Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi Pada Lanjut Usia


1. Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
dan sistolik yang

intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah

serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan
peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan
hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat
usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik
meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,
2008).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih
dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung
dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi
oleh faktor usia.
2. Pembagian Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :
a.

Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)


Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit
tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.

b.

Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang


terindentifikasi lainya ( Stockslager , 2008).
Tabel 1

Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman


Joint National Committee 7
Katagori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Optimal

115 atau kurang

75 atau kurang

SNormal

Kurang dari 120

Kurang dari 80

Prehipertensi

120 139

80 89

Hipertensi Tahap I

140 159

90 99

Lebih dari 160

Lebih dari 100

t
r

e
Hipertensi Tahap II
s

Sumber : Kowalski E Robert, 2010

3. Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia


Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang
pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik
ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang
tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar
menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi
sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah
keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.
Perubahan aktivitas

sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya

norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor


beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot
pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri , 2008).
Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada
arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin
parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi
pada lanjut usia adalah :

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat


proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi
glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
b. Peningkatan

sensitivitas

bertambahnya usia

terhadap

asupan

natrium.

Dengan

semakin sensitif terhadap peningkatan atau

penurunan kadar natrium.


c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi
kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan
keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko
hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor
gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang
berlebihan (Stockslager, 2008).
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

10

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:


1)

Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur
55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause
(Marliani, 2007).

11

2)

Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat
dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.

3) Keturunan (Genetik)
Adanya

faktor

genetik

pada

keluarga

tertentu

akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.


Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

12

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat


hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat
memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi

13

terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat


karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang
yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini
yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

14

4) Mengkonsumsi garam berlebih


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu

faktor resiko

hipertensi (Marliani, 2007).


6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

15

7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut
Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal

5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan.
Menurut : Darmojo (2008), Pemakain obat pada
dipikirkan kemungkinan adanya :
1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
2) Interaksi obat
3) Efek samping obat.

lanjut usia perlu

16

4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya


melalui ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal
evaluasi menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :
1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko
kardiovaskuler
2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
3) Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin
harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan
keefektifan

mendiskusikan

informasi

ini

untuk

tindak

lanjut

(Stoskslager, 2008).
Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal
diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol
4) Mengurangi asupan garam.
Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer
dari hipertensi esensial terdiri atas:

17

1) Mempertahankan berat badan ideal


2) Diet rendah garam
3) Pengurangan stres
4) Latihan aerobik secara teratur

B. Managemen stres
1. Definisi
Stres didefinisikan sebagai respon adaptif dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan/atau proses psikologis akibat dari tindakan
situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau
psikologis terhadap seseorang ( Hidayat, 2006 ). Stres adalah respon tubuh
yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (
Hawari, 2011 ). Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan muncul
disebabkan oleh tingginya tuntutan seseorang ( Wongso, 2009 ).
Managemen stres adalah koping atau upaya seseorang mampu
menanggulangi stresor psikososial dengan cara hidup yang teratur, serasi,
selaras, dan seimbang antara diri dengan Tuhan. Secara horisontal antara
dirinya sesama orang lain dan alam sekitarnya. Perubahan terkait usia
dalam peran sosial dan status kesehatan mempengaruhi jumlah dan jenis
stresor yang dialami lanjut usia. Perubahan ini secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi cara mengatasi stres.

18

2. Faktor faktor yang mempengaruhi stres.


Faktor yang menimbulkan stres disebut stesor menurut: Hidayat
(2006) yaitu:
a. Internal
Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri.
b. Eksternal
Faktor eksternal bersumber dari keluarga masyarakat dan lingkungan.
Faktor yang menimbulkan stres yang dihadapi lanjut usia menurut :
Stocklager ( 2008) Adalah :
1) Kehilangan dukungan sosial.
Individu mencapai lanjut usia jaringan pendukung soasial mulai
terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan
kenyamanan yang diberikan membantu individu menahan mengatasi
kehilangan tidak ada.
2) Pensiun
3) Kehilangan pasangan
Salah satu yang terberat dialami individu adalah kematian pasangan.
4) Kematian anak usia dewasa
Anak Usia dewasa merupakan bagian penting dari jaringan dukungan
sosial lanjut usia.
5) Pengasingan keluarga
6) Perubahan citra tubuh

19

Perubahan fisik yang mempengaruhi gaya hidup dapat memperburuk


harga diri dan seksualitas.
7) Kehilangan keuangan
Lanjut usia sangat rentan terhadap penipuan keuangan.
3. Cara Managemen Stres
Definisi managemen stres adalah suatu pendekatan dengan metode
yang bersifat holistik, psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.(
Hawari, 2011). Managemen stres merupakan upaya mengelola stres
dengan baik bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai di
tahap yang paling berat (Hidayat, 2006). Berbagai cara dapat digunakan
membantu kebutuhan pasien lanjut usia berkaitan dengan kesehatan jiwa
dan rasa emosi. Managemen stres diantaranya adalah terapi dilingkungan
pasien dan dukungan kelompok (Mc. Cann, 2002).
4. Pelaksanaan Managemen Stres
Menurut Hidayat (2006) Manajemen stres yang dapat dilakukan
adalah :
a. Mengatur diet dan nutrisi
Diet adalah jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan
nutrisi adalah subtansi organik yang dibutuhkan untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemulihan kesehatan didapatkan
dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Jadi
mengatur diet dan nutrisi upaya yang dilakukan untuk mengatur
asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh.

20

Pedoman pemberian deit dan nutrisi pada lanjut usia


1) Makanlah aneka ragam makanan
Mengonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan
menurunkan kekurangan zat gizi.
2) Makanlah sumber karbohidrat komplek (serealia, umbi) dalam
jumlah sesuai. Tujuannya adalah menjamin cukup serat.
3) Pembatasan komsumsi lemak. Tujuanya mengurangi konsumsi
lemak jenuh, trigliserida dan kolestrol yang merupakan faktor
resiko penyakit kardiovaskolar.
4) Makanlah sumber zat besi secara cukup, bergantian antara sumber
hewan (daging) dan nabati (sayuran yang segar berwarna hijau
pekat).
5) Minumlah air bersih, aman, cukup jumlahnya dan telah dididihkan.
6) Kurangi makanan, jajanan dan minuman yang tinggi gula murni
dan lemak.
7) Mengkonsumsi ikan laut untuk menu harian, membuktikan
perlindungan terjadinya aterosklerosis.
8) Gunakan garam yang beryodium membatasi penggunaan garam
mengurangi makanan yang diawetkan dan penyedap rasa.
9) Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan berwarna hijau, kuning
/orange karena mengandung serat, vitamin C, provitamin A dan E
gunanya melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi
secara dini.

21

b. Istirahat dan tidur


Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala kelehan fisik
dan mental, kebutuhan mutlak mahkluk hidup terutama manusia
dilakukan 7-8 jam dalam satu hari. Jadwal tidur disesuaikan dengan
masing-masing individu minimal 4 malam dalam seminggu tidur
dalam jangka waktu 7-8 jam. Tidur sehat tidur nyenyak tanpa
gangguan mimpi - mimpi menegangkan dan menyeramkan. Pola tidur
akan membuat orang sehat, sejahtera dan bijaksana.
c. Olah raga teratur
Upaya untuk mempertahankan kesehatan yang optimal dengan olah
raga : Persiapan sebelum melaksanakan olah raga perut tidak dalam
keaadan kenyang, sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari dan dapat
dilakukan secara kelompok atau individual.
Empat unsur kunci yang diperlukan untuk mendapatkan efek manfaat
dari olah raga adalah:
1) Intensitas.
Mengacu pada tantangan (stres) yang dihadapkan pada tubuh
untuk memproses suatu aktivitas rentang denyut jantung selam
olah raga teratur diperkirakan berada dalam rentang 60% - 80%
dari intensitas maksimal.

22

2) Frekuensiesi
Mengacu pada jumlah sesi latihan dalam seminggu. Frekuensi
yang anjurkan untuk mempertahankan tingkat kebugaran adalah 3
sesi per minggu
3) Durasi
Adalah jumlah menit persesi durasi yang dianjurkan 20 30 menit
per sesi latihan untuk mencapai frekuensi denyut jantung yang di
targetkan. Durasi yang dilaksanakan 10 menit keatas

akan

diperoleh manfaat yang optimal dari pelaksanaan olah raga.


4) Bentuk olah raga
Jenis aktivitas khusus yang dipilih untuk menantang tubuh. Jenis
olah raga : berjalan, berlari berenang sebagai olah raga yang
menantang sistem kardiavaskuler, angkat beban menggunakan
sistem anaerobic.
Aturan keamanan pelaksanan olah raga adalah :
a) Periode pemanasan
Tujuan adalah menugkatakan frekuensi jantung secara
perlahan, sehingga tersedia cukup waktu untuk mengisi otot
yang bekerja dengan darah yang mengandung oksigen.
Memulai pemanasan dengan berjalan, lari-lari kecil atau
senam dengan intensitas rendah yang berfunsi meregangkan
otot. Peregangan sebelum pemanasan akan menyebabkan
kerusakan pada tendon atau ligament.

23

Diagram Fase Pelaksanaan Olah Raga


5 menit

20 menit

5 menit

180
160 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 140 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 120
100
80
60
Istirahat Pemanasan

Olah Raga

Pendinginan Pemulihan

b) Periode stimulus
Periode stimulus adalah periode inti pelaksanaan latihan
saatnya organ tubuh (jantung, paru dan otot) dikondisikan.
Periode stimulus dilaksanakan minimal 20 menit. Setelah
delapan minggu latihan dapat memperpanjang lamanya masa
pelaksanaan.
c) Periode pendingan
Tujuannya dilakukan pendingan adalah untuk menurunkan
tanda dan gejala frekuensi jantung, pernafasan, tekanan darah
dan sebagai. Fase pendingan dilaksanakan sekitar 5 10
menit, intensitas kegiatan harus di kurangi (lari menjadi lari
lari

kecil

kemudian

berjalan)

selanjutnya

dilakukan

24

peregangan otot yang telah digunakan digunakan latihan


beberapa menit.
d. Berhenti merokok
Dapat meningkatkan status kesehatan menjaga ketahanan dan
kekebalan tubuh. Merokok menyebabkan pembuluh darah rusak, arteri
menyempit dan lapisan menjadi tebal kasar.
e. Menghindari minuman keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus terjadinya stres. Alkohol
dapat berpengaruh dalam meningkatkan tekanan darah.
f. Mengatur berat badan
Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan
kekebalan tubuh terhadap stres. Upaya yang dilakukan agar berat
badan tetap seimbang dengan mengatur nutrisi, olah raga dan istirahat
secukupnya.
g. Mengatur waktu
Pengaturan waktu merupakan cara mengurangi dan menanggulangi
stress. Mengatur waktu dengan baik menghindari pekerjaan yang
menimbulkan kelelahan fisik, tidak membiarkan waktu berlalu tanpa
menghasikan hal yang bermanfaat. Upaya yang dilakukan dalam
mengatur waktu adalah menetapkan tujuan semua tindakan, membuat
skala prioritas, menuliskan, merespon dengan cepat dan tidak
menunda-nunda.

25

h. Terapi psikofarmaka
Terapi menggunakan obat dalam mengatasi stres yang dialami melalui
pemutusan jaringan antara psiko, neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif
dan psikomotor yang dapat menggangu organ tubuh yang lain. Obat
yang digunakan adalah anti cemas dan antidepresi.
i. Terapi somatik
Obat digunakan untuk mengobati gejala yang timbul akibat stres.
Upaya yang didilakukan yaitu memberikan obat-obatan pada organ
tubuh yang sakit.
j. Psikoterapi
Menggunakan teknik psiko disesuaikan dengan kebutuhan meliputi
terapi psikoterapi suportif,

reedukatif,

rekonstuktif dan kognitif.

Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi, semangat dan


dorongan keyakinan percaya diri dan tidak putus asa. Psikoterapi reedukatif dengan memberikan pendidikan ulang koreksi faktor edukatif
masa lalu. Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali kepribadian
yang mengalami goncangan. Psikoterapi kognitif memulihkan fungsi
kemampuan berfikir rasional.
k. Psikoterapi religius
Menggunakan pendekatan agama. Dalam mempertahankan kehidupan
seseorang harus sehat secara fisik psikis sosial dan psiritual.

26

C. Kerangka Teori
Berdasarkan penjelasan dalam konsep teori yang di gunakan dalam
penelitian ini maka peneliti berusaha meresum konsep teori tersebut dalam
bentuk skema sebagai berikut :

Faktor resiko yang tidak dapat


dikontrol
- Jenis kelamin
- Umur
- Keturunan (Genetik)

Faktor resiko yang dapat


dikontrol
- Obesitas
- Kurang olahraga
- Kebiasaan Merokok
- Mengkonsumsi garam
berlebih
- Minum alcohol
- Minum kopi
- Stress

Tekanan darah pada


Lanjut usia yang
mengalami hipertensi

Managemen Stres
Diit dan nutrisi
Istirahat dan tidur
Olah raga teratur
Berhenti merokok
Menghindari Miras
Mengatur berat badan
Mengatur waktu
Terapi Psikofarmaka
Terapi Somatik
Psikoterapi
Psikoterapi religus

Gambar 1. Kerangka teori


Sumber : Darmojo (2006), Stockslager (2008), Hidayat (2006)

27

D. Kerangka Konsep

Variabel bebas (indenpenden)

Variabel terikat (dependen)

Menajamen Stres

Kestabilan tekanan
darah pada lanjut usia
yang mengalami
hipertensi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Variabel penelitian
1. Variabel bebas (Variabel indipenden)
Variabel bebas (variabel independen)

merupakan variabel risiko atau

sebab (Sastroasmoro, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah


Managemen stres.
2. Variabel terikat (Variabel dependen)
Variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel akibat atau efek
(Sastroasmoro, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kestabilan tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi.

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji
secara emperis (Notoatmodjo, 2010).

28

Berdasarkan penjelasan fenomena penelitian dan diuraikan secara teori


maka peneliti memiliki dugaan sementara (hipotesis) terhadap hasil penelitian
ini sebagai berikut :
Ha:

Ada hubungan managemen stres dengan kestabilan tekanan darah


pada

lanjut

usia

yang

mengalami

hipertensi

di

Kelurahan

Banyumanik Srondol.
Ho:

Tidak ada hubungan managemen stres dengan kestabilan tekanan


darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di Kelurahan
Banyumanik Srondol

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Paper Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Malnutrisi
    Paper Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Malnutrisi
    Dokumen1 halaman
    Paper Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Malnutrisi
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen13 halaman
    LAPKAS
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen8 halaman
    Bab II
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • KTP, Di, DG DLL Allisenna
    KTP, Di, DG DLL Allisenna
    Dokumen2 halaman
    KTP, Di, DG DLL Allisenna
    Willy Genz
    Belum ada peringkat
  • Present As I
    Present As I
    Dokumen36 halaman
    Present As I
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Hiponatremia
    Hiponatremia
    Dokumen14 halaman
    Hiponatremia
    _erdir
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen13 halaman
    LAPKAS
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Stroke Pada Anak PDF
    Stroke Pada Anak PDF
    Dokumen3 halaman
    Stroke Pada Anak PDF
    Jco
    Belum ada peringkat
  • Referat Tarsal Tunnel Syndrome
    Referat Tarsal Tunnel Syndrome
    Dokumen16 halaman
    Referat Tarsal Tunnel Syndrome
    Wenas Arjanggi
    100% (1)
  • Jurnal Praktikum Biokimia
    Jurnal Praktikum Biokimia
    Dokumen2 halaman
    Jurnal Praktikum Biokimia
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Jenis Penelitian Rujukan
    Jenis Penelitian Rujukan
    Dokumen4 halaman
    Jenis Penelitian Rujukan
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Pemasangan Kateter
    Pemasangan Kateter
    Dokumen28 halaman
    Pemasangan Kateter
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Gastro 1
    Gastro 1
    Dokumen2 halaman
    Gastro 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Soal Midterm GDS-2
    Soal Midterm GDS-2
    Dokumen9 halaman
    Soal Midterm GDS-2
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • GIZI2
    GIZI2
    Dokumen3 halaman
    GIZI2
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Kardio 1
    Kardio 1
    Dokumen3 halaman
    Kardio 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Nstemi
    Nstemi
    Dokumen17 halaman
    Nstemi
    Yeoh Shu Ting
    100% (2)
  • Respiro 1
    Respiro 1
    Dokumen6 halaman
    Respiro 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Gigi Mulut
    Journal Reading Gigi Mulut
    Dokumen3 halaman
    Journal Reading Gigi Mulut
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Presentation1 Gigi
    Presentation1 Gigi
    Dokumen11 halaman
    Presentation1 Gigi
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Hemato 1
    Hemato 1
    Dokumen1 halaman
    Hemato 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • ALI2
    ALI2
    Dokumen1 halaman
    ALI2
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • BST Pancoast Tumour
    BST Pancoast Tumour
    Dokumen22 halaman
    BST Pancoast Tumour
    Ratih Sudaryono
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • TUGASAN Ipd
    TUGASAN Ipd
    Dokumen1 halaman
    TUGASAN Ipd
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Paru Status
    Paru Status
    Dokumen32 halaman
    Paru Status
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Pio 1
    Pio 1
    Dokumen21 halaman
    Pio 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Nstemi
    Nstemi
    Dokumen17 halaman
    Nstemi
    Yeoh Shu Ting
    100% (2)
  • Pio 1
    Pio 1
    Dokumen21 halaman
    Pio 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat
  • Ecg 1
    Ecg 1
    Dokumen52 halaman
    Ecg 1
    Yeoh Shu Ting
    Belum ada peringkat