Anda di halaman 1dari 2

Surat Teruntukmu: Ibu Tercinta

Singaraja, 10 Februari 2014


Salam hangat dari tarian jemari ini, untukmu ibu.
Ibu apa kabar? Semoga Tuhan selalu mengasihimu. Ibu, kurangkai surat ini walau bukan dengan
diksi literer, namun cukup untuk mengungkapkan rasa cintaku untukmu.
Dahulu, sering kau menemaniku dari dinginnya malam yang menusuk tulang, memanjakanku
dengan belaian lembut tangan sucimu. Tak peduli kau hadir di saat aku suka maupun duka, kau
selalu ada. Ketika aku senang, bahagia akan anugerah yang kudapat, kau tebarkan senyum hangat
untukku. Ketika aku susah, sedih akan harapan yang pupus, kau tak pernah permasalahkan itu. Kau
memberiku motivasi dan semangat untuk menggapai harapan itu esok hari.
Jauh ketika aku masih balita, kau selalu memahami dan mempunyai kesabaran untukku. Suatu
ketika aku merengek meminta untuk digendong, atau menangis meminta hal yang tak penting,
karena aku belum mampu untuk mengerti akan artinya hidup, kau maklumi itu. Maafkan aku karena
telah membuatmu kesal. Bahkan ketika aku kini beranjak remaja, tingkahku semakin buruk. Enggan
untuk mendengar nasihatmu, tak jarang kata-kata kasar mencuat dari bibir ini, menyayat perih
hatimu. Maafkan karena aku pernah menyakiti perasaanmu. Apakah ibu ingat ketika aku
menginginkan sebuah balon? Atau ketika ibu membangunkanku saat aku terjatuh? Maafkan aku
karena telah merepotkanmu.
Dan, ketika aku mempunyai waktu luang, ibu ingin bicara untuk beberapa menit saja, aku selalu tak
acuh. Aku selalu sibuk dengan handphoneku dan tugas sekolah menjadi alasan, hingga membiarkan
ibu sendiri. Padahal ketika aku kecil, ibu selalu mendengarkan saat aku menceritakan tentang
mainanku. Begitupula ketika aku rewel, ibu sabar menghadapiku.
Kini aku menuntut ilmu jauh di tanah orang. Ini semua berkat jerih payahmu, ibu. Karena aku tak
ingin terus menyusahkanmu, aku memutuskan untuk mengambil bantuan pendidikan di salah satu
sekolah menengah atas di Singaraja. Walau kutahu, berat hatimu melepasku, namun aku akan
kembali untuk merubah hidupku dan hidupmu. Kelak nanti, tak lagi kita makan hanya sepiring
berdua, atau hanya ditemani kerupuk sebagai makan malam kita. Suatu ketika, aku ingin kau
merasakan nikmatnya ayam goreng yang aku makan setiap hari di asrama ini, atau ikan bakar yang
belum pernah kau cicipi. Bila Tuhan menghendaki, aku juga ingin melihatmu mengenakan kebaya
impianmu, hingga tak lagi tubuhmu terbalut kebaya lusuh itu.
Terima kasih karena saat aku terbaring lemas, sakit karena menurunnya kondisi tubuhku, ibu sabar
merawatku. Terima kasih pula atas segala pengorbanan dan perjuangan yang telah kau berikan
untukku.
Ibu, walaupun lipatan-lipatan lembut mulai hiasi wajah lugumu sebagai bukti gambaran akan pahit
manis hidup yang kau lalui, namun aku harap cintamu tak akan pernah pudar. Tuhan, aku titip ibu.
Berikan dia selalu kemudahan dan kesehatan dalam hidupnya. Dekaplah dia, sehingga terjauhkan
dari segala kesengsaraan.
Ibu, suatu hari nanti aku ingin kita menggapai bahagia bersama, hingga senja memisahkan kita.
Dengan Cinta,
I Wayan Juniartawan

BIODATA
Nama saya I Wayan Juniartawan. Saya lahir di Klungkung, 27-06-1996. Saya siswa di SMA
Negeri Bali Mandara. Alamat tinggal di Asrama SMA Negeri Bali Mandara, Jl. Air Sanih, Desa
Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Kode Pos 81172.
Nomor Hp. 081-916-724-641. Akun facebook Juni Artha (Juni Artawan). Alamat e-mail aktif
iwayanjuniartawan@gmail.com. Saya pecinta sastra, pernah memenangkan lomba cipta puisi dan
cerpen, serta puisi pernah dimuat beberapa kali dalam majalah lokal.
Kategori: A (>17th)

Anda mungkin juga menyukai