Anda di halaman 1dari 26

Ujian Kasus

GANGGUAN WAHAM
F22.0

Oleh :

Oleh:
Aulia Azizaturridha, S.Ked (I4A012002)

Pembimbing
dr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran ULM/RSUD Ulin
Banjarmasin
Agustus, 2016

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

1.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. F

Tempat, Tanggal Lahir

: Banjarmasin, 12 September 1954

Usia

: 62 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Agama

: Budha

Suku/Bangsa

: Tionghoa/China

Alamat

: Parincahan, Kandangan

Berobat tanggal

: Selasa, 16 Agustus 2016 (Os datang ke Poli Jiwa


RSUD Ulin Banjarmasin)

Status Pengobatan

: Rawat Jalan

2.

RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis dengan os dan alloanamnesis dengan istri os

pada hari Rabu, 17 Agustus 2016 pada pukul 14.00 WITA.


A.

KELUHAN UTAMA:
Curiga dan berprasangka buruk
KELUHAN TAMBAHAN :
Mendengar bisikan
1

B.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

Autoanamnesis:
Pada awal tahun 1999 os gemar bermain judi, os juga mengonsumsi obatobatan seperti shabu dan inex. Menurut keterangan os, os mengonsumsi itu karena
os bercerai dengan istri pertamanya dan selalu terbayang wajah istri pertamanya.
Os mengaku setiap hari mengonsumsi obat-obatan tersebut. Setiap os gelisah dan
terbayang wajah istri pertama os menghisap shabu dan mengonsumsi inex. Os
tidak menggunakan kedua barang tersebut secara bersamaan, hanya satu macam
obat yang os gunakan dalam sehari. Inex yang dikonsumsi hanya satu biji dalam
sehari. Os mengaku apabila os mengonsumsi barang tersebut os merasa percaya
diri, menjadi lebih kuat, dan rasa gelisah yang os rasakan hilang. Os juga
mengaku efek barang tersebut tidak betahan lama, beberapa jam setelah
mengonsumsi rasa gelisah kembali muncul, sehingga os merasa ketergantungan
untuk mengonsumsi barang itu.
Pada awal tahun 2001 saat os bepergian ke Purwokerto untuk mencari
pekerjaan, os mengalami rasa gelisah yang lebih parah dari sebelumnya, os tidak
bisa tidur, os merasa takut akan sesuatu tetapi os sendiri tidak tahu takut dengan
apa. Lalu pada pertengahan 2001 os konsultasi dengan psikiatri di Purwokerto dan
mendapat obat xanax, os mengonsumsinya 1x1 dalam sehari. Saat minum obat
yang diberi dokter rasa gelisah os berkurang, tetapi os merasa sudah tidak betah
tinggal Purwokerto, lalu pada akhir 2001 os kembali ke Banjarmasin.
Setelah rasa gelisah hilang dan obat yang diberi dokter habis, os kembali
menggunakan obat-obatan, os mengaku terpengaruh oleh teman-temannya. Os

mengonsumsi setiap hari. Hingga pada april 2005 rasa gelisah muncul kembali, os
tidak bisa tidur, os merasa takut tapi os sendiri tidak tahu penyebab takutnya apa.
Pada awal tahun 2006 os berobat ke dokter psikiatri dan diberi obat zypraz, os
mengatakan setelah mengonsumsi obat itu os merasa tidak gelisah lagi. Selain
berobat ke dokter, os juga berobat ke orang pintar, os mengatakan os diikuti oleh
orang. Pada akhir 2006 os berhenti mengonsumsi shabu dan inex, os
mengatakan ia berhenti karena teman-teman os telah tertangkap polisi sehingga os
takut jika ketahuan oleh polisi.
Pada awal tahun 2007 os kembali merasa tidak enak badan, os merasa
cemas, gelisah, yang penyebabnya tidak os ketahui. Pada akhir tahun 2007 os
mulai merasa curiga terhadap orang, os curiga dengan anak istrinya, os tidak mau
menerima makanan dari orang lain termasuk dari istri dan anaknya, os tidak mau
dimasakkan makanan oleh istri, os curiga setiap makanan yang diberi kepadanya
mengandung semacam racun. Setiap kali os memaksakan diri untuk memakan
makanan yang dibawakan oleh orang atau dimasakkan oleh istri, os merasa nyeri
diseluruh tubuh terutama bagian dada dan kepala, os merasa ada sesuatu yang
menggerogoti tubuhnya, os juga tidak pernah percaya dengan orang lain, os
merasa ada orang lain yang ingin menyakitinya. Os juga mengatakan kadangkadang os mendengar bisikan, os merasa terganggu dengan bisikan itu. Os juga
mengatakan setiap bisikin selalu dituruti oleh os, jika os tidak menuruti bisikan itu
os merasa ada sesuatu dari dalam tubuh yang menggerogoti dirinya. Os
mendengar bisikan itu ketika di rumah dan di toko tempat os bekerja. Os

mengatakan isi bisikannya tidak pernah sampai menyuruh os untuk melukai dan
menyakiti orang-orang.
Hingga tahun 2016 os mengaku curiga dengan orang-orang sekitar. Os
juga telah berobat ke semua dokter untuk mencari obat yang cocok dengan
dirinya, tapi os belum menemukan obat yang cocok. Os kadang merasa obat yang
os beli di apotek telah dicampur racun oleh apoteker obat, os merasa aneh dengan
obat itu, sehingga tidak jarang obat-obat yang os tebus di apotek tidak pernah os
minum.
Os menyangka semua perasaan aneh berawal ketika os pergi berlibur ke
Borobudur saat waisak. Kemudian os bertemu para biksu, salah seorang biksu
menurut os jatuh hati dengan os, ia menyukai os, tetapi os menghindari biksu itu.
Os merasa os di guna-guna oleh biksu itu karena menolak cinta biksu, os
mengatakan pada tahun 2007 selama beberapa bulan os selalu termimpi dan
terbayang-bayang wajah biksu. Selain itu os juga merasa ia guna-guna oleh
temannya, karena temannya merasa iri dengki dengan kehidupan os sekarang.
Temannya itu menginginkan agar os jatuh miskin dan hidup melarat. Os
mengatakan jika os tidak melawan perasaan tersebut os akan akan menjadi seperti
tanah liat yag dengan mudah dapat dibentuk dan diperalat oleh orang.

Heteroanamnesis
Istri os mengatakan bahwa os mulai mengalami gangguan seperti gelisah,
merasa ketakutan sejak awal menikah pada tahun 1991. Saat itu os selalu bercerita
kepada istri apa yang terjadi pada dirinya. Os merasa takut tapi os sendiri tidak

tahu penyebab ketakutannya itu, os kadang tidak bisa tidur. Istri mengatakan
kepada os bahwa itu hanya sekedar sugesti perasaan os saja.
Selama 6 tahun perkawinan, istri os mengatakan os selalu terbuka kepada
dirinya, os selalu menceritakan keluhan-keluhan yang os alami. Hingga akhirnya
pada tahun 2005 tepatnya bulan april ketika gejala yang os alami muncul kembali,
mulai timbul perasaan curiga oleh os, dimana os mulai kurang percaya dan mulai
tertutup kepada istrinya. Istri os mengatakan bahwa os curiga kepada istri karena
istri mau mencelakakan os.
Pada awal tahun 2007 dimana ini adalah waktu awal mula os sudah sama
sekali tidak percaya dengan istri. Os tidak mau bercerita dan tertutup sama sekali
dengan istri, dan ini berlanjut hingga sekarang. Yang istri tahu mengenai keadaan
os adalah bahwa os sering merasa gelisah dan merasa ketakutan.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Os tidak pernah memiliki masalah kesehatan serius yang sampai membawa os
dirawat di rumah sakit.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Data tidak didapat.
2. Basic Trust vs. Mistrust (0-1,5 tahun)
Data tidak didapat
3. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Data tidak didapat.

4. Inisiative vs. Guilt (3 6 tahun)


Data tidak didapat.
5. Industry vs. Inferiority (6 12 tahun)
Pada usia 7 tahun os mulai bersekolah di jenjang pendidikan SD. Prestasi
os disekolah sangat baik, os selalu mendapatkan peringkat 3 besar di kelasnya
ketika berada di jenjang pendidikan SD. Os gemar bermain sepeda, os
mengatakan sering melepas ban sepedanya dan merakitnya kembali serta
memodifikasinya.
6. Identity vs. Role Diffusion (12 20 tahun)
Pada masa remaja os memiliki banyak teman dan suka bergaul.
Kepribadian os ceria dan os dikenal sebagai anak yang cerdas. Os mengatakan os
adalah seorang atlit bulutangkis yang berprestasi saat SMA dan sering menjuarai
berbagai perlombaan. Ketika os diberi tugas berupa pekerjaan rumah ataupun
tugas dari sekolah, os menyelesaikannya dengan tuntas. Ketika os tidak berhasil
menuntaskan suatu pekerjaan, os mencari cara lain, misalnya saat os tidak berhasil
memperbaiki sepedanya yang rusak, os mencari cara lain yaitu membawanya ke
bengkel. Os merasa mantap dengan identitas seksualnya sebagai laki-laki.
7. Intimacy vs. Isolation (20 30 tahun)
Os jarang berkomusikasi dengan keluarga karena os jarang berada
dirumah. Os tidak pernah mau lagi makan di rumah karena curiga dengan
makanan yang dimasak istri. Os curiga terhadap orang orang terdekat os, os
merasa selalu diikuti, os merasa ada seseorang yang ingin bertindak jahat kepada
os.

8. Generativity vs. Stagnation (30 65 tahun)


Os memiliki satu anak laki laki dari isteri keduanya. Selama ini os tidak
pernah marah kepada anaknya, os hanya mengarahkan dengan tegas apabila
anaknya melakukan kesalahan. Os tidak pernah ingin anaknya mengetahui
masalah os agar anaknya dapat berkonsentrasi pada sekolahnya dan tidak menjadi
beban pikiran anaknya.
9. Ego Integrity vs. Despair ( > 65 tahun)
Data tidak didapat.
10. Riwayat Perkawinan
Os pernah menikah pada tahun 1987 dengan istrinya yang pertama
kemudian bercerai hidup pada tahun 1990. Kemudian os menikah lagi dengan
istrinya yang kedua pada tahun 1991 dan dikaruniai seorang anak laki-laki pada
tahun 1997. Rumah tangga os bertahan hingga saat ini.
11. Riwayat Pekerjaan
Os bekerja sebagai pengusaha meubel.

E. RIWAYAT KELUARGA
Os adalah anak terakhir dari 11 bersaudara. Os tinggal serumah dengan
istri dan anak laki-lakinya. Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.
Bahkan setelah menderita sakit, keluarga berusaha memberikan bantuan, berupa
dorongan untuk berobat dan materil.
Di keluarga os tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jiwa.

Genogram :

Keterangan :

= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
/

= meninggal dunia

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG


Sekarang ini os tinggal dengan istri dan anak laki-lakinya. Di rumah os
tidak pernah mau lagi memakan makanan yang dimasak oleh istrinya ataupun
makanan yang dibawakan oleh orang lain, os tidak percaya dan curiga
terhadap makanan yang dibawa oleh orang lain. Os masih bisa bekerja di toko
meubelnya.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os mengetahui dan sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang
lain, faktor dari luar, os memiliki keinginan serta usaha untuk sembuh
sehingga os sering berobat ke berbagai dokter. Namun, ot yang diberikan oleh
beberapa dokter sehingga ada obat yang tidak mau diminum oleh os.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Os datang ke poliklinik jiwa RSUD Ulin sendirian. Os
berperawakan kurus dan berkulit kuning langsat. Os tampak terawat,
terlihat rapi, dan bersih. Os datang memakai baju berwarna abu-abu
dan celana hitam. Os tampak bingung, kooperatif, dapat diajak bicara
dan mau menjawab setiap pertanyaan dengan lancar. Kontak mata
dengan pemeriksa (+) dan setiap pertanyaan dijawab dengan sungguhsungguh.
2. Kesadaran
Compos Mentis - Jernih
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Normoaktif
4. Pembicaraan
Koheren
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6.Kontak Psikis
Kontak (+), wajar, dapat dipertahankan.
B. KEADAAN

AFEKTIF,

PERASAAN,

KESERASIAN DAN EMPATI


1. Afek (mood)

: Euthyme

EKSPRESI

AFEKTIF,

2. Ekspresi afektif

: Cemas

3. Keserasian

: Appropriate

4. Stabilitas

: Stabil

5. Pengendalian

: Terkendali

6. Empati

: Dapat diraba-rasakan

7. Sungguh-sungguh : Sungguh-sungguh
8. Dalam/dangkal

: Dalam

9. Skala Diferensiasi : Luas

C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran: Compos Mentis
2. Orientasi : Waktu

: Baik

Tempat

: Baik

Orang

: Baik

3. Konsentrasi

: Baik

4. Daya ingat

: Jangka panjang

: Baik

Jangka pendek

: Baik

Segera

: Baik

5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum: Sesuai dengan tingkat


pendidikannya. Kesan rata-rata ( IQ 90-110)
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi A/V/O/G/T

: +/-/-/-/-

10

2. Depersonalisasi dan derealisasi : 3. Ilusi

:-

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir : a. Produktivitas

2. Isi Pikir

: Spontan

b. Kontinuitas

: Koheren

c. Hendaya berbahasa

: Tidak ada

: a. Preokupasi

: (-)

b. Waham

: Waham curiga
waham dikejar

F. PENGENDALIAN IMPULS

Baik
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : Baik
b. Uji daya nilai

: Baik

c. Penilaian realita

: Baik

H. TILIKAN
T3:

Sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor


lain, atau faktor organik sebagai penyebabnya.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA


Dapat dipercaya.

11

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT


1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum

: Baik

Tinggi badan

: 160 cm

Berat badan

: 50 kg

IMT

: 19,53 kg/cm2

Tanda vital

: TD

: 120/70 mmHg

: 92 x/menit

RR

: 22 x/menit

: 36o Celcius

Bentuk badan

: Normal

Kulit

: Kuning langsat, tidak sianosis, tidak


anemis

Kepala

Mata

: edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera


ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)

Telinga : sekret -/Hidung : sekret -/- epistaksis (-)


Mulut

: mukosa bibir lembab, pucat (-), lidah tremor (-),


saliva terasa kental (-).

Leher
Thoraks

: KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

I : bentuk simetris
P : fremitus raba simetris
P : Pulmo : sonor

12

Cor

: batas jantung normal

A : Pulmo : vesikuler, ronki -/-; wheezing -/Cor


Abdomen

: S1/S2 tunggal

I : simetris
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal

Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor +/+


Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/2. STATUS NEUROLOGIS
N 1-XII

: normal

Gejala rangsang meningeal : tidak ada


Gejala TIK meningkat

: tidak ada

Refleks patologis

: tidak ada

Refleks fisiologis

: normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Selalu curiga dengan makanan yang diberikan oleh orang lain, curiga
bahwa

dalam

makanan

tersebut

ada

sesuatu

yang

akan

membahayakannya yang telah dimasukkan oleh orang yang telah

dengki pada dirinya (waham curiga).


Kemanapun pergi os merasa ada yang mengikutinya terutama ke
tempat

makan,

os

merasa

orang

tersebut

ingin

mencoba

memasukkan sesuatu yang membahayakannya (waham dikejar).

13

Kadang-kadang mendengar bisikan (halusinasi auditorik).

Kesadaran : Compos Mentis - Jernih


Afek

: Euthyme

Hidup Emosi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Stabilitas
Pengendalian
Sungguh-sungguh
Dalam/dangkal
Skala diferensiasi
Empati
Arus Emosi

Halusinasi A/V/G/T/O

: Stabil
: Terkendali
: (+)
: Dalam
: Luas
: Dapat dirabarasakan
: Cepat
: (+/ - / - / - / -)

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


1. Aksis I

: F 22.0 Gangguan Waham Menetap


DD: F20.0 Skizofrenia Paranoid

2. Aksis II : F60.0 Kepribadian paranoid


3. Aksis III : None
4. Aksis IV : None
5. Aksis V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

VII. DAFTAR MASALAH


1. Masalah terkait fisik
Status internus dan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.
2. Masalah terkait psikologis

14

Adanya perasaan curiga yang tidak sesuai dengan realita terhadap orang
lain yaitu pada makanan (waham curiga), selalu merasa gelisah, kadang
datang bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu (halusinasi
auditorik). Tilikan derajat 3.
3. Masalah terkait keluarga
Tidak ada.
4. Masalah terkait sosial
Tidak ada.

VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit

: dubia ad bonam

Perjalanan penyakit

: dubia ad malam

Ciri kepribadian

: dubia ad malam

Stressor psikososial

: dubia ad bonam

Usia saat menderita

: dubia ad bonam

Pendidikan

: dubia ad bonam

Perkawinan

: dubia ad bonam

Ekonomi

: dubia ad bonam

Lingkungan sosial

: dubia ad bonam

Organobiologi

: dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik

: dubia ad malam

Kesimpulan

: dubia ad malam

15

IX. RENCANA TERAPI


Psikofarmaka

: Clobazam

1 x 10 mg (1-0-0)

Chlorpromazine

tab 100 mg (0-0-1/2)

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga


-Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan pasien agar mengerti dan
selalu memberikan dukungan kepada pasien
-Ventilasi : suatu psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas
luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya sehingga ia akan
merasa lega dan keluhannya berkurang
-Persuasi : suatu psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan
secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat
cara berpikir, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya
-Reassurance : suatu psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan
kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang
dihadapinya.
-Sugestif : suatu psikoterapi suportif yang menanamkan kepercayaan
kepada pasien bahwa gejalanya akan sembuh.
-Menyuruh pasien untuk mencari kesibukan lain agar tidak terfokus
kepada masalahnya serta mendorong pasien untuk mengikuti kegiatan
keagamaan.
X. DISKUSI
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna yaitu gelisah, selalu curiga. Keadaan ini menimbulkan penderitaan

16

(distress) dan disabilitas bagi pasien dan keluarganya sehingga dapat disimpulkan
sebagai Gangguan Jiwa.1
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan
adanya

kelainan

yang

mengindikasikan

gangguan

medis

umum

yang

menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan,


sehingga pasien di diagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.1
Pada os ditemukan adanya waham atau keyakinan yang salah akan sesuatu
hal. Os selalu curiga pada seua makanan yang diberikan kepadanya, os
mengatakan bahwa makanan yang diberikan orang lain kepadanya tersebut jika
dimakan maka terasa aneh, os berkeyakinan bahwa ada orang yang berusaha
membuat kehidupannya hancur dan membuat dia mengonsumsi obat-obatan
terlarang lagi, sehingga os tidak mau sembarangan dalam memakan suatu
makanan. Os juga sudah tidak mau lagi makan masakan istrinya sendiri ataupun
memakanan makanan yang dibawa oleh orang lain. Os hanya mau memakan
makanan yang iya bikin sendiri atau dia beli sendiri di tempat yang iya percayai.
Os juga berkeyakinan bahwa ketika dia mencari makan di warung, selalu ada
orang yang mengikutinya ke manapun dia pergi dan orang tersebut akan
mencelakakannya. Keyakinan ini tidak terbantahkan sama sekali. Os juga
terkadang memiliki halusinasi auditorik, yang memerintahkan os untuk
melakukan

sesuatu.

Sehingga

berdasarkan

PPDGJ-III

didiagnosis

sebagai Gangguan Waham (F.22.0).2


Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat

17

didiagnosa sebagai Gangguan Waham (F22.0). Gejala yang ada pada penderita
telah memenuhi pedoman umum diagnostik untuk gangguan waham. Menurut
PPDGJ III diagnosis gangguan waham dapat ditegakkan jika:2

Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang


paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan
harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.

Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/


full down (F32) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa
waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan
afektif itu.

Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada
dan bersifat sementara.

Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar


pikiran, penumpulan afek, dsb).
Gangguan waham adalah suatu keyakinan tentang suatu isi pikiran

yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi
dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal tersebut.
Waham sering ditemui pada pasien gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering di temukan pada skizofrenia. Semakin akut
skizofrenia semakin sering ditemui waham yang tidak sistematis. Waham
terdiri dari berbagai jenis, antara lain:1,3

18

Waham bizar : kepercayaan yang salah dan aneh, sangat tidak masuk akal.
Waham sistematik : kepercayaan yang salah atau kepercayaan yang disatukan
oleh satu peristiwa atau tema tunggal
Waham kongruen mood : waham yang isinya sesuai dengan mood (contoh:
pasien depresi yang merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas kehancuran
dunia)
Waham kemiskinan : kepercayaan yang salah pada seseorang ia bangkrut atau
akan kehilangan semua hartanya.
Waham paranoid : termasuk diantaranya adalah waham kejar dan waham
rujukan, kendali dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid yaitu kecurigaan
dengan kadar lebih rendahdari proporsi waham).
Waham kejaran : pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang sedang
menganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimata matai atau dikejar.
Waham kebesaran : keyakinan bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, bahwa dialah ratu keadilan, dapat
membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
Waham rujukan : kepercayaan yang salah dalam diri seseorang bahwa perilaku
orang lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, objek, atau orang lain
memiliki kepentingan tertentu dan luar biasa, biasanya dalam konotasi
negative; berasal dari ide rujukan, yaitu ketika seseorang secara salah merasa
bahwa orang lain membicarakan dirinya (contoh: kepercayaan bahwa orang di
tv dan radio berbicara kepada atau mengenai dirinya)

19

Waham somatik atau hipokondrik : keyakinan tentang sebagian tubuhnya yang


tidak mungkin benar (contoh: otaknya sudah cair, ususnya sudah busuk, ada
seekor kuda di dalam perutnya).
Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan
Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atassuatu
kejadian yang tidak baik (contoh: keluarganya kecelakaan karena pikirannya
tidak baik).
Waham pengaruh : yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi
atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
Waham sindiran : yakin bahwa dirinya dibicarakan orang lain.
Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri
dan atau orang lain sudah mati.
Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : kepercayaan salah yang berasal dari
kecemburuan patologis seseorang bahwa kekasihnya tidak setianya.
Erotomania : kepercayaan delusional, lebih sering ditemukan pada wanita
daripada pria, bahwa seseorang sedang jatuh cinta pada dirinya.
Pseudologia fantastika : bentuk kebohongan ketika sesorang tampaknya
mempercayai bahwa khayalannya menjadi nyata dan terjadi pada dirinya;
dikaitkan dengan sindrom Munchausen, berulang kali memalsukan penyakit.
Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham : karena waham, maka ia berbuat
atau bertingkah demikian.

20

Pasien biasanya rapi dan berpakaian layak, sehingga tidak terlihat


adanya tanda tanda disintegrasi kepribadian. Pasien juga tampak eksentrik,
aneh, curiga atau tidak bersahabat. Selain itu pasien dengan gangguan ini kerap
kali bermasalah dengan hukum dan mempunyai kecendrungan memperjelas hal
ini bagi pemeriksa.1,3
Hasil pemeriksaan status mental pada pasien gangguan waham adalah
normal, terkecuali ditemukannya system waham yang secara nyata abnormal.
Pasien juga kerap kali mempengaruhi klinisi sebagai sekutu dalam waham nya,
namun sebaiknya sebagai klinisi kita tidak berpura pura menerima waham.
Karena hal ini dapat mengacaukan realitas dan merusak rasa percaya yang ada
antara dokter pasien.1,3
Selain itu pasien dengan gangguan waham tidak akan mengalami
halusinasi yang menonjol atau bertahan. Hanya halusinasi yang sesuai dengan
waham yang ia anut. Halusinasi yang paling sering terjadi pada pasien
gangguan waham adalah halusinasi pendengaran.1,3
Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala,
mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan
dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf
hidup yang terbaik. Obat antipsikosis, aktivitas rehabilitasi dan komunitas
pendukung, dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan.3
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat
antara lain sebagai berikut :1,4
1.

Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat

21

2.

Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil

3.

Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun


negatif skizofrenia

4.

Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)

5.

Tidak menyebabkan kantuk

6.

Memperbaiki pola tidur

7.

Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi

8.

Tidak menyebabkan lemas otot

9.

Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose).


Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamin pada

reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah :4
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson)
5. Hepatotoksik.
Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini, terutama dukungan oleh
keluarga, diri pasien sendiri dan lingkungan sosial pasien. Semua terapi
tersebut sangat menunjang kesembuhan pasien.

22

Selain itu, pada pasien juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang


(laboraturium) untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek samping
dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik.

23

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kaplan Harold I, Benjamin J Sadock, Jack A Grebb. 2010. Sinopsis


Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara. Ken Duckworth. Depression. National
Alliance on Mental Illness. 2012:1-25.

2.

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
Jakarta, 2013.

3.

Maramis, Willy F, Albert A. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi


2. Jakarta: Airlangga University Press. 2009.

4.

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi


ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.

24

DOKUMENTASI

25

Anda mungkin juga menyukai