Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN PAKET EKONOMI JOKOWI

A. Paket Ekonomi Jilid I


Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya meluncurkan tiga paket kebijakan
ekonomi yang bertujuan untuk mendongkrak perekonomian Indonesia. Paket ini juga
bertujuan menyikapi perkembangan ekonomi dunia yang berdampak terhadap
perekonomian banyak negara termasuk Indonesia. Preside Jokowi mengatakan,
pemerintah sejatinya telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk
menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif. Namun, hal itu dirasa masih
belum cukup untuk mendongkrak perekonomian Indonesia. (Baca: Jokowi Namai
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II "September I")
Akhirnya meluncurkan paket kebijakan tahap I September 2015. Kebijakan
pertama, mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi,
serta penegakan hukum dan kepastian usaha. Setidaknya terdapat 89 peraturan yang
dirombak dari sebanyak 154 peraturan yang diusulkan untuk dirombak , sehingga ini
bisa menghilangkan duplikasi, memperkuat koherensi, dan konsistensi dan
memangkas peraturan yang tidak relevan atau menghambat daya saing industri
nasional Selain itu, telah disiapkan 17 rancangan peraturan pemerintah, 11 rancangan
peraturan presiden, dua rancangan instruksi presiden, 63 rancangan peraturan menteri,
dan lima aturan menteri lainnya untuk mendukung proses deregulasi tersebut.
Pemerintah juga melakukan langkah penyederhanaan izin, memperbaiki prosedur
kerja perizinan, memperkuat sinergi, peningkatan kualitas pelayanan, serta
menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik. Pemerintah berkomitmen
menyelesaikan semua paket deregulasi pada September dan Oktober 2015.
Kedua, mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan
berbagai hambatan dan sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek
strategis nasional. Hal itu dilakukan dengan penyederhanaan izin, penyelesaian tata
ruang dan penyediaan lahan, serta percepatan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Ketiga, peningkatan investasi di sektor properti dengan mengeluarkan
kebijakan untuk mendorong pembangunan perumahan khususnya untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), serta membuka peluang investasi yang lebih besar di
sektor properti.
Paket ini bertujuan untuk menggerakkan sektor riil Indonesia yang akhirnya
memberikan pondasi untuk lompatan kemajuan perekonomian kita ke depan . Jadi ,
dapat disimpulkan bahwa paket kebijakan penyelamatan ekonomi tahap I yang
MARIA CATHALINA

Page 1

berfokus pada tiga hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat
proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti.
B. Paket Ekonomi Jilid II
Berbeda dengan Paket Kebijakan Ekonomi I yang meliputi banyak regulasi,
kali ini Presiden Joko Widodo mengarahkan paket kebijakan ekonominya untuk fokus
pada upaya meningkatkan investasi. Bentuk upaya ini

berupa deregulasi dan

debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal


dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Inilah isi lengkap
kebijakan ekonomi tahap II Presiden Jokowi:
1) Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam
Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan
dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin
investasi dalam waktu tiga jam di Kawasan Industri. Dengan mengantongi izin
tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi. Regulasi
yang dibutuhkan untuk layanan cepat investasi 3 jam ini adalah Peraturan
Kepala BKPM dan Peraturan Pemerintah mengenai Kawasan Industri serta
Peraturan Menteri Keuangan.
2) Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat
Setelah dalam 25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi, pemerintah
mengantongi keputusan bahwa investasi tersebut dapat menerima tax
allowance atau tidak. Sedangkan untuk tax holiday, Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro memutuskan pengesahannya maksimun 45 hari
setelah semua persyaratan dipenuhi.
3) Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi
Kebijakan tersebut termaktub regulasi yang telah terbit, Peraturan
Pemerintah nomor 69 tahun 2015 tentang impor dan penyerahan alat angkutan
tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkait angkutan tertentu yang tidak
dipungut PPN. Pemerintah akan memberikan insentif berupa tidak memungut
PPN untuk beberapa alat transportasi, terutama adalah galangan kapal, kereta
api, pesawat, dan termasuk suku cadangnya
4) Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat
Dengan adanya pusat logistik, maka perusahaan manufaktur tidak
perlu impor dan tidak perlu mengambil barang dari luar negeri karena cukup
mengambil dari gudang berikat. Rencananya hingga menjelang akhir tahun
akan ada dua pusat logistik berikat yang siap beroperasi, yakni di Cikarang
terkait sektor manufaktur dan di Merak terkait BBM. "Kita ingin dengan PP
MARIA CATHALINA

Page 2

ini, daya saing kita untuk pusat logistik berikat bisa diperkuat dan makin
banyak pusat logistik berikat yang beroperasi di Indonesia," kata Bambang
Brodjonegoro Menteri Keuangan.
5) Insentif pengurangan pajak bunga deposito
Insentif ini berlaku terutama eksportir yang berkewajiban melaporkan
devisa hasil ekspor (DHE) ke Bank Indonesia. DHE disimpan dalam bentuk
deposito 1 bulan, tarifnya akan diturunkan 10 persen, 3 bulan maka menjadi
7,5 persen, 6 bulan menjadi 2,5 persen dan di atas 6 bulan 0 persen. Jika
dikonvert ke rupiah, maka tarifnya 1 bulan 7,5 persen, 3 bulan 5 persen, dan 6
bulan langsung 0 persen.
6) Perampingan Izin Sektor Kehutanan
Izin untuk keperluan investasi dan produktif sektor kehutanan akan
berlangsung lebih cepat. Saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan mengeluarkan sebanyak 14 izin. Dalam paket kebijakan tahap dua,
proses izin dirampingkan menjadi 6 izin . Perampingan ini melibatkan revisi 9
peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II diluncurkan di Jakarta, Selasa 29
Semptember. Berbeda dengan Paket Kebijakan Ekonomi I yang meliputi banyak
regulasi, kali ini pemerintah fokus hanya pada upaya meningkatkan investasi.
Bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah
investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal
asing (PMA). Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan
dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi
dalam waktu 3 jam di Kawasan Industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor
sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.
C. Paket Ekonomi Jilid III
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini kembali merilis paket kebijakan
ekonomi jilid III untuk periode awal Oktober. Fokus paket kebijakan kali ini untuk
memperbaiki dan mempermudah iklim usaha, serta memperjelas pengurusan
perizinan dan syarat berusaha di Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) bidang
Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, dalam paket ini ada dua poin besar
yaitu mengenai penurunan tarif dan atau harga. Kedua, penyederhanaan izin
pertanahan, bidang pertanahan untuk kegiatan penanaman modal. Untuk kelompok
pertama harga BBM, harga avtur, elpiji 12 kilogram, pertamax dan pertalite efektif
turun sejak 2015. Angkanya dijelaskan Pak Sudirman (Menteri ESDM Sudirman
MARIA CATHALINA

Page 3

Said). Harga premium tetap. Sementara, untuk harga gas industri akan ditetapkan
sesuai kemampuan daya beli industri. Hal tersbeut lantaran, pemerintah perlu
mengubah aturan mengenai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sebab,
keputusan untuk menurunkan harga gas industri ini dilakukan dengan mengurangi
penerimaan negara dari PNBP. Penurunan harga gas ini tidak memengaruhi
penerimaan dari bagian perusahaan gas kontrak karya, hanya yang dikurangi PNBPnya dan biaya distribusinya.
Selanjutnya, untuk tarif listrik PT PLN (Persero) sebelumnya telah
menerapkan tarif penyesuaian (adjustment) dan untuk pelanggan dengan tipe I3 dan
I4 telah dilakukan penyesuaian. Dalam paket ini, BUMN kelistrikan tersebut juga
menambah insentif dengan memberikan diskon harga pemakaian listrik untuk tengah
malam. (Terutama dari jam 23.00 hingga 08.00 pagi sebesar 30% )
Paket kebijakan jilid III ini juga mengubah kebijakan mengenai penerima
kredit usaha rakyat (KUR). Sebelumnya, keluarga yang memiliki penghasilan tetap
alias pegawai tidak bisa diberi KUR lantaran takut konsumtif.Sebab faktanya banyak
pegawai, istrinya buka salon, warkop. Sehingga sepanjang digunakan untuk kegiatan
produktif seperti itu maka KUR yang diberikan itu dikategorikan KUR produktif
bukan konsumtif.
Poin selanjutnya, penyederhanaan izin pertanahan untuk bidang pertanahan
untuk kegiatan penanaman modal dengan merevisi Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang Nomor 2 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria.
Dalam revisi tersebut, poin yang menyangkut pemberian hak atas tanah, hak guna
usaha (HGU), pemberian hak, perpanjangan hak, dan pembaharuan hak akan
disederhanakan dengan waktu yang lebih pendek. Untuk permohonan HGU lahan
seluas 200 hektare (ha) yang sebelumnya butuh waktu 30 hingga 90 hari
disederhanakan menjadi hanya 20 hari kerja. Sementara untuk lahan di atas 200 ha
menjadi 45 hari kerja. Sementara, perpanjangan HGU lahan 200 ha yang sebelumnya
20 hingga 50 hari diperpendek menjadi tujuh hari kerja, dan 14 hari kerja untuk lahan
di atas 200 ha.
D. Paket Ekonomi Jilid IV
Dalam paket ekonomi jilid IV , kebijakan lebih difokuskan pada persoalan
upah buruh, kredit usaha rakyat (KUR), hingga lembaga pembiayaan ekspor. Menteri
Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pemerintah
memutuskan untuk menetapkan formula penentuan yang sederhana dan jelas untuk
upah minimum provinsi (UMP). Ini bertujuan agar terbuka lapangan kerja seluasMARIA CATHALINA

Page 4

luasnya dan meningkatkan kesejahteraan pekerja. Selain itu, sistem formulasi upah
minimum ini juga menjadi bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring
pengaman sosial. Karena, dengan formula ini memastikan bahwa buruh tidak
menerima jatah upah yang murah, dan pengusaha juga mendapatkan kepastian dalam
berusaha. Jadi, dengan kebijakan ini dipastikan juga upah buruh naik setiap tahun
dengan besaran yang terukur.
Selain itu, kehadiran negara terhadap masyarakat adalah dengan pengurangan
beban pengeluaran hidup melalui kartu sakti Jokowi. Negara hadir dalam pembinaan
dialog sosial tripartit antara pekerja dan pengusaha, sehingga tidak perlu membuang
waktu dan tenaga setelah kita hitung melalui realisasinya.
Kebijakan kedua terkait pemberian KUR yang sedianya telah tercantum dalam
paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan sebelumnya. Penekanannya, dalam paket
ini penerima kredit diubah dan akan diberikan kepada perorangan atau karyawan yang
melakukan kegiatan usaha produktif. KUR bisa diberikan pada calon tenaga kerja
Indonesia yang akan bekerja di luar negeri. Kredit ini, juga bisa diberikan untuk
anggota keluarga dari buruh yang berpenghasilan tetap dan melakukan kegiatan usaha
produktif. Serta kepada tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dan
membuka usaha.
Terakhir, kebijakan ini juga menyinggung soal lembaga pembiayaan ekspor
dalam hal ini Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang diminta fokus
untuk melakukan pembiayaan pada usaha kecil dan menengah (UKM). Aturan
mainnya diubah dari aturan bank menjadi aturan lembaga keuangan. Supaya
kemampuannya meminjamkan menjadi lebih banyak

APBN 2015
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2015 (disingkat APBN
2015) adalah rencana keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk tahun 2015. RUU ABPN 2015 disampaikan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 15
Agustus 2014 dan disetujui oleh DPR pada tanggal 29 September 2014. APBN 2015
kemudian

disahkan

oleh

Presiden

Susilo

Bambang

Yudhoyono pada

tanggal 14

Oktober 2014 melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara .Pada tanggal 19 Januari 2015 Pemerintah yang diwakili oleh Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro menyerahkan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja
MARIA CATHALINA

Page 5

Negara Perubahan (RAPBN-P) ke DPR. RAPBN-P tersebut kemudian disetujui secara


aklamasi pada sidang paripurna DPR-RI tanggal 13 Februari 2015.
APBNP tahun 2015 diajukan sebagai langkah untuk menyesuaikan perubahan asumsi
dasar ekonomi makro, menampung perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam rangka
mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2015, dan juga untuk menampung inisiatif-inisiatif
baru Pemerintahan terpilih sesuai dengan visi dan misi yang tertuang dalam konsep Nawacita
dan Trisakti Kebijakan yang paling esensial yang ditempuh oleh Pemerintah dalam APBNP
tahun 2015 adalah pengalihan belanja kurang produktif ke belanja yang lebih produktif dalam
rangka mempercepat pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan. Kebijakan tersebut
antara lain ditempuh melalui efisiensi belanja subsidi dengan tidak memberikan subsidi untuk
BBM jenis premium, subsidi tetap (fixed subsidy) untuk BBM jenis minyak solar, dan tetap
memberikan subsidi untuk BBM jenis minyak tanah. Kebijakan tersebut selain bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam mendanai program/kegiatan yang lebih
produktif, juga dimaksudkan untuk mewujudkan APBN yang lebih sehat dengan
meminimalkan kerentanan fiskal dari faktor eksternal seperti fluktuasi harga minyak mentah
dunia dan nilai tukar rupiah.[9]
Sementara itu, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dan langkah-langkah
pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2015 juga dilakukan baik pada pendapatan negara,
belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Di bidang pendapatan negara, kebijakan
pendapatan perpajakan antara lain: (1) upaya optimasi pendapatan tanpa mengganggu
perkembangan investasi dan dunia usaha; (2) melanjutkan kebijakan reformasi di bidang
administrasi perpajakan, pengawasan dan penggalian potensi, dan perbaikan peraturan
perundang-undangan; dan (3) memberikan insentif perpajakan dalam bentuk pajak dan bea
masuk ditanggung Pemerintah bagi sektor-sektor tertentu. Selanjutnya, kebijakan pendapatan
negara bukan pajak (PNBP), antara lain: (1) menahan turunnya lifting minyak bumi yang
disebabkan oleh natural decline dan upaya penemuan cadangan minyak baru; (2) pendapatan
SDA nonmigas, PNBP lainnya dan BLU diproyeksi sesuai dengan asumsi dasar ekonomi
makro dan besaran tarif; dan (3) bagian Pemerintahatas laba BUMN mengakomodasi
kebijakan pembangunan infrastruktur pemerintah.
Pada sisi belanja Pemerintah Pusat, perubahan kebijakan dalam APBNP tahun 2015
antara lain: (1) upaya peningkatan efisiensi Belanja Pemerintah Pusat termasuk melalui
penataan struktur belanja dengan mengurangi belanja kurang produktif dan mengalihkannya
MARIA CATHALINA

Page 6

ke belanja yang lebih produktif dan penataan struktur Kementerian Negara/Lembaga Kabinet
Kerja; (2) perubahan kebijakan untuk mengakomodasi program-program inisiatif baru
sebagai penjabaran dan implementasi visi dan misi pemerintahan baru hasil Pemilu 2014,
yang tertuang dalam konsep Nawacita dan Trisakti; dan (3) perubahan termasuk pergeseran
alokasi Belanja Negara yang dimungkinkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang
APBN Tahun 2015.
Dalam APBNP tahun 2015, kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk belanja
Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada dasarnya tetap mengacu pada APBN tahun 2015
dengan beberapa penyesuaian untuk mengakomodasi perkembangan asumsi dasar ekonomi
makro dan menyelaraskan dengan visi, misi, dan prioritas pembangunan Kabinet Kerja.
Selain itu, dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, akan dialokasikan tambahan Dana Desa dalam APBNP tahun 2015 untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
Di bidang pembiayaan anggaran, kebijakan Pemerintah dalam APBNP tahun 2015
tetap mengacu pada APBN tahun 2015, dengan beberapa penyesuaian mengakomodasi
perkembangan asumsi dasar ekonomi makro dan mendukung terwujudnya agenda prioritas
nasional (Nawacita). Program prioritas yang mendapat dukungan dari pembiayaan anggaran
antara lain: (1) pembangunan maritim; (2) peningkatan kedaulatan pangan; (3) pembangunan
infrastruktur dan konektivitas; (4) pembangunan industri pertahanan dan keamanan; dan (5)
meningkatkan kemandirian ekonomi nasional. Dukungan pembiayaan anggaran tersebut
berupa tambahan PMN kepada BUMN yang digunakan untuk investasi dan sekaligus
memperkuat permodalan sehingga dapat me-leverage kemampuan pendanaan BUMN terkait.
Selanjutnya, BUMN sebagai agent of development dapat berperan lebih aktif dalam
mendukung terwujudnya Nawacita.
Selain itu, dalam APBNP tahun 2015 juga mengakomodasi perubahan anggaran
pendidikan sejalan dengan perubahan volume belanja negara. Perubahan tersebut agar dapat
memenuhi amanat pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen ke-4 dengan
tetap menjaga kesinambungan fiskal. Anggaran pendidikan dalam APBNP tahun 2015
tersebut juga memperhitungkan adanya kebijakan penambahan cakupan peserta Kartu
Indonesia Pintar (KIP) untuk mendukung program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan
pendidikan menengah universal (wajib belajar 12 tahun).

MARIA CATHALINA

Page 7

A. APBNP 2015
Pendapatan Negara : Rp1.793,6 triliun ( 9,7% meningkat dari APBNP 2014)
Defisit anggaran
: Rp245,9 triliun (2,21% terhadap produk domestik bruto)
Belanja Negara
: Rp2.039,5 triliun (8,7% meningkat dari APBNP 2014
Keseimbangan Primer
: - Rp93,9 triliun
Keseimbangan primer menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar
pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara. Keseimbangan
primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar
pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka
Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang.
Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa
menggunakannya untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.
B. PENDAPATAN NEGARA 2015
Pajak
: Terdiri atas penerimaan PPh, Migas, PPh Nonmigas, PPN,
PBB, dan pajak lainnya.
PNBP
: Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas
(pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi),
bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta

Pendapatan BLU.
Kepabeanan dan Cukai : Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil

alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar.
Penerimaan Hibah : Merupakan penerimaan negara yang diperoleh dari pemberi
hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan tidak mengikat, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri.

MARIA CATHALINA

Page 8

Sumber : Website Kementrian Keuangan Negara 2015


C. BELANJA NEGARA 2015
Pembayaran Bunga Utang
Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri.
Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang

timbul terkait pengelolaan utang.


Belanja lainnya
Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban Pemerintah yang tidak
masuk dalam kategori belanja Kementerian/ Lembaga, transfer daerah, subsidi,

pembayaran bunga utang, dan dana desa.


Transfer ke Daerah
Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat
dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah,
mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi

khusus dan keistimewaan daerah.


Dana Desa
Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan,

pelaksanaan

pembangunan,

pembinaan

kemasyarakatan,

dan

pemberdayaan masyarakat.
Belanja Kementerian Negara/ Lembaga
Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga
untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan.
Subsidi

MARIA CATHALINA

Page 9

Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan


negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis
atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.

Sumber : Website Kementrian Keuangan Negara 2015


D. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 2015

MARIA CATHALINA

Page 10

Sumber : Website Kementrian Keuangan Negara 2015


E. PENGELUARAN PEMBIAYAAN ANGGARAN 2015
a. Penyertaan Modal Negara
PT PAL Indonesia Rp1,5 T digunakan untuk membangun infrastruktur
kapal selam TNI AL guna mendukung pengembangan industri pertahanan
PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Rp1,0 T digunakan untuk
memperkuat struktur permodalan dan mendukung pembiayaan perumahan
untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Rp1,0 T digunakan untuk
memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan akses pendanaan di
pasar keuangan.
b. Dana Bergulir

MARIA CATHALINA

Page 11

LPDB KUMKM Rp1,0 T digunakan untuk memberikan stimulus bagi


Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), berupa
penguatan modal.
Pusat Pembiayaan Rumah Rp5,1 T digunakan untuk membiayai program
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Suku bunga biaya
ramah bagi MBR bisa menjadi rendah tetap selama masa pinjaman
c. Kewajiban Penjaminan
PT PLN Rp1,1 T dialokasikan untuk pemberian jaminan Pemerintah dalam
mendukung percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000
MW dan proyek kerjasama pemerintah dengan badan usaha melalui badan
usaha penjaminan infrastruktur
PDAM Rp2,2 M digunakan untuk program percepatan penyediaan air
minum
d. Penerusan Pinjaman
PT PLN Rp3,3 T digunakan untuk menyediakan infrastruktur dibidang
energi kelistrikan.
PT Pertamina Rp0,7 T digunakan untuk meningkatkan pembangkit energi
yang berasal dari sumber daya geothermal terbarukan dan mengurangi
dampak terhadap lingkungan
Pemprov DKI Jakarta Rp0,3 T digunakan untuk meningkatkan
pengendalian banjir

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER


A. Arah Kebijakan Fiskal
Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan dan Berkeadilan dengan 3 langkah utama , yaitu :
Pengendalian defisit dalam batas aman, melalui optimalisasi pendapatan
dengan tetap menjaga iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan,
serta meningkatkan kualitas belanja dan memperbaiki struktur belanja
MARIA CATHALINA

Page 12

Pengendalian rasio utang pemerintah terhadap PDB melalui pengendalian


pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas aman dan terkendali, serta

mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif


Pengendalian risiko fiskal dalam batas toleransi antara lain melalui
pengendalian rasio utang terhadap pendapatan dalam negeri, debt service ratio,
dan menjaga komposisi utang dalam batas aman serta penjaminan yang
terukur.

B. Asumsi Dasar Ekonomi Makro


Asumsi Dasar Ekonomi Makro adalah dasar perhitungan postur APBN 2015.
Asumsi Dasar Ekonomi Makro disusun berdasarkan sasaran yang terdapat pada
RPJMN dan RKP tahun 2015 serta perkembangan perekonomian global maupun
domestik tahun 2014 dan 2015
Katergori
Pertumbuhan

Ekonomi

(%)
Inflasi (%)
Suku Bunga 3 bulan (%)
Nilai tukar (IDR/USD 1)
Harga

Minyak

(USD/barel)
Lifting Minyak (ribu barel/
hari)
Lifting

Gas

2014

2015

5,5

5,8

5,3
6,0
11.60

4,4
6,0
11.90

105

105

818

900

(ribu

1.224 1.248
barel/hari)
Sumber : website kementrian keuangan Indonesia 2015

C. Kebijakan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa 2015


Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam

rangka

penyelenggaraan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.


Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan

daerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah.


Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi

kesenjangan pelayanan publik antardaerah.


Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar,

terpencil, terdepan, dan pascabencana.


Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar.
Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien,
efektif, transparan, dan akuntabel.

MARIA CATHALINA

Page 13

Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetap

memperhatikan akuntabilitas dan transparansi.


Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi dana Transfer ke Daerah.
Menetapkan alokasi Dana Desa sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa melalui realokasi belanja Pemerintah Pusat yang
berbasis desa dengan mekanisme transfer kepada kabupaten/kota berdasarkan
jumlah desa denganmemperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.

KESIMPULAN
Dari analisis yang dilakukan melalui kebijakan ekonomi , APBN , kebijakan fiskal
moneter , dan kebijakan desentralisasi jokowi dapat disimpulkan bahwa :
1. Langkah langkah perencanaa yang dilakukan Presiden Jokowi dapat dikatakan
sangat baik , apabila dilihat dari orientasi tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan
rakyat republik indonesia. Namun , semua perencanaan yang dilakukan mulai dari
paket kebijakan ekomi hingga kebijakan-kebijakan yang lain tidak akan berlangsung
dengan baik apabila dalam penerapannya tidak disertai dengan kontrol masyarakat.
2. Jika dilihat dari analisis paket kebijakan ekonomi jilid III yang baru saja diluncurkan ,
ada kecenderungan dan kekhawatiran . Paket ekonomi tahap tiga, termasuk
menurunkan harga solar, gas dan listrik, dikhawatirkan tak cukup efektif untuk
meningkatkan daya beli masayarakat yang melemah, karena yang disasar adalah
produsen. Namun di sisi lain, bagi pengusaha tekstil, kebijakan ini bisa mendorong
lagi produktivitas dan memulihkan 30.000 lapangan kerja bagi buruh yang sempat
dipecat. Dalam konteks problem jangka pendek, barangkali paket ini tak akan bisa
cukup efektif untuk secara cepat memperkbaiki daya beli masyarakat yang sudah
melemah saat ini. Harga yang diturunkan solar, bukan premium. Solar lebih banyak
(digunakan untuk kepentingan) perusahaan untuk distribusi, dll. Harga solar turun,
MARIA CATHALINA

Page 14

biaya produksi bisa turun, dan harga barang produksi bisa lebih murah.
Pertanyaannya, apakah masarakat masih bisa beli? Jika yang turun adalah harga
premium , kemungkinan besar bisa meningkatkan daya beli masyarakat
3. Jika dilihat dari analisis paket kebijakan ekonomi jilid III yang baru saja diluncurkan
tentang penurunan harga bahan bakar minyak jenis Pertamax, Pertalite, dan Elpiji 12
kilogram, saya merasa bahwa kebijakan ini cukup kurang baik bagi masyarakat .
Menurut saya , yang harus diturunkan adalah gas ukuran 3kg, karena menyangkut
rakyat kecil dan menyangkut masyarakat banyak, yang jika diturunkan harganya akan
berpengaruh langsung pada daya beli mereka
4. Jika dilihat kembali , sebenarnya paket ekonomi jilid III ini lebih dimaksudkan
menjawab kritik pengamat dan pengusaha, terkait paket kebijakan ekonomi kedua
yang dirilis pemerintah bulan sebelumnya. Paket kebijakan ekonomi II waktu itu
berfokus pada penyederhanaan izin, yang dinilai dampaknya baru akan terasa dalam
jangka panjang.
5. Melalui analisis kebijakan moneter Jokowi , dapat dilihat bahwa target fiskal
yang terlalu agresif serta belum adanya revisi penerimaan target pajak
menyebabkan perlambatan ekonomi Indonesia. Harusnya pemerintah lakukan
relaksasi fiskal, di satu sisi bilang lakukan relaksasi, tapi nyatanya tetap
lakukan collection pajak secara agresif. Pihak pajak masih punya target masih
tinggi. Seharusnya dilakukan relaksasi, lebih ke stimulus.
6. Dilihat dari analisis kebijakan fiskal , Joko Widodo (Jokowi) terkesan terburuburu dan dipaksakan karena target yang terlalu tinggi. Target penerimaan
pajak tinggi, sementara waktu untuk merealisasikan terhitung sebentar.
Terkesan akan sulit jika seperti itu, sebenarnya harus ada tahapannya, tidak
bisa terburu-buru agar tepat sasaran.
Darmin yang menjabat sebagai Dirjen Pajak pada kurun waktu 20062009 juga mengkritik hal yang sama dan berpendapat bahwa setidaknya ada
empat hal yang harus dibenahi dalam skema penerimaan pajak demi mencapai
target yang sesuai.
Pertama, adalah perbaikan internal dari Direktorat Jenderal Pajak, agar
bisa menghasilkan kerja yang solid dan fokus.

Kedua, lanjutnya, adalah

membenahi hubungan antara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dengan pihak


industri dan pengusaha. Menurutnya, jika hubungan dengan dunia usaha bisa
baik, maka tidak perlu susah payah dalam menagih pajak. Ketiga, dalam
menambah aparat penegak tidak bisa secara instan. Petugas pajak itu minimal
lima tahun dulu dilatih agar kerjanya bagus.
MARIA CATHALINA

Page 15

Keempat, terkait metode

penerimaan pajak, menurutnya ekstensifikasi boleh-boleh saja dilakukan


Ditjen Pajak demi menambah penerimaan. Namun, hal itu harus melalui
proses yang matang, agar potensi penerimaan bisa maksimal diraih.
DAFTAR PUSTAKA
Website :

kominfo.go.id
kemenkeu.go.id

MARIA CATHALINA

Page 16

Anda mungkin juga menyukai