Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Diajukan kepada:
Pembimbing Klinik : dr. Bondan P, Sp.B
Disusun oleh :
Suwandhi (H2A011043)
apendistis komplikasi dan apendisitis tanpa komplikasi. Simpel, fokal atau apendisitis
supuratif yang dianggap apendisitis tanpa komplikasi. Gangren, apendisitis perforasi,
dan abses peripaendik dianggap sebagai komplikasi dari apendisitis.
Hasil dari operasi, perdasarkan dari temuan pembedahan, adalah hasil primer dan
dianalisisi dalam kaitanya dengan PT dan IT. Hasil pasca operasi ileus dan rawat inap
yang lama juga dianalisis. Pasien dengan postoperasi mual, muntah atau bising usus
negatif diperiksa dengan xfoto abdomen utnuk mendgianosis ileus.
Semua analisis statistik digunakan SPPSS ver. 17.0 (SPSS Inc.,Chicago. IL. USA).
Independent t-test digunakan untuk perbandingan data kuantitatif dan chi-suqare
digunakan untuk perbandingan data kualitatif. Dianggap signifikan secara statistik
apabila P-value <0,05.
HASIL
Toatal 192 pasien bertutrut-turut selama periode 1 tahun dilibatkan dalam penelitian
ini. Keseluruahn rerata umur adalah 33,6 19.5 tahun (3-86 tahun). Pasien laki
menyumbang 51.6% (n=99) dari total pasien. Durasi rata-rata tinggal dirumah sakit
adalah 4.1 1.6 hari (range, 2-14 hari). Pasien dengan komplikasi terhitung 51.0%
(n=99). Setiap pasien diobati dengan apendiktomi. Tidak ada kasus yang dilakukan
ileocecectomy.
Karakteristik pasien ditunjukan pada tabel 1. Ada hubungan yang signifikan antara
pasien dengan komplikasi apendisitis dan usia, lama operasi, dan lama tinggal
dirumah sakit. Ada juga hubungan antara komplikasi apendisitsi dengan
keterlambatan pada PT dan OT (masing-masing, 1,254.2 1,424.7 menit vs 2,987.7
3,980.1 menit, P < 0.001, 1,1652.9 1,4452.2 menit vs 3,388.8 3.982.2, P <
01.001). Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara komplikasi apendisitis
dan IT (398.7 154.0 menit vs 402.0 194.9 menit, P = 0.895).
Tabel. 1 karakteristik pasien pada kasus apendisitis tanpa komplikasi dan apendisitis
dengan komplikasi.
Nilai disajikan dalam mean standar deviasi atau angka. PT, sebelum masuk rumah sakit (waktu
antara timbulnya gejala sampai datang kerumah sakit); IT, waktu saat dirumah sakit (waktu antara
datang kerumah sakit sampai dioperasi); OT, total waktu (waktu antara timbulnya gejala sampai
operasi).
Analisis OT, faktor yang dapat terkendali. Menunjukan ada hubungan yang signifikan
antara 24, 26, dan 48 jam setelah timbulnya gejala sampai dimulainya operasi dengan
komplikasi apendisitis. 1.738 [1.3192.425], 2.029 [1.3663.014], 2.061 [1.309
3.244]) (Tabel 2). Tambahan, PT mempunyai hubungan yang signifikan, meskipun
merupakan faktor tak terkendali. Kami menemukan bahwa PT, ketika datang
kerumah sakit 1, 24, dan 36 jam setelah timbulnya gejala mempunyai hubungan
dengan komplikasi apendisitis (risiko relatif [95% confidence interval], 1,626 [1,2252,160], 2,328 [1,576-3,438], dan 1,912 [1,251-2,923], masing-masing). Namun, IT,
faktor terkendali lainya menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan dengan
tingkat keparahan apendisitis.
Memulai operasi lebih dari 36 jam setelah timbulnya gejala berhubungan dengan
tingginya resiko timbulnya ileus postoperasi (0% vs. 5.9%, P = 0.0024). Penundaan
ini juga menyebabkan lebih lama dirawat dirumah sakit (3.8 1.5 vs. 4.7 1.7, P <
0.001) (Tabel 3). Tidak ada perbedaan signifikan yang dietumkan pada komplikasi
lainya, seperti infeksi luka atau inflamasi pericecal postoperasi. Selain itu, analissi
hasil postoperasi dari IT tidak ada perbedaan signifikan.
DISKUSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah variabel waktu apendiktomi
mempunyai pengaruh hasil akhir apendisitis akut. Beberapa penelitian menunjukan
penundaan apendiktomi setelah dirumah sakit berhubungan dengan hasil yang kurang
baik (2,4,9). Busch et al. (2) melaporkan bahwa penundaan IT lebih dari 12 jam
adalah faktor resiko independen untuk terjadinya perforasi. Giraudo et al. (4)
dilaporkan penundaan apnediktomi, setelah 24 jam dari onset , meningkatkan tingakt
komplikasi. Tambahan, Papandaria et al. (9) melaporkan penundaan rawat inap
berhubungan dengan peningkatan resiko perforasi. Sebaliknya, hasil dari penelitian
lain mendukung penundaan apendiktomi (6-8). Teixeira melaporkan bahwa
penundaan apendiktomi tidak meningkatan resiko perforasi. Tetap, waktu terbaik
dalam pelaksanaan apendiktomi masih kontroversial.
Penelitian sebelumnya waktu pelaksanaan apendiktomi hampir selalu menganalisis IT
saja (2,4,6,7,9). Sebagai perbandingan, penelitian ini mengevalusasi OT dan IT. Tidak
hanya mengevaluasi IT, tapi kedua parameter, mungkin lebih rasional, mengingat
patofisiologi dari apendisitis. Pemisahan variabel waktu dianaisi lebih lanjut dan
indentifikasi variabel yang lebih penting.
Penelitian ini, pasien dalam kelompok apendisitis dengan komplikasi mempunyai OT
dan PT yang lebih lama. Namun, tidak ada hubungan signifikan yang ditunjukan oleh
IT. Meskipun OT dan IT keduanya adalah faktor yang terkontrol, hanya OT yang
menunjukan hubungan signifikan dengan hasil akhir. Hal ini menunjukan bahwa
megurangi IT saja tidak dapat meningkatkan hasil apendiktomi dan megurangi OT
akan menghasilkan prognosis yang lebih baik. Analisis lebih lanjut dari OT
menunjukan bahwa operasi yang dilakukan lebih dari 36 jam setelah timbulnya gejala
Salah satu keterbatasan dari penelitian ini adalah penelitian retrospektif dan termasuk
sampel yang relatif kecil. Namun, penelitian ini konsisten dengan beberapa studi
retrospektif dari apendisitis akut yang dianalisis kurang dari 200 subyek. Studi
multicenter dengan skala yang lebih besar dapat mengasilkan hasil yang lebih baik.
Gejala awal apendisitis diketahui tidak jelas dan tidak spesifik. Namun, karena gejala
tergantung dengan keluhan pasien, para peneliti harus mengandalkan pernyataan
pasien. Ketika gejala yang dirasakan, seperti mual, muntah, anoreksia, atau nyeri
perut yang disampaikan oleh pasien dianggap sebagai awal gejala apendisits.
Dapat disimpulkan bahwa penundan pada OT berhubungan dengan komplikasi pada
apendisitis. OT lebih dari 36 jam berhubungan dengan peningkatan resiko ileus
posoperasi dan lebih lama dirumah sakit. Dokter bedah harus memperhitungkan
waktu dari timbulnya gejala sampai mementukan kapan akan dilakukan apendiktomi.
Kami merekomendasikan apnediktomi dilakukan dalam waktu 36 jam sejak awal
timbulnya gejala.
Kemungkinan Konflik
Tidak ada potensi konflik yang relevan dengan artikel yang telah dilaporkan.