PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas didefinisikan masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai,
namun secara popular diketahu istilah tersebut mencangkup 6 minggu berikutnya
saat terjadi involusi kehamilan normal.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara maju maupun
dinegara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamian dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta
bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. (Myles.2009)
Ganguan masa nifas yang menyebabkan kesakitan pada ibu post partum
adalah gangguan proses pemilihan selama masa nifas yaitu proses involusi uterus
dan kejadian diastasis rektus abdominis (pemisahan otot otot perut).
Kejadian diastasis rektus abdominis pada trimester III kehamilan adalah
sebesar 66 %, segera setelah persalinan 53 % dan dua bulan setelah persalinan
sebesar 36 %. Wanita yang sering melakukan latihan sebelum dan selama
kehamilan tidak mengalami diastasis rektus abdominis. Berdasarkan prosentase
prevalensi tersebut wanita yang mengalami diastasis rektus abdominis cukup
besar, sehingga adanya upaya untuk mencegah dan menurunkan angka kejadian
tersebut. (Scott, 2008)
memastikan ibu merasa nyaman dalam menjalani masa nifas dan selalu memberi
dukungan dalam proses adaptasi yang dilalui ibu. Salah satu yang dapat dilakukan
bidan pada ibu dengan diatasis rektus abdominis adalah mobilisasi dini dan senam
nifas.
B. Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Kebidanan Tentang Pemeriksaan Diastasis Rekti
Abdominis Pada Ibu Nifas Ny.S P4A1H4 Hari Pertama di Ruangan Nifas RSUD
Pariaman?
C. Tujuan
Untuk memamahi dan mengetahui tentang:
1. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis pada ibu nifas dengan riwayat
Grande Multipara dan Gamelli.
2. Kajian Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan diastasis rektus
abdominis.
BAB II
STUDI PUSTAKA
A.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 2005) sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Faktor resiko :
1. Wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan
peregangan otot yang berulang. Peregangan yang berlebihan pada kulit
dan jaringan lunak di bagian depan dinding abdomen mungkin bisa
jadi salah satu tanda kondisi diastasi recti abdominis yang tejadi pada
awal kehamilan. Diastasis recti abdominis biasanya muncul pada
trimester kedua. Insiden tertinggi terjadi pada trimester ketiga dan
tetap tinggi pada periode pasca-melahirkan.
2. Multiparitas
Pada akhir kehamilan, bagian atas rahim (fundus uteri) sering terlihat
menonjol keluar dari dinding abdomen. Garis bagian dari bayi yang
belum lahir dapat dilihat dalam beberapa kasus yang parah. Fenomena
ini lebih sering terjadi pada ibu dengan multiparitas, karena linea alba
mengalami peregangan berulang.
3. Wanita hamil yang tidak berolahraga lebih banyak terjadi diastasis
recti abdominis dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Gejala :
1. Sakit punggung, disfungsi dasar panggul, hernia, cacat kosmetik dan
gangguan persalinan pervaginam.
Karena tidak adanya stabilisasi yang dinamis maka otot-otot perut
akan membuat dinding perut menjadi lemah dan dapat membahayakan
stabilitas batang dan mobilitas.
2. Nyeri panggul adalah manifestasi paling umum dari diastasis recti
abdominis.
Sebuah studi retrospektif yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Spitznagle
meneliti
prevalensi
diastasis
recti
abdominis
pada
populasi
pasien
urogynecological dan ditemukan 66% dari semua pasien dengan diastasis recti
abdominis memiliki dukungan yang berhubungan dengan disfungsi panggul
(SPFD), diagnosa stres, inkontinensia urin, inkontinensia feses dan organ panggul
prolaps.
C. Patofisiologi diastasis rekti
Otot- otot abdomen tersusun oleh empat lapisan otot adalah
1. Musculus rectus abdominis, berjalan vertikal dari cartilago costae 5-7,
procesus xiphoideus os sternum ke crista symohysis pubis dan berfungsi
sebagai fleksi columna vertebralis (forward bending). Kedua otot ini
dihubungkan oleh connective tissue yang dikenal dengan linea alba.
2. Musculus obliqus abdominis externus, terletak sepanjang samping rectus
abdominis. Bagian atas dan lateral melekat pada bagian bawah kosta ke
delapan oleh tendon dengan insersionya saling mengunci dengan seratus
anterior, sedangkan bagian tengah dan bawah melekat pada crista iliaca
bagian depan, ligamentum inguinale dan apponeu-rosisnya pada linea alba
(dari os costa sampai dengan cresta pubica). Bila kedua otot (dextra dan
sinistra) bekerja bersama-sama akan menghasilkan gerakan fleksi columna
vertebral tetapi bila bekerja satu sisi akan melakukan gerakan rotasi
columna vertebral.
3. Musculus obliqus abdominis internus, Origo pada: ligamentum inguinale,
cresta iliaca dan fascia lumbosacral. Sedangkan insersionya pada sternum,
linea alba, dan permukaan bawah costa 10-12. Serabut depan-bawah
berfungsi sebagai penekan dan penyangga organ viscera abdomen bawah
bagian depan terjadi compresi discus inter-vertebral oleh corpus vertebral atas dan
bawahnya, sebagai support dan weight-bearing seperti shock absorbsi. Sedangkan
bagian belakang tidak berfungsi sebagai weight-bearing, tetapi sebagai tempat dan
melindungi medulla spinalis. Lumbar spine termasuk sendi diarthrodial, sehingga
berfungsi gerak flexi, extensi, dan lateral bending. Selama kehamilan, terjadi
perubahan postur yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan dalam posisi
tegak sebagai akibat penambahan berat badan, dimana rata-rata penambahan berat
badan antara (10-12) kg. Selain terjadi penambahan berat badan, juga terjadi
penambahan volume intra abdomen yakni setelah 12 minggu kehamilan, uterus
tidak bisa di dalam cavum pelvis tetapi bergeser ke arah abdomen dan ke depan.
Pada perkembangan selanjutnya, otot-otot abdomen akan terulur dan kekuatannya
menurun_akan kehilangan kemampuan untuk memberikan kontribusi yang efektif
dalam memelihara posture. Perubahan biomekanikal ini akan menyebabkan
lordosis lumbalis semakin meningkat (bertambah), sehingga pusat titik berat akan
bergeser ke postero caudal. Begitu pula, produksi hormon relaxin akan meningkat
menjelang akhir kehamilan, dan mencapai puncaknya (10 kali) pada usia
kehamilan 38-42 minggu. Relaxin akan menyebabkan joint laxity, yang
diperlukan untuk perluasan cavum pelvis; tidak terkecuali pada persendian lumbal
yang akan menyebabkan kelenturan ligamantum longitudinale anterior dan
posterior, dan juga pada jaringan conective termasuk linea alba akan lentur dan
mudah terulur.
Gilleard, menjelaskan perubahan biomekanika lumbar spine selama
kehamilan, bahwa tubuh harus mengakomodasi perubahan pada pembesaran
uterus dan peningkatan berat badan, Oleh karenanya system musculoskeletal
harus beradaptasi terhadap bentuk (morfologi) dan fungsi kerja yang terjadi.
10
11
7. Ketika menurunkan kepala otot otot abdomen akan bergerak jauh memisah
dan kurang dapat dibedakan ketika otot relaksasi. Ujung jari anda akan
mengikuti otot rectus memisah kesisi lateral masing masing abdomen.
8. Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan relaksasi.
Bennet (2007) menjelaskan bahwa setelah melakukan pemeriksaan rektus
ditemukan bahwa celah otot rectus ibu lebih lebar dua jari dan setelah 48 jam
otot rectus harus diperiksa lagi untuk adanya diastasis yang mungkin terjadi
pada masa kehamilan atau persalinan. Celah selebar dua jari dianggap normal,
dan ibu teru melatih otot oblik abdomen tersebut. Namun jika celah lebih lebar
dan terdapat penonjolan abdomen ketika mengangkat kepala, latihan
tranversus dan latihan menengadahkan pelvis yang harus dilakukan sangat
teratur hingga celah tersebut mengecil.
E. Faktor yang mempengaruhi munculnya diatasis rectus abdominis
Selama kehamilan relaksasi sendi pelvik terjadi akibat perubahan
hormonal. Sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama
kehamilan dan redistribusi permusatana terdapat pengaruh hormone pada struktur
ligament. Kedua factor ini merubah postur tubuh ibu hamil. Pusat gravitasi tubuh
bergeser kedepan dan dikombinasikan dengan peregangan otot abdomen yang
lemah akan mengakibatkan lekukan pada bahuserta dagu yang menggantung. Ada
kecendrungan bagi oto memendek jika otot abdomen meregang sehingga
mengakibatkan ketidak seimbangan otot disekitar pelvis dan tegangan tambahan
dapat dirasakan diatas ligament tersebut dan menyebabkan nyeri punggung.
12
F.
Prognosa
1. Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis, komplikasi paling serius
diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah hernia umbilikalis terjadi
ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian dari usus untuk
menonjol.
2. Back Pain
Karena otot-otot perut mendukung tulang belakang, diastasis recti dapat
menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda. Rendah kembali
sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk
H. Latihan/ senam nifas
Bebat abdomen tidak diperlukan karena tidak mampu membantu
mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen luar biasa kendur dan
menggantung, penggunaan korset biasa seringkali sudah cukup membantu.
Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai
kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada perut
berkurang pada seksio sesarea.
13
yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada
regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada
pagi dan sore.
15
d) Hari keempat
Memiringkan
panggul.
Berbaring
lutut
ditekuk.
Kontraksikan
kencangkan otot otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan
otot otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam
10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
16
f) Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 secara bergantian antara kaki kiri dan
kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan
17
18
BAB III
KAJIAN KASUS
: 10.30 WIB
No. MR
: 002521
Data Subjektif
1. Biodata
Nama
: Ny. S
Nama Suami : Tn A
Umur
: 35 Tahun
Umur
: 37 Tahun
19
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan : S1
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: PNS Guru
Pekerjaan
: Polisi
Alamat
: Sungai Sarik
Alamat
: Sungai Sarik
3. Riwayat Obstetsi
a. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 14 Tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 6 hari
Banyaknya
Keluhan
: Tidak ada
b. Riwayat Pernikahan
Perkawinan yang ke
:I
Status
: Sah
: 22 tahun
: 24 tahun
: 2 Bulan
20
Keluhan : Perdarahan
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan aterm 39 40 minggu
f. Riwayat Persalinan
Tanggal Persalinan : 6 Juli 2015
Tempat Bersalin
Jenis Persalinan
: Spontan
Komplikasi
: Tidak ada
21
Plasenta
Jenis Kelamin
: Perempuan
Berat badan
: 3700 gram
Panjang badan
: 47 cm
A/S
: 8/9
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit sistemik, menular, dan
keturunan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi
yang dilahirkan ibu.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan dan
penyakit menular.
c. Riwayat Kehamilan Kembar
Ada dari keluarga ibu
5. Pola Kegiatan Sehari-hari
a.
Nutrisi
Makan
Selama hamil pola makan ibu normal, tidak ada keluhan
22
Frekwensi
: 3x sehari
Menu
: tidak ada
Minum
b.
Frekwensi
: 5 6 gelas/hari
Jenis
: Air putih
Keluhan
: tidak ada
Eliminasi
BAB
Frekwensi
: 1x sehari
Konsistensi
: Lembek
Warna
: Kuning kecoklatan
Keluhan
: Tidak ada
BAK
c.
Frekwensi
Warna
: kuning jernih
Keluhan
: tidak ada
Istirahat
Tidur Malam : 5 6 jam
d.
Tidur Siang
: 1 2 jam
Keluhan
: tidak ada
Olah Raga
Frekwensi
: Tidak ada
23
Jenis
e.
: Tidak ada
Personal Hygiene
Mandi
: 2 x sehari
Gosok gigi
: 2 x sehari
Keramas
: 1 x sehari
: 2 x sehari
6.
: tidak ada
Minum alcohol
: tidak ada
Data Objektif
1. Data Umum
-
KU
TTV
: Baik
TD = 120 / 80 mmHg
24
S = 37 OC
= 82 x /i
P = 23 x / i
2. Data Objektif
1. Dada
Bentuk payudara
Puting susu
Hyperpigmentasi
Retraksi
Benjolan atau massa
Colostrum
Keluhan ibu
2. Abdomen
Kontraksi
: Baik
Diastasis rekti
: 4 cm
3. Genitalia
Vulva tidak oedem dan varises, terdapat laserasi jalan lahir
derajat 2.
Diagnosa
Ibu P4A1H4 1 hari postpartum dengan riwayat partus spontan
Masalah : diastasis rektus abdominis
Rencana Rawatan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Berikan dukungan dan perhatian
3. Berikan Penkes tentang :
a) Nutrisi dan cairan
b) Ambulansi dini / mobilisasi
c) Senam nifas
25
Mobilisasi
Mengajarkan ibu tentang senam
kegel yaitu dengan cara menahan
otot-otot
pada
kandung
kemih
26
Paraf
Senam Nifas
Tahap
Satu
24
jam
sesudah
Demam mengigil
Penglihatan kabur
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini Ny. S merupakan ibu nifas normal dengan masalah diastasis
rektus abdominis, sehingga yang sangat diperlukan oleh ibu merupakan konseling
pascasalin yang berguna untuk mengatasi ketidaknyaman ibu sehingga
tercapainya pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi.
Kasus Ny. S hamil anak ke 5, selama hamil ibu tidak pernah melakukan
senam hamil dan ibu dengan riwayat gemelli. Berdasarkan hasil pemeriksaan
diastasis rekti 4 cm, Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa faktor resiko
diastasis rectus abdominis adalah
a) Wanita yang memiliki kehamilan kembar yang menyebabkan peregangan
otot yang berulang.
b) Multiparitas
c) Wanita hamil yang tidak berolahraga lebih banyak terjadi diastasis recti
abdominis dibandingkan dengan wanita hamil berolahraga.
Teori ini juga didukung oleh Noble (2005) menjelaskan bahwa penyebab
diastasis recti adalah melunaknya ligamen karena hormone sehingga terjadi
penguluran yang sangat cepat pada dinding abdomen oleh karena pembesaran
uterus. Faktor yang mempengaruhi adalah kegemukan, multipara dan bayi besar.
Pada Kasus, Ny. S berumur 35 tahun ini merupakan salah satu penyebab
terjadinya diastasis rektus abdominis. Hal ini didukung oleh Ambarwati, 2010
yang menjelaskan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi diastasis recti
pada ibu nifas diantaranya adalah faktor usia dan paritas. Usia ibu lebih dari 35
tahun disebabkan oleh elastisitas otot-otot pada usia ini sudah mulai berkurang
28
elastisitas
otot-otot
abdomen,
termasuk
juga
otot
uterus
29
30
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. S P4A1H4
dengan riwayat grande multipara dan kehamilan gemelli didapatkan diagnosa ibu
dengan diastasis rekti dan diberikan pendidikan kesehatan tentang senam nifas.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Mengingat besarnya manfaat pemeriksaan diastasis rektus abdominis pada
masa nifas maka bagi pihak Rumah Sakit diharapkan membuat SOP
khusus
mengenai
pemeriksaan
diastasis
rektus
abdominis
dapat
dan
melakukan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I.......................................................................................................................1
31
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
STUDI PUSTAKA...................................................................................................5
A. Definisi diastasis rekti..................................................................................5
B. Factor Resiko dan Gejala Diastasis Recti Abdominis.................................5
C. Patofisiologi diastasis rekti............................................................................7
D. Diagnosis diastasis recti abdominis..............................................................10
E. Faktor yang mempengaruhi munculnya diatasis rectus abdominis...............12
F. Prognosa.....................................................................................................13
G. Komplikasi diastasis recti abdominis........................................................13
H. Latihan/ senam nifas.....................................................................................14
BAB III..................................................................................................................20
KAJIAN KASUS...................................................................................................20
Data Subjektif........................................................................................................20
Data Objektif......................................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................29
PEMBAHASAN....................................................................................................29
BAB IV..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
A.
KESIMPULAN.......................................................................................32
B.
SARAN...................................................................................................32
32