1. Budi:
2. Risma
3. Andreas
4. Wina
5. Anton
6. Johan
:
:
:
:
:
: Gawat. Sudah tiga bulan aku di phk, uang pesangon sudah nyaris tak
bersisa aku sudah ke sana ke mari mencari kerja hasilnya sia-sia apalagi
dengan pendidikanku yang pas-pasan tak tahu lagi, apa yang harus
kulakukan apalagi kalau mengingat anak dan istriku. Tambah runyam
jadinya sedang menghidupi diri sendiri saja sudah susah apalagi yaah
aku cuma bisa berdoa dan mengharap belas kasihan Tuhan semoga ada kasih
bertumbuh di tengah krisis ini.
002. RISMA
003. BUDI
: Ada apa bu? Ada apa dengan Toni? Bicara yang jelas, jangan panik begitu.
004. RISMA
: Toni badannya panas sekali memang sudah beberapa hari dia kelihatan lesu
dan tak mau makan. Ibu kuatir sekali, jangan-jangan.
005. BUDI
: Jangan punya pikiran yang bukan-bukan dulu. Coba kita periksakan dulu ke
pak mantri di seberang jalan siapa tahu cuma mau flu saja.
006. RISMA
007. BUDI
: Ayo
BUDI DAN RISMA KELUAR KE KIRI PANGGUNG. MUSIK MENGERAS, BLACK OUT.
ADEGAN 2.
CAHAYA FADE-IN. SUNYI. SEORANG LAKI-LAKI SEDANG DUDUK MEMBACA KORAN.
TAK LAMA KEMUDIAN, SEORANG WANITA MUNCUL DARI KIRI PANGGUNG SAMBIL
MEMBAWA MINUMAN DALAM CANGKIR.
034. WINA
035. ANTON
036. WINA
037. ANTON
: Ini lho, ma dollar kan sudah turun dan rupiah relativ stabil beberapa waktu
belakangan ini, tapi kok sembako ya masih tetap tinggi harganya
038. WINA
: Ah, papa kayak pakar ekonomi saja lantas kita mesti apalagi kalau
keadaannya memang sudah seperti itu?
039. ANTON
: Yaaah cuma ikut prihatin saja kapan kesulitan ekonomi akan berakhir
kasihan juga kalau melihat mereka-mereka yang terpaksa di phk karena
perusahaan tempat mereka bekerja tidak mampu lagi bertahan dalam situasi yang
sulit ini.
040. WINA
: Iya pa, tetangga kita saja sudah beberapa orang yang kena dirumahkan kalau
sedang ketemu ibu-ibu yang lain, ada-ada saja keluhan mereka.
041. ANTON
: Kita patut bersyukur pada Tuhan ya, ma, perusahaan tempat papa bekerja,
sampai saat ini masih mampu bertahan, bahkan masih terus menambah
karyawan lagi
042. WINA
: Yaa.. kita memang patut bersyukur, tapi mama rasa tidak cukup hanya itu,
mestinya kita bisa melakukan sesuatu untuk membantu mereka yang sedang
mengalami kesulitan.
043. ANTON
: Eeee betul juga sih apa yang dikatakan mama. Tapi apa..? apa yang bisa
kita lakukan? Meskipun kita masih bisa hidup layak, tapi kan bukan berarti
hidup kita berkelebihan dibandingkan dulu, ya hidup kita sekarang kan
nyaris pas-pasan iya kan, ma?
044. WINA
: Iya sih, tapi bukan berarti juga kita tidak bisa melakukan sesuatu untuk
membantu mereka. Sebab bagaimanapun juga, kehidupan kita kan masih lebih
baik daripada mereka.
045. ANTON
046. WINA
: Sekarang ini sih belum, tapi coba deh kita pikirkan sama-sama
047. ANTON
: Oke deh, nanti kita bicarakan lagi sekarang papa mau ke kantor dulu, sudah
siang, akhir-akhir ini jalanan tambah macet saja banyak ruas jalan yang
ditutup sehubungan dengan maraknya demo.
048. WINA
: Hati-hati di jalan, pa
049. ANTON
050. WINA
051. ANTON
: Sekarang ini kan makin banyak saja, tukang ngamen, peminta-minta, anak-anak
jalanan, di lampu-lampu merah rasanya tidak ada salahnya juga kita ikut
memikirkan nasib mereka, meskipun hanya sekedar uang kecil yang bisa kita
berikan, tapi setidak-tidaknya itu tindakan nyata yang bisa kita lakukan
052. WINA
: Tapi, hati-hati pa, tidak sedikit dari mereka yang cuma pura-pura saja
053. ANTON
: Ah, mama, kalau kita ingin memberi jangan kita pikirkan mereka bersungguhsungguh atau berpura-pura. Kalau mereka berpura-pura ya mereka menipu diri
sendiri. Oke, papa berangkat dulu.
: Waduh... maaf sekali saudara Budi, saya baru saja memberikan bantuan kepada
beberapa anggota jemaat gereja saya.... jadi... tidak mungkin bagi saya
memberikan bantuan lagi kepada saudara... lagipula saudara kan bukan...
055. BUDI
: Saya mengerti pak Johan, saya mengerti, saya memang tidak seiman dengan
bapak, tapi pak pendeta telah memberikan alamat bapak kepada saya... tolonglah
saya pak Johan... lagipula saya bukannya minta, saya pinjam, nanti pasti saya
kembalikan...
056. JOHAN
057. BUDI
058. JOHAN
: Sudahlah... kalau saya masih punya uang, akan saya kasih, saudara tidak perlu
pinjam, tapi sekarang ini, saya sudah tidak bisa membantu...
059. BUDI
: Tolonglah, pak...
060. JOHAN
: Sudah saya katakan tadi, saya tidak bisa menolong... coba saja saudara cari orang
lain yang sekiranya bisa menolong saudara...
: Saya sudah tidak tahu lagi harus ke mana... saya sudah pergi ke sana ke mari,
tapi semua yang saya datangi, selalu menolak memberi bantuan dengan alasan
sedang krisis.... bapak adalah harapan terakhir bagi saya.... tolonglah, pak, kalau
tidak mungkin anak saya akan mati...
061. BUDI
062. JOHAN
: Saya bukan tidak mau menolong, harap saudara mau mengerti... saudara datang
terlambat, saya telah memberikan bantuan kepada orang lain, yang sisa adalah
untuk keluarga saya.... masa kan saya harus mengorbankan keluarga saya?
063. BUDI
: Ya sudah, kalau bapak memang tidak bisa menolong... barangkali sudah nasib
saya menerima musibah ini... permisi...
: Hhhh aku tidak tahu lagi.. harus cari uang ke mana.. semuanya menolak
memberi pinjaman dengan berbagai alasan.. yaaa.. barangkali sudah nasib.. aku
harus kehilangan anakku Toni.. maafkan bapak, nak.. bapak tidak mampu
membawamu ke dokter..
018. BUDI
019. ANTON
WINA MASUK.
020. WINA
021. ANTON
: Baru... saja!
022. WINA
: Eh.. ada mas Budi juga.. lho.. kok mas Budi kelihatan lesu.. ada apa? Ayo mas..
mampir dulu...
023. BUDI
: Terima kasih, saya sedang terburu-buru, anak saya... anak saya sakit....
024. WINA
025. BUDI
: Demam berdarah....
026. ANTON
: Demam berdarah?! Wah, harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit tuh mas,
kalau terlambat bisa berbahaya....
027. BUDI
028. WINA
029. BUDI
: Saya tidak punya uang untuk membawa Toni ke rumah sakit... saya sudah
berusaha pinjam ke sana ke mari, tapi tidak berhasil, semua yang saya datangi
selalu menolak membantu dengan alasan sedang krisis....
030. ANTON
: Waah... krisis ya krisis, tapi orang sakit kan harus diobati... betul nggak ma?
031. WINA
032. ANTON
: Eeehh... masuk dulu deh mas Budi, coba kita bicarakan sebentar... barangkali
ada yang bisa kami lakukan untuk membantu mas Budi... ayo mas, jangan
sungkan-sungkan...
033. WINA
035. WINA
: Tapi pa, mas Budi itu kan tidak seiman dengan kita, apa pantas kita
menolongnya...
036. ANTON
: Mama, kasih itu tidak mengenal perbedaan. Ingat tidak, kisah mengenai orang
Samaria yang murah hati...
037. WINA
: Iya ya, pa... kalau begitu, kita harus memberikan bantuan pada mas Budi,
kasihan Toni, ia pasti sangat menderita, juga istrinya mas Budi, pasti hatinya
sangat sedih....
038. ANTON
: Tapi... dengan apa ya, kita harus menolong mas Budi... papa kan belum gajian,
apa mama masih punya uang cadangan?
039. WINA
: Sudah habis untuk belanja dan uang sekolah serta seragam Andi.... Oya, mama
ingat sesuatu, sini deh pa.... (MENGAJAK ANTON KE DALAM) Kami tinggal
sebentar ya mas Budi...
040. BUDI
: Iya....
: Mas Budi, terimalah ini, sebagai bantuan dari kami.... saat ini, hanya ini yang
kami punya....
042. BUDI
043. ANTON
: Bukalah mas Budi, kami berikan ini dengan ikhlas.... di tangan kami, bendabenda ini hanya menjadi penghuni lemari, sekarang... di tangan mas Budi,
benda-benda ini lebih berguna untuk menyelamatkan jiwa anak mas Budi....
044. BUDI
045. WINA
: Tidak mas, sekarang cincin-cincin itu lebih berarti bagi mas Budi.... terimalah
dan juallah dan segera bawa Toni ke rumah sakit, sebelum semuanya
terlambat....
046. ANTON
: Betul mas, jangan ragu-ragu... kami telah sepakat untuk memberikan bantuan
kepada mas Budi dengan sepenuh hati....
047. BUDI
: Tapi... cincin-cincin ini adalah pengikat cintah kasih bapak dan ibu....
048. ANTON
: Tidak mas, bagi kami cinta tidak ditentukan oleh sebentuk cincin... tapi tertanam
di dasar hati kami....
050. BUDI
: Saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada bapak dan ibu....
semoga Tuhan saja yang membalas segala kebaikan keluarga di sini....
051. ANTON
: Kami juga berdoa agar Toni dapat segera sembuh.... saya kira sebaiknya mas
Budi cepat-cepat pulang dan cepat-cepat membawa Toni ke rumah sakit....
052. BUDI
: Baik pak... Sekali lagi terima kasih pak, bu... Saya permisi dulu....
053. WINA
: Ayo pa.. mandi.. terus kita makan.. anak-anak udah nunggu di meja makan tuh..
055. ANTON
: Ayooo...