Makalah
Disusun Oleh:
Kelompok 6 kelas A
Dwi Fitria R
260112150505
Ana Meilani
260112150506
Octa Ria
260112150507
Angi Nurkhairina
260112150508
Juliana Prastika
260112150509
Fadila Syafrani
260112150510
Kami juga berterimakasih pada bapak Prof. Dr. Ahmad Muhtadi, M.Si., Apt. yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi hipertensi. Kami menyadari
bahwa terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................4
1.
Latar Belakang.......................................................................................................4
2.
Tujuan....................................................................................................................5
BAB II ISI.........................................................................................................................6
2.1.
2.2.
Manifestasi Klinik..............................................................................................6
2.3.
Patofisiologi.......................................................................................................8
2.4.
Diagnosis............................................................................................................9
2.5.
2.6.
2.7.
Terapi Farmakologi..........................................................................................18
2.8.
2.9.
Kasus................................................................................................................36
BAB III............................................................................................................................47
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan
dari
hipertensi.
7. Menjelaskan evaluasi hasil terapi hipertensi.
8. Menjelaskan penanganan terapi hipertensi pada contoh kasus.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah arteri terus menerus yang ditunjukan oleh
angka sistolik dan diastolik, tekanan darah diastolik nilai kurang dari 90 mm Hg
dan tekanan darah sistolik nilai 140 mm Hg atau lebih (Dipiro, 2008).
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh (Dipiro, 2008).
Elevasi ekstrim dengan kerusakan target organ akut atau maju ) atau
hipertensi
Urgensi (elevasi BP tinggi tanpa cedera sasaran - organ akut atau maju )
(Dipiro, 2008).
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Bruner
dan Suddarth, 2001).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Bruner dan Suddarth, 2001).
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner
dan Suddarth, 2001).
2.4 Diagnosis
Hipertensi disebut "silent killer" karena sebagian besar pasien hipertensi
tidak memiliki gejala.Peningkatan tekanan darah mungkin hanya gejala hipertensi
primer pada pemeriksaan fisik. Diagnosis seharusnya berdasarkan dari rata-rata
dua atau lebih pengukuran yang terlihat dari dua atau lebih pemeriksaan klinis
(Dipiro et al, 2015).
Gambar : Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (Dipiro et al, 2015)
Diagnosis yang akurat merupakan langkah awal dalam penatalaksanaan
hipertensi. Akurasi cara pengukuran tekanan darah dan alat ukur yang digunakan,
serta ketepatan waktu pengukuran. Pengukuran tekanan darah dianjurkan
dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat 5 menit dan 30 menit bebas rokok
dan kafein (Prodjosudjadi, 2000).
Pengukuran tekanan darah posisi berdiri atau berbaring dapat dilakukan
pada keadaan tertentu. Sebaiknya alat ukur yang dipilih adalah sfigmamonometer
air raksa dengan ukuran cuff yang sesuai. Balon di pompa sampai 20-30 mmHg di
atas tekanan sistolik yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian dibuka
secara perlahan-lahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari auscultatory gap,
yaitu hilangnya bunyi setelah bunyi pertama terdengar yang disebabkan oleh
kekakuan arteri (Prodjosudjadi, 2000).
Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah
peninggian tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau
kembali ke normal sehingga hanya memelukan kontrol yang periodik. Selain itu
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menilai faktor resiko kardiovaskuler lain
seperti hiperglikemi atau hiperlipidemi yang dapat dimodifikasi dan menemukan
kerusakan organ target akibat tingginya tekanan darah seperti hipertrofi ventrikel
kiri atau retinopati hipertensi pada funduskopi. Tentu saja sebelum melakukan
pemeriksaan fisik diperlukan anamnesis yang baik untuk menilai riwayat
hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat antihipertensi atau obat
lain,gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan dan gaya
hidup serta faktor psikososial (Prodjosudjadi, 2000).
Dalam Soebel & Bakris (1998) dikatakan untuk mendiagnosa pasien
hipertensi dapat dilakukan dengan langkah- langkah:
1.1.
10
Pemeriksaan Fisik
1. Untuk mendeteksi penyebab sekunder:
Memperhatikan keadaan umum, apakah ada sindroma cushing dengan
tanda- tanda: moon faces, fletora, ekimosis, obesitas pinggang, garis ungu,
supraclaviculer fullness (sangat umum) dan hirsutisme. Melihat apakah ada
koarktasio aorta dengan tanda-tanda: pertumbuhan lengan yang tidak
seimbang atau penurunan perkembangan ekstremitas bawah, sangat tidak
11
aterosklerosis
daripada
koarktasio.
Menilai
fundi:
adanya
12
Evaluasi Laboratorium
Evaluasi laboratorium dilakukan untuk menilai panel kimiawi serta
menilai abnormalitas elektrolit. Menilai apakah hiperkalsemia, yang biasanya
ada pada hiperparatiroidisme, neoplasia endokrin multiple, feokromositoma,
hiperglikemia, sindroma cushing feokromositoma, akromegali, dan bersamasama dengan diabetes melitus primer.
Menilai
abnormalitas
elektrolit,
seperti
pemeriksaan
urinanalisis,
13
14
15
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
Pada sejumlah
pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu
obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan
pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah
yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada
pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril
(Muchid, 2006).
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien
mengerti rasionalitas intervensi diet :
a. Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding
orang dengan berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk
(overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang
juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang
dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke
penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya
dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total
16
lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4
g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per
minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah
raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan
sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi
dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga mana yang terbaik
terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok
17
18
19
20
21
22
paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes, dan penyakit arteri perifer (PAD).
Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
simpatomimetik intrinsik (ISA) atau aktivitas agonis -reseptor parsial.
Ketika nada simpatik rendah, seperti di beristirahat negara, -reseptor
yang sebagian dirangsang, sehingga denyut jantung, cardiac output, dan
aliran darah perifer tidak berkurang ketika reseptor diblokir. Secara
teoritis, ini obat mungkin memiliki keunggulan pada pasien dengan HF
atau sinus bradikardia. Namun, tidak mengurangi kejadian CV serta
lainnya -blocker dan dapat meningkatkan risiko setelah MI atau di orangorang dengan risiko penyakit koroner tinggi. Dengan demikian, obat
23
inotropik
ke
nodus
AV
6. Penghambat Reseptor 1
Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat ketokolamin pada sel otot
-
24
7. 2-Agonis sentral
- Clonidine, guanabenz, guanfacine, dan metildopa menurunkan tekanan
darah terutama dengan merangsang reseptor adrenergik di otak, yang
mengurangi aliran simpatis dari pusat vasomotor dan peningkatan irama
vagal. Stimulasi presinaptik a2 reseptor perifer dapat mengurangii irama
simpatik. Akibatnya, mungkin ada penurunan denyut jantung, curah
jantung, resistensi perifer total, aktivitas renin plasma, dan refleks
baroreseptor. Efek samping lain termasuk depresi, hipotensi ortostatik,
pusing,
dan
efek
antikolinergik.
Penghentian
mendadak
dapat
8. Reserpin
- Reserpin menguruangi norepinefrin dari ujung saraf simpatis dan
memblok transportasi norepinefrin ke dalam bentuk granul. Ketika saraf
25
9. Vasodilators
- Hydralazine dan minoxidil menyebabkan arteriol langsung relaksasi otot
polos. Kompensator y aktivasi baroreceptor refleks menyebabkan
peningkatan aliran simpatis dari pusat vasomotor, peningkatan denyut
jantung, curah jantung, dan renin rilis. Akibatnya, efektivitas hipotensi
vasodilator langsung berkurang dari waktu ke waktu kecuali pasien juga
-
untuk beta-blocker.
Hydralazine dapat menyebabkan, sindrom seperti lupus reversibel terkait
dosis, yang lebih umum di asetilator lambat. Reaksi seperti lupus biasanya
dapat dihindari dengan menggunakan total dosis harian kurang dari 200
mg.
26
peristiwa CV.
Banyak efek samping terlihat penggunaan aliskien dengan inhibitor ACE
27
28
Kehamilan
Obat kerja sentral mempunyai profil SSP yang buruk. Namun, metildopa
digunakan pada kehamilan, karena data keamanannnya sedangkan beta
blocker digunakan pada
tahun.
Diabetes
Pasien diabetes memerlukan kombinasi antihipertensi untuk dapat
mencapai target tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi awal
pilihan karena dapat mencegah progresi ikroalbumiuria ke nefropati.
Pasien dengan nefropati diabet harus mendapat ACEi atau AIIRA untuk
meminimalkan resiko kerusakan ginjal yang lebih lanjut, bahkan jika
29
ACEi tidak memberikan efek samping pada fungsi ginjal pada pasien
dengan stenosis arteri ginjal unilateral. CCB dihidropiridin dapat
ditambahkan jika diperlukan penurunan tekana darah lebih jauh,
-
30
obat-nutrien,
obat-tes
terganggu,
hilang
keseimbangan
untuk
menilai
munculnya
31
tekanan darah
kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, otak
interaksi obat dan efek samping
kepatuhan (adherence)
32
atau ada obat-obat lain menahan kalium dan yakinkan kadar kalium diperiksa
secara berkala.
d. Monitoring kepatuhan/Medication Adherence dan konseling ke pasien
Diperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan
pasien terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang
dinginkan. Paling sedikit 50 % pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak
meminumnya sesuai dengan yang di rekomendasikan.30 Satu studi
menyatakan kalau pasien yang menghentikan terapi antihipertensinya lima kali
lebih besar kemungkinan terkena stroke. Kurangnya adherence mungkin
disengaja atau tidak disengaja. Strategi yang paling efektif adalah dengan
kombinasi beberapa strategi seperti edukasi, modifikasi sikap, dan sistem yang
mendukung.
Beberapa topik penting untuk edukasi ke pasien tentang penanganan hipertensi
(Depkes, 2006):
darah
Pentingnya peran terapi nonfarmakologi
Obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang mengandung
ginseng, nasal decongestan, dll)
33
Ny. Siska 40 tahun, BB 60 kg, TB 155cm MRS sejak tadi malam karena dada
terasa nyeri, mual muntah, mengeluh pusing dan tidak bisa bangun, dypsnea,
leher terasa kaku,
Nilai pasien
150 mEq/L
5,0 mEq/L
Scr 2,0 mg/dL
27 mg/dL
250 mg/dL
160 mg/dl
4,2 ng/mL
3,2 g/L
1,0
Nilai Normal
135145 mEq/L
3.34.9 mEq/L
0.71.3 mg/dL
825 mg/dL
n<200 mg/dL
<126 mg/dL
<0,35 ng/mL
<0,20 g/L
<2,0
34
268x103/mm3
6%
Plt
CK-MB
150-450 x 103/mm3
<4-6%).
Penyelesaian:
1. Data Subjektif:
Ny. Siska 40 tahun, BB 60 kg, TB 155cm
Masuk Rumah Sakit sejak tadi malam karena dada terasa nyeri, mual
muntah, mengeluh pusing dan tidak bisa bangun, dypsnea, leher terasa
3 tahun yang lalu (tidak terkontrol), DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu.
Riwayat keluarga: ayah meninggal karena jantung koroner 10 tahun
saat
Nilai pasien
150 mEq/L
5,0 mEq/L
Scr 2,0 mg/dL
27 mg/dL
250 mg/dL
160 mg/dl
Nilai Normal
135145 mEq/L
3.34.9 mEq/L
0.71.3 mg/dL
825 mg/dL
n<200 mg/dL
<126 mg/dL
35
Troponin I
Troponin T
INR
Plt
CK-MB
4,2 ng/mL
3,2 g/L
1,0
268x103/mm3
6%
<0,35 ng/mL
<0,20 g/L
<2,0
150-450 x 103/mm3
<4-6%).
36
waktu
yang
sebagai
37
produksi dan ekskresi urea. Nilai BUN dan kreatinin biasanya dievaluasi
bersama-sama. Nilai normal BUN/kreatinin adalah 15:1 untuk 24:1.
(misalnya, jika pasien memiliki BUN 15 mg / dL, kreatinin sekitar 0,6-1,0
mg / dL). Perhitungan BUN menggunakan rumus berikut untuk
memperkirakan osmolalitas serum [(2[Na+])+(glucose/18)+(BUN/2.8)]
(Anne, 2006).
3. Terapi
Terapi farmakologi pada pasien:
Managemen Terapi hipertensi yang disertai CKD dan DM:
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal
38
39
40
41
Mengurangi asupan garam sehingga tidak melebihi 2-4 gram natrium atau
6 gram garam. Hal
mmHg
Mengurangi stress karena pekerjaan dan mengurus anak-anak.
Batasi konsumsi alkohol dua gelas per hari untuk pria atau satu gelas per
harian.
Melakukan aktivitas fisik 30 sampai 45 menit intensitas sedang aktivitas
hipertensi:
Pasien mengetahui target nilai tekanan darah yang dinginkan
Pasien mengetahui nilai tekanan darahnya sendiri
Sadar kalau tekanan darah tinggi sering tanpa gejala (asimptomatik)
Konsekuensi yang serius dari tekanan darah yang tidak terkontrol
Pentingnya kontrol teratur
Peranan obat dalam mengontrol tekanan darah, bukan menyembuhkannya
Pentingnya obat untuk mencegah outcome klinis yang tidak diinginkan
Efek samping obat dan penanganannya
42
darah
Pentingnya peran terapi nonfarmakologi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi merupakan silent killer (pembunuh diam-diam) yang secara
luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan
meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat
meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arterikoroner,
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Tujuan keseluruhan dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas dengan mengurangi penyebab hipertensi secara tepat.
43
Nilai BP <140/90 untuk sebagian besar pasien, dan <130/80 untuk pasien dengan
diabetes melitus, penyakit ginjal kronis yang signifikan, penyakit arteri koroner
yang dikenal (infark miokard (MI), angina), penyakit pembuluh darah
aterosklerosis bukan koroner (stroke iskemia, serangan iskemia sementara,
penyakit arteri perifer (PAD), aneurisma aorta abdominal).
Pilihan Terapi Farmakologi untuk hipertensi antara lain:
1. Diuretik
2. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
3. Angiotensin II Reseptor Blockers
4. Beta-Blocker
5. Calsium Channel Blocker
6. Penghambat Reseptor 1
7. 2-Agonis sentral
8. Reserpin
9. Vasodilators
10. Renin Inhibitor
DAFTAR PUSTAKA
44
online
at
Russell R., J., and Norman D., H., 2008, Pathology and therapeutics For
Pharmacist A Basis for Clinical Pharmacy Practice Third Edition,
Hal.234, University of London : Pharmaceutical Press.
Sustrani, Lanny. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
45