TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ruptur yang dimulai 1 jam sebelum persalinan pada
setiap saat masa kehamilan dan tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan.13
Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini.2
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas bebrapa sel seperti sel epitel, sel messenkim dan
sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.2
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi 1% dari kehamilan. Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra
selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi
terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi
mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas
matrix degrading enzym.2
Perkembangan Amnion dan Cairan Amnion
II.I.II.I Membran Amnion
Membran amniom berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas amniotica.
Karena fetus yang sedang berkembang bertambah besar, maka cavitas amniotica didorong
keluar terus-menerus sampai cavitas uteri berisi. (Secara serentak, seperti telah dikatakan hal
ini pada saat decidua capsularis terdorong keluar untuk terletak pada decidua vera dan
membran korion terbentuk pada saat villi atrofi). Dengan demikian, pada tahap ini uterus
dilapisi dengan korion dan amnion yang membentuk saccus fetalis terletak di dalam membran
korion dan menutupi funniculus umbilicalis atau body stalk, yang menghubungkan fetus
dengan placenta yang sedang berkembang.3
Amnion aterm berupa membran yang tipis dan transparan (bening), tetapi
sangat kuat, yang dapat dikelupas dari korion sampai daerah insersi funiculus umbilicalis.
Membran amnion tersebut melanjutkan diri untuk menutupi funiculus umbilicalis sampai
seluruh panjangnya dan kemudian melanjutkan diri dengan kulit fetus pada umbilikus.3
1
7. Urea
2. Lemak
8. Asam urat
3. Karbohidrat
9. Pigmen empedu
4. Garain mineral
5. Enzim-enzim
11. Lanugo
6. Hormon Plasenta
II.I.II.IV Fungsi
1. Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas.
2. Memungkinkan anggota badan fetus berkembang dan bergerak tanpa
saling menekan satu sama lain, tannpa tertekan oleh badan fetus atau
dinding uterus.
3. Menyeimbangi tekanan intrauteri dan bekerja sebagai peredam goncangan.
4. Menstabilkan suhu intrauterin.
Pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap utuh sampai
persalinan telah maju, maka cairan amnion :
1. Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala fetus terhadap tekanan.
2. Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril.
3. Bekerja sebagai baju (wedge) untuk membantu dilatasi cervix.
4. Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah plasenta.
2
Polihidramnion
Jumlah
cairan
amnion
yang
berlebihan
yang
dihubungkan dengan diabetes pada ibu, defek tuba neuralis, dan atresia
esofagus pada fetus, dan adanya kembar uniovuler. Malpresentasi dan
letak yang tidak stabil, keduanya biasanya disertai dengan polihidramnion
dan prolapsus funiculus umbilicalis lebih mungkin terjadi.3
2.
3.
Warna :
a.
b.
2.
3.
4.
5.
Trauma
6.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
II.I.V Diagnosis
Pendekatan diagnostik yang khas akan dimulai dengan pemeriksaan spekulum
aseptik. Pengamatan cairan ketuban melewati serviks dan penyatuan dalam forniks vagina
posterior adalah tes diagnostik yang paling berguna dan definitif. Jika tidak ada cairan untuk
lulus secara spontan, pasien diminta untuk batuk atau mengejan untuk mendorong
berjalannya cairan ketuban. Jika langkah ini gagal untuk mengkonfirmasi pecah ketuban,
spesimen cairan dari vagina forniks posterior diperoleh dengan swab steril dan dioleskan ke
slide kaca, kemudian diuji dengan kertas nitrazine untuk menilai pH. Kertas Nitrazine
berubah biru ketika jenuh dengan cairan yang memiliki pH lebih dari 6,4; yang berkisar
cairan ketuban 7,1-7,4. Alkalinisasi sekresi vagina karena bakteri vaginosis, trikomoniasis,
atau adanya darah, air mani, atau alkalinized urine dapat menimbulkan hasil tes positif palsu.
Reaksi negatif palsu dapat terjadi jika ada bagian yang cukup cairan ketuban untuk
meningkatkan pH vagina.9
Slide kaca diperiksa di bawah pembesaran untuk kehadiran arborization karakteristik,
atau ferning, pola. Spesimen cairan harus diperoleh dari forniks vagina posterior dan bukan
dari kanal leher rahim, seperti sekitar 30% wanita akan memiliki ferning terus-menerus lendir
serviks selama kehamilan.9
Tes diagnostik kurang berguna untuk PROM meliputi berangsur-angsur dari larutan
pewarna ke dalam rongga ketuban dengan amniosentesis transabdominal dan penilaian
selanjutnya serviks dan vagina untuk cairan pewarna bernoda. Penilaian biokimia cairan
vagina atau serviks juga mungkin, dengan deteksi tingkat tinggi alpha-fetoprotein atau fetal
fibronectin memberikan bukti adanya cairan ketuban. Tes ini agak mahal dan tidak tersedia di
semua pusat, mereka juga tidak biasanya diperlukan untuk diagnosis PROM di jangka
panjang. Dalam peristiwa langka bahwa pengujian samping tempat tidur kurang tegas, dapat
5
diterima untuk mengulang pemeriksaan fisik dan tes samping tempat tidur setelah beberapa
jam.9
II.I.VI Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini dibagi menjadi 4 yaitu penatalaksanaan
KPD dengan kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD dengan kehamilan prematur,
penatalaksanaan KPD yang dilakukan induksi, penatalaksanaan KPD yang sudah inpartu.13
II.I.VI.I KPD dengan kehamilan Aterm
1.
2.
Observasi suhu rektal tiap 3 jam, jika suhu >37,60C dilakukan terminasi
dan bila 1x24 jam, belum ada tanda-tanda inpartu, dilakukan terminasi saat
itu juga.
3.
Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu,
dilakukan terminasi.13
a.
b.
c.
Observasi 2 x 24 jam.
Observasi suhu rektal tiap 3 jam.
Ampicilline 1gr/hari tiap 8 jam, IM/IV selama 2 hari dan Gentamycin
d.
II.I.VI.III Induksi
1.
Bila 12 jam belum ada tanda-tanda awal persalinan dengan atau belum
keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan diselesaikan
dengan seksio sesar.
2.
Bila belum keluar dari fase laten dilakukan akselerasi persalinan dengan
drip oxytocin atau terminasi dengan seksio sesar bila ada kontra indikasi
untuk drip oxytocin (evaluasi klinis, USG dan NST)
2.
Bila pada fase laten didapat tanda-tanda fase laten memanjang maka
dilakukan persalinan dengan drip oxytocin atau terminasi dengan seksio
sesar bila ada kontra indikasi drip oxytocin.13
II.I.VII Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden resiko sesarea, atau gagalnya
persalinan normal.2
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.2
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.2
4. Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonar.2
8
penyakit
jantung
pada
ibu,
merokok
(risiko
2x
lipat),
induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid atau kontraksi uterus yang
berlebihan, infeksi.
5. Faktor obstetrik : persalina prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16
dan 36 minggu (2-3x risiko : semakin sering mengalami persalinan prematur,
semakin dini usia kehamilan, semakin besar risiko mengalami persalinan
prematur, hasil yang diperoleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih
akurat untuk menetukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa,
inkompetensia serviks, abrupsio plasenta, perdarahan per vaginam setelah
trimester pertama.
II.II.V Diagnosis Persalinan Preterm
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan preterm.
Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman
proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan
preterm, yaitu2 :
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit.
2. Adanya nyeri pada punggung bawah (low bcak pain)
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan daerah serviks
5. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm dan
penipisan 50-80%
6. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
7. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal teerjadinya persalinan preterm
8. Terjadinya pada usia kehamilan 22 37 minggu
II.II.VI Penapisan untuk Persalinan Preterm
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan sejak awal,
sebelum tanda-tanda persalinan mucul. Dimulai dengan pengenalan pasien yang berisiko,
untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap peersalinan preterm serta
pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
Pemeriksaan serviks tidak lazim dilakukan pada kunjungan antenatal, sebenarnya
pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat cukup besar dalam meramalkan terjadinya
persalinan preterm. Bila dijumpai serviks pendek (< 1cm) disertai dengan pembukaan yang
10
Indikaator Klinik :
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm antara
lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
prematur, tetapi
menundanya hingga 48 jam sehingga memberi waktu untuk memindahkan ibu ke pusat
perawatann tersier dan memberikan kortikosteroid serta antibiotik, jika diperlukan.
Pengkajian usia kehamilan dan peninjauan kembali keakuratan perhitungan usia kehamilan,
pengkajian maturitas paru janin, taksiran berat janin, riwayat sindrom distres pernapasan
dalam keluarga, kondisi medis pada ibu, serta harapan ibu dan keluarganya menjadi
pertimbangan dalam memutuskan apakah tindakan tokolisis akan dilakukan pada janin di usia
kehamilan 34-37 minggu, yang angka bertahan hidupnya berada dalam rentang 1% dari
seluruh bayi cukup bulan.4
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :
11
a.
jarang dipakai
II.II.VII.II Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru dan janin, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan angka
kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu.2
Obat yang diberikan adalah : Deksametason atau Betametason. Pemberin
steroid ini tidak diulang karena risiko erjadinya pertumbuhan janin terhambat.2
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid afalah :
1. Betametason 2x12mg secara IM dengan jarak pemberian 24 jam
2. Deksametasone 4x6mg secara IM dengan jarak pemberian 12 jam
II.II.VII.II Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadi
infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah eritromisin
3x500mg selama 3 hari. Obat pilihan lain ampicilin 3x500mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotik lain, seperti klindamisin.2
12
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD
atau PROM (Preterm Premature Rupture Of The Membrane)
Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan Indeks Cairan Amnion (ICA)
tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya Intra Uterin Growth
Retardation (IUGR) mengarah pada kemungkinan KPD
13
Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan
usia kehamilan. Bayi prematur hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena kurangnya
cadangan glikogen di bawah kulit. Kebutuhan energi bayi prematur dibagi menjadi dua
komponen penting yaitu kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh dan kebutuhan untuk
tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain meliputi metabolisme basal,
aktivitas otot regular suhu tubuh (spesific dynamic action), dan ekskresi. Kebutuhan energi
untuk tumbuh berhubungan dengan kandungan energi dari jaringan dan tergantung pada
komposisi jaringan baru yang disintesa. Pemberian energi parenteral 50 kkal/hari telah cukup
untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan. Untuk sintesa jaringan, diperlukan 10-35
kkal/kgbb/hari, sedangkan untuk cadangan nutrien jaringan 20-30 kkal/kgbb/hari.7
Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia. Bayi prematur memerlukan 4-6 mg/kgbb/menit, Ada yang harus diperhatikan
dalam pemberian glukosa yang berlebihan menghasilkan hiperglikemi. Tindakan terhadap
hiperglikemi adalah menurunkan kecepatan infus dan konsentrasi glukosa yang diberikan.7
Suplemen zat besi mengurangi risiko pengembangan anemia defisiensi besi
pada berat badan lahir rendah sedikit (BBLR) bayi tanpa efek samping, menurut hasil sebuah
studi Swedia acak besar yang diterbitkan secara online September 7 di Pediatrics.11
Menurut artikel itu, bayi BBLR (<2500 g) beresiko kekurangan zat besi awal,
yang berhubungan dengan perkembangan neurologis yang buruk. Selain itu, proporsi bayi
dengan sedikit BBLR (2000-2500 g) meningkat.8
II.II.VII.VI Cara persalinan
Masih sering muncul kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan seperti :
apakah sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau seksio sesarea terutama pada berat
janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian forseps untuk melindungi kepala
janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan episiotomi profilaksis yang luas untuk
mengurangi trauma kepala.2
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio
sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Oleh karena
itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.2
Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena
morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.2
14
Academy
of
Pediatrics
(AAP)
merekomendasikan
agar
setiap
bayi diberikan air susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Data World Health Organization
(WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya
yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan
janin terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan
penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal,
prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai
negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut data WHO.
Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara 2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2%
AKN.10
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu
menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti
mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.10
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan
Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR
ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini
meniru binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan
setelah lahir disimpan di kantung perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus
mendapatkan makanan berupa air susu induknya.10
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam
perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu,
dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan
kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta
15
perkembangan bayi.10
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-toskin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support).
Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4
komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo
discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di
antara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan
popok, kaus kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin.
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan
ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat
berada di bawah kuping bayi.10
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka
dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi
merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung
maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara
fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat
melakukan PMK untuk bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu
melakukan PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan
PMK bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat
guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR
sangat terbatas.10
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan
perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan
bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya
dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator.
PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi
lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani
PMK kontinu.10
16
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan
bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum
(seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah
dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI.10
Beberapa manfaat Perawatan Metode Kanguru
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna
jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah
dari
kedinginan
(hipotermia),
menstabilkan
bayi,
mengurangi
terjadinya
infeksi,
yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada
bayinya. Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu,
sehingga ibu akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi.10
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke
payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup
feeding) dan dengan selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK
umumnya akan diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih
panjang. PMK juga meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.10
Persiapan pemberian ASI pada PMK
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat
minum melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi
dapat dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu
yang ditandai dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap
jari atau kulit ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai
PMK intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi
kontak kulit ke kulit (Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum
memulai menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk
menempel. Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat
menghisap dengan baik danlama, tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui
terlebih dulu, bila tidak berhasil dapat menggunakan metode minum yang lain.10
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 32 minggu, pemberian minum biasanya
masih memerlukan penggunaan pipa orogastrik. Ibu dapat memberikan ASI perah secara
teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan jari
tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik.
Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari
terlebih dulu.10
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi kanguru.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan mengeluarkan bayi
dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah pemberian ASI
perah selesai dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila
19
memungkinkan, dapat dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung
ke dalam mulut bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan
bayi dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi siap
dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan
menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini
dapat diulangi kembali.10
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan
berhenti saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil
mudah lelah, menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang
agak lama setelah menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya
terlalu cepat. Biarkan bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila
sudah siap. Umumnya bayi kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada
awalnya, mungkin bayi tidak bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih
dahulu agar ia mau minum.10
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih,
umumnya sudah dapat menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih
dahulu refleks
hisap
bayi,
bila
perlu,
sesekali
selingi
pemberian
ASI
perah
menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap dalam posisi dan pelekatan yang
benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan lancar.10
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu
Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara bagian
bawah
Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan
bayi mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya
timbang bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.
BAB II
RINGKASAN
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ruptur yang dimulai 1 jam sebelum persalinan pada
setiap saat masa kehamilan. Secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Cara diagnosis KPD didasarkan pada anamnesa, inpeksi, inpekulo, periksa dalam,
serta pemeriksaan lab dengan kertas lakmus. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah
Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden resiko sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
Tanda dan gejala pretem, selain kontraksi uterus setiap 10 menit selama satu jam atau
lebih yang tidak reda setelah istirahat, dan atau KPD, gejala seperti tekanan di panggul, kram
seperti haid, nyeri atau tekanan pada suprapubis, rabas vagina bersemu darah atau seperti air
dan nyeri di punggung bawah secara empiris dikaitkan dengan ancaman persalinan prematur.
Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan
sebagai persalinan prematur.
21
BAB III
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Suami
: Tn. J / 24 th / swasta
Alamat
Umur
: 20 tahun
: Islam
Pekerjaan
: IRT
STATUS DI IGD
Datang ke IGD pada tanggal 17-02-2015
Anamnesa/ Pmx fisik/Diagnosa/ konsultasi penderita : Keluar cairan banyak pukul 4 sore
HPHT
: 17-06-2014
HPL
: 24-03-2015
Tensi
: 120/60 mmHg
22
Dx
Status umum :
Kesadaran
: Composmentis
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhuhxillar
: 36,7o C
Edema
: -/-
Status Obstetri
TFU
: 25 cm
Letak Janin
DJJ
: 144x/menit
TBJ
: 1553 gr
: 3 cm
EFF
: 30%
Selaput Ketuban
:-
Presentasi
: Kepala
23
HODGE
:I
Kesimpulan :
Diagnosa kehamilan
Diagnosa persalinan
Penyulit ibu
Penyulit janin
: Prematur
: -
Tanggal 18-02-2015 jam 07.45, jenis persalinan spontan B, indikasi kala II oleh
Ny.Susiana
Kala 3 :
Tanggal 18-02-2015 jam 07.50, plasenta lahir spontan, indikasi Kala III
Kala 4 : Bayi :
AS
: 7-8
Jenis kelamin
: Laki-laki
Berat
: 2000 gr
Panjang
: 43cm
Anus
:+
Kelainan Kongenital
:-
Kaput
:+
Cephal hematoma
:-
Plasenta : Lengkap
Berat
: 500 gr
Ukuran
: 12 x 15 x 1,5
Kelainan
:-
Tali pusat
: 50 cm
:-
24
Perjalanan penyakit
25
17-02-2015
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36,70C
Pembukaan 3 cm
18-02-2014
Oral :
Tab
3x500mg
Asam
26
Amoxicillin
mefenamat
3x500mg
Sulfa Ferosus 1x1