Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN KEMOTERAPI

Disusun oleh :
FURQAN SYAKBAN NURRAHMAN
G2A014074

S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015/2016

A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat
pertumbuhan kanker atau bahkan membunuh sel kanker.
Obat-obat anti kaker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active
single agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel
yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat
lainnya. Dosis obat sitostatika dapat dikurangi sehingga efek samping
menurun.
B. Tujuan Kemoterapi
Tujuan kemoterapi adalah untuk menyembuhkan pasien dari penyakit
tumor ganasnya. Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor
secara lokal dan juga untuk mengatasi sel tumor apabila ada metastasis
jauh. Secara lokal dimana vaskularisasi jaringan tumor yang masih baik,
akan lebih sensitif menerima kemoterapi sebagai antineoplastik agen. Dan
karsinoma sel skuamosa biasanya sangat sensitif terhadap kemoterapi ini.
C. Obat-Obat Sitostatika yang direkomendasi FDA untuk Kanker
Kepala Leher
Beberapa sitostatika yang mendapat rekomendasi dari FDA (Amerika)
untuk digunakan sebagai terapi keganasan didaerah kepala dan leher yaitu

Cisplatin,

Carboplatin,

Methotrexate,

5-fluorouracil,

Bleomycin,

Hydroxyurea, Doxorubicin, Cyclophosphamide, Doxetaxel, Mitomycin-C,


Vincristine dan Paclitaxel. Akhir-akhir ini dilaporkan penggunaan
Gemcitabine untuk keganasan didaerah kepala dan leher.
D. Mekanisme Cara Kerja Kemoterapi
Kebanyakan obat anti neoplasma yang secara klinis bermanfaat,
agaknya bekerja dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan
esensial untuk sintesis dan atau fungsi asam nukleat. Berdasarkan
mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna pada tumor kepala leher
dibagi sebagai berikut :
1. Antimetabolit,

Obat ini menghambat biosintesis purin atau

pirimidin. Sebagai contoh MTX, menghambat pembentukan folat


tereduksi, yang dibutuhkan untuk sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi molekul DNA. Zat
pengalkil seperti CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur
DNA, dengan demikian menahan replikasi sel. Di lain pihak,
antibiotika seperti dactinomycin dan doxorubicin mengikat dan
menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul DNA dan dengan
demikian menghambat produksi mRNA.
3. Inhibitor mitosis seperti alkaloid vinka contohnya vincristine dan
vinblastine, menahan pembelahan sel dengan mengganggu filamen
mikro pada kumparan mitosis.
E. Cara Pemberian Kemoterapi
Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :
1. Sebagai

neoadjuvan yaitu

pemberian

kemoterapi

mendahului

pembedahan dan radiasi.


2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan
dengan radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.
3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska
pembedahan dan atau radiasi

4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan


terutama pada kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis
hematologi (leukemia dan limfoma).
Menurut prioritas indikasinya terapi

terapi kanker dapat dibagi

menjadi dua yaitu terapi utama dan terapi adjuvan (tambahan/


komplementer/ profilaksis). Terapi utama dapat diberikan secara mandiri,
namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri, artinya terapi adjuvan tersebut
harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah membantu terapi
utama agar hasilnya lebih sempurna.
Terapi adjuvan tidak dapat diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi
yaitu bila setelah mendapat terapi utamanya yang maksimal ternyata.
-

kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif

kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti


secara makroskopis.

pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya


resiko kekambuhan dan metastasis jauh).

Berdasarkan saat pemberiannya kemoterapi adjuvan pada tumor ganas


kepala leher dibagi menjadi.
1. neoadjuvant atau induction chemotherapy
2. concurrent, simultaneous atau concomitant chemoradiotherapy
3. post definitive chemotherapy.
F. Efek Samping Kemoterapi
Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal
yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel
pada traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan,
depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus
gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran
cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut. 13
Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sum-sum
tulang, folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek
obat sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel

normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel
normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas
terhadap jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada
paru berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal
lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal
ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek samping
pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita
menjadi tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat
berdasarkan

luas

permukaan

tubuh

(m2)

atau

kadang-kadang

menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang perlu
diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan
keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus
sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status
penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis,
faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif
tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ
penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang
efek samping terhadap organ tersebut lebih minimal. Efek Samping secara
spesifik untuk masing-masing obat dapat dilihat pada lampiran 2.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ
tubuh tertentu. (lampiran 2)
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas
pada organ tertentu.
G. Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan,


yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect.
Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb.
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group
(ECOG) yaitu status penampilan <= 2
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal
Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes
Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat

toksisitas

obat-obat

diberikan pada usia diatas 70 tahun.

sitostatika

sebaiknya

tidak

Anda mungkin juga menyukai