Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ruptur yang dimulai 1 jam sebelum persalinan pada
setiap saat masa kehamilan dan tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan.13
Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini.2
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas bebrapa sel seperti sel epitel, sel messenkim dan
sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.2
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi 1% dari kehamilan. Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra
selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi
terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi
mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas
matrix degrading enzym.2
Perkembangan Amnion dan Cairan Amnion
II.I.II.I Membran Amnion
Membran amniom berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas amniotica.
Karena fetus yang sedang berkembang bertambah besar, maka cavitas amniotica didorong
keluar terus-menerus sampai cavitas uteri berisi. (Secara serentak, seperti telah dikatakan hal
ini pada saat decidua capsularis terdorong keluar untuk terletak pada decidua vera dan
membran korion terbentuk pada saat villi atrofi). Dengan demikian, pada tahap ini uterus
dilapisi dengan korion dan amnion yang membentuk saccus fetalis terletak di dalam membran
korion dan menutupi funniculus umbilicalis atau body stalk, yang menghubungkan fetus
dengan placenta yang sedang berkembang.3
Amnion aterm berupa membran yang tipis dan transparan (bening), tetapi
sangat kuat, yang dapat dikelupas dari korion sampai daerah insersi funiculus umbilicalis.
Membran amnion tersebut melanjutkan diri untuk menutupi funiculus umbilicalis sampai
seluruh panjangnya dan kemudian melanjutkan diri dengan kulit fetus pada umbilikus.3
1

II.I.II.II Cairan Amnion


Ukuran cavitas amniotica yang makin meningkat sebagian disebabkan oleh
fetus yang berkembang, dan sebagian oleh adanya cairan yang timbul mulai kehamilan 4
minggu. Cairan amnion ini terutama berasal dari sel-sel membran amnion, yaitu ektoderm.
Urin fetus ditemukan di dalam cairan amnion sejak minggu ke-4, dan urine ini terdiri dari air,
karena produk limbah diekskresikan lewat sistem sirkulasi fetal/maternal. Setelah 20 minggu,
cairan dari paru-paru fetus juga masuk ke dalam cairan amnion.3
Cairan ini, yang kadang-kadang disebut liquor amnii, adalah cairan yang
jernih, berwarna seperti jerami, dengan reaksi alkalis, dan dengan demikian dapat dibedakan
dari urine ibu setelah pecahnya membran. Jumlah cairan yang dihasilkan ini meningkat
selama kehamilan, sehingga pada minggu ke 38 terdapat kira-kira 1 Liter cairan yang mengisi
cavitas amniotica. Setelah 28 minggu, volume ini turun. Fetus menelan cairan amnion kirakira 400 ml setiap hari, dan terjadi perubahan bertahap cairan amnion setiap kira-kira 3 jam.3
II.I.II.III Komposisi
99% air dan 1% zat-zat padat. Zat-zat tersebut meliputi :
1. Protein

7. Urea

2. Lemak

8. Asam urat

3. Karbohidrat

9. Pigmen empedu

4. Garain mineral

10. Vernix caseosa

5. Enzim-enzim

11. Lanugo

6. Hormon Plasenta

12. Sel-sel fetus yang mengelupas

II.I.II.IV Fungsi
1. Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas.
2. Memungkinkan anggota badan fetus berkembang dan bergerak tanpa
saling menekan satu sama lain, tannpa tertekan oleh badan fetus atau
dinding uterus.
3. Menyeimbangi tekanan intrauteri dan bekerja sebagai peredam goncangan.
4. Menstabilkan suhu intrauterin.
Pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap utuh sampai
persalinan telah maju, maka cairan amnion :
1. Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala fetus terhadap tekanan.
2. Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril.
3. Bekerja sebagai baju (wedge) untuk membantu dilatasi cervix.
4. Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah plasenta.
2

5. Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat sebelum


kelahiran pada saat saccus amnioticus pecah.
II.I.II.V Kelainan cairan amnion
1.

Polihidramnion

Jumlah

cairan

amnion

yang

berlebihan

yang

dihubungkan dengan diabetes pada ibu, defek tuba neuralis, dan atresia
esofagus pada fetus, dan adanya kembar uniovuler. Malpresentasi dan
letak yang tidak stabil, keduanya biasanya disertai dengan polihidramnion
dan prolapsus funiculus umbilicalis lebih mungkin terjadi.3
2.

Oligohidramnion : Menunjukan pengurangan jumlah cairan amnion yang


tidak memungkinkan fetus untuk cukup bergerak in utero. Pada sejumlah
keadaan, anggota badan fetus begitu mengalami tekanan sehingga ibu
perlu diajari bagaimana cara merangsang gerakan bayi setelah kelahiran.
Kulit bayi akan kering dan tampak seperti kulit hewan (leathery).
Oligohidramnion juga dihubungkan dengan suatu kelainan yang sangat
jarang terjadi, yaitu agnesis ginjal.3

3.

Warna :
a.

Pewarnaan mekonium menyebabkan liquor berwarna coklat


kehijauan, dan ini merupakan tanda gawat janin.

b.

Liquor yang mengalami pewarnaan empedu merupakan petunjuk


adanya penyakit hemolitik, tetapi sekarang keadaan ini jarang
dijumpai di Inggris.3

II.I.III Mekanisme Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.2
Terdapat keeimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.2
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormaal karena antara lain merokok.
3

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat


oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.2
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah
Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.2
II.I.IV Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok,
dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD : 11,12
1.

Inkompetensi serviks (leher rahim)

2.

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

3.

Riwayat KPD sebelumya

4.

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

5.

Trauma

6.

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

7.

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

8.

Kehamilan multiple : kembar dua ( 50%) , kembar tiga ( 90 %).

9.

Riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2-4x

10.

Tindakan segama : tidak berpengaruh kepada risiko, kecuali jika hygiene


buruk , predisposisi terhadap infeksi.

11.

perdarahan pervaginam : trimester pertama ( risiko 2x ) , trimester


kedua/ketiga ( 20x )

12.

Bakteriuria : risiko 2x ( prevalensi 7 % )


4

13.

PH vagina di atas 4,5 : risiko 32% ( vs. 16%)

14.

Servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% ( vs 7%)

15.

Flora vagina abnormal : risiko 2-3x

16.

Fibronectin > 50 mg/ml : risiko 83% ( vs 19% )

17.

Kadar CRH ( corticotropoin releasing hormone ) maternal tinggi misalnya


pada stress psikologis , dsb. Dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.

II.I.V Diagnosis
Pendekatan diagnostik yang khas akan dimulai dengan pemeriksaan spekulum
aseptik. Pengamatan cairan ketuban melewati serviks dan penyatuan dalam forniks vagina
posterior adalah tes diagnostik yang paling berguna dan definitif. Jika tidak ada cairan untuk
lulus secara spontan, pasien diminta untuk batuk atau mengejan untuk mendorong
berjalannya cairan ketuban. Jika langkah ini gagal untuk mengkonfirmasi pecah ketuban,
spesimen cairan dari vagina forniks posterior diperoleh dengan swab steril dan dioleskan ke
slide kaca, kemudian diuji dengan kertas nitrazine untuk menilai pH. Kertas Nitrazine
berubah biru ketika jenuh dengan cairan yang memiliki pH lebih dari 6,4; yang berkisar
cairan ketuban 7,1-7,4. Alkalinisasi sekresi vagina karena bakteri vaginosis, trikomoniasis,
atau adanya darah, air mani, atau alkalinized urine dapat menimbulkan hasil tes positif palsu.
Reaksi negatif palsu dapat terjadi jika ada bagian yang cukup cairan ketuban untuk
meningkatkan pH vagina.9
Slide kaca diperiksa di bawah pembesaran untuk kehadiran arborization karakteristik,
atau ferning, pola. Spesimen cairan harus diperoleh dari forniks vagina posterior dan bukan
dari kanal leher rahim, seperti sekitar 30% wanita akan memiliki ferning terus-menerus lendir
serviks selama kehamilan.9
Tes diagnostik kurang berguna untuk PROM meliputi berangsur-angsur dari larutan
pewarna ke dalam rongga ketuban dengan amniosentesis transabdominal dan penilaian
selanjutnya serviks dan vagina untuk cairan pewarna bernoda. Penilaian biokimia cairan
vagina atau serviks juga mungkin, dengan deteksi tingkat tinggi alpha-fetoprotein atau fetal
fibronectin memberikan bukti adanya cairan ketuban. Tes ini agak mahal dan tidak tersedia di
semua pusat, mereka juga tidak biasanya diperlukan untuk diagnosis PROM di jangka
panjang. Dalam peristiwa langka bahwa pengujian samping tempat tidur kurang tegas, dapat
5

diterima untuk mengulang pemeriksaan fisik dan tes samping tempat tidur setelah beberapa
jam.9
II.I.VI Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini dibagi menjadi 4 yaitu penatalaksanaan
KPD dengan kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD dengan kehamilan prematur,
penatalaksanaan KPD yang dilakukan induksi, penatalaksanaan KPD yang sudah inpartu.13
II.I.VI.I KPD dengan kehamilan Aterm
1.

Diberikan antibiotik (Ampicilin 1gr/hari tiap 8 jam IV/IM, peroral


Ampicilin 3x500 mg selama bayi lahir)

2.

Observasi suhu rektal tiap 3 jam, jika suhu >37,60C dilakukan terminasi
dan bila 1x24 jam, belum ada tanda-tanda inpartu, dilakukan terminasi saat
itu juga.

3.

Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu,
dilakukan terminasi.13

II.I.VI.II KPD dengan kehamilan Prematur


a. Taksiran Berat Janin >1500gram
1. Ampicilin 1gr/hari tiap 8 jam secara IM/IV selama bayi lahir atau dengan
pemberian secara oral Ampicilin 3x500mg.
2. Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru (Dexametason 16mg
diberikan 1x dalam 24 jam selama 2 hari)
3. Observasi jika 2x24 jam belum inpartu dilakukan terminasi
4. Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila suhu >37,60C dilakukan terminasi.
Jika suhu <37,60C observasi keluarnya cairan ketuban dan USG untuk
melihat jumlah air ketuban. Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan
dilanjutkan, perawatan diruangan sampai dengan 5 hari. Bila jumlah air
ketuban minimal segera terminasi.
b. Taksiran Berat Janin <1500gram
6

a.
b.
c.

Observasi 2 x 24 jam.
Observasi suhu rektal tiap 3 jam.
Ampicilline 1gr/hari tiap 8 jam, IM/IV selama 2 hari dan Gentamycin

d.

60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari.


Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru. (Dexametason 16mg

diberikan 1x dalam 24 jam selama 2 hari)


e. VT selama observasi tidak dilakukan, kecuali ada his / inpartu.
f. Bila suhu rektal meningkat > 37,6oC segera terminasi.
g. Bila 2 x 24 jam cairan tidak keluar.
USG : bagaimana jumlah air ketuban.
-Bila jumlah air ketuban cukup kehamilan dilanjutkan, perawatan di
ruangan s/d 5 hari.
-Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi.
h. Bila konservatif, sebelum pulang penderita diberi nasehat :
-Segera kembali ke RS bila ada tanda tanda demam atau keluar cairan
lagi.
-Tidak boleh koitus.
-Tidak boleh manipulasi vaginal.
Terminasi persalinan yang dimaksud di atas adalah :
1.
Induksi persalinan dengan memakai drip oxytocin (5 u/500 cc D5%), bila
2.

persyaratan klinis (USG dan NST) memenuhi.


Seksio sesar : bila persyaratan untuk drip oxytocin tidak terpenuhi (ada
kontra indikasi), atau drip oxytocin gagal.13

II.I.VI.III Induksi
1.

Bila 12 jam belum ada tanda-tanda awal persalinan dengan atau belum
keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan diselesaikan
dengan seksio sesar.

2.

Bila dengan 2 botol (masing-masing 5 U/500cc D5%) dengan tetesan


maximum, belum inpartu atau belum keluar dari fase laten, induksi
dinyatakan gagal, persalinan diselesaikan dengan seksio sesar.13

II.I.VI.IV KPD yang sudah inpartu


1.

Evaluasi, setelah 12 jam harus keluar dari fase laten

Bila belum keluar dari fase laten dilakukan akselerasi persalinan dengan
drip oxytocin atau terminasi dengan seksio sesar bila ada kontra indikasi
untuk drip oxytocin (evaluasi klinis, USG dan NST)
2.

Bila pada fase laten didapat tanda-tanda fase laten memanjang maka
dilakukan persalinan dengan drip oxytocin atau terminasi dengan seksio
sesar bila ada kontra indikasi drip oxytocin.13

II.I.VII Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden resiko sesarea, atau gagalnya
persalinan normal.2
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.2
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.2
4. Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonar.2
8

II.II Persalinan Preterm


II.II.I Pengertian Persalinan Preterm
Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan
sebagai persalinan prematur.6
II.II.II Tanda dan Gejala Preterm
Selain kontraksi uterus setiap 10 menit selama satu jam atau lebih yang tidak reda
setelah istirahat, dan atau KPD, gejala seperti tekanan di panggul, kram seperti haid, nyeri
atau tekanan pada suprapubis, rabas vagina bersemu darah atau seperti air dan nyeri di
punggung bawah secara empiris dikaitkan dengan ancaman persalinan prematur.6 Gejala ini
oleh sebagian orang dianggap umum untuk kehamilan normal, dan karena itu sering
diabaikan oleh pasien, dokter dan perawat.5
II.II.III Etiologi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktor. Kombinasi
keadaam obstetrik, sosipdemografi dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan prematur.2

II.II.IV Faktor resiko


Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang melahirkan prematur diketahui tidak
memiliki faktor untuk persalinan prematur.6
1. Faktor demografis : ibu dari ras kulit hitam, status sosioekonomi yang rendah,
usia <18 tahunn atau >40 tahun.
2. Kesehatan umum : stres pribadi tinggi, nutrisi buruk, berat ibu sebelum hamil
rendah, anemia, bakteriuria, kondisi-kondisi medis, seperti diabetes, asma dan
pielonefritis,

penyakit

jantung

pada

ibu,

merokok

(risiko

2x

lipat),

penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).


3. Pekerjaan : pekerjaan yan banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri terlalu
lama, bekerja dalam shift dan bekerja di malam hari.
4. Kondisi uterus : kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (termasuk
pajanan dietilstibestrol (DES) di dalam uterus, konisasi serviks atau riwayat
9

induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid atau kontraksi uterus yang
berlebihan, infeksi.
5. Faktor obstetrik : persalina prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16
dan 36 minggu (2-3x risiko : semakin sering mengalami persalinan prematur,
semakin dini usia kehamilan, semakin besar risiko mengalami persalinan
prematur, hasil yang diperoleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih
akurat untuk menetukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa,
inkompetensia serviks, abrupsio plasenta, perdarahan per vaginam setelah
trimester pertama.
II.II.V Diagnosis Persalinan Preterm
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan preterm.
Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman
proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan
preterm, yaitu2 :
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit.
2. Adanya nyeri pada punggung bawah (low bcak pain)
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan daerah serviks
5. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm dan
penipisan 50-80%
6. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
7. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal teerjadinya persalinan preterm
8. Terjadinya pada usia kehamilan 22 37 minggu
II.II.VI Penapisan untuk Persalinan Preterm
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan sejak awal,
sebelum tanda-tanda persalinan mucul. Dimulai dengan pengenalan pasien yang berisiko,
untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap peersalinan preterm serta
pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
Pemeriksaan serviks tidak lazim dilakukan pada kunjungan antenatal, sebenarnya
pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat cukup besar dalam meramalkan terjadinya
persalinan preterm. Bila dijumpai serviks pendek (< 1cm) disertai dengan pembukaan yang
10

merupakan tanda serviks matang / inkompetensi serviks, mempunyai risiko terjadinya


persalinan preterm 3-4 kali.1
Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm,
sebagai berikut :
1.

Indikaator Klinik :

Seperti timbulnya kontrkasi dan pemendekan serviks

( secara manual maupun ultrasonografi). Terjadinya ketuban pecah dini juga


meramalkan akan terjadinya persalinan preterm.2
2.

Indikator Laboratorik : Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara


lain adalah : jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan
CRP (0,7 mg/ml) dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml).1

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm antara
lain sebagai berikut :
a.

Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)

b.

Hindari jarak kehamilan yang terlalu dekat

c.

Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal


yang baik.

d.

Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang ( narkotik)

e.

Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat

f.

Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm

g.

Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing

h.

Deteksi dan pengamatan faktor risiko terhadap persalinan preterm.

II.II.VII Penatalaksanaan Persalinan Preterm


II.II.VII.I Tokolisis
Obat-obatan tokolitik tidak mengurangi jumlah pelahiran

prematur, tetapi

menundanya hingga 48 jam sehingga memberi waktu untuk memindahkan ibu ke pusat
perawatann tersier dan memberikan kortikosteroid serta antibiotik, jika diperlukan.
Pengkajian usia kehamilan dan peninjauan kembali keakuratan perhitungan usia kehamilan,
pengkajian maturitas paru janin, taksiran berat janin, riwayat sindrom distres pernapasan
dalam keluarga, kondisi medis pada ibu, serta harapan ibu dan keluarganya menjadi
pertimbangan dalam memutuskan apakah tindakan tokolisis akan dilakukan pada janin di usia
kehamilan 34-37 minggu, yang angka bertahan hidupnya berada dalam rentang 1% dari
seluruh bayi cukup bulan.4
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :
11

a.

Mencegah mortalitas dan moorbiditas pada bayi prematur

b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid iuntuk menstimulir surfaktan paru


janin
c. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
d. Optimalisasi personel
Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah :
a. Kalsium Antagonis : Nifedipin 10mg / oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap
8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi
berulang.
b. Obat -mimetik : Terbutalin, ritrodin dan salbutamol, dapat digunakan, tetapi
nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
c. Sulfas magnesikus dan antiprostaaglandin (indometasin) :

jarang dipakai

karena efek samping pada ibu ataupun janin.


d. Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring.

II.II.VII.II Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru dan janin, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan angka
kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu.2
Obat yang diberikan adalah : Deksametason atau Betametason. Pemberin
steroid ini tidak diulang karena risiko erjadinya pertumbuhan janin terhambat.2
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid afalah :
1. Betametason 2x12mg secara IM dengan jarak pemberian 24 jam
2. Deksametasone 4x6mg secara IM dengan jarak pemberian 12 jam
II.II.VII.II Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadi
infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah eritromisin
3x500mg selama 3 hari. Obat pilihan lain ampicilin 3x500mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotik lain, seperti klindamisin.2
12

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD
atau PROM (Preterm Premature Rupture Of The Membrane)

Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril

Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan


spekulum

Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan Indeks Cairan Amnion (ICA)
tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya Intra Uterin Growth
Retardation (IUGR) mengarah pada kemungkinan KPD

II.II.VII.IV Indikasi pemberian nutrisi parenteral total


Proses pemberian nutrisi melalui oral memerlukan pengisapan yang kuat,
kerjasama antara menelan dan penutupan epiglotis serta uvula dari laring maupun saluran
hidung, juga gerak esiphagus yang normal. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 29-30
minggu akan mulai mengisap beberapa hari setelah lahir. Koordinasi yang baik antara
mengisap dan menelan biasanya tidak tampak sampai usia kehamilan 33-34 minggu.
Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi prematur sangat penting dan menentukan
keberhasilan tumbuh kembang bayi selanjutnya. Bayi yang mendapat nutrisi yang tidak
adekuat akan mengalami gangguan pertumbuhan otak dan berisiko untuk kerusakan otak
permanen.7
II.II.VII.V Kebutuhan nutrisi pada bayi prematur
Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur yang optimal
maka bayi harus mendapat cairan, elektrolit, kalori, lemak, vitamin dan mineral yang sesuai
dengan kebutuhannya. Volume cairan ekstraseluler pada bayi prematur lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur pada minggu pertama sesudah lahir
akan kehilangan cairan ekstraseluler dengan cepat yang menyebabkan penurunan berat
badannya. Kebutuhan cairan pada bayi prematur dapat meningkat pada keadaan seperti
memerlukan perawatan dengan radiant warmer, inkubator, fototerapi mengalami distres
pernapasan, dan diare. Kebutuhan menurun pada keadaan bayi dirawat dengan double wallef
incubator, di ruangan dengan kelembaban tinggi, atau mengalami oliguria. Penelitian pada
bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah (BLSR) 26-29 minggu kehilangan berat
badan rata-rata pada minggu pertama berkisar 12%-15% dari berat lahir.7

13

Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan
usia kehamilan. Bayi prematur hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena kurangnya
cadangan glikogen di bawah kulit. Kebutuhan energi bayi prematur dibagi menjadi dua
komponen penting yaitu kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh dan kebutuhan untuk
tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain meliputi metabolisme basal,
aktivitas otot regular suhu tubuh (spesific dynamic action), dan ekskresi. Kebutuhan energi
untuk tumbuh berhubungan dengan kandungan energi dari jaringan dan tergantung pada
komposisi jaringan baru yang disintesa. Pemberian energi parenteral 50 kkal/hari telah cukup
untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan. Untuk sintesa jaringan, diperlukan 10-35
kkal/kgbb/hari, sedangkan untuk cadangan nutrien jaringan 20-30 kkal/kgbb/hari.7
Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia. Bayi prematur memerlukan 4-6 mg/kgbb/menit, Ada yang harus diperhatikan
dalam pemberian glukosa yang berlebihan menghasilkan hiperglikemi. Tindakan terhadap
hiperglikemi adalah menurunkan kecepatan infus dan konsentrasi glukosa yang diberikan.7
Suplemen zat besi mengurangi risiko pengembangan anemia defisiensi besi
pada berat badan lahir rendah sedikit (BBLR) bayi tanpa efek samping, menurut hasil sebuah
studi Swedia acak besar yang diterbitkan secara online September 7 di Pediatrics.11
Menurut artikel itu, bayi BBLR (<2500 g) beresiko kekurangan zat besi awal,
yang berhubungan dengan perkembangan neurologis yang buruk. Selain itu, proporsi bayi
dengan sedikit BBLR (2000-2500 g) meningkat.8
II.II.VII.VI Cara persalinan
Masih sering muncul kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan seperti :
apakah sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau seksio sesarea terutama pada berat
janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian forseps untuk melindungi kepala
janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan episiotomi profilaksis yang luas untuk
mengurangi trauma kepala.2
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio
sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Oleh karena
itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.2
Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena
morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.2
14

II.II.VII Perawatan Metode kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI


American

Academy

of

Pediatrics

(AAP)

merekomendasikan

agar

setiap

bayi diberikan air susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Data World Health Organization
(WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya
yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan
janin terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan
penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal,
prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai
negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut data WHO.
Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara 2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2%
AKN.10
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu
menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti
mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.10
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan
Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR
ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini
meniru binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan
setelah lahir disimpan di kantung perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus
mendapatkan makanan berupa air susu induknya.10
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam
perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu,
dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan
kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta
15

meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta

meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi.10
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-toskin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support).
Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4
komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo
discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di
antara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan
popok, kaus kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin.
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan
ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat
berada di bawah kuping bayi.10
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka
dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi
merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung
maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara
fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat
melakukan PMK untuk bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu
melakukan PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan
PMK bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat
guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR
sangat terbatas.10
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan
perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan
bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya
dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator.
PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi
lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani
PMK kontinu.10

16

2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan
bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum
(seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah
dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI.10
Beberapa manfaat Perawatan Metode Kanguru
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna
jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah
dari

kedinginan

(hipotermia),

menstabilkan

bayi,

mengurangi

terjadinya

infeksi,

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan


meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan bayi.10
Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang
membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data
Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit
dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan
jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam
beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.10
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju pernapasan, dan
laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK
merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil.
Penelitian oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode
kanguru, BBLR akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa
PMK (120 menit vs. 180 menit)10
Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi
17

Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi


kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman
komensal yang ada pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman
tersebut. Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi dapat
dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan
lebih sedikit.10
Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan
lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan
BBLR yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan
bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta
menunjukkan kenaikan berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya
memperlihatkan bahwa BBLR yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih
baik secara bermakna dibandingkan BBLR dengan metode konvensional.10
Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian
ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat
dijelaskan karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat
payudara ibu, menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap
kali ia inginkan. Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya
mulai lapar seperti adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan
kecil serta adanya gerakan bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan
menyusu bayinya dengan memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan
mulut bayi. Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan
PMK, ibu dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju
kangurunya.10
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga
meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi
18

yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada
bayinya. Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu,
sehingga ibu akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi.10
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke
payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup
feeding) dan dengan selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK
umumnya akan diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih
panjang. PMK juga meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.10
Persiapan pemberian ASI pada PMK
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat
minum melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi
dapat dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu
yang ditandai dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap
jari atau kulit ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai
PMK intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi
kontak kulit ke kulit (Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum
memulai menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk
menempel. Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat
menghisap dengan baik danlama, tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui
terlebih dulu, bila tidak berhasil dapat menggunakan metode minum yang lain.10
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 32 minggu, pemberian minum biasanya
masih memerlukan penggunaan pipa orogastrik. Ibu dapat memberikan ASI perah secara
teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan jari
tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik.
Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari
terlebih dulu.10
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi kanguru.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan mengeluarkan bayi
dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah pemberian ASI
perah selesai dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila
19

memungkinkan, dapat dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung
ke dalam mulut bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan
bayi dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi siap
dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan
menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini
dapat diulangi kembali.10
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan
berhenti saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil
mudah lelah, menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang
agak lama setelah menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya
terlalu cepat. Biarkan bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila
sudah siap. Umumnya bayi kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada
awalnya, mungkin bayi tidak bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih
dahulu agar ia mau minum.10
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih,
umumnya sudah dapat menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih
dahulu refleks

hisap

bayi,

bila

perlu,

sesekali

selingi

pemberian

ASI

perah

menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap dalam posisi dan pelekatan yang
benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan lancar.10
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:

Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus

Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu

Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya

Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu

2. Cara melekatkan bayi:

Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi

Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya

Segerah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi


20

3. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:

Dagu bayi menempel ke dada ibu

Mulut bayi terbuka lebar

Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar

Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara bagian
bawah

Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadangberhenti.

Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan
bayi mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya
timbang bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.

BAB II
RINGKASAN
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ruptur yang dimulai 1 jam sebelum persalinan pada
setiap saat masa kehamilan. Secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Cara diagnosis KPD didasarkan pada anamnesa, inpeksi, inpekulo, periksa dalam,
serta pemeriksaan lab dengan kertas lakmus. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah
Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden resiko sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
Tanda dan gejala pretem, selain kontraksi uterus setiap 10 menit selama satu jam atau
lebih yang tidak reda setelah istirahat, dan atau KPD, gejala seperti tekanan di panggul, kram
seperti haid, nyeri atau tekanan pada suprapubis, rabas vagina bersemu darah atau seperti air
dan nyeri di punggung bawah secara empiris dikaitkan dengan ancaman persalinan prematur.
Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan
sebagai persalinan prematur.

21

BAB III
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. D

Suami

: Tn. J / 24 th / swasta

Alamat

: Desa Tanjungrejo, Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk

Umur

: 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

STATUS DI IGD
Datang ke IGD pada tanggal 17-02-2015
Anamnesa/ Pmx fisik/Diagnosa/ konsultasi penderita : Keluar cairan banyak pukul 4 sore
HPHT

: 17-06-2014

HPL

: 24-03-2015

Tensi

: 120/60 mmHg
22

Dx

: GIP0000 35-36 minggu T/H

Terapi tindakan : MRS


STATUS OBSTETRI
Anamnesa : Pasien masuk kamar bersalin pada tanggal 17-02-2015 pukul 19.30 WIB, pasien
merupakan rujukan dari Bidan dengan keluhan mengeluarkan banyak cairan (ketuban) pada
pukul 16.00.
RPS : Pasien hamil ini, dengan diagnosa kehamilan GIP0000 35-36 minggu T/H
RPD : dbn
Pemeriksaan fisik :

Status umum :
Kesadaran

: Composmentis

Tensi

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Suhuhxillar

: 36,7o C

Edema

: -/-

Status Obstetri
TFU

: 25 cm

Letak Janin

: kepala masuk PAP

DJJ

: 144x/menit

TBJ

: 1553 gr

Riwayat persalinan yang lalu :


1. Hamil ini
Lain-lain :
HPHT
: 17-06-2014
HPL
: 24-03-2015
Riwayat persalinan :
Pada tanggal 17-02-2014 jam 08.00 muncul HIS, jam 16.00 ketuban pecah, darah atau
lendir bercampur darah belum ada.
Pemeriksaan dalam Oleh : Ny. Zulfi
Pembukaan

: 3 cm

EFF

: 30%

Selaput Ketuban

:-

Presentasi

: Kepala
23

HODGE

:I

Kesimpulan :
Diagnosa kehamilan

: GIP0000, 35-36 minggu/T/H

Diagnosa persalinan

: Inpartu Kala I Fase Laten

Penyulit ibu

: non obstetrik (KPD)

Penyulit janin

: Prematur

KEHAMILAN RESIKO TINGGI


Rencana perawatan
Kala 2 :

: -

Tanggal 18-02-2015 jam 07.45, jenis persalinan spontan B, indikasi kala II oleh
Ny.Susiana
Kala 3 :
Tanggal 18-02-2015 jam 07.50, plasenta lahir spontan, indikasi Kala III
Kala 4 : Bayi :
AS

: 7-8

Jenis kelamin

: Laki-laki

Berat

: 2000 gr

Panjang

: 43cm

Anus

:+

Kelainan Kongenital

:-

Kaput

:+

Cephal hematoma

:-

Plasenta : Lengkap
Berat

: 500 gr

Ukuran

: 12 x 15 x 1,5

Kelainan

:-

Tali pusat

: 50 cm

Lilitan tali pusat

:-

Cairan Ketuban : jernih


Perineum

: ada episiotomi atau robekan jalan lahir

24

Perjalanan perkembangan penyakit, perintah dokter dan pengobatan


Tanggal/jam

Perjalanan penyakit

Permintaan dokter dan pengobatan


atau tindakan

25

17-02-2015

S : Keluar cairan banyak dan Periksa :


kemeng-kemeng di pinggang
O : KU : cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120 / 80 mmHg

Observasi tanda-tanda inpartu


Pasang infus RL
Injeksi Dexametasone 2 hari
Tab Amoxicillin 3x500mg

Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36,70C
Pembukaan 3 cm

18-02-2014

Oral :
Tab
3x500mg
Asam

S : tidak ada keluhan


O : KU : cukup
Kesadaran : Compos mentis
K/L a-/i-/c-/dTensi :130/90 mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,o
RR : 26x/menit
Thorax : Simetris
Pulmo : Rh- Wh- Vesikuler
Cor : S1S2 tunggal
Abdomen : BU + , TFU setinggi
umbilikus

26

Amoxicillin
mefenamat

3x500mg
Sulfa Ferosus 1x1

Anda mungkin juga menyukai