Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEUROTRANSMITTER PADA GANGGUAN


PSIKIATRI

Oleh:

Sundari Mahendrasari
1410221057

Pembimbing:
Letkol CKM dr. Bagus Sulistyo Budhi, Sp.KJ, MKes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Periode 8 Agustus 9 September 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga presentasi
kasus yang berjudul "Neurotransmitter pada Gangguan Psikiatri" dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas di Kepaniteraan Klinik
Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Soebroto. Makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak, dengan rendah hati saya sampaikan rasa terima kasih kepada Letkol CKM dr.
Bagus Sulistyo Budhi, Sp.KJ, MKes selaku pembimbing

atas bimbingan, arahan dan

masukan dalam penyusunan makalah ini.


Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki mutu dalam pembuatan makalah serupa yang akan datang. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta,

September 2016

Penulis

NEUROTRANSMITTER PADA GANGGUAN PSIKIATRI


Dalam berbagai tinjauan penelitian berbasis imunoneuropatobiologis menunjukkan
bahwa Neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan perilaku dan gangguan
psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan perilaku dan
pskiatrik diantaranya adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan
asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok
neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan
neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa
neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada
otak individu mania dibanding otak individu normal. GABA diketahui menurun kadarnya
dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada
celah sinaptik, tapi dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah
sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan asgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia.
Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang
timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar
dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk
komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal
sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan,
mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesanpesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron
mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di
dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut.
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara
neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan
dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai
penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara
sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di
otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di
sampaikan ke bagian-bagian lain.

Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga
cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon
yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan
neurotransmitter.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:

Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina

Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin

Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.

Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang
berbeda.

Bahan

dasar

pembentuk

neurotransmiter

adalah

asam

amino.

Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan
kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas
badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat
celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam
informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu
mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut
neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan
dilepaskannya molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik
lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah loncatan
listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi
supersensitivitas dan subsensitivitas. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi
dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih banyak
jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut.
Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat tertentu
maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang
ditarik ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar (jumlah)
neurotransmiter tertentu di celah sinaptik.
Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas enam
neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkholin dan histamin.

Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama, tirosin, dan
diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari asam
amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam kelompok itu. Serotonin juga
dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT).
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino. Asam amino
dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama dari asam amino ini
adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino
inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara
sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua
neurotransmiter tersebut.
Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada membran sel
paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin menurun kadarnya
pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi disregulasi
asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin di celah
sinaptik, terjadilah gejala depresi.
Monoamin dan Depresi

Penelitian menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin,


seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul teori yang menyatakan
bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan
serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya obat
antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkan
monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi.

Serotonin

Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks
serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke
tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik.
Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di
susunan syaraf pusat.

Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin
yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik
sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin
bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang
terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan
reptilia.

Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang
mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif,
dan gangguan makan.

Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan mempengaruhi
sistem serotonin tersebut.

Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri,
mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi
atau marah dan libido.

Gejala Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas, Psikosis, Migren,
Gangguan fungsi seksual, Gangguan tidur & Gangguan kognitif, Gangguan makan.
Obsessive compulsive disorder (OCD)

Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada kasus yang
jarang: halusinasi

Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat


pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A
pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda
kerentanan terhadap kekambuhan depresi.

Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal
dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar
serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri.

Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien


depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi
yang remisi dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi.
Memori, atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan.

Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia


dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan.

Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat


penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini
sering terjadi pada penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.

Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA
aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak
sesuai dengan penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan
penumpulan respon serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw
adanya gangguan serotonin pada depresi.

Pada penderita bulimia nervosa (BN), dan terkait pesta-purge sindrom, faktor
serotonin pusat (5-hydroxytryptamine, 5-HT) berkontribusi tidak hanya untuk
disregulasi appetitive tetapi juga untuk manifestasi temperamental dan kepribadian.
Pada temuan dari studi neurobiologis, molekul-genetik, dan otak-pencitraan, telah
diungkapkan model integratif peran 5-HT fungsi dalam sindrom bulimia.

Asetilkolin

Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri


dan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar
kolin (prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis
kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang
normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan
mengurangi simptom mania.

Hipotesis kolinergik mengklaim bahwa penurunan fungsi kognitif pada demensia


terutama terkait dengan penurunan neurotransmisi kolinergik. Hipotesis ini telah
menyebabkan minat yang besar dalam keterlibatan putatif dari neurotransmisi
kolinergik dalam proses pembelajaran dan memori.

Fungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan


pemusatan perhatian. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan
kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada
cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungs ingatan), bangsal ganglia

(terlbat dalam fungs motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris).
Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. Ia
ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. AcH memiliki
konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik.

Fungsi Utama Acetylcholine (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus,
pengaturan mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot.

Gejala Defisit: Kurangnya inhibisi, Berkurangnya fungsi memori, Euphoria,


Antisosial, Penurunan fungsi bicara

Gejala Berlebihan: Over-inhibisi, Anxietas & Depresi dan Keluhan Somatic

Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama berupa kolin.
Saat ini, sangat cukup banyak penelitian yang mengkaji peranan kolin dalam
pembelajaran.

Peran asetilkolin (Ach) dalam fungsi kognitif diselidiki. Keterlibatan AcH dalam
proses pembelajaran dan memori. Terutama, penggunaan skopolamin sebagai alat
farmakologis dikritik. Dalam bidang perilaku neuroscience racun kolinergik yang
sangat spesifik telah dikembangkan. Tampaknya bahwa kerusakan yang lebih besar
dan lebih spesifik kolinergik, efek sedikit dapat diamati pada tingkat perilaku.
Korelasi antara penurunan penanda kolinergik dan penurunan kognitif pada demensia
mungkin tidak tebang habis seperti yang telah diasumsikan. Keterlibatan sistem
neurotransmitter lain dalam fungsi kognitif secara singkat dibahas. Dengan
mempertimbangkan hasil dari berbagai bidang penelitian, gagasan bahwa AcH
memainkan peran penting dalam belajar dan proses memori tampaknya dilebihlebihkan. Bahkan ketika peran sistem neurotransmitter lainnya dalam belajar dan
memori dipertimbangkan, tidak mungkin bahwa AcH memiliki peran tertentu dalam
proses ini. Atas dasar data yang tersedia, AcH tampaknya lebih khusus terlibat dalam
proses attentional dibandingkan dalam proses pembelajaran dan memori

Noradrenergik atau Norepinefrin

Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam


konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Selain itu
ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf simpatis.

Norepinephrine dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui


proses reuptake aktif.

Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
mengatur fight-flightdan proses pembelajaran dan memory.

Gejala Defisit : Ketumpulan. Kurang energi (Fatique), Depresi

Gejala Berlebihan : Anxietas. kesiagaan berlebih. Penurunan rasa awas, Paranoia,


Kurang napsu makan. dan Paranoid

Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus


ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal
ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan
keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus
terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus
ceruleus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari.
Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan
sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.

Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC,
fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor
ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya
ke komponen simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif
dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut
tersebut.

Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat


pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang
menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini
dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.

Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG).


Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi
MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada
penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada
penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).

Dopamin

Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada kesimpulan


bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses pengingatan. Melalui
mekanisme kompensasi yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia
ini dalam proses belajar dan ingatan dapat terlihat jelas.

Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi
retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang berfungsi membantu otak
mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.

Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan asupan tirosin
yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di temukan pada makanan
berprotein seperti : daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang,
kacang-kacangan dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan
lebih terjaga.

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada
regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi

Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area.
Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara
serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke
struktur garis tengah (midline)

Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal,


mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi,
konsentrasi, memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugastugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan
gangguan kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom
depresi.

Glutamate

Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang
terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-

AP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat
yang antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan.

Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap
area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan
di dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan
atau penyakit bipolar afektif dan epilepsi.

Fungsi Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara


ufngsi automatic.

Gejala Defisit : Gangguan memori, Low energy, Distractibilitas. Schizophrenia

Gejala Berlebihan : Kindling, Seizures dan Bipolar affective disorder.

GABA

GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam gejalagejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi neuron-neuron GABA.

GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin,


terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik.

Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat mengurangi
kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor GABA.Banyak
pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama untuk
sel Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA
transaminase

Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan
aktif dalam fungsi eksitasi.

Gejala Defisit : Irritabilitas, Hostilitas, Tension and worry, Anxietas, Seizure.

Gejala Berlebihan : Mengurangi rangsang selular, Sedasi dan Gangguan memori

HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal)

Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat
dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu,

bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan
kewaspadaan untuk mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal.
Adrenal akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan.
Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi
ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktivitas
glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar kortisol
yang meningkat menyebabkan umpan balik, yaitu hipotalamus menekan sekresi
cortikotropik-releasing hormone (CRH), kemudian mengirimkan pesan ini ke
hipofisis sehingga hipofisi juga menurunkan produksi adrenocortictropin hormon
(ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi
produksi kortisol.

Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal
perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood
pada masa dewasa.

Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang dialami
seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan
peningkatan sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis.
Stressor pada awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang
menetap pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang
berfungsi merespon respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap
stressor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor
meningkat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa.

Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk,
menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain itu ,
setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor.

Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan,


mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf.
Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa.
Depresi dapat dicetuskan hanya oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.

Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal terhadap
stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan
fisik dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.

Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang


terhadap stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang
tersebut menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada
tempat di luar hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme umpan
balik semakin terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan
sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah
seseorang mengalami depresi mayor, bila berhadapan dengan stressor.

Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan kadar
kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini
menjadi prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan
dengan gangguan hipokampus

Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada
gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan dengan
adanya

hiperkolesterolemia,

resistennya

sekresi

kortisol

terhadap

supresi

deksametason, tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan
konsentrasi CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi,
terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik.
Hal ini dapat diketahui dengan test DST (dexamethasone supression test).
Endorphin

Endorphin adalah suatu bahan-kimia diproduksi di dalam otak dan spinal cord yang
mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood. Dalam keadaan defisit adanya
keluhan Somatik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Steiger H, Bruce KR, Groleau P. Neural circuits, neurotransmitters, and behavior:
serotonin and temperament in bulimic syndromes. Curr Top Behav Neurosci.
2011;6:125-38.
2. Andreasen,NC. Mood disorders. Brave new brain. Conquering mental illness in t6he
era of the genome:England.Oxford University Press;2001.215-240.
3. Bhagwagar, ZB., Whale, R., Cowen, PJ. State and trait abnormalities in serotonin
function in major depression. Br.J. Psychiatry. : 2002.181:242-247.
4. Bonaventura, P., Voom,P., Luyten, WHML, Jurzak M, .Detailed mapping of serotonin
5-HT1B and 5-HT-1D reseptor messenger RNA and ligand binding sites in guinea-pig
brain and trigeminal ganlion:clues for fungtion. Neuroscience. ;2002.82: 469-484.
5. Joseph,

R.

Hippocampus.Neuropsychiatry,

Neuropsychology

and

Clinical

Neuroscience. Emotion, Evolution, Cognition, Language, Memory, Brain Damage,


and Abnormal Behaviour. :England.Second ed. Williams & Wilkins;2000. 193-216.
6. Stahl,S.M. Essential Psychopharmacology-Neuroscientific Basic and Practical
Applications,2nd Ed, :Canbridge.Canbridge University Press;2002.

7. Thase,M.E, Mood Disorder : Neurobiology dalam Sadock .B.Y. and Sadok,V.A,eds :


Comprehensive Textbook of Psychiatry, vol 1 B, 8th ed:New york.Lippincott Williams
and Wilkins,;2005. 1594 1603.

Anda mungkin juga menyukai