Anda di halaman 1dari 2

Lisa Ariyani Darmawan

I0212047

ARSITEKTUR REGIONALISME
KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT
Menurut Wondoamiseno (1991), wujud arsitektur regionalisme dapat dilihat
dalam beberapa kecendrungan, yang disebutnya dengan penyatuan Asitektur
Masa Lampau (AML) dan Arsitektur Masa Kini (AMK) sebagai berikut :
a. Tempelan elemen AML pada AMK
b. Elemen fisik AML menyatu di dalam AMK
c. Elemen fisik AML tidak terlihat jelas dalam AMK
d. Ujud AML mendominasi AMK
e. Ekspresi ujud AML menyatu di dalam AML
Menurut Wondoamiseno, untuk dapat menyatakan bahwa AML menyatu di
dalam AMK, maka AML dan AMK secara visual harus merupakan kesatuan (unity).
Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam komposisi arsitektur. Kesatuan
itu tidak hanya visual tetapi juga bisa dalam kualitas abstrak, yaitu bagaimana
reaksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
bangunan. Untuk mendapatkan kesatuan dalam komposisi arsitektur ada tiga
syarat utama yaitu adanya :
a. Dominan (dominasi)
Sesuatu yang dominan yaitu ada salah satu unsur visual yang menguasai
keseluruhan komposisi.
b.Pengulangan
Pengulangan di dalam komposisi dapat dilakukan dengan mengulang
bentuk, warna, tekstur, maupun proporsi.
c. Kesinambungan dalam komposisi
Kesinambungan atau kemenerusan adalah adanya garis penghubung maya
(imaginer) yang menghubungkan perletakan obyek-obyek pembentuk komposisi.
Kasus Regionalisme Arsitektur di Sumatera Barat
Tempelan elemen AML pada AMK
Bangunan moderen yang memperlihatkan tempelan AML pada AMK banyak
terdapat di Sumatera Barat, misalnya di kota Padang dan Bukittinggi. Hal ini
terjadi karena pada awalnya desain bangunan ini di rancang sebagai bangunan
moderen, kemudian ada paksaan dari Pemda untuk memberi unsur tambahan
atap yang berbentuk gonjong. Akibatnya terjadi ketidakharmonisan bentuk
desain yang terjadi. Contohnya ialah kantor Gubernur Sumatera Barat.

Lisa Ariyani Darmawan


I0212047

Anda mungkin juga menyukai