Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas didefinisikan masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai,
namun secara popular diketahu istilah tersebut mencangkup 6 minggu berikutnya
saat terjadi involusi kehamilan normal.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara maju maupun
dinegara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamian dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta
bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. (Myles.2009)
Ganguan masa nifas yang menyebabkan kesakitan pada ibu post partum
adalah gangguan proses pemilihan selama masa nifas yaitu proses involusi uterus
dan kejadian diastasis rektus abdominis (pemisahan otot otot perut).
Kejadian diastasis rektus abdominis pada trimester III kehamilan adalah
sebesar 66 %, segera setelah persalinan 53 % dan dua bulan setelah persalinan
sebesar 36 %. Wanita yang sering melakukan latihan sebelum dan selama
kehamilan tidak mengalami diastasis rektus abdominis. Berdasarkan prosentase
prevalensi tersebut wanita yang mengalami diastasis rektus abdominis cukup
besar, sehingga adanya upaya untuk mencegah dan menurunkan angka kejadian
tersebut. (Scott, 2008)

Diastasis musculus rectus abdominis akan berdampak pada kelemahan otot


otot abdominalis, sehingga pada saat pengembangan (pembesaran) uterus
menjelang persalinan tidak tertahan dengan baik oleh otot abdomen. Keadaan
demikian akan menyebabkan terjadinya overdistention uterus. Kondisi demikian
akan diperburuk dengan rendahnya tekanan intra abdominal yang disebabkan oleh
lemahnya otot-otot abdomen. Terjadinya kelemahan otot-otot abdomen berkaitan
erat dengan distensi (penguluran) selama kehamilan yang kemungkinan diperberat
pula dengan disertai terjadinya diastasis musculus recus abdominis, yang dapat
menurunkan integritas dan fungsi kekuatan otot abdomen (core integrity) dan juga
akan membuat instability pelvic.
Oleh karena itu pemeriksaan diastasis rektus abdominalis selama masa
nifas sangatlah penting selain mendeteksi pemisahan otot abdomen juga dapat
mengidentifikasi penyebab terjadinya ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
selama masa nifas. Adapun factor resiko ibu yang memiliki diastasis rektus
abdominis adalah ibu dengan riwayat kehamilan grande multipara, gemeli dan
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Bidan seharusnya bisa
mendeteksi dan melakukan pemeriksaan diastasis rektus abdominis sehingga
dapat melakukan intervensi pada pasien yang telah terdeteksi mengalami diastasis
rektus abdominis.
Bidan berperan dalam

memberikan asuhan masa nifas untuk dapat

memastikan ibu merasa nyaman dalam menjalani masa nifas dan selalu memberi
dukungan dalam proses adaptasi yang dilalui ibu. Salah satu yang dapat dilakukan
bidan pada ibu dengan diatasis rektus abdominis adalah mobilisasi dini dan senam
nifas.

Senam nifas merupakan salah satu cara untuk mengurangi berbagai


masalah atau gangguan fisiologis maupun psikologis yang terjadi pada ibu post
partum. Hal ini karena senam nifas merupakan cara untuk mobilisasi dini yang
sangat dianjurkan untuk ibu post partum. Manfaat lain dari senam nifas adalah
mencegah diastasis rektus abdominis dan mengencangkan otot abdomen.
Keuntungan yang di peroleh karena proses pemulihan fisik yang cepat dan
baik bagi ibu adalah perasaan yan lebih baik, lebih sehat, lebih kuat dan
memungkinkan ibu untuk dapat segera merawat dan membesarkan bayinya.
Berdasarkan catatan rekam medik dan anamnesa kepada petugas di
ruangan rawatan nifas RSUD pariaman, tidak ada dilakukan pemeriksaan diastasis
rekti. Selama dinas 1 minggu di ruang nifas kebidanan penulis menemukan kasus
ibu dengan grande multipara, riwayat gemeli dengan diastasis rekti. Oleh karena
itu penulis mengambil kasus tentang Pemeriksaan Diastasis Rekti Abdominis
Pada Ibu Nifas Ny.S P4A1H4 dengan riwayat Grande Multipara dan Gamelli di
Ruangan Rawatan Nifas RSUD Pariaman.

B. Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Kebidanan Tentang Pemeriksaan Diastasis Rekti
Abdominis Pada Ibu Nifas Ny.S P4A1H4 Hari Pertama di Ruangan Nifas RSUD
Pariaman?

C. Tujuan
Untuk memamahi dan mengetahui tentang:
1. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis pada ibu nifas dengan riwayat
Grande Multipara dan Gamelli.
2. Kajian Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan diastasis rektus
abdominis.

BAB II
STUDI PUSTAKA

A.

Definisi diastasis rekti

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 2005) sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.

Diastasis recti abdominis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi


dapat terjadi di mana saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis).
Ini adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu
dan ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim. Diastasis recti
abdominis dapat terjadi dalam berbagai derajat selama kehamilan dan tidak
mungkin menyelesaikan secara spontan pada periode postpartum.
B.

Factor Resiko dan Gejala Diastasis Recti Abdominis

Diastasis recti abdominis tampak seperti punggung bukit, yang berjalan di


tengah area perut. Ini membentang dari dasar proses Xifoideus ke tulang
umbilicus dan kemaluan, dan dapat meningkat dengan adanya ketegangan otot.

Faktor resiko :
1. Wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan
peregangan otot yang berulang. Peregangan yang berlebihan pada kulit
dan jaringan lunak di bagian depan dinding abdomen mungkin bisa
jadi salah satu tanda kondisi diastasi recti abdominis yang tejadi pada
awal kehamilan. Diastasis recti abdominis biasanya muncul pada
trimester kedua. Insiden tertinggi terjadi pada trimester ketiga dan
tetap tinggi pada periode pasca-melahirkan.
2. Multiparitas
Pada akhir kehamilan, bagian atas rahim (fundus uteri) sering terlihat
menonjol keluar dari dinding abdomen. Garis bagian dari bayi yang
belum lahir dapat dilihat dalam beberapa kasus yang parah. Fenomena
ini lebih sering terjadi pada ibu dengan multiparitas, karena linea alba
mengalami peregangan berulang.
3. Wanita hamil yang tidak berolahraga lebih banyak terjadi diastasis
recti abdominis dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Gejala :
1. Sakit punggung, disfungsi dasar panggul, hernia, cacat kosmetik dan
gangguan persalinan pervaginam.
Karena tidak adanya stabilisasi yang dinamis maka otot-otot perut
akan membuat dinding perut menjadi lemah dan dapat membahayakan
stabilitas batang dan mobilitas.
2. Nyeri panggul adalah manifestasi paling umum dari diastasis recti
abdominis.

Sebuah studi retrospektif yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Spitznagle
meneliti

prevalensi

diastasis

recti

abdominis

pada

populasi

pasien

urogynecological dan ditemukan 66% dari semua pasien dengan diastasis recti
abdominis memiliki dukungan yang berhubungan dengan disfungsi panggul
(SPFD), diagnosa stres, inkontinensia urin, inkontinensia feses dan organ panggul
prolaps.
C. Patofisiologi diastasis rekti
Otot- otot abdomen tersusun oleh empat lapisan otot adalah
1. Musculus rectus abdominis, berjalan vertikal dari cartilago costae 5-7,
procesus xiphoideus os sternum ke crista symohysis pubis dan berfungsi
sebagai fleksi columna vertebralis (forward bending). Kedua otot ini
dihubungkan oleh connective tissue yang dikenal dengan linea alba.
2. Musculus obliqus abdominis externus, terletak sepanjang samping rectus
abdominis. Bagian atas dan lateral melekat pada bagian bawah kosta ke
delapan oleh tendon dengan insersionya saling mengunci dengan seratus
anterior, sedangkan bagian tengah dan bawah melekat pada crista iliaca
bagian depan, ligamentum inguinale dan apponeu-rosisnya pada linea alba
(dari os costa sampai dengan cresta pubica). Bila kedua otot (dextra dan
sinistra) bekerja bersama-sama akan menghasilkan gerakan fleksi columna
vertebral tetapi bila bekerja satu sisi akan melakukan gerakan rotasi
columna vertebral.
3. Musculus obliqus abdominis internus, Origo pada: ligamentum inguinale,
cresta iliaca dan fascia lumbosacral. Sedangkan insersionya pada sternum,
linea alba, dan permukaan bawah costa 10-12. Serabut depan-bawah
berfungsi sebagai penekan dan penyangga organ viscera abdomen bawah

bersama-sama musculus tranversus abdominis. Serabut lateral bila kedua


sisi bekerja bersama akan menghasilkan gerakan fleksi columna vertebral,
sedang-kan bila bekerja satu sisi akan menghasilkan gerakan rotasi
columna vertebral.
4. Musculus transverses abdominis, Origo pada permukaan dalam cartilago
costa (enam bawah), procesus transversus lumbal 4-5, fascia thorodorsalis,
permukaan dalam cresta iliaca bagian depan. Sedangkan insersionya pada
linea alba, cresta pubica, dan pecten osis pubis. Otot ini merupakan lapisan
paling dalam dari otot dinding abdomen yang berfungsi membuat
abdomen dan menekan organ viscera abdomen, serta memberikan
stabilisasi vertebra lumbalis.
Otot-otot dinding abdomen berperan besar dalam gerakan fleksi dan rotasi
vertebral serta berfungsi sebagai stability posture dan meningkatkan tekanan intra
abdomen (yang digunakan untuk defekasi, pengeluaran urin, proses persalinan,
dan kekutan ekshalasi). Ketika musculus transverses abdominis kontraksi, semua
otot abdomen akan berkontraksi secara bersama-sama karena mempunyai tempat
sambungan bersama (linea alba), sehingga meminimalisir terjadinya diastasis
recti. Penegasan ini menjelaskan bahwa keempat otot dinding abdomen memiliki
insersio yang sama, yakni pada linea alba sehingga bila linea alba tidak terjadi
diastasis maka kontraksi otot yang dilakukan bersama-sama akan memberikan
penekanan (pressure) organ viscera (peningkatan tekanan intra abdomen) dan
akan memberikan stabilitas vertebra segmen lumbalis.
Colliton menjelaskan biomekanika lumbal spine selama kehamilan, bahwa
corpus vertebra lumbal lebih besar dibandingkan dengan korpus vertebra cervical
dan thoracal, yang menerima beban dan tekanan pada saat posisi tegak (vertical).
Fungsi vertebra lumbal dibedakan dalam bagian depan dan bagian belakang. Pada

bagian depan terjadi compresi discus inter-vertebral oleh corpus vertebral atas dan
bawahnya, sebagai support dan weight-bearing seperti shock absorbsi. Sedangkan
bagian belakang tidak berfungsi sebagai weight-bearing, tetapi sebagai tempat dan
melindungi medulla spinalis. Lumbar spine termasuk sendi diarthrodial, sehingga
berfungsi gerak flexi, extensi, dan lateral bending. Selama kehamilan, terjadi
perubahan postur yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan dalam posisi
tegak sebagai akibat penambahan berat badan, dimana rata-rata penambahan berat
badan antara (10-12) kg. Selain terjadi penambahan berat badan, juga terjadi
penambahan volume intra abdomen yakni setelah 12 minggu kehamilan, uterus
tidak bisa di dalam cavum pelvis tetapi bergeser ke arah abdomen dan ke depan.
Pada perkembangan selanjutnya, otot-otot abdomen akan terulur dan kekuatannya
menurun_akan kehilangan kemampuan untuk memberikan kontribusi yang efektif
dalam memelihara posture. Perubahan biomekanikal ini akan menyebabkan
lordosis lumbalis semakin meningkat (bertambah), sehingga pusat titik berat akan
bergeser ke postero caudal. Begitu pula, produksi hormon relaxin akan meningkat
menjelang akhir kehamilan, dan mencapai puncaknya (10 kali) pada usia
kehamilan 38-42 minggu. Relaxin akan menyebabkan joint laxity, yang
diperlukan untuk perluasan cavum pelvis; tidak terkecuali pada persendian lumbal
yang akan menyebabkan kelenturan ligamantum longitudinale anterior dan
posterior, dan juga pada jaringan conective termasuk linea alba akan lentur dan
mudah terulur.
Gilleard, menjelaskan perubahan biomekanika lumbar spine selama
kehamilan, bahwa tubuh harus mengakomodasi perubahan pada pembesaran
uterus dan peningkatan berat badan, Oleh karenanya system musculoskeletal
harus beradaptasi terhadap bentuk (morfologi) dan fungsi kerja yang terjadi.

Setelah pelahiran juga harus melakukan penyesuaian terhadap adanya perubahan


massa dan dimensi tersebut. Adaptasi morfologi yang sangat terlihat ialah
perubahan pada trunk, yang mencakup perubahan: peningkatan diameter thorac,
peningkatan lingkar dan diameter abdomen. Peningkatan dimensi trunk ini akan
diikuti oleh penyesuaian struktur otot-otot abdominis menjadi lebih memanjang,
dan selanjutnya akan terjadinya dias-tasis rectus abdominis. Peningkatan dimensi
trunk dapat membatasi jarak gerak sendi hip dan segmen trunk. Jarak gerak sendi
tersebut akan kembali seperti sebelum kehamilan, setelah 16 minggu
pascapersalinan
D. Diagnosis diastasis recti abdominis
Ultrasonography (USG) merupakan metode yang akurat untuk mengukur
diastasis rektus atas umbilikus dan di tingkat pusat. Namun karena ketebatasan
alat kesehatan yg ada, penyedia layanan kesehatan dapat melakukan tes palpasi
cepat untuk menilai diastasis recti abdominis. Diastasis recti abdominis sulit
ditemukan pada perut dalam keadaan rileks. Sebuah pemeriksaan memerlukan
kontraksi otot rektus abdominis, dan akan memungkinkan untuk penilaian
diastasis recti abdominis. Sebuah pemisahan atau peregangan otot pada bagian
tengah perut yang diukur setelah kehamilan umumnya memiliki lebar sekitar satu
hingga dua jari dan tidak menjadi masalah. Tetapi jika lebar peregangan otot di
garis tengah adalah lebih dari dua setengah jari dan lebarnya tidak menyusut
saat pasien mengencangkan otot perut nya serta terdapat gundukan kecil menonjol
di garis tengah perut, maka pasien mungkin memiliki diastasis recti abdominis
dan perlu mengambil tindakan pencegahan yang khusus untuk mengatasinya
seperti dengan melakukan beberapa latihan dan kegiatan lainnya.

10

Diastasis recti abdominis terjadi jika dalam pemeriksaan tedapat


peregangan otot atau pemisahan otot pada garis tengah perut hingga dua jari atau
lebih atau ibu/pelayan kesehatan dapat memasukkan dua jari atau lebih ke dalam
ruang unggul umbilikus. Pada kontraksi perut lanjut, pemisahan atau peregangan
otot pada garis tengah perut harus menutup, namun jika masih ada peregangan
yang lebarnya lebih besar dari 1 jari, itu merupakan diastasis recti abdominis
positif. Seperti tes biasanya yang diberikan pada wanita postpartum untuk
memeriksa integritas dari recti abdominis, dan harus ditekankan bahwa tes ini
dapat dilakukan pada ibu pasca-caesar hanya setelah sayatan mereka sudah
sembuh, sekitar 6-10 minggu setelah operasi.
Cara mengukur diastasis rektus abdominis (Mariah dan alfiyati, 2005):
1. Atur posisi wanita berbaring telentang datar tanpa bantal dibawah kepala
2. Tempatkan ujung ujung jari salah satu tangan anda pada garis tengah
abdomen dengan ujung jari telunjuk tepat pada bawah umbilicus dan jari
yang lain berbasis longitudinal kebawah ke arah simpisis pubis
3.

Minta wanita menaikan kepala berupaya meletakan dagu di dadanya


diantara area payudara. Pastikan tidak menekan tangannya di tempat tidur
atau mencengkram matras untuk membantu dirinya, karena hal ini
mencegah penggunaan otot otot abdomen.

4. Ketika wanita berupaya meletakan dagunya diantara payudara, tekan ujung


jari anda perlahan dekat ke abdomennya. Anda akan merasakan otot otot
abdomen layaknya dua karet yang mendekati garis tengah dari kedua sisi.
5. Ukur celah tersebut ketika otot dikontraksikan
6. Minta wanita menurunkan kepalanya

11

7. Ketika menurunkan kepala otot otot abdomen akan bergerak jauh memisah
dan kurang dapat dibedakan ketika otot relaksasi. Ujung jari anda akan
mengikuti otot rectus memisah kesisi lateral masing masing abdomen.
8. Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan relaksasi.
Bennet (2007) menjelaskan bahwa setelah melakukan pemeriksaan rektus
ditemukan bahwa celah otot rectus ibu lebih lebar dua jari dan setelah 48 jam
otot rectus harus diperiksa lagi untuk adanya diastasis yang mungkin terjadi
pada masa kehamilan atau persalinan. Celah selebar dua jari dianggap normal,
dan ibu teru melatih otot oblik abdomen tersebut. Namun jika celah lebih lebar
dan terdapat penonjolan abdomen ketika mengangkat kepala, latihan
tranversus dan latihan menengadahkan pelvis yang harus dilakukan sangat
teratur hingga celah tersebut mengecil.
E. Faktor yang mempengaruhi munculnya diatasis rectus abdominis
Selama kehamilan relaksasi sendi pelvik terjadi akibat perubahan
hormonal. Sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama
kehamilan dan redistribusi permusatana terdapat pengaruh hormone pada struktur
ligament. Kedua factor ini merubah postur tubuh ibu hamil. Pusat gravitasi tubuh
bergeser kedepan dan dikombinasikan dengan peregangan otot abdomen yang
lemah akan mengakibatkan lekukan pada bahuserta dagu yang menggantung. Ada
kecendrungan bagi oto memendek jika otot abdomen meregang sehingga
mengakibatkan ketidak seimbangan otot disekitar pelvis dan tegangan tambahan
dapat dirasakan diatas ligament tersebut dan menyebabkan nyeri punggung.

12

F.

Prognosa

Pasien biasanya tidak dalam keadaan baik. Dalam kebanyakan kasus,


diastasis recti abdominis biasanya sembuh sendiri selama periode postpartum 6
minggu sampai 3 bulan. Namun, diastasis recti abdominis juga dapat berlanjut
lama. Intervensi lebih lanjut mungkin diperlukan jika pemulihan diastasis recti
abdominis tidak terjadi. Latihan terapi spesifik dapat membantu meningkatkan
kondisi. Hernia umbilikalis dapat terjadi dalam beberapa kasus. Jika nyeri hadir,
operasi mungkin diperlukan. Secara umum, komplikasi hanya terjadi ketika hernia
berkembang.
G.

Komplikasi diastasis recti abdominis

1. Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis, komplikasi paling serius
diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah hernia umbilikalis terjadi
ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian dari usus untuk
menonjol.
2. Back Pain
Karena otot-otot perut mendukung tulang belakang, diastasis recti dapat
menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda. Rendah kembali
sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk
H. Latihan/ senam nifas
Bebat abdomen tidak diperlukan karena tidak mampu membantu
mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen luar biasa kendur dan
menggantung, penggunaan korset biasa seringkali sudah cukup membantu.
Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai
kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada perut
berkurang pada seksio sesarea.

13

Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan


pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal;
menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu
mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
a.
Tahap Satu : 24 jam sesudah melahirkan (Latihan Kegel)
b.
Tahap Dua : Tiga hari sesudah melahirkan
c.
Tahap Tiga : Sesudah pemeriksaan pasca-melahirkan.
Berikut adalah gerakan senam nifas secara bertahap :
a) Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah
area iga iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan paru paru. Lakukan dalam waktu 5 10 kali
hitungan pada pagi dan sore hari

Gambar 1 : Gerakan senam hari pertama


Rasional :
Latihan pernafasan ini ditujukan untuk memperlancar peredaran darah dan
pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan teroksigenasi dengan baik sehingga
hal ini juga akan membantu proses pemulihan tubuh.
b) Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan. Pada waktu
14

yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada
regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada
pagi dan sore.

Gambar 2 : Gerakan senam hari kedua


Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan kembali otot-otot
lengan.
c) Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan. Tarik
dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6 kali dalam
latihan pagi dan sore.

Gambar 3 : Gerakan senam hari ketiga


Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali otot - otot daar panggul yang
sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan.

15

d) Hari keempat
Memiringkan

panggul.

Berbaring

lutut

ditekuk.

Kontraksikan

kencangkan otot otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan
otot otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam
10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 4 : Gerakan senam hari keemapat


Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan kembali otot-otot
punggung.
e) Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira kira 45, tahan 3 detik dan rileks dengan perlahan.
Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore

16

Gambar 5 : Gerakan senam hari kelima


Rasional :
Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh diantaranya otot-otot
punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-otot paha.

f) Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 secara bergantian antara kaki kiri dan
kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan

17

Gambar 6 : Gerakan senam hari keenam


Rasional :
Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot di kaki yang selama kehamilan
menyangga beban yang berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi di daerah
kaki sehingga mengurangi resiko edema kaki.
g) Hari ketujuh
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak melengkung
dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari jari kaki
seperti mencakar dan meregangkan, selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung
kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan
telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji. Lakukan
gerakan ini masing masing selama setengah menit dengan 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.

Gambar 7 : Gerakan senam nifas hari ketujuh


Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang
ditekuk ke belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan

18

berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan


memaksa.
Rasional :
Menguatkan otot-otot di kaki dan memperlancar sirkulasi sehingga mengurangi
resiko edema kaki.

BAB III
KAJIAN KASUS

Hari / Tanggal : Selasa / 7 Juli 2015


Pukul

: 10.30 WIB

No. MR

: 002521

Data Subjektif
1. Biodata
Nama

: Ny. S

Nama Suami : Tn A

Umur

: 35 Tahun

Umur

: 37 Tahun

Suku/Bangsa : Minang / Indonesia Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia

19

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan : S1

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: PNS Guru

Pekerjaan

: Polisi

Alamat

: Sungai Sarik

Alamat

: Sungai Sarik

2. Keluhan Utama : Ibu merasakan nyeri daerah panggul sejak


persalinan.

3. Riwayat Obstetsi
a. Riwayat Menstruasi
Menarche

: 14 Tahun

Siklus

: 28 hari

Lamanya

: 6 hari

Banyaknya

: 3-4 x ganti duek

Keluhan

: Tidak ada

b. Riwayat Pernikahan
Perkawinan yang ke

:I

Status

: Sah

Umur Ibu Waktu Nikah

: 22 tahun

Umur Suami Waktu Nikah

: 24 tahun

Lama Nikah Baru Hamil

: 2 Bulan

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


- Lahir tanggal 19 November 2007 Jenis kelamin laki laki,
meninggal dunia setelah berumur 12 hari atas indikasi atresia ani

20

dengan berat badan 3.600 gram lahir normal ditolong bidan,


tidak ada komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas
- 25 Desember 2008 lahir anak perempuan dengan berat badan
3.600 gram di puskesmas secara normal, tidak ada komplikasi
selama kehamilan, persalinan dan nifas
- tahun 2011 mengalami keguguran dengan usia kehamilan 2,5
bulan
- tahun 12 Desember 2012 lahir anak kembar jenis kelamin laki
laki pervaginam ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir
2.900 gram dan 2.700 gram. tidak ada komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas
Riwayat kehamilan ke 5 : ini
d. Riwayat KB
Jenis

: Impan selama 2 tahun

Keluhan : Perdarahan
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan aterm 39 40 minggu
f. Riwayat Persalinan
Tanggal Persalinan : 6 Juli 2015

Pukul : 11.20 WIB

Tempat Bersalin

: Ruang Ponek RSUD Pariaman

Jenis Persalinan

: Spontan

Komplikasi

: Tidak ada

21

Plasenta

: Lahir spontan dan lengkap, 17 x 16 x 2,5


cm, berat 500 gram, panjang tali pusat
50 cm

Terdapat laserasi derajat 2


Perdarahan 90 cc
Keadaan Bayi

Jenis Kelamin

: Perempuan

Berat badan

: 3700 gram

Panjang badan

: 47 cm

A/S

: 8/9

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit sistemik, menular, dan
keturunan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi
yang dilahirkan ibu.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan dan
penyakit menular.
c. Riwayat Kehamilan Kembar
Ada dari keluarga ibu
5. Pola Kegiatan Sehari-hari
a.

Nutrisi
Makan
Selama hamil pola makan ibu normal, tidak ada keluhan
22

Frekwensi

: 3x sehari

Menu

: 1 piring sedang nasi + 1 mangkok kecil

sayur + 1 potong lauk + 1 buah-buahan


Keluhan

: tidak ada

Minum

b.

Frekwensi

: 5 6 gelas/hari

Jenis

: Air putih

Keluhan

: tidak ada

Eliminasi
BAB
Frekwensi

: 1x sehari

Konsistensi

: Lembek

Warna

: Kuning kecoklatan

Keluhan

: Tidak ada

BAK

c.

Frekwensi

: 4-5 x setelah melahirkan

Warna

: kuning jernih

Keluhan

: tidak ada

Istirahat
Tidur Malam : 5 6 jam

d.

Tidur Siang

: 1 2 jam

Keluhan

: tidak ada

Olah Raga
Frekwensi

: Tidak ada

23

Jenis
e.

: Tidak ada

Personal Hygiene
Mandi

: 2 x sehari

Gosok gigi

: 2 x sehari

Keramas

: 1 x sehari

Ganti Pakaian Luar

: 2 x sehari

Ganti Pakaian Dalam : 2-3 x ganti doek


f.

6.

Pola Hidup Sehat


Merokok dan obat-obatan

: tidak ada

Minum alcohol

: tidak ada

Pola Psikososial, Kultural dan Spiritual


Psikososial
Ibu senang dengan kelahiran anaknya
Kultural
Ibu tidak mempunyai kepercayaan yang mempengaruhi dan
merugikan kesehatan ibu dan bayi.
Spiritual
Ibu taat beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya.

Data Objektif
1. Data Umum
-

KU

TTV

: Baik

TD = 120 / 80 mmHg

24

S = 37 OC

= 82 x /i

P = 23 x / i

2. Data Objektif
1. Dada
Bentuk payudara
Puting susu
Hyperpigmentasi
Retraksi
Benjolan atau massa
Colostrum
Keluhan ibu
2. Abdomen

: Simetris kiri dan kanan


: Menonjol
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: (+)
: Tidak ada

Bekas Luka Operasi : Tidak ada


TFU

: 2 jari dibawah pusat

Kontraksi

: Baik

Diastasis rekti

: 4 cm

3. Genitalia
Vulva tidak oedem dan varises, terdapat laserasi jalan lahir
derajat 2.
Diagnosa
Ibu P4A1H4 1 hari postpartum dengan riwayat partus spontan
Masalah : diastasis rektus abdominis
Rencana Rawatan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Berikan dukungan dan perhatian
3. Berikan Penkes tentang :
a) Nutrisi dan cairan
b) Ambulansi dini / mobilisasi
c) Senam nifas

25

4. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas.

CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN


Hari / tanggal
Selasa /
7 Juli 2015

Catatan Pelaksanaan Asuhan


1.Menginformasikan hasil pemeriksaan
pada ibu bahwa keadaan ibu baik, TD ibu
120/70mmHg, kontraksi uterus ibu baik.
2.Memberikan dukungan dan perhatian
pada ibu dan menjelaskan kepada ibu
bahwa diperlukan kerjasama antara ibu
dan suami untuk pekerjaan rumah tangga
dan mengasuh anak.
Memberikan pemahaman kepada suami,
bahwa keadaan ibu sekarang agak cemas
dengan kemampuan nya merawat bayi
nya, jadi diperlukan kerjasama dan
dukungan dari suami untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga dan mengasuh
anak.
3. Memberikan Penkes pada ibu tentang :

Nutrisi dan Cairan


Menganjurkan ibu untuk banyak
makan dan minum untuk mengganti
energi ibu yang hilang sesudah
persalinan.

Mobilisasi
Mengajarkan ibu tentang senam
kegel yaitu dengan cara menahan
otot-otot

pada

kandung

kemih

seperti menahan pipis, dilepas,


kemudian ditahan dan dilepas lagi.

26

Paraf

Ibu juga bisa berubah-ubah posisi


tidur miring kekiri/kekanan.

Senam Nifas
Tahap

Satu

24

jam

sesudah

melahirkan (Latihan Kegel)


Tahap Dua : Tiga hari sesudah
melahirkan
Tahap Tiga : Sesudah pemeriksaan
pasca-melahirkan.
4. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda
bahaya masa nifas seperti ;

Demam mengigil

Pusing yang berlebihan

Penglihatan kabur

Keluar darah dari kemaluan secara


tiba-tiba dalam jumlah yang banyak.

Darah yang keluar berbau busuk

Menganjurkan kepada ibu apabila mendapati


tanda tersebut maka ibu segera memberitahu
bidan atau petugas.
5. Persiapan pulang

27

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini Ny. S merupakan ibu nifas normal dengan masalah diastasis
rektus abdominis, sehingga yang sangat diperlukan oleh ibu merupakan konseling
pascasalin yang berguna untuk mengatasi ketidaknyaman ibu sehingga
tercapainya pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi.
Kasus Ny. S hamil anak ke 5, selama hamil ibu tidak pernah melakukan
senam hamil dan ibu dengan riwayat gemelli. Berdasarkan hasil pemeriksaan
diastasis rekti 4 cm, Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa faktor resiko
diastasis rectus abdominis adalah
a) Wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan peregangan
otot yang berulang.
b) Multiparitas
c) Wanita hamil yang tidak berolahraga lebih banyak terjadi diastasis recti
abdominis dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Teori ini juga didukung oleh Noble (2005) menjelaskan bahwa penyebab
diastasis recti adalah melunaknya ligamen karena hormone sehingga terjadi
penguluran yang sangat cepat pada dinding abdomen oleh karena pembesaran
uterus. Faktor yang mempengaruhi adalah kegemukan, multipara dan bayi besar.
Pada Kasus, Ny. S berumur 35 tahun ini merupakan salah satu penyebab
terjadinya diastasis rektus abdominis. Hal ini didukung oleh Ambarwati, 2010
yang menjelaskan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi diastasis recti
pada ibu nifas diantaranya adalah faktor usia dan paritas. Usia ibu lebih dari 35
tahun disebabkan oleh elastisitas otot-otot pada usia ini sudah mulai berkurang

28

sehingga akan mempengaruhi pemulihan otot terutama otot-otot uterus yang


membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika ditinjau dari Faktor paritas ibu akan
mengalami peregangan yang berulang pada ibu multipara menyebabkan
menurunnya

elastisitas

otot-otot

abdomen,

termasuk

juga

otot

uterus

dibandingkan dengan ibu primipara.


Pada kasus Ny. F Ibu mengeluh Nyeri panggul dan menurut asumsi
peneliti nyeri panggul yang dialami ibu merupakan efek yang ditimbulkan dari
diastasis rektus abdominis yang mana berdasarkan teori manifestasi paling umum
dari diastasis recti abdominis adalah nyeri panggul. Hal ini disebabkan selama
kehamilan relaksasi sendi pelvik terjadi akibat perubahan hormonal. Sejalan
dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama kehamilan dan
redistribusi permusatana terdapat pengaruh hormone pada struktur ligamen.
Kedua factor ini merubah postur tubuh ibu hamil. Pusat gravitasi tubuh bergeser
kedepan dan dikombinasikan dengan peregangan otot abdomen yang lemah akan
mengakibatkan lekukan pada bahu serta dagu yang menggantung. Ada
kecendrungan bagi otot memendek jika otot abdomen meregang sehingga
mengakibatkan ketidak seimbangan otot disekitar pelvis dan tegangan tambahan
dapat dirasakan diatas ligament tersebut dan menyebabkan nyeri punggung.
Ini didukung oleh teori Cunningham (2013) menjelaskan bahwa otot
dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan kepadanya, dan
otot-otot rektus terpisah digaris tengah, sehingga membentuk diastasis recti
dengan lebar bervariasi. Bila parah banyak bagian dari dinding uterus anterior
yang hanya tertutup oleh selaput kulit, fasia yang menipis dan peritoneum.

29

Pada kasus Ny. S intervensi yang penulis lakukan berupa pendidikan


kesehatan tentang senam nifas. Menurut Bennet (2002) jika ibu mengalami
diastasis rekti latihan tranversus dan latihan menengadahkan pelvis yang harus
dilakukan secara teratur sampai diastasis rekti mengecil.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eka Nurmawati
2014 menjelaskan manfaat penguatan otot transversus abdominis dan muscle
pumping ekstremitas inferior terhadap diastasis recti abdominis pada ibu nifas di
RSUD Cilacap.
Latihan yang dilakukan pada otot-otot tertentu akan memberi efek aliran
darah otot meningkat sehingga pengangkutan oksigen dan nutrisi lain untuk otot
juga ikut meningkat, hal ini akan memberikan kekuatan pada otot secara
maksimal. Pengertian penguatan otot transversus abdominis adalah suatu latihan
dengan memberikan stimulus pada bagian musculus transverses abdominis
dengan mengkontraksikan otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan
intra-abdominal. Manfaat dilakukannya penguatan otot transversus abdominis
adalah mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusio uteri dan
memperlancar pengeluaran lochea. (Merlyn, 2006).
Pada kasus Ny. S belum ada penatalaksanan oleh petugas di ruang nifas,
hal ini dikarenakan belum ada SOP (Stadar Operasional Prosedur) tentang
pemeriksaan diastasis rektus abdominis pada ibu nifas.
Adapun pada kasus Ny. F, penulis mengajarkan senam nifas kepada Ny. S
sebagai bekal tindak lanjut di rumah, Ny. S sangat tertarik sekali melakukan
senam nifas karena ingin tampil langsing lagi dan juga didukung oleh latar
belakang pendidikan Ny. S yaitu pendidikan Sarjana.

30

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. S P4A1H4
dengan riwayat grande multipara dan kehamilan gemelli didapatkan diagnosa ibu
dengan diastasis rekti dan diberikan pendidikan kesehatan tentang senam nifas.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Mengingat besarnya manfaat pemeriksaan diastasis rektus abdominis pada
masa nifas maka bagi pihak Rumah Sakit diharapkan membuat SOP
khusus

mengenai

pemeriksaan

diastasis

rektus

penatalaksanaannya sesuai dengan SOP tersebut.


2. Bagi Petugas Ruangan Rawatan Nifas
a. Kepada petugas ruangan nifas diharapkan

abdominis

dapat

dan

melakukan

pemeriksaan diastasis rektus abdominis


b. Diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang senam
nifas.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I.......................................................................................................................1
31

PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
STUDI PUSTAKA...................................................................................................5
A. Definisi diastasis rekti..................................................................................5
B. Factor Resiko dan Gejala Diastasis Recti Abdominis.................................5
C. Patofisiologi diastasis rekti............................................................................7
D. Diagnosis diastasis recti abdominis..............................................................10
E. Faktor yang mempengaruhi munculnya diatasis rectus abdominis...............12
F. Prognosa.....................................................................................................13
G. Komplikasi diastasis recti abdominis........................................................13
H. Latihan/ senam nifas.....................................................................................14
BAB III..................................................................................................................20
KAJIAN KASUS...................................................................................................20
Data Subjektif........................................................................................................20
Data Objektif......................................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................29
PEMBAHASAN....................................................................................................29
BAB IV..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
A.
KESIMPULAN.......................................................................................32
B.
SARAN...................................................................................................32

32

Anda mungkin juga menyukai