Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA TUGAS I

SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA TUMBUHAN


KELOMPOK D-5: Laurances T (1130027), Harry D S (1130276), Juliana J N(1130316),
Gebriella A A(1130370), Pramesti Kun H(1130404), Rosy Rohmawaty (1130424)
A. PENDAHULUAN
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan kimia suatu tumbuhan secara cepat.
Ditimbang serbuk
simplisiaE
2. Untuk mengetahui
dan memahami
skrining dengan metode KLT.
sebanyak 5,0003 gram
3. Untuk mengetahui cara identifikasi golongan senyawa dengan menggunakan KLT.
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

B. METODE PRAKTIKUM
Ditambahkan pelarut n-heksan 50 ml
2.1 ALAT
Direfluks 1-2 jam (dihitung mulai menetes)
Alat yang digunakan dalam
praktikum
ini:corong gelas
Disaring
dengan
- Pendingin bola
- Alumunium foil
- Lempeng KLT silika gel GF254
- Penangas air
- Kaca arloji
- Pengaduk
- Timbangan
- Labu Erlenmeyer
- Chamber
- Corong kaca
- Tabung reaksi
- Pinset
Ampas
Filtrat Heksan
- Botol pelarut 100 ml - Papan tetes
- Vial 5 ml
- Pipa kapiler
Ditambahkan
Na2SO4 eksikatus, diamkan satu malam dalam wadah tertutup
- Gelas ukur
- Beker
gelas filtrat dipekatkan
Disaring,
kemudian
2.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini:

Ampas

Simplisia E
Etil asetat
Asam asetat
n-heksan Fase CHCl3
LarutanKO
H 5%
Kloroform

Pereaksi Dragendorf
Etanol
Pereaksi Antimon (III)

Toluen
- PereaksiUap ammonia
- Larutan FeCl3
- Dietil amin
Klorida Fraksi n-heksan pekat
- Pereaksi nessler
Pereaksi anisaldehid- n-propanol
H2SO4 pekat
KLT

Filtrat etanol

SKEMA KERJAAmpas

Dipekatkan di atas w.b (ad tinggi 1 cm di dalam vial)

Fraksi Etanol

KLT

Dibuang

Dikeringkan (bebas dari n-heksan)


Di refluk dengan CHCl3 50 ml,
selama 1-2 jam
Disaring

Dikeringkan (bebas
CHCl3)
Di refluk dengan
etanol 80% 50 ml,
selama 1-2 jam
Disaring

Ditambahkan Na2SO4
eksikatus semalam
Dipekatkan
Fraksi CHCl3
KLT

Penyiapanfasediamdanpenotolancuplikan
-

0,5 cm

1 cm

Jarak
elusi
(8 cm)
1,5 cm

Keterangan :
Fase diam :
1) Lempeng silika Gel GF 254
2) Lempeng selulosa
Beri tanda seperti gambar kiri ( garis-garis
kecil )
Penotolan dilakukan dengan jumlah
totolan yang berbeda karena kadar
senyawa
yang
diidentifikasi
bisa
kecil/besar.
1) A =1 pipa kapiler
2) B = 2 pipa kapiler
Hasil penotolan dibiarkan kering

Penyiapanbejanakromatografidanfasegerak
-

Tutup bejana

Bejana Kromatografi ukuran


sedang yang didalamnya terdapat
kertas saring untuk melihat
kejenuhan

- Kertas saring
-

Keterangan :
1. Menyiapkan eluen/ fase gerak yang sesuai sebanyak 15 ml
2. -Eluen dimasukkan ke dalam bejana kromatografi kemudian bejana ditutup
3. Ditunggu sampai jenuh
4. Siap digunakan untuk skrining KLT
5. -Fase diam yang sudah dilakukan penotolan dimasukkan ke dalam bejana
kromatografi dan dieluasi sampai batas tertentu
6. Pengamatan hasil eluasi :
A. Dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm
B. Dengan penampak noda yang sesuai dilihat dan disimpulkan

Pelaksanaan KLT
-

Menyiapkan ekstrak

Menyiapkan bejana kromatografi


-

Menyiapkan fase diam

Menyiapkan fase gerak sebanyak 30 ml


-

Masukkan fase gerak dalam bejana yang berisi kerta


saring,tunggu sampai bejana jenuh dengan fase gerak

Berikan batas eluasi pada lempeng batas atas 0,5 cm,


batas bawah 1,5 cm , batas kanan dan kiri 0,5 cm

Totolkan ekstrak uji pada fase diam


-

Fase diam dieluasi

Amati dibawah sinar UV

disemprot pereaksi

penampak
noda254 dan 365 (tanpa
disemprot penampak noda)
-

fluoresensi pada 365 nm

Keterangan : fase
diam, fase gerak,
cuplikan dan pereaksi
disesuaikan dengan
kandungan kimia
yang ingin diamati

Identifikasi
glikosida
jantung

Amati hasil,
dokumentasikan
Ekstrak Etanol

- Totolkan pd lempeng silica gel GF 254


- Dieluasi
sejauh 8 cm dg eluen etil asetat :
-methanol : air (81:11:8)
-Hasil
-

Identifikasi tanin dengan spot


plate
- Diletakkan di papan
tetes
- Ditetesi dg Fecl3
Reaksi positif
bewarna hijau

Diberi reagen Raymon

Identifikasi saponin

Noda bewarna
merah,-merah
jingga, violet
-

A
B

- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan air
- Dikocok 30
-

- Ditotolkan pd lempeng silica gel GF


254
- -Dieluasi sejauh 8 cm dg kloroform :
metano l: air (64:50:10)
Hasil Eluasi
- Diberi penampak noda anisaldehid H2SO4
(p) Dipanaskan pada suhu 1000C 10
-

Buih setinggi >3 cm

Noda bewarna
- violet
biru/biru
atau kekuningan
UJI BUIH
- Air +etanol 80% ; pembanding 3
ml (3 tetes)
- Ekstrak Etanol+air (3ml)
- Serbuk pembanding +air (3ml)

Identifikasi glikosida HCN


Serbuk- simplisia
-

Dimasukkan tabung reaksi


Ditambah air
Diberi HCl encer
Ditutup dg kertas saring yg
ditetesi Na pikrat
- Dipanaskan

UJI GELATIN
- Ekstrak + gelatin (3 ml)
- Ekstrak + gelatin Nacl (3 ml)
- Ekstrak + air ( 3 ml )

end.putih
end putih

Kertas saring bewarna merah


1. IDENTIFIKASI SENYAWA MINYAK ATSIRI
b. Cuplikan
: Fraksi heksan
c. Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
d. Fase gerak
: Toluen-etilasetat ( 93 : 7 )
e. Penampak Bercak
:
Lampu UV 365 nm sebelum disemprot pereaksi (beberapa senyawa akan
memberikan flouresensi pada UV 365 nm)

Sinar tampak dengan pereaksi noda: Anisaldehid-H2SO4 pekat kemudian


dipanaskan 100-110C selama 5-10 menit (setelah disemprot akan muncul warna

biru, hijau, merah, coklat)


2. IDENTIFIKASI SENYAWA TERPENOID BEBAS
a) Cuplikan
: Fraksi heksan
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: n-heksan-etilasetat ( 1 : 1 ) atau Kloroform-metanol ( 10 : 1 )
Penampak bercak
Lampu UV 365 nm sebelum disemprot pereaksi (beberapa senyawa akan

memberikan flouresensi hijau)


Sinar tampak dengan pereaksi noda : Pereaksi antimon ( III ) klorida dalam
kloroform ( dengan pemanasan 100C selama 10-15 menit ) setelah disemprot

akan muncul warna merah-ungu atau biru)


3. IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID
a) Cuplikan
: Fraksi kloroform
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: Toluen-etil asetat-dietilamin ( 7 : 2 : 1 ) atau etilasetat-metanolair ( 100 : 13,5 : 10 )
d) Penampak bercak
Lampu UV 365 nm sebelum disemprot pereaksi (beberapa senyawa akan

memberikan flouresensi biru atau kuning)


Sinar tampak dengan pereaksi noda :Pereaksi dragendorf setelah disemprot akan

muncul warna jingga coklat, warna biasanya tidak stabil)


4. IDENTIFIKASI FLAVONOID BEBAS
a) Cuplikan
: Fraksi kloroform
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: kloroform-etilasetat ( 60 : 40 )
d) Penampakbercak
:
Lampu UV 365 nm sebelum di semprot pereaksi (memberikan flouresensi kuning,

biru, atau hijau)


Sinar tampak dengan pereaksi noda : uap amoniak (akan muncul warna kuning

yang cepat memudar)


5. IDENTIFIKASI SENYAWA ANTRAKINON
a) Cuplikan
: Fraksi kloroform
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: n-propanol-etilasetat - air (4:4:3)
d) Penampak bercak
:

Lampu UV 365 nm sebelum disemprot pereaksi (memberikan flouresensi merah


untuk senyawa antrakuinon, flouresensi kuning untuk senyawa antron dan

antranol)
Sinar tampak dengan pereaksi noda :Larutan KOH-etanol ( 5-10% ) dalam
methanol, diamati pada sinar tampak dan UV 365 nm setelah disemprot akan
muncul warna merah untuk senyawa antrakuinon, dan warna kuning untuk

senyawa antron dan antranol)


6. IDENTIFIKASI SENYAWA GLIKOSIDA JANTUNG
a) Cuplikan
: Fraksi Etanol
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: etil asetat-metanol-air ( 81 : 11 : 8 )
d) Penampak bercak
:
Sinar tampak dengan pereaksi noda : Pereaksi Kedde atau pereaksi raymond akan muncul
bercak berwarna merah, merah jingga, violet
7. IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN
a) Cuplikan
: Fraksi etanol
b) Fase diam
: Lempeng silika gel GF 254
c) Fase gerak
: kloroform-metanol-air ( 64 : 50 : 10)
d) Penampakbercak
:
Sinar tampak dengan pereaksi noda : Anisaldehid-H2SO4 pekat kemudian
dipanaskan 100C selama 5-10 menit setelah disemprot akan muncul warna biru,
biru violet, kadang kekuningan pada sinar tampak atau pereaksi LiebermannBurchard akan muncul warna hijau biru (steroid), pink,violet, ungu (triterpenoid )
8. IDENTIFIKASI SENYAWA GLIKOSIDA FLAVONOID
a) Cuplikan
: Fraksi etanol
b) Fase diam
: Lempeng selulosa
c) Fase gerak
: Asam asetat 15%
d) Penampak bercak
:
Lampu UV 365 nm sebelum disemprot pereaksi (memberikan fluoresensi biru,

kuningm atau hijau)


Sinar tampak dengan pereaksi noda: Uap amoniak
memudar.

warna kuning cepat

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


- Ekstraksi adalah proses pemisahan secara fisika dan kimia suatu subtansi yang
terkandung dalam simplisia dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ada
beberapa macam metode ekstraksi, salah satu yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
refluks. Metode refluks ini digunakan apabila pelarut toksik, mudah terbakar, mudah menguap,
dan dikehendaki kembali dalam bentuk cairan setelah di refluks. Refluks ini menggunakan
prinsip kondensasi, dimana senyawa-senyawa dalam simplisia tersebut akan menguap kemudian
terjadi pendinginan sehingga senyawa yang pada awalnya menjadi uap, menjadi cair kembali.
- Dalam metode ini, penarikan komponen kimia dalam simplisia dilakukan dengan cara
simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer bersama-sama dengan pelarut lalu dipanaskan, uapuap dari cairan pelarut terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan yang
akan turun kembali menuju erlenmeyer, dan akan menyari kembali simplisia yang berada pada
erlenmeyer, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna. Refluks dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan 3 macam pelarut yang berbeda
yaitu, pelarut n-heksan, kloroform dan etanol. Dalam ekstraksi ini digunakan bermacam-macam
pelarut karena kandungan kimia yang terdapat di dalam simplisia memiliki polaritas yang
berbeda-beda.
- Hal pertama yang dilakukan adalah mendapatkan ekstrak uji, simplisia di campur dengan
pelarut non polar (n-heksan) hal ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa non polar yang
terkandung didalam simplisia yaitu minyak atsiri, dan terpenoid bebas setelah itu batu didih
dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian direfluks selama 15 menit. Erlenmeyer tidak boleh
ada celah, sehingga ditutup dengan gabus dan celah yang ada diberi lem. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya bumping pada saat ekstraksi berlangsung. Filtrat heksan yang
didapatkan disaring dan perlu ditambah dengan Na2SO4 eksikatus q.s untuk menarik sejumlah
molekul air yang masih tersisa. Kemudian ampasnya dikeringkan di dalam lemari asam, setelah
kering ampas direfluks kembali dengan menggunakan pelarut yang berbeda yaitu pelarut semi

polar (kloroform) hal ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang kurang polar yaitu
alkaloid bebas, flavonoid bebas, dan antrakinon kemudian dilakukan hal yang sama seperti
refluks yang pertama. Setelah itu filtrat yang didapat disaring lagi dan ditambahkan Na2SO4
eksikatus q.s. kemudian ampas yang didapatkan dari hasil saringan filtrat dikeringkan kembali
dan di campur lagi dengan pelarut polar (etanol 70%). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
senyawa yang bersifat polar yaitu glikosida jantung, glikosida flavonoid, tanin, dan saponin.
Namun refluks yang ketiga ini tidak perlu ditambahkan Na2SO4 eksikatus q.s karena pelarut
etanol yang digunakan adalah etanol 70% yang mengandung air. Setelah itu ekstrak n-heksan,
ekstrak kloroform yang bebas air dan ekstrak etanol, dipekatkan untuk mendapatkan sari
dengan konsentrasi yang tinggi agar dapat menghindari hasil negatif palsu. Masing-masing
hasil pemekatan dimasukkan kedalam vial dan ditotolkan ke plat KLT dan dilakukan eluasi.
- KLT dilakukan hanya untuk senyawa-senyawa tetentu saja yaitu: sari n-heksan (minyak
atsiri dan terpenoid bebas), sari kloroform (alkaloid, flavonoid bebas, antrakinon bebas), sari
etanol 70% (glikosida jantung, saponin, glikosida flavonoid). Kromatografi lapis tipis (KLT)
adalah metode pemisahan secara fisikokimia dimana pemisahannya terjadi karena perbedaan
kelarutan senyawa dalam fase gerak dan perbedaan afinitas terhadap fase diam, selain itu
disebabkan pula karena gaya kapiler. Hasil dari proses kromatografi ialah kromatogram, yakni
merupakan noda-noda terpisah yang tampak setelah divisualisasi dengan cara fisika kimia.
Visualisasi cara fisika kimia yang dilakukan yakni dengan cara melihat noda pada kromatogram
yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet atau berfluorosensi dengan radiasi pada panjang
gelombang 254 nm dan 365 nm. Pengamatan tersebut dapat teramati karena adanya senyawa
kimia yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, dan memiliki gugus kromofor (gugus yang
dapat mengabsorbsi radiasi sinar spektrofotometer), serta memiliki gugus auksokrom (gugus
yang dapat meningkatkan intensitas warna pada senyawa tersebut).
-

Kelebihan atau keuntungan analisis dengan KLT yaitu:


1. Waktu analisa pendek
2. Pemisahannya lebih sempurna
3. Kepekaan lebih tinggi
4. Pemakaian pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit
5. Dapat memberikan informasi kualitatif dan semikuantitatif kandungan kimia
tumbuhan atau simplisia.

6. Dapat memberikan sidik jari kandungan kimia tumbuhan atau simplisia, Sidik
jari ini cocok untuk memonitor identitas dan kemurnian simplisia, sehingga dapat
mencegah pemalsuan dan penggantian simplisia
7. Hasilnya dapat didokumentasikan (kromatogram)
- Pelaksanaan KLT diawali dengan mempersiapkan chamber, kertas saring dan fase gerak.
Kertas saring dipotong sesuai dengan ukuran chamber dan dimasukkan ke dalam chamber.
Setelah itu fase gerak yang telah dibuat dimasukkan ke dalam chamber, kertas saring yang ada
di dalam chamber akan menjenuhkan fase gerak. Penjenuhan dilakukan agar tekanan dalam
chamber sama agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan fase diam
dan fase gerak tergantung dari sifat-sifat kandungan kimia yang ingin dipisahkan supaya
pemisahan dapat terjadi sempurna serta memberikan hasil yang akurat. Fase gerak akan
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen berbeda bergerak pada laju yang berbeda.Dari hasil eluasi dan setelah
proses KLT kita dapat menghitung Jarak relatif pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk
setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
-

Rf=jarak yang ditempuh oleh senyawa


jarak yang ditempuh oleh pelarut

- Penotolan sampel dilakukan pada silika gel sebanyak 2 kali penotolan, dimana penotolan
pertama sebanyak 1 kapiler dan pada penotolan kedua sebanyak 2 kapiler. Tiap 1 kapiler
volumenya 5 l. Penotolan ini digunakan untuk membandingkan antara noda yg dihasilkan 1
kapiler dan 2 kapiler.
1

1. IDENTIFIKASI SENYAWA MINYAK ATSIRI

- Sinar uv

Sinar tampak

Minyak atsiri atau minyak essensial adalah kelompok besar minyak nabati

yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak Atsiri terdiri dari beberapa zat, terutama terpen dan derivat fenil
propana, zat lainnya fenol, senyawa belerang, metal antranilat dan kumarin. Pada uji kualitatif
KLT terhadap minyak atsiri pada ekstrak simplisia E, digunakan fase diam silika gel GF 254
(yang diaktifkan dengan memanaskan kelat KLT pada suhu 105 oC selama 30 menit) dan fase
gerak toluen-etil asetat (93:7) dengan fraksi heksan sebagai cuplikan. Setelah itu disemprot
dengan penampak noda reaksi anisaldehid-H2SO4 pekat dan dipanaskan dengan oven selama
10 menit pada suhu 110C. Suatu simplisia dikatakan mengandung minyak atsiri apabila
memberikan noda biru, hijau, merah atau pun coklat pada sinar tampak. Beberapa senyawa
juga memberikan fluorosensi di bawah sinar UV 365 nm.
-

Hasil identifikasi

pada lempeng KLT

menggunakan simplisia E,

memberikan noda warna biru, hijau, merah dan coklat pada sinar tampak dan memberikan
flouresensi pada sinar UV. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia E mengandung
minyak atsiri.
-

Jumlah noda 1 (1 kapiler)


1,1 cm

- Rf 1 = 8 cm
- Rf 2 =

3,2 cm
8 cm

= 0,14
= 0,40

Jumlah noda 2 (2 kapiler)


- Rf 3 =
-

4,1 cm
8 cm

= 0,50

- Rf 4 =

4,8 cm
8 cm

= 0,60

- Rf 2 =
- Rf 1 =

1,1 cm
8 cm

- Rf 3 =

= 0,14

- Rf 4 =

3,2 cm
8 cm

= 0,40

4,2 cm
8 cm

= 0,50

5 cm
8 cm

= 0,63

IDENTIFIKASI SENYAWA TERPENOID BEBAS


-

Terpenoid adalah senyawa yang berasal dari unit satuan isoprene dan secara

biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam
lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Identifikasi adanya terpenoid bebas
dalam ekstrak simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak heksanetil asetat (1:1) dengan sebagai cuplikan adalah fraksi heksan. Kemudian disemprot dengan
menggunakan pereaksi antimon (III) klorida dalam kloroform dan dipanaskan selama 15
menit pada suhu 100C dalam oven. Jika positif memberikan warna merah-ungu atau biru,
dan beberapa senyawa berfluoresensi hijau. Pada hasil penootolan

pada lempeng KLT

menggunakan ekstrak simplisia E memberikan warna biru pada sinar tampak dan fluoresensi
hijau pada sinar UV. Jadi dapat disimpulkan bahwa simplisia E mengandung senyawa
terpenoid bebas.
-

Sinar uv

Sinar tampak

Jumlah Noda 1

Rf

1 =

6,5 cm
8 cm

Jumlah noda 2
6,7
=
8

0,81
-

Rf 2 =

7 cm
8 cm

= 0,88

3 IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID


Jumlah Noda 1
4,8 cm
Rf 1 =
8 cm

Jumlah Noda 2
4,5 cm
Rf 1 =
8 cm

= 0,6

= 0,56

Sinar tampak
Pada umumnya, sukar mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru

tanpa mengetahui jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Alkaloid biasanya dideteksi dengan KKt dan KLT dalam beberapa pengembangan umum
yang digunakan, dan kemudian kertas dan plat disemprotakan dengan penampak bercak untuk
alkaloid (dragendroff). Identifikasi adanya alkaloid dalam ekstrak simplisia E menggunakan
fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak toluen-etil asetat-dietilamin (7:2:1) dan cuplikan
adalah fraksi kloroform. Kemudian disemprot dengan menggunakan pereaksi Dragendorf.
Pada UV 254 nm memadamkan fluorosensi dan pada UV 365nm berfluorosensi biru atau
kuning. Suatu simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila memberikan noda yang
berwarna coklat atau jingga yang merupakan endapan kalium alkaloid, sedangkan pada sinar
tampak, warna tidak stabil, sehingga harus segera diamati. Pada hasil penototolan pada

lempeng KLT menggunakan ekstrak simplisia E memberikan noda warna jingga pada sinar
tampak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Simplisia E mengandung alkaloid.
4

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID BEBAS


-

Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki inti heterosiklik trimetik aromatik

yang khas yang berkhasiat sebagai antioksidan karena mempunyai gugus hidroksil bebas.
Bersifat polar dan semipolar. Kandungan utama dalam simplisia ini adalah senyawa 2-fenil-benzopiron (2-fenil-kromon), sering kali senyawa fenolik. Identifikasi adanya flavonoid bebas
dalam ekstrak simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase geraknya
kloroform-etil asetat (60:40) dengan sebagai cuplikan adalah fraksi kloroform. Kloroform
etil-asetat (60:40) digunakan untuk pemisahan aglikon flavonoid dari ekstrak simplisia. Suatu
simplisia dikatakan mengandung flavonoid bebas apabila pada UV 254nm memberikan
pemadaman fluorosensi (warna biru gelap biru) dan pada UV 365nm memberikan fluorosensi
kuning, biru, hijau pereaksi uap amonia (warna kuning) yang cepat memudar. Selain itu,
dikatakan positif jika menunjukkan warna kuning yang cepat memudar sewaktu diberi uap
amoniak. Hal ini karena ikatan yang terbentuk cepat terurai atau tidak stabil.
-

Hasil identifikasi pada lempeng KLT dengan menggunakan ekstrak simplisia E

pada sinar UV 365 nm memberikan fluorosensi berwarna biru, namun tidak menunjukkan
warna kuning yang cepat memudar sewaktu diberi uap amoniak. Jadi disimpulkan, simplisia
E tidaak mengandung flavonoid bebas.
-

Jumlah Noda 1
6,4 cm
Rf 1 =
= 0,8
8 cm
6,2 cm
Rf 1 =
= 0,78
8 cm
Jumlah Noda 2
5,9 cm
Rf 1 =
= 0,73
8 cm
5,7 cm
Rf 1 =
= 0,71
8 cm

Sinar uv
-

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTRAKINON

Identifikasi adanya Antrakuinon dalam ekstrak


simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF-254 (yang diaktifkan dengan memanaskan
lempeng KLT pada suhu 105oC selama 30 menit) dan fase geraknya adalah n-propanol-etil
asetat-air (40:40:30). Kemudian disemprot dengan larutan 5% KOH dalam metanol,
dilanjutkan dengan pengamatan di bawah sinar tampak yang akan memberikan noda berwarna
merah dan sinar UV 365 nm akan memberikan noda yang berfluoresensi merah apabila
ekstrak simplisia mengandung antrakuinon dan berwarna kuning pada sinar tampak jika
mengandung antron dan antranol.
-

Dari hasil identifikasi kami diperoleh fluoresensi merah pada sinau UV 365 nm,

sehingga disimpulkan bahwa simplisia E mengandung antrakuinon


-

Sinar uv

- Sinar tampak
-

Jumlah Noda 1
Rf 1 =

Jumlah noda 1

5,2 cm
= 0,65
8 cm

Rf 1 =

5,8 cm
8 cm

0,73
6

Rf 2 =

4,1 cm
8 cm

= 0,51

IDENTIFIKASI SENYAWA GLIKOSIDA FLAVONOID

Sinar
tampak
Sinar
uv

Identifikasi adanya Glikosida flavonoid dalam ekstrak simplisia E menggunakan

fase diam selulosa dan fase gerak asam asetat 15%, serta dengan menggunakan penampak
noda pereaksi uap amonia. Digunakan fase diam nya selulosa karena selulosa dapat menyerap
air atau senyawa hidrofil yang ada pada glikosida flavonoid. Hasil positif ditandai dengan
noda berwarna kuning (cepat memudar karena ikatan yang terbentuk tidak kuat) pada sinar
tampak dan dibawah sinar UV 365 nm berfluoresensi biru. Kesimpulan : simplisia E
mengandung glikosida flavonoid
-

Jumlah Noda 1

Rf 1 =

1,5 cm
8 cm

0,19

Jumlah Noda 1

Rf 1 =

1,4 cm
8 cm

0,18

IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN


Saponin diuji secara KLT dengan menggunakan fase diam silikagel GF 254 dan
fase gerak kloroform-metanol-air (64:50:10) dan menggunakan penampak noda anisaldehid-

H2SO4 pekat yang kemudian dipanaskan 100oC selama 10 menit. Simplisia dikatakan
mengandung saponin apabila memberikan flouresensi berwarna biru/biru violet pada sinar UV
365 nm. Identifikasi Saponin bisa juga denganUji
reaksi
buih buih, dimana ekstrak dalam etanol di
Sinar uv
tambah air kemudian dikocok selama 30 detik dan didiamkan selama 30 menit. Dikatakan
positif apabila tinggi buih mencapai minimal 3 cm.
-

Pada percobaan kami, didapatkan hasil negatif karena senyawa tidak

menghasilkan noda berwarna biru atau biru-violet pada sinar UV dan juga tidak menghasilkan

buih pada uji buih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia E tidak mengandung
saponin.
-

1.

IDENTIFIKASI SENYAWA GLIKOSIDA JANTUNG


Percobaan secara KLT, ekstrak Simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF254 (yang diaktifkan dengan memanaskan lempeng KLT pada suhu 105 0C selama 30 menit)
dan fase gerak etil asetat-metanol-air (81:11:8), untuk penampak noda digunakan pereaksi
Raymond (m-Dinitrobenzen dan alkali) dengan cuplikan sari etanol 70%. Simplisia E
disimpulkan tidak mengandung glikosida jantung. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
noda berwarna merah, merah-jingga atau violet pada sinar tampak. Pereaksi Raymond
digunakan untuk menunjukkan cincin lakton dari glikosida jantung. Untuk menyimpulkan
Sinar tampak
kebenaran glikosida jantung, tidak boleh hanya dilakukan uji cincin lakton, tapi harus juga
dilakukan uji inti steroid dan gula deoksi.
-

IDENTIFIKASI TANIN

UJISPOT
GELATIN
TEST

Tanin memiliki gugus hidroksi fenol bebas. Gugus ini berguna dalam

penetapan kadar tanin. Gugus ini dapat bereaksi dengan FeCl3. Jika ditambah FeCl3, warnanya
akan menjadi hijau kehitaman artinya terbentuk tanin katekol, sedangkan jika warnanya
menjadi biru kehitaman artinya terbentuk tanin galat. Jika tidak terjadi perubahan warna
berarti simplisia tersebut tidak memiliki gugus hidroksi fenol bebas yang artinya tidak
mengandung tanin. Selain itu, uji spesifik yang menyatakan adanya tanin dalam ekstrak
dengan penambahan gelatin dan gelatin NaCl. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan putih / kekeruhan karena tanin mempunyai sifat mengendapkan protein pada gelatin.
Tanin bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer yang tidak larut air. Reaksi ini lebih
sensitif dengan NaCl untuk mempertinggi penggaraman dari tanin-gelatin.
-

Dari hasil uji FeCl3, sari etanol 70% + FeCl3 memberikan warna hijau kehitaman

dan dari hasil uji gelatin, terdapat endapan/kekeruhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
simplisia E mengandung Tanin.
9 IDENTIFIKASI Glikosida HCN
-

Pada identifikasi glikosida HCN, serbuk simplisia dimasukkan dalam tabung

reaksi, kemudian diisi dengan aquadem hingga 1/3 tinggi botol , lalu tabung ditutup dengan
kertas saring yang telah dibasahi Na-Pikrat, dan dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian
ditunggu selama 15 menit. Dari hasil percobaan kami hasil yang didapat tidak tampak adanya
perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata pada kertas saring yang sudah
dibasahi dengan Na-pikrat. Jadi dapat disimpulkan bahwa simplisia E tidak mengandung
Glikosida HCN.
D. Kesimpulan
-

Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa simplisia E, mengandung

senyawa :
1.

Golongan Minyak Atsiri

2.

Golongan Terpenoid Bebas

3.

Alkaloid Bebas

4.

Golongan Antrakuinon

5.

Golongan Glikosida Flavonoid

6.

Golongan Tanin
-

E. Pustaka
- Harborne, J. B. 1984. Metode Fitokimia terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang
Soediro. Bandung : Penerbit ITB
-

Rusdi.1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat penelitian


Universitas Andalas.

Wagner, H, Bladt, S. & Zgainski. 1984. Plant Drug Analysis. Springer-Verlag.


Berlin heidelberg New York Tokyo.

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat secara kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :

Penerbit ITB.
-

Anda mungkin juga menyukai