DISUSUN OLEH :
RIDA RATNA SARI
201301134
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat
dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan
tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan
orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya
dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan
jangka panjang. (Henderson, 2006).
Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan
berlangsung. Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta
memfasilitasi usahanya untuk melahirkan bekerja sama dalam suatu lingkungan
yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. (Varney, 2008)
Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat memengaruhi
psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang
tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Setidaknya ada
dua pilihan tempat bersalin yaitu di rumah Ibu atau di unit pelayanan kesehatan.
(Rohmah, 2010).
Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang salah
satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan
yang terampil. Perlu diwaspadai adanya resiko infeksi dikarenakan paparan
lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta alat dan
tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat pelayanan
kesehatan ke rumah ibu. (Prasetyawati, A.E., 2012).
Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan
berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Sampai saat ini Angka Kematian
pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi
( making pregnancy safer), peningkatan jumlah kehamilan yang dibantu oleh
tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan,
1.3.2
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat ekonomi terhadap
pemilihan penolong persalinan
Tujuan Khusus
1.4.3
survei
sosial
ekonomi
nasional
menggunakan
pendekatan
RI
(2001)
sesuai
dengan
Luas bangunan optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,53 m untuk tiap anggota keluarga.
5. Fasilitas dalam rumah, seperti : penyediaan air bersih,
pembuangan sampah dan limbah, dapur, ruang berkumpul
keluarga, gudang, serta kandang ternak.
b. Ukuran kekuasaan
Barang siapa memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan sosial teratas (Soekanto,2002).
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan
atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
menduduki lapisan teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya adalah golongan
tua atau yang pernah berjasa besar kepada masyarakat (Soekanto,
2002).
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai ukuran oleh masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Ukuran ini kadang-kadang menjadi negatif karena
ternyata bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi
gelar kesarjanaannya (Ahmadi,2003).
Dalam Ahmadi (2003) ada yang membagi pelapisan masyarakat
ke dalam jumlah yang lebih sederhana, seperti berikut ini :
1. Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah
(lower class).
2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class),
kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
3. Ada pula yang membagi menjadi kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle
class) dan kelas bawah (lower class).
Pembagian Tingkat ekonomi masyarakat berdasarkan jumlah
pengeluaran. Di propinsi Jawa Tengah pelapisan masyarakat
berdasarkan pengeluaran rumah tangga dalam 1 bulan dibagi
menjadi :
1. Kelas ekonomi bawah : < Rp. 780.000
2. Kelas ekonomi menengah : Rp. 780.000 Rp 1.370.000
3. Kelas ekonomi atas : > Rp. 1.370.000
(BPS, 2009).
masyarakat.
Umumnya,
mereka
hanya
dapat
sebagai
konseptor
program
obstetri
yang
sesuai
dengan
pendistribusian
badan
kewenangannya.
yang
Penyebaran
melaksanakan
praktik
dan
perlu
karena
ia
merasa
mendapat
panggilan
tugas
ini
akibatnya,
dukun
tersebut
menolong
hanya
itu,
perempuan
yang
sudah
mempersiapkan
biaya
(Juariah, 2009).
Karakteristik Ibu dalam Pemilihan Penolong Persalinan
Adapun dari segi karakteristik ibu dalam pemilihan penolong persalinan
antara lain :
1. Pendidikan
Tingkat
pendidikan
seseorang
akan
berpengaruh
dalam
oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan
pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan
tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya
relative mudah (Notoatmodjo, 2007).
Suatu pekerjaan merupakan hal yang kuat dalam pemanfaatan
fasilitas kesehatan modern. Perempuan yang menjadi ibu rumah
tangga tanpa bekerja di luar rumah, secara finansial mereka
tergantung
pada
suaminya.
Sehingga,
ketika
suaminya
untuk
lebih
memilih
dukun
sebagai
penolong.
mempengaruhi
pemenuhan
kebutuhan
akan
informasi
murah
dibanding
tenaga
kesehatan
lainnya.
Mereka