Anda di halaman 1dari 13

Creeping Eruption

Pendahuluan
Creeping eruption atau yang disebut juga cutaneus larva migrans, dermatosis linearis
migrans, sandoworms disease adalah kelainan kulit yang berupa peradangan yang disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang (Nematode) yang berasal dari anjing dan kucing. Kasus
terbanyak yang terjadi disebabkan oleh Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum 1,4
Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab,
misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak
dijumpai. Aktivitas yang menjadi faktor penyebab adalah kontak dengan pasir atau tanah
terkontaminasi langsung dengan kotoran binatang, bermain di tanah, dan berjalan tanpa alas kaki
di pantai. Larva masuk dan bersembunyi pada kulit kaki. Predileksi paling sering terjadi pada
kaki, bokong, genital, dan tangan.1,2,3,4
Larva tersebut secara normal merupakan parasit pada usus binatang. Nematoda tidak
dapat hidup secara sempurna pada manusia. Cacing dewasa berkembangbiak di usus kucing atau
anjing, Dimana telur cacing disimpan, dan terbawa dalam kotoran. Telur tersebut menetas
menjadi larva dan menghilang dalam tanah dan kembali berkembang pada usus anjing atau
kucing. Untuk melengkapi siklus hidupnya, larva tersebut masuk ke dalam kulit manusia saat
kulit tersebut menyentuh tanah.3,5
Epidemologi
Creeping eruption adalah penyakit infeksi parasit yang jarang terjadi, dan ditemukan
pada daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab. Penyakit ini dapat mengenai semua
jenis kelamin dan umur. Dinilai kedua antara infeksi cacing kremi dinegara maju. misalnya di
Afrika, Amerika Selatan dan Barat, terutama Amerika Serikat bagian tenggara, Karibia, Afrika,
Amerika Selatan, Amerika Pusat, India, dan Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak dijumpai. Infestasi
lebih sering ditemukan saat ini karena tingginya mobilitas dan tamasya.3,6
Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh Uncinaria, larva yang berasal dari cacing tambang
kotoran binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma brazilienze dan Ancylostoma caninum.
Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia maxiales
dan Lucilia caesar, oleh karena itu, penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
berhubungan dengan tanah atau pasir. Pada beberapa kasus bisa juga disebabkan oleh A.
ceylanicum, A. stenocephala, Bunostomum sp. dan Necator suillu.1,5,7
Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, misalnya
Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly. Siklus hidup ancylostoma braziliense terjadi pada
binatang dan serupa dengan Ancylostoma duodenale pada manusia.1,5
Patogenesis
Creeping eruption disebabkan oleh berbagai spesies Uncinaria (cacing tambang)
binatang yang didapat dari kontak kulit langsung dengan tanah yang terkontaminasi feses anjing

atau kucing. Hospes normal cacing tambang ini adalah kucing dan anjing. Telur cacing
diekskresikan kedalam feses, kemudian menetas pada tanah berpasir yang hangat dan lembab.
Kemudian terjadi pergantian bulu dua kali sehingga menjadi bentuk infektif (larva stadium tiga).
3,5

Manusia yang berjalan tanpa alas kaki terinfeksi secara tidak sengaja oleh larva dimana
larva menggunakan enzim protease untuk menembus melalui folikel, fisura atau kulit intak.
Setelah penetrasi stratum korneum, larva melepas kutikelnya. Biasanya migrasi dimulai dalam
waktu beberapa hari. Larva stadium tiga menembus kulit manusia dan bermigrasi beberapa
sentimeter perhari, biasanya antara stratum germinativum dan stratum korneum. Larva ini tinggal
di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal. Hal ini menginduksi reaksi
inflamasi eosinofilik setempat. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit. Larva
bermigrasi pada epidermis tepat di atas membran basalis dan jarang menembus ke dermis.
Manusia merupakan hospes aksidental dan larva tidak mempunyai enzim kolagenase yang cukup
untuk penetrasi membran basalis sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini menetap di kulit saja.
Enzim proteolitik yang disekresi larva menyababkan inflamasi sehingga terjadi rasa gatal dan
progresi lesi. Meskipun larva tidak bisa mencapai intestinum untuk melengkapi siklus hidup,
larva sering kali migrasi ke paru-paru sehingga terjadi infiltrate pada paru. Pada pasien dengan
keterlibatan paru-paru didapatkan larva dan eosinofil pada sputumnya. Kebanyakan larva tidak mampu
menembus lebih dalam dan mati setelah beberapa hari sampai beberapa bulan.3,5
Gejala Klinik
Pada creeping eruption yang disebabkan oleh Uncinaria (cacing tambang), awal
masuknya larva tidak menimbukan gejala. Infeksi biasanya menyerang kaki, tungkai, bokong
atau punggung. Terowongan cacing tambang tampak sebagai ruam yang menyerupai benang
kusut. Timbul rasa gatal yang hebat. Gatal dapat menjadi sangat menyakitkan dan jika tergores
memungkinkan terjadi infeksi bakteri sekunder, gatal akan berhenti setelah parasit mati. 1,7,8
Creeping eruption yang disebabkan oleh Gnathostoma (gnathostomiasis) manifestasi
klinis bervariasi tergantung pada organ yang terlibat, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, ginjal, paru-paru, otak, mata dan telinga dapat dibuat. Kulit adalah organ yang paling
sering terlibat dan lebih mudah untuk mendeteksi: 5
1) Bentuk peradangan atau migrasi panniculitis dengan intensitas yang bervariasi. Hal ini ditandai
dengan eritematosa, edematous, circular atau irregular, plak meninggi perlahan-lahan.
Permukaan yang hangat, nyeri atau rasa terbakar dengan kulit kemerahan, dan mereka dapat
berpindah 1-5 cm per hari (Gambar 3). Lesi menghilang secara spontan (minggu, bulan atau
tahun) atau dengan pengobatan, dan mereka secara berkala muncul kembali di daerah sekitarnya
atau jauh dari tempat sebelumnya. Yang paling sering terpajan yaitu perut tungkai atas dan
bawah, leher dan wajah.
2) Bentuk permukaan atau track serpiginous yang muncul irregular, berkelok-kelok disertai dengan
reaksi inflamasi ringan.
Pseudofurunculous berukuran kecil, terdapat plak inflamasi superfisial dengan nekrosis
sentral. Larva migrans karena Strongyloides (anguillulidos) fase ini ditandai dengan larva

currens sistemik, berkembang pesat (5 sampai 15 cm / jam) lesi seperti ular dapat menghilang
secara spontan dalam hitungan jam. Larva sering ditemukan disekitar anus dan daerah glutealis,
lumbal, pelvis dan thorax. Lesi kulit disertai rasa gatal dan kadang-kadang ruam papular,
pseudourticarial. Pada pasien dengan imunosupresi atau pada mereka dengan terapi steroid
berkepanjangan, mungkin mempercepat pertumbuhan larva dan dewasa dengan invasi besar
viseral. Larva migrans disebabkan oleh larva lalat juga dikenal sebagai migratory myasis. Jenis
Gasterophylus adalah agen penyebab utama, dan G. spesies intestinalis, G. haemorrhoidalis dan
G. precorum antara lain paling sering terlibat. Ini adalah parasit normal lambung dan rektum
kuda. Pada manusia larva membuat terowongan didalam epidermis dan berbentuk linear sampai
1-2 cm per hari. Vesikel dan lecet dapat ditemukan. Pruritus dan aktivitas larva lebih sering
terjadi pada malam hari.4
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi sedikit membantu bila ada sisa reaksi inflamasi pada lokasi gigitan parasit.
Walaupun demikian, hal tersebut dapat dicoba setelah pemberian pengobatan yang melumpuhkan
organisme. Biopsi kulit menunjukkan lubang yang disebabkan oleh parasit pada epidermis,
dilihat pada hasil biopsy pasien. Vesikel intraepidermal mengandung beberapa eosinofil dan
spongiosis yang menyebar dapat juga dilihat. Di dermis, infiltrate inflamasi yang terlihat
tersusun atas limfosit, sel plasma, histiosit dan banyak eosinofil.5,8
Pada Gnathostomiasis terdapat moderate leukocytosis dengan eosinofil diatas 20%,
terutama dengan keterlibatan visceral. Biopsy bisa dilakukan setelah pengobatan dengan
Albendazole yang dapat menstimulasi perpindahan Gnathostoma ke permukaan kulit.5
Diagnosis
Anamnesis
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada kulit yang
terkena. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Predileksi tersering berada di daerah
siku,tangan, bokong dan kaki, lokasi tubuh yang paling sering kontak dengan tanah. Jarang
ditemukan pada wajah. Biasanya ada riwayat kontak dengan tanah secara langsung.1,5
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa papul pada awalnya, kemudian
di ikuti bentuk yang khas yaitu berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul degan diameter
2-3 mm, dan berwarnakemerahan, selanjunya membentuk terowongan (burrow) mencapai
panjang beberapa cm. Tempat predileksi di tungkai, telapak kaki, tangan anus, bokong dan paha
atau bagian tubuh yang kontak dengan tempat larva berada.5
Diagnosis Banding
Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap
sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan bisa melalui kontak langsung
(kontak dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Dan
melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lainlain.9-11

Scabies memiliki gejala klinis seperti pruritus nocturnal, adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Dengan melihat adanya
terowongan harus dibedakan dengan scabies. Pada scabies terowongan yang terbentuk tidak
akan sepanjang seperti pada creeping eruption.5,9,11
Herpes Zoster
Bila invasi larva yang multiple timbul serentak papul-papul lesi dini sering menyerupai
herpes zoster stadium permulaan. Herpes zoster adalah penyakit yang yang disebabkan infeksi
virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah reaksi primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung subklinis.
Frekuensi pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa.12,13
Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal. Terdapat gejala prodromal sistemik
seperti demam, pusing, malaise. Sedangkan gejala lokal nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan
sebagainya. Disamping gejala kulit berupa papul yang timbul serentak dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat
persarafan. 3,12,13
Insect bite
Insect bite merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh gigitan dari hewan. Kelainan
kulit disebabkan oleh masuknya zat farmakologis aktif dan sensitasi antigen dari hewan tersebut.
Dalam beberapa benit akan muncul papul persisten yang seringkali disertai central hemmoragic
punctum. Reaksi bullosa sering terjadi pada kaki anak-anak. Pada permulaan timbulnya creeping
eruption akan ditemukan papul yang menyerupai insect bite.
Tinea Corporis
Tinea corporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan dan
mempunyai gambaran morfologi yang khas (Gambar 8.). Pasien merasa gatal dan kelainan
umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit
(polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya dari pada bagian tengah.
Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan
member gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.8,15
Terapi
Pengobatan pertama yang dilakukan untuk creeping eruption adalah dosis tunggal
Ivermectin dosis tunggal 200 ug/kg BB atau Albendazole 400 mg selama tiga hari berurut-turut.
Ivermectin merupakan antiparasit semi sintetik makrosiklik yang berspektrum luas terhadap
nematoda. Cara kerjanya dengan menghasilkan paralisis flaksid melalui pengikatan kanal klorida
yang diperantarai glutamat. Merupakan drug of choice karena keamanan,toksisitas rendah dan
dosis tunggal.6,7

Alternatif lainnya misalnya Tiabendazol (mintezol) dosisnya 50 mg/kg BB/hari, sehari 2


kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh
dapat diulangi setelah beberapa hari. Thiabendazol juga tersebia topikal, Tiabendazol cream 10
% dioleskan dua kali sehari selama sepuluh hari. Pengobatan secara topical lebih efektif dari
pada oral. Tiabendazol oral sukar di dapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah.
Tiabendazol oral kurang efektif karena memiliki banyak efek samping.1,6,7
Cara terapi lainnya adalah cryotherapi yakni menggunakan CO2 snow (dry ice) dengan
penekanan selama 45 sampai 1, dua hari berturut-turut. Penggunaan N 2 liquid juga dicobakan.
Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara tersebut di atas agak sulit karena
kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak
jaringan di sekitarnya. Pengobatan cara lama dan sudah di tinggalkan adalah dengan preparat
antimon.1
Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik dan merupakan penyakit self-limited, dimana larva
akan mati dan lesi membaik dalam waktu 4-8 minggu. Dengan pengobatan progresi lesi dan rasa
gatal akan hilang dalam waktu 48 jam. 7
Komplikasi
Ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh bakteri akibat garukan. Infeksi umum disebabkan
oleh streptococcus pyogenes. Bisa juga terjadi selulitis dan reaksi alergi.7,8
Diposkan oleh Here we are :) di 20.10 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Referat kulit
Creeping Eruption
Pendahuluan
Creeping eruption atau yang disebut juga cutaneus larva migrans, dermatosis linearis
migrans, sandoworms disease adalah kelainan kulit yang berupa peradangan yang disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang (Nematode) yang berasal dari anjing dan kucing. Kasus
terbanyak yang terjadi disebabkan oleh Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum

1,4

Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab,
misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak
dijumpai. Aktivitas yang menjadi faktor penyebab adalah kontak dengan pasir atau tanah
terkontaminasi langsung dengan kotoran binatang, bermain di tanah, dan berjalan tanpa alas kaki
di pantai. Larva masuk dan bersembunyi pada kulit kaki. Predileksi paling sering terjadi pada
kaki, bokong, genital, dan tangan.1,2,3,4

Larva tersebut secara normal merupakan parasit pada usus binatang. Nematoda tidak
dapat hidup secara sempurna pada manusia. Cacing dewasa berkembangbiak di usus kucing atau
anjing, Dimana telur cacing disimpan, dan terbawa dalam kotoran. Telur tersebut menetas
menjadi larva dan menghilang dalam tanah dan kembali berkembang pada usus anjing atau
kucing. Untuk melengkapi siklus hidupnya, larva tersebut masuk ke dalam kulit manusia saat
kulit tersebut menyentuh tanah.3,5
Epidemologi
Creeping eruption adalah penyakit infeksi parasit yang jarang terjadi, dan ditemukan
pada daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab. Penyakit ini dapat mengenai semua
jenis kelamin dan umur. Dinilai kedua antara infeksi cacing kremi dinegara maju. misalnya di
Afrika, Amerika Selatan dan Barat, terutama Amerika Serikat bagian tenggara, Karibia, Afrika,
Amerika Selatan, Amerika Pusat, India, dan Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak dijumpai. Infestasi
lebih sering ditemukan saat ini karena tingginya mobilitas dan tamasya.3,6
Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh Uncinaria, larva yang berasal dari cacing tambang
kotoran binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma brazilienze dan Ancylostoma caninum.
Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia maxiales
dan Lucilia caesar, oleh karena itu, penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
berhubungan dengan tanah atau pasir. Pada beberapa kasus bisa juga disebabkan oleh A.
ceylanicum, A. stenocephala, Bunostomum sp. dan Necator suillu.1,5,7
Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, misalnya
Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly. Siklus hidup ancylostoma braziliense terjadi pada
binatang dan serupa dengan Ancylostoma duodenale pada manusia.1,5

Patogenesis
Creeping eruption disebabkan oleh berbagai spesies Uncinaria (cacing tambang)
binatang yang didapat dari kontak kulit langsung dengan tanah yang terkontaminasi feses anjing
atau kucing. Hospes normal cacing tambang ini adalah kucing dan anjing. Telur cacing

diekskresikan kedalam feses, kemudian menetas pada tanah berpasir yang hangat dan lembab.
Kemudian terjadi pergantian bulu dua kali sehingga menjadi bentuk infektif (larva stadium tiga)
(Gambar 1). 3,5

Gambar 1. Siklus hidup larva


Manusia yang berjalan tanpa alas kaki terinfeksi secara tidak sengaja oleh larva dimana
larva menggunakan enzim protease untuk menembus melalui folikel, fisura atau kulit intak.
Setelah penetrasi stratum korneum, larva melepas kutikelnya. Biasanya migrasi dimulai dalam
waktu beberapa hari. Larva stadium tiga menembus kulit manusia dan bermigrasi beberapa
sentimeter perhari, biasanya antara stratum germinativum dan stratum korneum. Larva ini tinggal
di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal. Hal ini menginduksi reaksi
inflamasi eosinofilik setempat. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit. Larva
bermigrasi pada epidermis tepat di atas membran basalis dan jarang menembus ke dermis.
Manusia merupakan hospes aksidental dan larva tidak mempunyai enzim kolagenase yang cukup
untuk penetrasi membran basalis sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini menetap di kulit saja.
Enzim proteolitik yang disekresi larva menyababkan inflamasi sehingga terjadi rasa gatal dan
progresi lesi. Meskipun larva tidak bisa mencapai intestinum untuk melengkapi siklus hidup,
larva sering kali migrasi ke paru-paru sehingga terjadi infiltrate pada paru. Pada pasien dengan
keterlibatan paru-paru didapatkan larva dan eosinofil pada sputumnya. Kebanyakan larva tidak mampu
menembus lebih dalam dan mati setelah beberapa hari sampai beberapa bulan.3,5
Gejala Klinik
Pada creeping eruption yang disebabkan oleh Uncinaria (cacing tambang), awal
masuknya larva tidak menimbukan gejala. Infeksi biasanya menyerang kaki, tungkai, bokong
atau punggung. Terowongan cacing tambang tampak sebagai ruam yang menyerupai benang
kusut (Gambar 2). Timbul rasa gatal yang hebat. Gatal dapat menjadi sangat menyakitkan dan

jika tergores memungkinkan terjadi infeksi bakteri sekunder, gatal akan berhenti setelah parasit
mati. 1,7,8

Gambar 2. Creeping eruption pada kaki


Creeping eruption yang disebabkan oleh Gnathostoma (gnathostomiasis) manifestasi
klinis bervariasi tergantung pada organ yang terlibat, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, ginjal, paru-paru, otak, mata dan telinga dapat dibuat. Kulit adalah organ yang paling
sering terlibat dan lebih mudah untuk mendeteksi: 5
1) Bentuk peradangan atau migrasi panniculitis dengan intensitas yang bervariasi. Hal ini ditandai
dengan eritematosa, edematous, circular atau irregular, plak meninggi perlahan-lahan.
Permukaan yang hangat, nyeri atau rasa terbakar dengan kulit kemerahan, dan mereka dapat
berpindah 1-5 cm per hari (Gambar 3). Lesi menghilang secara spontan (minggu, bulan atau
tahun) atau dengan pengobatan, dan mereka secara berkala muncul kembali di daerah sekitarnya
atau jauh dari tempat sebelumnya. Yang paling sering terpajan yaitu perut tungkai atas dan
bawah, leher dan wajah.
2) Bentuk permukaan atau track serpiginous yang muncul irregular, berkelok-kelok disertai dengan
reaksi inflamasi ringan (Gambar 4).

Gambar 3. Migrasi Panniculitis oleh Gnasthostoma

Gambar 4. Superficial Gnathostomiasis


Pseudofurunculous berukuran kecil, terdapat plak inflamasi superfisial dengan nekrosis
sentral. Larva migrans karena Strongyloides (anguillulidos) fase ini ditandai dengan larva

currens sistemik, berkembang pesat (5 sampai 15 cm / jam) lesi seperti ular dapat menghilang
secara spontan dalam hitungan jam. Larva sering ditemukan disekitar anus dan daerah glutealis,
lumbal, pelvis dan thorax. Lesi kulit disertai rasa gatal dan kadang-kadang ruam papular,
pseudourticarial. Pada pasien dengan imunosupresi atau pada mereka dengan terapi steroid
berkepanjangan, mungkin mempercepat pertumbuhan larva dan dewasa dengan invasi besar
viseral. Larva migrans disebabkan oleh larva lalat juga dikenal sebagai migratory myasis. Jenis
Gasterophylus adalah agen penyebab utama, dan G. spesies intestinalis, G. haemorrhoidalis dan
G. precorum antara lain paling sering terlibat. Ini adalah parasit normal lambung dan rektum
kuda. Pada manusia larva membuat terowongan didalam epidermis dan berbentuk linear sampai
1-2 cm per hari. Vesikel dan lecet dapat ditemukan. Pruritus dan aktivitas larva lebih sering
terjadi pada malam hari.4
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi sedikit membantu bila ada sisa reaksi inflamasi pada lokasi gigitan parasit.
Walaupun demikian, hal tersebut dapat dicoba setelah pemberian pengobatan yang melumpuhkan
organisme. Biopsi kulit menunjukkan lubang yang disebabkan oleh parasit pada epidermis,
dilihat pada hasil biopsy pasien. Vesikel intraepidermal mengandung beberapa eosinofil dan
spongiosis yang menyebar dapat juga dilihat. Di dermis, infiltrate inflamasi yang terlihat
tersusun atas limfosit, sel plasma, histiosit dan banyak eosinofil.5,8
Pada Gnathostomiasis terdapat moderate leukocytosis dengan eosinofil diatas 20%,
terutama dengan keterlibatan visceral. Biopsy bisa dilakukan setelah pengobatan dengan
Albendazole yang dapat menstimulasi perpindahan Gnathostoma ke permukaan kulit.5

Diagnosis
Anamnesis
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada kulit yang
terkena. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Predileksi tersering berada di daerah
siku,tangan, bokong dan kaki, lokasi tubuh yang paling sering kontak dengan tanah. Jarang
ditemukan pada wajah. Biasanya ada riwayat kontak dengan tanah secara langsung.1,5
Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa papul pada awalnya, kemudian
di ikuti bentuk yang khas yaitu berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul degan diameter
2-3 mm, dan berwarnakemerahan, selanjunya membentuk terowongan (burrow) mencapai
panjang beberapa cm. Tempat predileksi di tungkai, telapak kaki, tangan anus, bokong dan paha
atau bagian tubuh yang kontak dengan tempat larva berada.5
Diagnosis Banding
Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap
sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan bisa melalui kontak langsung
(kontak dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Dan
melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lainlain.9-11

Gambar 5. Scabies
Scabies memiliki gejala klinis seperti pruritus nocturnal, adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel (Gambar
5). Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Dengan melihat adanya
terowongan harus dibedakan dengan scabies. Pada scabies terowongan yang terbentuk tidak
akan sepanjang seperti pada creeping eruption.5,9,11

Herpes Zoster
Gambar 6. Herpes zoster

Bila invasi larva yang multiple timbul serentak papul-papul lesi dini sering menyerupai
herpes zoster stadium permulaan. Herpes zoster adalah penyakit yang yang disebabkan infeksi
virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa (Gambar 6). Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah reaksi primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung
subklinis. Frekuensi pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa.12,13
Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal. Terdapat gejala prodromal sistemik
seperti demam, pusing, malaise. Sedangkan gejala lokal nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan
sebagainya. Disamping gejala kulit berupa papul yang timbul serentak dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat
persarafan. 3,12,13
Insect bite
Insect bite merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh gigitan dari hewan. Kelainan
kulit disebabkan oleh masuknya zat farmakologis aktif dan sensitasi antigen dari hewan tersebut.
Dalam beberapa benit akan muncul papul persisten yang seringkali disertai central hemmoragic
punctum. Reaksi bullosa sering terjadi pada kaki anak-anak. Pada permulaan timbulnya creeping
eruption akan ditemukan papul yang menyerupai insect bite (Gambar 7).
Gambar 7. Insect bite
Tinea Corporis
Tinea corporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan dan
mempunyai gambaran morfologi yang khas (Gambar 8.). Pasien merasa gatal dan kelainan
umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit
(polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya dari pada bagian tengah.
Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan
member gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.8,15

Gambar 8. Tinea Corporis


Terapi
Pengobatan pertama yang dilakukan untuk creeping eruption adalah dosis tunggal
Ivermectin dosis tunggal 200 ug/kg BB atau Albendazole 400 mg selama tiga hari berurut-turut.
Ivermectin merupakan antiparasit semi sintetik makrosiklik yang berspektrum luas terhadap
nematoda. Cara kerjanya dengan menghasilkan paralisis flaksid melalui pengikatan kanal klorida
yang diperantarai glutamat. Merupakan drug of choice karena keamanan,toksisitas rendah dan
dosis tunggal.6,7
Alternatif lainnya misalnya Tiabendazol (mintezol) dosisnya 50 mg/kg BB/hari, sehari 2
kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh
dapat diulangi setelah beberapa hari. Thiabendazol juga tersebia topikal, Tiabendazol cream 10
% dioleskan dua kali sehari selama sepuluh hari. Pengobatan secara topical lebih efektif dari
pada oral. Tiabendazol oral sukar di dapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah.
Tiabendazol oral kurang efektif karena memiliki banyak efek samping.1,6,7
Cara terapi lainnya adalah cryotherapi yakni menggunakan CO2 snow (dry ice) dengan
penekanan selama 45 sampai 1, dua hari berturut-turut. Penggunaan N 2 liquid juga dicobakan.
Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara tersebut di atas agak sulit karena
kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak
jaringan di sekitarnya. Pengobatan cara lama dan sudah di tinggalkan adalah dengan preparat
antimon.1
Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik dan merupakan penyakit self-limited, dimana larva
akan mati dan lesi membaik dalam waktu 4-8 minggu. Dengan pengobatan progresi lesi dan rasa
gatal akan hilang dalam waktu 48 jam. 7

Komplikasi
Ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh bakteri akibat garukan. Infeksi umum disebabkan
oleh streptococcus pyogenes. Bisa juga terjadi selulitis dan reaksi alergi.7,8

Anda mungkin juga menyukai