TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecacingan
Cacing yang ditularkan melalui perantaraan tanah adalah cacing yang
untuk menyelesaikan siklus hidupnya perlu hidup di tanah yang sesuai untuk
dapat berkembang menjadi bentuk infeksi bagi manusia. (Hadidjaja, 1990).
Infeksi oleh Cacing yang ditularkan melalui tanah ini sering disebut juga
sebagai Kecacingan saja.
Spesies yang sering menyebabkan infeksi pada manusia adalah cacing
yang termasuk dalam golongan nematoda usus. Nematoda usus tersebut yang
penularannya melalui tanah adalah cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ),
cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ), cacing
cambuk ( Trichuris trichiura ) dan Strongyloides stercoralis dan beberapa
spesies Trichostrongylus. Spesies lain yang termasuk golongan nematoda
usus namun penularannya tidak melalui tanah adalah Enterobius vermicularis
( cacing kremi ) dan Trichinella spiralis . (FKUI, 1998).
B. Soil Transmitted Helminths
Soil Transmitted Helminths adalah kelompok cacing yang penularannya
melalui perantaraan tanah dan dikenal dengan istilah nematoda usus.
Nematoda usus yang terkenal dan sering menyebabkan kecacingan pada
manusia adalah :
definitifnya
adalah
manusia.
Penyakit
yang
Cacing
dewasa
dapat
ditemukan
dengan
4.
Epidemiologi
Cacing ini ditemukan kosmopolit, di Indonesia prevalensinya
tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60 90 %. Tanah
liat, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25 -30 derajat
celcius merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya
telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. (FKUI, 1998).
Siklus Hidup
Hospes definitif cacing ini adalah manusia. Penyakit yang
disebabkannya adalah nekatoriasis dan ankilostomiasis. Telur yang
berisi embrio keluar bersama tinja penderita,di dalam tanah dalam
waktu 2 hari telur menetas menjadi larva rabditiform yang tidak
infektif, tapi sesudah mengadakan pergantian dua kali maka larva
akan berubah menjadi filariform yang infektif, kemudian masuk
tubuh hospes dengan menembus kulit sehat yang tidak tertutup,
kemudian masuk kepembuluh darah atau limfe, kemudian ke
sirkulasi vena, jantung kanan, kapiler paru, alveoli bronki, trakea,
dan faring, esophagus ke usus halus dan berkembang menjadi
dewasa. (Soedarto, 1991).
2.
Aspek Klinis
Gejala-gejala penyakit cacing tambang mulai dengan
timbulnya gatal tanah, terjadi pada saat larva filariform menembus
kulit. (Staff Pengajar FKUI,1998). Cacing dewasa yang menghisap
darah penderita akan menimbulkan anemia hipokrom mikrositer,
akibat anemia maka penderita akan mengalami ganguan perut,
penurunan keasaman asam lambung , sembelit dan steatore.
Penderita tampak pucat, perut buncit, rambut kering, dan mudah
lepas. (Soedarto, 1991)
3.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam
tinja.Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk
membedakan spesies Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale dapat dilakukan biakan tinja misalnya dengan cara
Harada- Mori.( FKUI, 1998)
4.
Epidemiologi
Cacing tambang ditemukan kosmopolit, di Indonesia insiden
tertinggi ditemukan pada pekerja perkebunan yang langsung
berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70 %. Tanah
yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur ( pasir,
humus ) dengan suhu optimum untuk Necator americanus 28 32
derajat celcius, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale 23 25
derajat celcius. Pada umumnya Ancylostoma duodenale lebih kuat.
(FKUI, 1998)
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tinja untuk
menemukan telur cacing.( FKUI, 1998).
4. Epidemiologi
Cacing ini ditemukan kosmopolit, Frekuensi di Indonesia
tinggi berkisar antara 30 90 % di daerah pedesaan. Telur tumbuh
dengan baik di tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu
optimum kira-kira 30 derajat celcius. Cacing ini ditemukan di semua
daerah yang memiliki sanitasi yang mendukung pertumbuhannya.(
FKUI, 1998
Diagnosis
Diagnosis pasti dengan menemukan larva rabditiform dalam
tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum. (FKUI,1998)
10
4.
Epidemiologi
Daerah yang panas, kelembaban yang tinggi dan sanitasi
yang kurang, sangat menguntungkan Cacing ini dalam siklus
hidupnya. Tanah yang gembur, berpasir dan humus sangat baik
untuk pertumbuhan larva cacing ini. Nematoda ini terutama terdapat
di daerah tropik dan subtropik, frekuensi di Jakarta pada tahun 1956
sekitar 10 15 %, tetapi sekarang jarang ditemukan. Sanitasi yang
baik dan melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi dapat
mencegah infeksi dari cacing tersebut. (FKUI,1998).
11
sekolah
menengah
pertama
dan
sekolah
menengah
kemudian mereka cetak dengan mempergunakan cetakan dan setelah itu hasil
cetakannya mereka keringkan di terik matahari sampai kering betul baru
kemudian dibakar di tungku pembakaran selama satu minggu, dan pembuatan
batu-bata selesai. Pekerja batu-bata beristirahat jam 12.00 dan selesai bekerja
jam 17.00. Hal tersebut rutin dilakukan setiap hari selama bertahuntahun.(Pengamatan langsung pembuatan batu-bata oleh penulis).
Selama aktifitasnya di tobong biasanya para pekerja pembuat batu-bata
sambil bekerja mereka merokok dan juga makan-makanan ringan,sebagian
ada yang mencuci tangan dahulu dan sebagian ada yang tidak mencuci
tangan dahulu. Hal tersebut sering mereka lakukan setiap hari selama
bertahun-tahun. Para pekerja pembuat batu-bata paling sedikit telah bekerja
selama tiga tahun.(Pengamatan langsung pembuatan batu-bata oleh penulis).
12