Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sangat penting untuk mendukung kehidupan. Setiap usaha yang dilakukan untuk
mencapai kualitas air minum yang baik. Kegagalan dalam usaha itu mengakibatkan resiko
penyakit terutama anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang yang hidup dalam standar sanitasi
kurang. (WHO, 1993). Karena potensi dan konsekuensi penyakit melalui air kontaminasi
mikroba masih dianggap sebagai faktor resiko paling penting dalam kualitas air minum. Fakta
yang dilaporkan dari kontaminasi air minum lebih banyak disebabkan oleh mikroba
dibandingkan dengan kontaminasi kimia dalam menyebabkan wabah. Penyakit yang disebabkan
mikroba antara lain gastroenteritis akut, giardiasis, amoebiasis, cryptosporidiosis, shigellosis,
hepatitis, demam typhoid dan salmonellosis. (Gleeson, 1996)
Strategi untuk mengontrol faktor resiko yang disebabkan oleh mikroba pada air minum
berdasarkan pemrosesan air limbah dan pengolahan air baku termasuk disenfeksi. Dan membuat
batasan indikator kualitas air minum. Dari awal pemeriksaan bakteriologi air diketahui bahwa
pemantauan adanya pathogen spesifik dalam air sangat sulit dan tidak praktis. Untuk alasan
inilah maka pendekatan tidak langsung dengan indikator bakteri dalam pemeriksaan air
menunjukan derajat kontaminasi. Beberapa organisme menjadi calon organisme indikator,
namun dalam perkembangannya group coliform dipakai sebagai indikator universal. (Gleeson,
1996)
Penggunaan organisme indikator terutama kelompok coliform sebagai cara untuk
mengendalikan kemungkinan adanya patogen penting telah diadopsi oleh WHO, US
Environmental Protection Agency (US EPA) and uni eropa dalam menilai kualitas air. (Gleeson,
1996)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kriteria air minum yang baik dan penyakit yang disebabkan air terkontaminasi?

Saat ini secara umum diketahui bahwa kehidupan berasal antara 3,5 dan 4 miliar tahun
yang lalu di lingkungan air, awalnya sebagai molekul mereplikasi diri. Evolusi berikutnya
prokariota, diikuti oleh eukariota, menyebabkan adanya mikroorganisme yang sangat beradaptasi
dengan sistem perairan (Sigee, 2005)
Air meliputi tujuh persepuluh permukaan bumi dengan

total volume diperkirakan

1,38109 km3. Sebagian air ini terdapat antara benua, di mana ia hadir sebagai lautan (96,1 persen
air global) ditambah bagian utama dari air atmosfer. Sisanya 3,9 persen air, hadir dalam batas
benua (termasuk es di kutub),terjadi terutama sebagai es di kutub dan air tanah. Terakhir hadir
sebagai air bebas tukar air di daerah bawah tanah seperti perairan di kedalaman bervariasi dalam
kerak bumi. Permukaan air non-polar, termasuk air tanah, danau, sungai dan arus/aliran air
menempati sekitar 0,0013 persen dari air global atau 0,37 persen dari air yang terdapat dalam
batas benua (Sigee, 2005)
Karena pertumbuhan penduduk, peningkatan industrialisasi dan iklim perubahan,
kelangkaan sumber air minum bebas polutan adalah masalah besar. Banyak negara di seluruh
dunia sudah menghadapi kekurangan air yang parah, dan banyak lagi dianggap stres air.
Diperkirakan bahwa 60% dari penduduk dunia akan menderita akibat kelangkaan air pada tahun
2025. Dalam hal kontaminan ditularkan melalui air, termasuk bahan kimia anorganik dan organik
serta patogen/mikroba. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa bahaya mikroba
tetap menjadi perhatian utama baik negara maju dan berkembang (Bridle, 2013)
Patogen yang ditularkan melalui air dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:
virus,bakteri dan parasit, yang terakhir yang terdiri dari protozoa dan cacing. Patogen mencapai
sumber air ketika orang yang terinfeksi atau hewan menumpahkan mikroba dalam kotoran.
Misalnya tidak diobati, pengobatan tidak adekuat atau buang kotoran sembarangan

memungkinkan patogen untuk masuk sumber air. Mekanisme lain adalah melalui limpasan
sumber air atau perembesan ke air tanah dari kotoran hewan atau limbah dimanfaatkan sebagai
pupuk. Banyak patogen ditularkan melalui air adalah zoonosis, yaitu mereka mampu
menginfeksi baik manusia dan hewan (Bridle, 2013)
Daya tahan patogen di lingkungan tergantung pada banyak faktor. Misalnya, patogen
dapat dihapus dari pasokan air karena menetap di danau, mungkin ditambah dengan interaksi
patogen dengan sedimen. Selanjutnya, inaktivasi oleh suhu atau kimia kondisi cahaya, seperti
salinitas atau ammonia dapat terjadi (Bridle, 2013)

Anda mungkin juga menyukai