003. Seseorang
:
Sungguh kasihania tidak tahu, betapa pentingnya salib
bagi hidupnya. Apakah tidak ada seseorang yang pernah
memberitahukannya?
004. Pemuda :
005. Seseorang
:
Oh, tentu saja, tentu saja boleh! (Kepada Penonton) Ini
baru kejutan! Belum ditawari, sudah meminta! Ayo, silakan dik,
pilih mana yang kau suka! Gratis, lho
006. Pemuda : Gratis? (Seseorang menganggukan kepalanya, Pemuda memilihmilih salib, mengambil salib yang nomor dua besar) Ah, kukira yang
ini cocok untukku!
007. Seseorang
: Mengapa begitu?
008. Pemuda :
Pertama-tama, tentunya saja karena gratis, maka kupilih yang
cukup besar. Kedua, aku masih muda, masih mampu memikul salib
yang besar. Lagipula, sangat membanggakan rasanya, di manamana orang dapat melihat salib yang kubawa. Yah, aku pilih yang
ini saja!
009. Seseorang
:
Tunggu dulu! Kalau begitu, mengapa tidak kaupilih
yang paling besar saja?
010. Pemuda :
Waaahkalau yang itu terlalu berat untukku. Lagipula,
kayunya kasar dan tampak buruk lagi Ah, sudahlah, aku pilih yang
ini saja. Boleh kan?
011. Seseorang
:
Oh, boleh, bolehsangaaatboleh! Silakan kau ambil
yang itu saja!
012. Pemuda :
013. Seseorang
:
Haaaahh(Menarik napas panjang) di mana-mana anak
muda selalu sama, semangat tinggi, ingin selalu menonjol, tapitakut,
kalau diberi tanggung jawab yang lebih besarhaaahhh
014. Manager
:
(Masuk dari kiri panggung, berdasi, membawa tas
kantor, seorang eksekutif muda) Lho, kok pagi-pagi sudah mengeluh
panjang pendek, ada apa ini?
015. Seseorang
:
Oh, tidak, tidak, saya sedang latihan ilmu pernapasan!
Apakah Saudara juga berminat dengan salib-salib ini?
016. Manager
: Salib Wah, kebetulan sekali. Saya memang sedang mencaricari salib yang cocok untuk saya.
017. Seseorang
Maksud Saudara?
018. Manager
:
Begini! Sebagai seseorang yang sedang memperoleh
karir yang baik, saya membutuhkan sebuah salib yang cocok yang
dapat mewakili keberadaan saya
019. Seseorang
:
(Menunjuk pada salib yang paling besar) Kalau begitu,
salib yang besar itu pasti cocok untuk menjadi simbol kehebatan
Saudara! Bukankah begitu?
020. Manager
021. Seseorang
: Lalu, bagaimana maksud Saudara yang sebenarnya? Coba
katakan!
022. Manager
:
Bukan maksud saya untuk memilih sebuah salib besar
yang dapat melambangkan kehebatan saya Bukan, sama sekali
bukan!
023. Seseorang
Lantas, bagaimana?
024. Manager
: Justru, sebaliknya. Saya menginginkan sebuah salib yang
fleksibel. Yang mudah diajak menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi saya. Jadi, sebuah salib yang sedang besarnya dan cantik
penampilannya.
025. Seseorang
: Yang sedang besarnya, banyak, yang cantik penambilannya,
banyak, yang bisa dua-duanya yah cuma ini! (Menunjuk salib yang
sedang).
026. Manager
027. Seseorang
028. Manager
:
Oh iya, lupa! Oke, saya ambil salib yang ini saja!
Cantik penampilannya, besarnyapun sedang. Mudah terlihat pada
saat diperlukan, sesuai dengan jabatan dan kedudukan saya, mudah
pula disembunyikan (Membuka tas dan memasukkan salib)
bilamana membahayakan karir saya
029. Seseorang
: Ooohbegitu(Mengangguk-anggukkan kepala) Pintar sekali
Saudara ini!
030. Manager
:
Yaahbukankah Tuhan mengatakan bahwa kita harus
cerdik seperti ular, ya itulah yang kulakukan!
031. Seseorang
032. Manager
033. Seseorang
:
(Seperti tersentak dari lamunan) O, yaya, yasilakan,
silakan(Manager berlalu). (Menggumam sendiri) Cerdikse..
per..ti..u..lar, cerdik seperti ular, cerdik sep.. (Membuka-buka kitab
yang dibawanya) Ah, ini diacerdik seperti ular dan tulus seperti
merpatihei, hei, hei Merpatinyama..na..!
034. Si Kaya :
(Berdasi, memakai setelan jas, dan segala atribut yang
menunjukkan kekayaannya, masuk langsung menghampiri
Seseorang) Saya dengar Saudara mempunyai koleksi berbagai
macam salib
035. Seseorang
036. Si Kaya :
Tolong carikan sebuah yang pas untuk saya. Berapa pun akan
saya bayar (Mengeluarkan seikat uang kertas)!
037. Seseorang
:
Tidak, tidak perlu! Bapak tidak perlu membayar
sepeserpun. Salib ini diberikan dengan cuma-cuma, asal saja Bapak
mau memilikinya!
038. Si Kaya : Kalau begitu, ambil saja uang itu untukmu. Terserah mau kamu
apakan!
039. Seseorang
:
Terima kasih, Pak, terima kasih. Bapak seorang yang
sangat dermawan. Nanti uangnya akan saya berikan kepada mereka
yang membutuhkannya. Sekali lagi terima kasih, Pak.
040. Si Kaya : Tidak apa-apa. Ayo, mana salibnya?
041. Seseorang
: Saya kira(Memandang sejenak ke Si Kaya, lalu ke arah
salib, beberapa kali) ah, yang ini (Mengambil salib paling besar)
sangat cocok untuk Bapak!
042. Si Kaya :
Apa?! (Terkejut) Sebesar dan seburuk itu? Tidak, tidak,
jangan paksa aku untuk memikul salib sebesar dan seburuk itu! Aku
tidak akan sanggup!
043. Seseorang
044. Si Kaya : (Melihat-lihat dan menimbang-nimbang salib yang ada) Nah, yang
ini saja! (Mengambil salib yang paling kecil dengan gembira).
045. Seseorang
: Sekecil itu?
046. Si Kaya :Yah, aku kira yang ini paling cocok untukku, kecil dan praktis.
Untuk seorang bussinessmen seperti aku yang selalu sibuk, tidak
akan cukup waktuku jika harus memilih salib yang besar-besar.
047. Seseorang
Oya? Begitukah?
048. Si Kaya :
Ya, salib yang besar kan cocoknya untuk mereka yang masih
muda dan punya banyak waktu. Kalau bagiku, hanya bikin repot
saja. Enak yang seperti ini (Memperlihatkan salib yang kecil) ilik
yo..!Ah, maaf saya tidak punya lebih banyak waktu lagi, saya harus
segera berangkat ke luar negeri. Sampai jumpa(Out).
049. Seseorang
:
Benarkan Saudara-saudara. Seperti yang saya katakan
pada awal saya baru tiba tadi. Ternyata di sini pun tidak ada yang
berminat dengan salib yang besar dan buruk itu. Lalu ke mana lagi
saya harus menawarkannya? Saya sudah lelah, terus memikulnya
kian kemari. Haruskah saya terus memikulnya sendirian?
Ataubegini saja, salib ini saya titipkan saja di sini, barangkali saja
suatu hari nanti ada yang berminat. Atau, barangkali di antara
saudara-saudara ada yang ingin memikulnya? Maaf, saya harus
berangkat lagi. Terima kasih, telah memperbolehkan saya
beristirahat sejenak di sini. Permisi! Sampai jumpa!
Seseorang berjalan keluar diiringi musik yang meriah. Disusul suara hiruk-pikuk
seperti di jalan raya.
Selesai.
Cileduq, 24 Maret 1997
Pk. 00.38
Yung Darius.