantung dikaitkan dengan stroke pada dua cara. Pertama,
kerusakan jantung (seperti, misalnya, dari serangan jantung) dapat
membuat lebih mungkin bahwa gumpalan akan membentuk dalam
hati. Gumpalan ini dapat membebaskan diri dan perjalanan ke otak,
menyebabkan kardioembolik sebuah stroke. Penyakit jantung dan
stroke juga berhubungan karena keduanya manifestasi aterosklerosis
penyakit pada pembuluh darah. Jika pembuluh darah makan jantung
(arteri koroner) yang sakit, ada kemungkinan bahwa arteri ke otak juga
terpengaruh. Pasien dengan bukti penyakit arteri koroner , gagal
jantung kongestif , hipertrofi ventrikel kiri (pembesaran sisi kiri
jantung) , penyakit katup jantung , atau aritmia (jantung tidak teratur
irama) memiliki peningkatan beberapa kali lipat risiko stroke. Beberapa
penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang dengan fibrilasi atrium
yang mengambil dosis harian aspirin atau warfarin (Coumadin)
memiliki pengurangan hingga 80 persen pada risiko stroke. Temuan ini
menunjukkan

bahwa

diperkirakan

20.000 sampai

50.000 stroke

mungkin dicegah setiap tahun jika semua orang dengan kondisi ini
memiliki terapi obat profilaksis.
c. Merokok
Merokok memfasilitasi aterosklerosis dan merupakan faktor resiko
independen untuk stroke yang dihasilkan dari gumpalan. Hal ini juga
tampaknya

menjadi

resiko

untuk

stroke

yang

mengakibatkan

pendarahan dari otak. Pria di Framingham, Massachusetts komunitas

dipelajari secara ekstensif untuk penyakit- jantung, yang merokok lebih


dari

40

batang

rokok

sehari

memiliki

dua

kali

risiko

stroke

dibandingkan dengan pria yang merokok kurang dari 10. Dalam


Harvard Medical School besar pada studi perempuan, jumlah rokok
dihisap yang ditemukan terkait langsung dengan resiko stroke.
Perempuan merokok lebih dari 25 batang rokok sehari memiliki risiko
2,7 kali lebih besar terkena stroke dari gumpalan atau embolus dan
risiko 9,8 kali lebih besar stroke hemoragik. Data dari kedua
Framingham Heart Study dan Honolulu Heart Study menunjukkan
bahwa satu secara signifikan dapat mengurangi risiko stroke dengan
menghentikan

merokok.

Lima

tahun

setelah

mereka

berhenti,

exsmokers memiliki risiko stroke sama dengan yang bukan perokok.


d. Diabetes
Orang dengan diabetes memiliki risiko lebih besar untuk stroke, hanya
karena mereka adalah untuk penyakit jantung. Wanita dengan diabetes
berada pada risiko yang lebih besar daripada laki-laki. Tekanan Darah
tinggi

menambah

resiko.

Meskipun

pengobatan

diabetes

belum

meyakinkan terbukti mengurangi resiko, diketahui bahwa pengendalian


gula darah tinggi ( hiperglikemia ) dapat mengurangi keparahan
kerusakan otak selama stroke. Untuk ini dan alasan lainnya, penderita
diabetes harus menjaga kadar glukosa darah mereka di bawah kontrol
yang ketat.
e. Kolesterol
Penelitian telah menemukan hubungan antara tingkat lipid darah yang
tinggi dan aterosklerosis pada arteri serebral , tetapi Masih belum jelas
apakah kadar kolesterol tinggi secara signifikan meningkatkan risiko
stroke. Mereka juga meningkatkan risiko penyakit jantung, sehingga
harus dilakukan upaya untuk menguranginya.
f.

Obesitas dan kurangnya aktivitas

Obesitas dan gaya hidup menetap merupakan faktor resiko untuk


Stroke terutama karena mereka meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, dan diabetes. juga mungkin faktor risiko
stroke yang independen. Kehilangan berat badan dan mengikuti latihan
moderat rejimen dapat membantu mengembalikan resiko ini.
g. Kontrasepsi Oral Dan Terapi Penggantian Estrogen

Peran kontrasepsi oral risiko stroke masih tidak meyakinkan, terutama


karena sebagian besar penelitian memiliki melihat efek pil estrogen
dosis tinggi, dan kebanyakan wanita sekarang menggunakan persiapan
dosis yang lebih rendah. Estrogen diyakini untuk meningkatkan
pembekuan

darah;

meminimalkan

dosis

efek

ini.

rendah
Karena

persiapan
penelitian

estrogen
tidak

diduga

menemukan

peningkatan risiko saat stroke atau serangan jantung pada wanita yang
sebelumnya menggunakan kontrasepsi oral, diyakini bahwa pil tidak
mempromosikan aterosklerosis. Beberapa penelitian retrospektif telah
menyarankan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan dengan
peningkatan

risiko

stroke,

sedangkan

penelitian

lain

hanya

menemukan risiko yang signifikan dari pendarahan otak pada wanita di


atas usia 35 yang mengambil pil dan asap. perokok yang memiliki sakit
kepala migrain dan mengambil kontrasepsi oral mungkin berada pada
risiko yang sangat tinggi pada stroke. Ahli biasanya menyarankan
wanita yang merokok untuk tidak menggunakan kontrasepsi oral atau
lebih baik, untuk berhenti merokok. Sebaliknya, ada bukti yang
menunjukkan bahwa Terapi pengganti estrogen pasca menopause
wanita dapat memperlambat proses aterosklerosis. Didalam Kelompok
penggunaan estrogen dapat benar-benar menurunkan risiko stroke
(dan penyakit jantung).
h. Riwayat TRANSIENT ISCHEMIC ATTACKS (TIAs)
Para peneliti mempelajari bahwa "ministrokes" mungkin peringatan
paling dapat diandalkan mendekati Stroke "Penuh". Antara 10 dan 50
persen dari stroke, tergantung pada jenis didahului oleh TIA; jika tidak
diobati, sekitar sepertiga dari semua orang yang memiliki TIA jahat
untuk mengalami stroke dalam waktu lima tahun, TIA juga merupakan
indikator potensi penyakit jantung koroner. Setiap tahun, 5 persen dari
mereka yang memiliki setidaknya satu TIA memiliki serangan jantung.
Siapapun yang telah memiliki TIA harus melakukan apa pun yang
mungkin untuk mengurangi faktor risiko lainnya . Terapi obat atau
operasi dapat dibenarkan untuk mengurangi risiko TIA berikutnya.
Stroke atau serangan jantung.
i.

Hereditas dan riwayat keluarga

Kesempatan mengalami stroke lebih tinggi bagi orang-orang yang


memiliki riwayat penyakit keluarga ini. Bagian dari resiko adalah
karena faktor risiko diwariskan dan bagian gaya hidup keluarga
(kebiasaan makan dan olahraga , misalnya). Adanya faktor risiko yang
mewarisi bukan berarti resiko tidak dapat diturunkan. Dalam satu studi
misalnya, risiko hereditable untuk penyakit vaskular adalah sebagian
besar karena kerentanan terhadap efek merokok. Ketika merokok
dihilangkan, efek hereditable secara signifikan dapat menurun.
j.

Usia

Risiko stroke meningkat secara signifikan dengan usia. Setelah 55,


lebih dari dua kali lipat dengan setiap dekade lewat. Setiap tahun ,
sekitar 1 persen orang antara usia 65 dan 74 memiliki stroke dan 5-8
persen orang dalam kelompok usia yang telah memiliki TIA pergi ke
stroke. Meskipun risiko yang terkait dengan usia lanjut tidak bisa
berubah, itu merupakan faktor penting dalam menilai risiko stroke dan
perencanaan terapi pencegahan.
k. Faktor Risiko Lainnya
Faktor-faktor lain mempengaruhi risiko stroke, meskipun pada tingkat
yang lebih rendah. Ini termasuk hematokrit yang meningkat (jumlah sel
darah merah dalam darah), lokasi geografis(terutama Amerika Serikat
tenggara, yang kadang-kadang disebut "stroke belt"), status sosial
ekonomi rendah, Tipe kepribadian A ( lihat Bab 8), penggunaan kokain
dan amfetamin, dan alkohol yang tinggi konsumsi. Kematian stroke
tampaknya terjadi lebih sering selama periode panas yang ekstrim
atau dingin.

6. Manifestasi klinis stroke


Menurut Price dan Wilson, gejala umum stroke adalah terjadinya baal
atau lemas mendadak di wajah, lengan atau tungkai, terutama di salah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau
kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, bingung mendadak,
tersandung

selagi

berjalan,

pusing

bergoyang,

hilangnya

keseimbangan atau koordinasi, dan nyeri kepala mendadak tanpa


kausa yang jelas.
Manifestasi Klinis terjadinya stroke hemoragik adalah :
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
b. Gejala yang sering dijumpai pada Perdarahan Intraserebral
adalah

nyeri

dirongga

kepala

berat,mual,muntah,dan

subarachnoid

pada

pemeriksaan

adanya
fungsi

darah
lumbal

merupakan gejala penyerta yang khas.


c. Gejala Perdarahan Subarakhoid ( PSA )
d. Gejala yang sering dijumpai pada Perdarahan Subarakhoid
adalah nyeri kepala yang hebat,nyeri di leher dan punggung,
mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat fisik
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaki kuduk, lasegue dan
kering untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika
terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi syaraf
e. Gejala Perdarahan Subdural
f. Pada penderita Perdarahan Subdural akan dijumpai gejala
adalah nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema
pupil yang terjadi , tanda-tanda deficit neurologik daerah otak
yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala
g. Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri,
yang akhirnya dapat pecah
h. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
i.

seperti payudara, kulit, dan tiroid.


Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid

dalam dinding arteri di


j. otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
k. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
l. Fertigo
m. Gejala merangsang-merangsang meningen
Manifestasi Klinis terjadinya Stroke Iskemik adalah:
Gejala stroke non hemoragik (iskemik) yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah
terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah :
a. Gejala akibat penyumbatan arteri jkarotis interna
- Buta mendadak (amaurosis fugaks)

Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan

(disfagia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.


Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis

kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan


b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior
- Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih
menonjol
- Gangguan mental
- Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh
- Ketidakmampuan dalam mengendalikan baung air
- Bisa terjadi kejang-kejang
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media
- Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih
ringan. Bila tidak dipangkal maka lengan lebih menonjol.
- Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh
- Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia)
d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar
- Kelumpuhan di satu sampai empat ekstrimitas
- Meningkatnya reflex tendon
- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh
- Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor),
-

kepala berputar (vertigo).


Ketidakmampuan menelan (disfagia)
- Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara
-

sehingga pasien sulit bicara (disatria)


Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran
secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat,

kehilangan daya ingat terhdapa lingkungan (disorientasi).


Gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda (diplopia),
gerakan arah bola mata

yang tidak dikehendaki (nistagmus),

penurunan kelompak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata,


kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan dan kiri
e.
-

kedua mata (hemianopia homonym).


Gangguan pendengaran
Rasa kaku di wajah, mulut dan lidah.
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Ketidakmampuan membaca (aleksia)
- Kelumpuhan saraf cranial tiga
f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
- Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia
dibagi menjadi aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk
berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataan sendiri,

sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain


tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk
mengerti

pebicaraan

mngeluarkan
diantaranya
-

orang

perkataan
tidak

kerusakan otak.
Alexia adalah

lain,

dengan

memiliki

hilangnya

arti,

namun
lancer,

massih
walau

tergantung

kemampuan

mampu
sebagian

dari

luasnya

membaca

karena

kerusakan otak. Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca


kata tetapi masih dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah
ketidakmampuan membaca huruf tetapi masih bisa membaca
kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut global
-

alexia.
Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya

kerusakan otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal

angka setelah terjadi kerusakan otak.


Right-left disorientation & agnosia jari (body Image) adalah
sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti
penamaan, melakuakan gerakan sesuai dengan perintah atau
menirukan

gerakan-gerakan

tertentu.

Kelainan

ini

sering

bersamaan dengan agnisia jari (dapat dilihat dari disuruh


menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
-

tidak boleh melihat jarinya).


Hemi spatial neglect (viso spatial agnosia) adalah hilangnya
kemampuan

melaksanakan

bermacam

perintah

yang

berhubungan dengan ruang


Syndrome lobus frontal ini berhubungan dengan tingkh laku
akibat

kerusakan

pada

kortex

motor

dan

premotor

dari

hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan


-

bicara.
Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada
trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi

pengangkatan masa di otak.


Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup
sejumlah kemampuan.

7. Penatalaksanaan medis stroke


Menurut

Price

dan

Wilson

(2005),

salah

satu

penatalaksanaan stroke adalah dilakukannya terapi bedah.

dari
Terapi

bedah menurut Price dan Wilson terdiri dari beberapa intervensi yaitu:
a. Dekompresi Bedah
Prosedur

ini,

salah

satu

sisi

tengkorak

diangkat

(suatu

hemikraniektomi) sehingga jaringan otak yang mengalami infrak dan


edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur tengkorak yang
kaku. Dengan demikian prosedur ini mencegah tekanan dan distorsi
pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak.
b. Endarterektomi Karotis (CEA)
Prosedur

ini

dilakukan

untuk

memperbaiki

sirkulasi

otak.

Prosedurnya dilakukan dengan pasien di bawah anastesia umum


sehingga jalan napas dan ventilasi dapat dikendalikan dengan baik.
Pasien yang menjalani tindakan ini sering mengalami masalah lain
yang mempersulit, misalnya hipertensi, dibetes militus, dan penyakit
kardiovaskular yang luas.
Pada prosedur ini tekanan darah arteri perlu diperhatikan. Hal ini
karena tekanan darah arteri normal atau sedikit meninggi agar sirkulasi
otak tetap memadai, karena aliran darah regional pada paasien ini
berbanding lurus dengan tekanan arteri sistemik.
c. Revaskularisasi
Dilakukan untuk meningkatkan aliran darah regoinal ke daerahdaerah tempat sirkulasi yang terganggu. Revaskularisasi sebenarnya
adalah prosedur profilaktik dan mungkin paling bermanfaat bagi pasien
TIA atau mereka yang berada dalam tahap awal evolusi trombosis.
Sementara itu, pasien yang sudah mendapat gangguan neurologik
menetap tidak memperoleh manfaat apapun dari prosedur ini dan
tidak dianggap sebagai kandidat/ tindakan yang cocok.
d. Intrakranium
Prosedur ini adalah dilakukan pengikatan atau menjepit bagian yang
mengalami aneurisma. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
kekambuhan perdarahan.
8. Pemeriksaan diagnostic stroke

Menurut Doenges,(2000) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan


pada penyakit stroke adalah: 1. Angiografi serebral: membantu
menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi

arteri

atau

adanya

titik

oklusi/

ruptur.

2.

CT-scan:

memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya


infark. 3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan
biasanya

ada

thrombosis,

emboli

serebral,

dan

TIA

(Transient

Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan


meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi. 4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan
daerah

yang

arteriovena.
arteriovena.
penyakit

mengalami

5.
6.

infark,

hemoragik,

Ultrasonografi Doppler:
EEG

didasarkan

malformasi

mengidentifikasi

(Electroencephalography):
pada

dan

gelombang

otak

penyakit

mengidentifikasi
dan

mungkin

memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. 7. Sinar X: menggambarkan


perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
massa

yang

meluas,

kalsifikasi

karotis

interna

terdapat

pada

thrombosis serebral.
9. Komplikasi stroke
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunana aliran darah
serebral,dan luasnya area cedera.
a) Hipoksia Serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan member oksigenasi
darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan
oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan hemoglobin serta hematokirit pada tingkat dapat
diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b) Aliran Darah Serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat
(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan
memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem

perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral


dan potensi meluasnya area cedera.
c) Embolisme Serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau
fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katub jantung prostetik.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan darah serebral. Distrium dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan pemghentian thrombus local. Selain itu,
disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

ANALISA DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN


DATA

ETIOLOGI

MASALAH
KEPERAWATA

Ds : riwayat tekanan

kopi, rokok, daging

darah tinggi
Do : vital sign : TD 180/90

perfusi
thrombus,

mmHg, Nervus
Cranial N I : sulit

N
Perubahan
jaringan
serebral

emboli serebral

dinilai, N V : sensorik
: (dahi, pipi, dagu)

sumbatan aliran darah &

sulit dinilai, N VII :

O2 serebral

alis mata sulit dinilai,


keseimbangan sulit

infark jaringan serebral

dinilai, disfonia (+),N


XI :angkat bahu
bagian kanan

perubahan perfusi
jaringan serebral

tertinggal, N X II :
deviasi lidah (+)ke
kiri sulit dijulurkan,
Bisep / +, Trisep
/ +, Refleks
patologis: babinski
+/+, Sensorik ; rasa
raba, suhu, nyeri
sulit dinilai.
DS : klien mengeluh
tangan dan kakinya

Rokok, kopi, daging,


lifestyle

yang sebelah kanan


lemah dan tidak bisa

Trombus

digerakkan.
DO : Bisep / +, Trisep

, emboli serebral

/ +, Refleks patologis:
babinski +/+

Sumbatan aliran darah &

Kelemahan
mobilitas fisik

O2 serebral
Infark jaringan serebral
Hemisfer kiri
hemiplagi kanan
kelemahan fisik
organ mobilitas fisik
Kelemahan mobilitas
DS :
klien mengeluh tangan

fisik
Rokok, kopi, daging,

Gangguan

lifestyle

komunikasi

dan kakinya yang sebelah


kanan lemah dan tidak

verbal
Trombus,

bisa digerakkan.
emboli serebral
DO :
bicara pelo dan mulut
mencong kearah kanan, N
V : sensorik : (dahi, pipi,

Sumbatan aliran darah &


O2 serebral

dagu) sulit dinilai, N VII :


alis mata sulit dinilai, N X

Infark jaringan serebral

II : deviasi lidah (+)ke kiri


dan sulit dijulurkan,

Hemisfer kiri

disfonia (+),
Afasia
Gangguan komunikasi
verbal

Prioritas diagnosa keperawatan


1. Gangguan perfusi serebral berhubungan

dengan

kerusakan

serebrovaskular, embolisme, hipertensi


2. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan

dengan

kerusakan

neuromuscular
3. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
sistem syaraf pusat
Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan gangguan serebrovaskuler.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam, diharapkan perfusi jaringan serebral adekuat


Kriteria Hasil : perfusi jaringan serebral akan adekuat sesuai skala
NOC

NOC : neurogical status


No

Indikator

.
1.
2.

Cranial sensory and motor function


Komunikasi verbal sasuai dengan

3.
4.
5.

situasi
Tekanan darah
Nadi
Orientasi kognitiv

Tissue perfusion: cerebral


Indikator
ICP
Kerusakan refleks neurologis
Kerusakan kognitif
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Kerusakan reflex neurologis
Keterangan :
1
2
3
4
5

:
:
:
:
:

Severely Compromised
Substantially Compromised
Moderately Compromised
Mildly Compromised
Not Compromised

NIC : Neurologic Monitoring

1.
2.
3.
4.

Memonitor
Memonitor
Memonitor
Memonitor

level dari orientasi.


perubahan glassgow coma scale.
TTV, suhu, tekanan darah, dan nadi.
kekuatan otot, pergerakan, cara berjalan dan memantau

adanya tremor.
5. Memonitor tonjolan lidah.
6. Memonitor karakter bicara : kelancaran, pemahaman kata, dan
pemahaman kata-kata sulit
7. Memonitor respon babinski.
8. Meningkatkan frekuensi monitoring neurology.

Diagnosa keperawatan 2 : Kelemahan mobilitas fisik berhubungan

dengan kelemahan neuromuscular.


Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan mobilitas fisik teratasi.


Kriteria hasil
: kekuatan mobilitas fisik akan
meninkat sesuai skala NOC

NOC : Neurological Status : Central Motor Control


No
1
2
3
4
5

Indikator
Balance
Maintenance of posture
Babinskis reflex
Deep tendon reflexes
Purposeful movement on

command
Keterangan :
1
2
3
4
5

:
:
:
:
:

Never Demonstrated
Rarely Demonstrated
Sometimes Demonstrated
Often Demonstrated
Consistently Demonstrated

NIC

: Exercise Therapy : Muscle Control

1. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan resistif.


2. Mengevaluasi fungsi sensori
3. Membantu menopang pasien menyusuri tempat latihan saat terapi
motorik.
4. Membantu pasien saat duduk atau berdiri saat memulai dan istirahat
latihan terapi.
5. Menginstuksikan pasien untuk pemanasan dan pendinginan sebelum
dan sesudah latihan.
6. Menggunakan taktil stimulus untuk meminimalisir kejang otot.

7. Evaluasi tingkat perkembangan dari otot klien sebelum dan sesudah


latihan.

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan komunikasi verbal


Tujuan
: Setalah diadakan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam pasien bisa berkomunikasi verbal secara normal.


Kriteria Hasil
: Klien berkomunikasi verbal dengan baik dan
normal sesuai kriteria NOC

NOC: Neurological Status : Cranial Sensory / Motor Function


No Indikator
1
speech
2
Facial muscle movement
3
Facial siymmetry
5
Tongue movement
6
Purposeful shoulder movement
Keterangan :
1
2
3
4

:
:
:
:

Severely
Substantially
Moderately
Mildly

NIC: Communication Enhancement : Speech Deficit


1.
2.
3.
4.

Monitor kecepatan, tekanan, langkah, volume dan gaya bicara klien.


monitor klien saat merespon frustasi, marah dan depresi.
Kolaborasi dengan ahli terapi wicara.
Diskusikan mengenai hal-hal yang dikenal pasien seperti pekerjaan dan

hobi.
5. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana, ulangi dengan
kata/kalimat yang sederhana.
6. Berikan metode komunikasi alternative seperti menulis di papan tulis
atau menggambar.
7. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
lawrence
m.
STROKE,
(online),
(http://doc.med.yale.edu/heartbk/18.pdf , diakses pada tanggal
15 November 2015 pukul 15.00 WIB).
Bulechek, Gloria M dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)
sixth edition. Amerika: Elsevier Inc.
Brass,

Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2014. Nursing Diagnoses:


Definition & Classification 2015-2017 tenth edition. Amerika:
NANDA International Inc.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-adammiciga6398-3-babiit-a.pdf.
(Online), (diakses pada tanggal 15
November 2015 pukul 15.00 WIB).
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-mustikawat5390-2-babii.pdf . (Online), (diakses pada tanggal 16 November
2015 pukul 18.00 WIB).
http://eprints.undip.ac.id/33923/3/Bab_2.pdf. (Online), (diakses pada
tanggal 15 November 2015 pukul 15.00 WIB).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16640/5/Chapter
%20I.pdf. (Online), (diakses pada tanggal 15 November 2015
pukul 15.00 WIB).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21463/4/Chapter
%20II.pdf. (Online), (diakses pada tanggal 15 November 2015
pukul 15.00 WIB).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26256/4/Chapter
%20II.pdf. (Online), (diakses pada tanggal 15 November 2015
pukul 16.00 WIB).
http://repository.wima.ac.id/1234/2/Bab%201.pdf.
(Online), (diakses
pada tanggal 15 November 2015 pukul 16.00 WIB).
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_185Strokegejalapenatalaksan
aan.pdf. (Online), (diakses pada tanggal 15 November 2015
pukul 15.00 WIB).
Moorhead, sue dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth
edition. Amerika: Elsevier Inc.
Nastiti, Dian. 2012. Gambaran faktor risiko kejadian stroke pada pasien
stroke rawat inap di rumah sakit krakatau medika tahun 2011,
(online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289574-S-Dian
%20Nastiti.pdf. Diakses tanggal 15 nopember 2015 pukul 16.20
WIB ).

Anda mungkin juga menyukai