Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Beata Dinda Seruni
G99152086
Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti K, SpBP-RE
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang
mempunyai
angka morbiditas
dan mortalitas
tinggi
yang
memerlukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Combustio atau Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan
jaringan yang lebih dalam.6
B. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 2/3 pasien luka bakar adalah anak-anak berusia di bawah 4 tahun
yang sebagian besar adalah akibat luka lepuh. Di Amerika, anak berusia 6
bulan hingga 2 tahun banyak mengalami tersiram air panas misalnya
tumpahan kopi atau makanan panas lainnya dan 1030% akibat kekerasan.2
Di Indonesia, data angka kematian kasus luka bakar dari RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta mulai Januari 1998 sampai dengan Desember 2003
berdasarkan distribusi usia mengambarkan bahwa kasus anak dengan usia < 5
tahun menempati tempat pertama dalam jumlah kasus luka bakar yang terjadi
dengan angka 24 kasus dan diikuti kasus pada usia produktif yaitu usia 21-50
tahun dengan angka 14 kasus.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi luka bakar ditentukan berdasarkan etiologi, luas, dan
kedalaman, dan derajat keparahan
1. Berdasarkan etiologi6
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan
akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan thermal burn antara lain:
Api
radioaktif
untuk
keperluan
terapeutik
dalam
dunia
2. Berdasarkan Luas
Wallace membagi tubuh atas bagian nagian 9 % atau kelipatan dari 9
terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
3. Berdasarkan Kedalaman5,7
a.
epitel
yang
sempurna
dari
epidermis
yang
utuh
berwarna
merah
lepuh.
muda
dan
Biasanya
basah
disebabkan
serta
oleh
Gambar 4. Bula pada telapak tangan, luka ini digolongkan ke dalam luka bakar derajat
dua
Dibedakan menjadi 2 :
Gambar 5. luka bakar derajat dua dalam, luka berwarna merah muda, lunak pada
penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.
c.
hari,
luka
bakar
semacam
itu
akan
Gambar 6. luka bakar derajat tiga pada anak, luka kering tidak kemerahan dan berwarna
putih
Klasifikasi
Luka bakar
dangkal
(superficial
burn)
Luka bakar
sebagian
dangkal
(superficial
partialthickness
burn)
Luka bakar
sebagian
dalam (deep
partialthickness
burn)
Luka bakar
seluruh
lapisan (full
thickness
burn)
Penyebab
Sinar UV,
paparan nyala
api
Penampakan luar
Kering dan merah;
memucat dengan
penekanan
Sensasi
Nyeri
Waktu
Jaringan parut
penyembuhan
3 6 hari
Tidak terjadi
jaringan parut
Umumnya tidak
terjadi jaringan
parut; potensial
untuk perubahan
pigmen
Hipertrofi,
berisiko untuk
kontraktur
(kekakuan akibat
jaringan parut
yang berlebih)
Risiko sangat
tinggi untuk
terjadi kontraktur
Tabel 3. Derajat keparahan luka bakar untuk pasien usia < 10 tahun dan > 50 tahun
Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2.
3.
Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4.
Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas
D. PATOGENESIS9,10
intravaskular
berlebihan
sehingga
dapat
menyebabkan
syok
Prinsip pertama yang harus diingat orangtua apabila anak tersiram air
panas atau tanpa sengaja tersentuh api atau benda panas lainnya
adalah jangan panik dan segera jauhkan anak dari sumber panas.
Dinginkan bagian tubuh yang terkena luka bakar dengan air mengalir
selama 10-20 menit. Tidak dianjurkan menggunakan air es ataupun
menambahkan bahan lain seperti mentega atau kecap karena dapat
mengiritasi kulit yang terbakar dan menyebabkan kerusakan jaringan
lebih lanjut.
Penurunan kesadaran
Komponen lain yang tidak kalah pentingnya antara lain adalah hisap
lendir berkala dan fisioterapi dada. Isap lendir berkala sebaiknya
dilakukan setelah memposisikan pasien 45o. Sebelumnya pasien
dilakukan preoksigenasi dengan O2 100%. Apabila belum dilakukan
preoksigenasi, sebaiknya dilakukan isap lendir berkala selama kurang
lebih 15 detik. Namun yang harus diwaspadai adalah stimulasi nervus
vagus, terdapatnya iritasi mukosa nasotrakea, trauma, dan bradikardi.1
2. Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama pada saat fase awal
penanganan luka bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian
cairan yang adekuat akan mencegah syok yang disebabkan karena
kehilangan cairan berlebihan pada luka bakar.4,10
Luka bakar dapat menyebabkan berbagai perubahan parameter
anatomis, imunologis bahkan fisiologis tubuh. Luka bakar dapat
menyebabkan hilangnya cairan intravaskular melalui luka atau
jaringan yang tidak mengalami cedera. Hilangnya cairan umumnya
terjadi dalam 24 jam pertama setelah cedera. Teknik resusitasi cairan
pada luka bakar terus mengalami perkembangan. Prinsip resusitasi
cairan luka bakar mengacu pada rumus Parkland yaitu :1,10
4 cc/kg/luas permukaan tubuh + cairan rumatan
Cairan rumatan dapat digunakan dekstrosa 5% dalam ringer laktat
yang jumlahnya disesuaikan dengan berat badan :
10 Kg: 100 mL/kg
11-20 Kg: 1000 mL + (Berat badan 10 Kg) x 50 mL
>20 Kg: 1500 mL + (Berat badan 20 Kg) x 20 mL
Pemberian cairan ini diberikan 24 jam pertama, 50% diberikan 8 jam
pertama dan 50% diberikan 16 jam berikutnya. Formula ini telah
digunakan secara luas sejak 40 tahun yang lalu untuk terapi cairan pada
luka bakar selama 24 jam pertama setelah trauma, namun penelitian
terbaru mengatakan bahwa formula Parkland tidak dapat memprediksi
kehilangan cairan secara akurat khususnya pada pasien dengan luka bakar
luas, akibatnya pasien seringkali mendapatkan jumlah cairan lebih sedikit
akibat
pemberian
cairan
resusitasi
dan
berpotensi
3. Dukungan Nutrisi
Pada keadaan luka bakar terlebih pada luka bakar derajat luas,
terjadi hipermetabolisme akibat respons stres berlebihan. Hal ini akan
mengakibatkan pasien akan mengalami keadaan malnutrisi, dan
lambatnya proses penyembuhan. Keadaan hipermetabolisme dapat
bertahan sekitar 12 bulan setelah cedera. Keadaan ini berhubungan
dengan luasnya luka bakar, dan berkaitan dengan stres yang terjadi.
Pada anak kebutuhan kalori mencakup 60%-70% karbohidrat, 15%20% lemak, sedangkan protein harus terpenuhi 2,5-4gram/kgbb/hari.
Apabila diberikan asupan berlebih dapat menyebabkan peningkatan
produksi CO2 yang dapat memperberat fungsi paru dan dapat
meperlambat proses penyapihan ventilator. Di samping itu pemberian
karbohidrat
berlebihan
akan
menyebabkan
disfungsi
hepar,
Pemantauan
proses
metabolisme
dilakukan
melalui
merupakan
opioid
semisintetis
yang
memiliki
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar masih merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas
pada anak. Komplikasi terbanyak akibat luka bakar antara lain adalah gagal nafas,
syok dan komplikasi sistemik ke berbagai organ. Tatalaksana yang dilakukan
mencakup tatalaksana holistik yang mencakup rumatan jalan napas, terapi cairan,
dukungan nutrisi, pemberian antibiotika, penanggulangan nyeri akibat luka bakar
dengan obat-obat antinyeri dan perawatan luka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik
Praktis;Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Kasten, Kevin, Makley, Kagan RJ. In : Burn and 1. inhalation injuries. In:
Fuhrman BP, Zimmerman JJ, Carcillo JA, Clark RSB, Relvas M, Rotta AT,
et al eds. Prediatric critical care. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Sounders;
2011. p. 1489 - 99
3. Saffle JR. The pnehomenon of fluid creep in 2. acute burn resuscitation. J
Burn C. 2005; 28(3): 328-92.
4. Klein MB, Hayden, Elson, Nathens AB, The 3. association between fluid
administration and outcome following major burns. Annal Surg.
2007;245(4):622-7
5. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review.
Vol 20;1999
6. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 2005
7.
13. Summer GJ, Runtillo KA.Burn injury pain: the 14. continuing challenge. J
Pain. 2007;8(7):533-48.
14. Abu R. Mortality of burn injuries. Burns. 12. 2005;10(6):439-43.
15. Avni T. Prophylactic antibiotics for burns pa13. tients: systematic review
and meta-analysis. Brit Med J. 2010;340: 241.
16. Jeschke MG, Mlcak RP, Finnerty CC, Nor4. bury WB. Burn size
determines the inflammatory and hypermetabolic response. Crit Care J.
2007;11(1):1-11.
17. Latenzer BA. Critical care of the burn patient 16. the first 48 hours. Crit
Care Med. 2009;97(10): 2823-7.