Pembimbing :
dr. Cosmas Gedsa Pramantya
Disusun oleh :
dr. Taufiq Iqbal Maulana
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS KELING 1
JEPARA
PERIODE 01 JUNI 2015 31 MEI 2016
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
DEMAM BERDARAH
PUSKESMAS KELING 1 JEPARA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Surat Tanda Selesai
Internship
Disahkan Oleh:
Dokter Pendamping
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan vektor
nyamuk yang paling penting di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan
subtropis. Infeksi virus dengue dapat asimptomatik atau dapat menunjukkan
demam yang tidak diketahui sebabnya, demam dengue atau demam berdarah
dengue dengan perembesan plasma yang dapat mengakibatkan syok hipovolemik
(Dengue Shock Syndrome). (1) Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai renjatan/syok. (2)
Demam dengue merupakan salah satu penyakit virus yang butuh
penanganan segera pada manusia yang dapat mempengaruhi mortalitas dan
morbiditas. Penyakit ini merupakan endemik di seluruh wilayah kecuali Eropa. (1)
Selama 20 tahun belakangan ini, terjadi peningkatan kasus demam dengue
maupun demam berdarah dengue secara global. Penderitanya banyak ditemukan
di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis. (1)
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar
biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. (2)
Walaupun DD dan DBD disebabkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue (dengue fever) dan demam berdarah dengue (dengue
haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. (2)
2.2 Etiologi
Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga flaviviridae dengan
ukuran 50 nm dan mengandung RNA rantai tunggal. Hingga saat ini dikenal
empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4. Infeksi salah satu
serotipe akan memicu imunitas protektif terhadap serotipe tersebut tetapi tidak
terhadap serotipe yang lain, sehingga infeksi kedua akan memberikan dampak
yang lebih buruk. Hal ini dikenal sebagai fenomena yang disebut antibody
dependent enhancement (ADE), dimana antibodi akibat serotipe pertama
memperberat infeksi serotipe kedua. (5)
Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
menjadi vektor utama serta Aedes albopictus yang menjadi vektor pendamping.
Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, hidup optimal
pada ketinggian di atas 1000 di atas permukaan laut, tapi dari beberapa laporan
dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian sampai dengan 1.500 meter,
bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan pada ketinggian 2.121 meter serta di
Kolombia pada ketinggian 2.200 meter. Nyamuk Aedes berasal dari Brazil dan
Ethiopia, stadium dewasa berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan ratarata nyamuk lainnya. (6)
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya.
Aedes aegypty merupakan vektor epidemik yang paling penting disamping spesies
lainnya seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis yang merupakan vektor
sekunder dan epidemi yang ditimbulkannya tidak seberat yang diakibatkan Aedes
aegypty. (7) Nyamuk Aedes aegypti mempunyai dua subspesies yaitu Aedes
5
dengue masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai sel target yaitu
makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon immune non-spesifik dan
spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi
virus dengue diketahui meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini
menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar
lagi. Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica
fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada
terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya
merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada DBD. (8)
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah: a).
Respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enhancement (ADE); b). Limfosit T baik T-helper (CD4) dan Tsitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun selular terhadap virus dengue.
Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c). Monosit
dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan
sekresi sitokin oleh makrofag; d). Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks
imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. (2)
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral
maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada jadi meningkat. (5)
Kadar
trombopoietin
dalam
darah
pada
saat
terjadi
Fase febris
Fase kritis
Biasanya terjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului
oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat
terjadi syok.
c.
Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum
penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan dieresis
membaik.
5. Gangguan
organ
berat
(gagal
hati
akut,
gagal
ginjal
akut,
2.6 Klasifikasi
Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu : (3)
1. Silent dengue atau Undifferentiated fever
2. Demam dengue klasik
3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)
4. Dengue Shock Syndrome (DSS).
Pembagian derajat DBD menurut WHO ialah : (7)
Derajat I
Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya manifestasi perdarahan adalah
tes torniquet yang positif atau mudah memar.
Derajat II
Gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan
bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (<20mmHg) atau hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab dan
penderita gelisah.
Derajat IV
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa.
2.7 Diagnosis
10
Langkah
penegakkan
diagnosis
suatu
penyakit
seperti
anamnesis,
11
cepat.
Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran
plasma tidak jelas)
Kriteria dengue berat :
1. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi
cairan dengan distress pernafasan.
2. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi
3. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain)
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan
pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran
plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai trombosit yang
disertai atau segera disusul dengan peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk
DBD, kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok
terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian
cairan atau oleh perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau
leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat
sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa
ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi tampak pada
pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III.
PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. (9)
Diagnosis konfirmatif diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium, yaitu
isolasi virus, deteksi antibodi dan deteksi antigen atau RNA virus. Imunoglobulin
M (Ig M) biasanya dapat terdeteksi dalam darah mulai hari ke-5 onset demam,
meningkat sampai minggu ke-3 kemudian kadarnya menurun. Ig M masih dapat
terdeteksi hingga hari ke-60 sampai hari ke-90. Pada infeksi primer, konsentrasi Ig
12
13
2.9 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk demam dengue, prinsip yang
paling utama adalah terapi suportif. Terapi cairan secara oral merupakan tindakan
paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan secara oral tidak
adekuat, maka diperlukan tambahan secara intravena untuk memenuhi kebutuhan
cairan tubuh. (2)
Telah disusun protokol penatalaksanaan DBD untuk pasien dewasa oleh
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan
Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berdasarkan kriteria: (2)
1.
2.
3.
Protokol 1
Penanganan pasien dewasa yang dicurigai DBD tanpa syok (2)
14
Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000 150.000 dapat
dipulangkan atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya
untuk dilakukan pemeriksaan ulang, atau apabila keadaan penderita
2.
3.
Protokol 2
Pemberian cairan pada pasien dewasa yang dicurigai DBD di ruang rawat (2)
15
1.
Bila Hb, Ht meningkat 10% - 20% dan trombosit < 100.000, jumlah
pemberian cairan tetap sesuai rumus dan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan
2.
Protokol 3
Penatalaksanaan penderita DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%
16
18
19
Selain itu pada pasien demam berdarah perlu juga dilakukan konseling dan
edukasi. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konseling dan
edukasi adalah : (2)
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan
tata laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada
obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat
20
b.
c.
Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya.
PERMASALAHAN
Dalam melaksanakan kebijakan pencegahan penyakit Demam Berdarah di
wilayah kerja puskesmas keeling 1 terdapat beberapa kendala yang diungkapkan
oleh pemegang program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), antara lain ;
1. Kurangnya
pengetahuan
tentang
Penyakit
Demam
Berdarah
dikarenakan pendidikan
2. Kurangnya kesadaran tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan di
rumah mapun di lingkungan.
21
PELAKSANAAN KEGIATAN
22
tentang
kesehatan
lingkungan
untuk
BAB III
PEMBAHASAN
23
1.
KESIMPULAN
Permasalahan
pada
program
P2M
khususnya
2.
SARAN
Perlunya kerjasama yang baik dan berkesinambungan antara
pemegang program, pelaksana, para calon transmigran, dan pihak pihak
terkait.
24
DAFTAR PUSTAKA
25