Anda di halaman 1dari 3

TAHUN BARU TRADISI SEKULER DUNIA

BARAT
Mungkin tidak aneh lagi, bayangan sekulerisme bagaikan sebuah
kebutuhan trend anak muda dewasa ini, harus sesuai dengan
perkembangan zaman. Kita disajikan dengan gaya hidup ala barat, jauh
dari nilai-nilai budaya Indonesia apalagi mengikuti syariat Islam. Program
TV, Media, Internet juga Perayaan Tahun Baru sebagai wadah untuk
mempromosikan pemikiran yang mereka bawa kepada masyarakat
Indonesia yang sudah disuguhkan melalui media, segala bentuk budaya
barat, mulai dari remaja, dewasa dan orangtua. Mereka telah mengatur
sendiri sesuai level yang akan mereka pengaruhi, jadi tidak aneh lagi,
kalau mereka merayakan tahun baru masehi, karena sesuai dengan
trendnya bukan sesuai dengan Syariat lagi.
Tak terpikirkan terasa seperti di hipnotis oleh waktu kita sudah sampai di
penghujung tahun. Hanya tinggal menghitung beberapa hari saja tahun
2015 akan menjadi kenangan dan tahun 2016 akan menyambut seluruh
pelosok dunia bagi mereka yang merayakannya. Pergantian tahun baru ini
sudah di tunggu-tunggu oleh seluruh belahan dunia tak terkecuali juga di
Aceh yang sibuk menantikan pergantian tahun itu.
Sungguh berbeda dengan perayaan tahun baru hijjriah, yang mana
masyarakat tidak terlalu merayakannya. Memang tahun baru hijjriah tidak
dirayakan seperti hura-hura di jalan, muda-mudi berpasang-pasangan
bakar ikan, tiup terompet, dan pergaulan Seks Bebas. Akan tetapi
perayaan tahun baru hijjriah lebih kepada cara mekmanainya, mekmanai
Hijjrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Bahkan yang
sangat di sayangkan tradisi perayaan tahun baru ini juga terjadi di Bumi
Serambi Mekkah ini, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
bahkan perilakunya sudah seperti dunia Barat. Sungguh mencoreng moral
masyarakat kita yang lebih mengenal tahun baru masehi.

Sejarah Tahun Baru


Tahun baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat,
tapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. Menurut tradisi ini, seseorang
akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai
pada Hari Tahun Baru. Kalender Romawi kuno menggunakan tanggal 1
Maret sebagai Hari Tahun Baru. Belakangan, orang Romawi Kuno
menggunakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun yang baru. Pada Abad
Pertengahan, kebanyakan negara-negara Eropa menggunakan tanggal 25
Maret, hari raya umat Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai

awal tahun yang baru. Hingga tahun 1600, kebanyakan negara-negara


Barat telah menggunakan sistem penanggalan yang telah direvisi, yang
disebut kalender Gregorian. Asal asul dari tahun baru sendiri dahulu
Penduduk Babilonia kuno berjanji kepada para dewa yang mereka sembah
setiap awal tahun bahwa mereka akan mengembalikan semua bendabenda yang telah mereka pinjam dan membayar utang mereka. Bangsa
Romawi memulai awal tahun dengan berjanji kepada dewa Janus, yang
namanya diabadikan menjadi nama bulan Januari. Pada Abad
Pertengahan, para kesatria mengucapkan "sumpah merak" pada akhir
musim Natal setiap tahunnya untuk menegaskan kembali komitmen
mereka sebagai kesatria. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1
Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya
pada tanggal tersebut.

Perspektif Islam
Firman Allah SWT dalam surah al-Furqan ayat 72, yang artinya: Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatanperbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.
Dalam ayat tersebut terdapat kata al-Zur (perbuatan-perbuatan yang
tidak berfaidah). Menurut Ulama Tafsir, maksud al-Zur adalah perayaanperayaan orang kafir (Ibn Kasir, 6/130). Jelas dari pada ayat ini Allah
melarang kaum muslimin menghadiri perayaan kaum muyrikin.
Di dalam hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/ jalan orang-orang
sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampaisampai bila mereka masuk ke liang dhabb (binatang sejenis biawak yang
hidup di padang pasir), niscaya kalian akan mengikuti mereka.
Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi
dan Nashara?
Beliau menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka? [HR. Al-Bukhari dan
Muslim, dari shahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu, lihat Al-Lulu Wal
Marjan, hadits no. 1708].

Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tahun baru
adalah tradisi sekuler Budaya Barat dan juga bangsa Romawi. tanpa kita
sadari kita sudah ikut merayakan budaya bangsa barat. Yang mana tahun
baru masehi indentik dengan perbuatan yang berfoya-foya dalam kata
lain tidak mempunyai faedah. Padahal kita ummat muslim mempunyai
tahun baru sendiri yaitu tahun baru hijjriah yang patut kita pikirkan dan
renungkan apa makna Hijjrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Tetapi

masyarakat lebih mengagungkan Tahun Baru Masehi dari pada Tahun Baru
Hijjriah. Bukankan itu sama saja seperti tubuh yang Islam tetapi hati
bayangan Sekuler !!!

Anda mungkin juga menyukai