Laporan Fitokimia Fix
Laporan Fitokimia Fix
B. METODE PRAKTIKUM
Ditambahkan pelarut n-heksan 50 ml
2.1 ALAT
Direfluks 1-2 jam (dihitung mulai menetes)
Alat yang digunakan dalam
praktikum
ini:corong gelas
Disaring
dengan
- Pendingin bola
- Alumunium foil
- Lempeng KLT silika gel GF254
- Penangas air
- Kaca arloji
- Pengaduk
- Timbangan
- Labu Erlenmeyer
- Chamber
- Corong kaca
- Tabung reaksi
- Pinset
Ampas
Filtrat Heksan
- Botol pelarut 100 ml - Papan tetes
- Vial 5 ml
- Pipa kapiler
Ditambahkan
Na2SO4 eksikatus, diamkan satu malam dalam wadah tertutup
- Gelas ukur
- Beker
gelas filtrat dipekatkan
Disaring,
kemudian
2.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
Ampas
Simplisia E
Etil asetat
Asam asetat
n-heksan Fase CHCl3
LarutanKO
H 5%
Kloroform
Pereaksi Dragendorf
Etanol
Pereaksi Antimon (III)
Toluen
- PereaksiUap ammonia
- Larutan FeCl3
- Dietil amin
Klorida Fraksi n-heksan pekat
- Pereaksi nessler
Pereaksi anisaldehid- n-propanol
H2SO4 pekat
KLT
Filtrat etanol
SKEMA KERJAAmpas
Fraksi Etanol
KLT
Dibuang
Dikeringkan (bebas
CHCl3)
Di refluk dengan
etanol 80% 50 ml,
selama 1-2 jam
Disaring
Ditambahkan Na2SO4
eksikatus semalam
Dipekatkan
Fraksi CHCl3
KLT
Penyiapanfasediamdanpenotolancuplikan
-
0,5 cm
1 cm
Jarak
elusi
(8 cm)
1,5 cm
Keterangan :
Fase diam :
1) Lempeng silika Gel GF 254
2) Lempeng selulosa
Beri tanda seperti gambar kiri ( garis-garis
kecil )
Penotolan dilakukan dengan jumlah
totolan yang berbeda karena kadar
senyawa
yang
diidentifikasi
bisa
kecil/besar.
1) A =1 pipa kapiler
2) B = 2 pipa kapiler
Hasil penotolan dibiarkan kering
Penyiapanbejanakromatografidanfasegerak
-
Tutup bejana
- Kertas saring
-
Keterangan :
1. Menyiapkan eluen/ fase gerak yang sesuai sebanyak 15 ml
2. -Eluen dimasukkan ke dalam bejana kromatografi kemudian bejana ditutup
3. Ditunggu sampai jenuh
4. Siap digunakan untuk skrining KLT
5. -Fase diam yang sudah dilakukan penotolan dimasukkan ke dalam bejana
kromatografi dan dieluasi sampai batas tertentu
6. Pengamatan hasil eluasi :
A. Dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm
B. Dengan penampak noda yang sesuai dilihat dan disimpulkan
Pelaksanaan KLT
-
Menyiapkan ekstrak
disemprot pereaksi
penampak
noda254 dan 365 (tanpa
disemprot penampak noda)
-
Keterangan : fase
diam, fase gerak,
cuplikan dan pereaksi
disesuaikan dengan
kandungan kimia
yang ingin diamati
Identifikasi
glikosida
jantung
Amati hasil,
dokumentasikan
Ekstrak Etanol
Identifikasi saponin
Noda bewarna
merah,-merah
jingga, violet
-
A
B
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan air
- Dikocok 30
-
Noda bewarna
- violet
biru/biru
atau kekuningan
UJI BUIH
- Air +etanol 80% ; pembanding 3
ml (3 tetes)
- Ekstrak Etanol+air (3ml)
- Serbuk pembanding +air (3ml)
UJI GELATIN
- Ekstrak + gelatin (3 ml)
- Ekstrak + gelatin Nacl (3 ml)
- Ekstrak + air ( 3 ml )
end.putih
end putih
antranol)
Sinar tampak dengan pereaksi noda :Larutan KOH-etanol ( 5-10% ) dalam
methanol, diamati pada sinar tampak dan UV 365 nm setelah disemprot akan
muncul warna merah untuk senyawa antrakuinon, dan warna kuning untuk
polar (kloroform) hal ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang kurang polar yaitu
alkaloid bebas, flavonoid bebas, dan antrakinon kemudian dilakukan hal yang sama seperti
refluks yang pertama. Setelah itu filtrat yang didapat disaring lagi dan ditambahkan Na2SO4
eksikatus q.s. kemudian ampas yang didapatkan dari hasil saringan filtrat dikeringkan kembali
dan di campur lagi dengan pelarut polar (etanol 70%). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
senyawa yang bersifat polar yaitu glikosida jantung, glikosida flavonoid, tanin, dan saponin.
Namun refluks yang ketiga ini tidak perlu ditambahkan Na2SO4 eksikatus q.s karena pelarut
etanol yang digunakan adalah etanol 70% yang mengandung air. Setelah itu ekstrak n-heksan,
ekstrak kloroform yang bebas air dan ekstrak etanol, dipekatkan untuk mendapatkan sari
dengan konsentrasi yang tinggi agar dapat menghindari hasil negatif palsu. Masing-masing
hasil pemekatan dimasukkan kedalam vial dan ditotolkan ke plat KLT dan dilakukan eluasi.
- KLT dilakukan hanya untuk senyawa-senyawa tetentu saja yaitu: sari n-heksan (minyak
atsiri dan terpenoid bebas), sari kloroform (alkaloid, flavonoid bebas, antrakinon bebas), sari
etanol 70% (glikosida jantung, saponin, glikosida flavonoid). Kromatografi lapis tipis (KLT)
adalah metode pemisahan secara fisikokimia dimana pemisahannya terjadi karena perbedaan
kelarutan senyawa dalam fase gerak dan perbedaan afinitas terhadap fase diam, selain itu
disebabkan pula karena gaya kapiler. Hasil dari proses kromatografi ialah kromatogram, yakni
merupakan noda-noda terpisah yang tampak setelah divisualisasi dengan cara fisika kimia.
Visualisasi cara fisika kimia yang dilakukan yakni dengan cara melihat noda pada kromatogram
yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet atau berfluorosensi dengan radiasi pada panjang
gelombang 254 nm dan 365 nm. Pengamatan tersebut dapat teramati karena adanya senyawa
kimia yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, dan memiliki gugus kromofor (gugus yang
dapat mengabsorbsi radiasi sinar spektrofotometer), serta memiliki gugus auksokrom (gugus
yang dapat meningkatkan intensitas warna pada senyawa tersebut).
-
6. Dapat memberikan sidik jari kandungan kimia tumbuhan atau simplisia, Sidik
jari ini cocok untuk memonitor identitas dan kemurnian simplisia, sehingga dapat
mencegah pemalsuan dan penggantian simplisia
7. Hasilnya dapat didokumentasikan (kromatogram)
- Pelaksanaan KLT diawali dengan mempersiapkan chamber, kertas saring dan fase gerak.
Kertas saring dipotong sesuai dengan ukuran chamber dan dimasukkan ke dalam chamber.
Setelah itu fase gerak yang telah dibuat dimasukkan ke dalam chamber, kertas saring yang ada
di dalam chamber akan menjenuhkan fase gerak. Penjenuhan dilakukan agar tekanan dalam
chamber sama agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan fase diam
dan fase gerak tergantung dari sifat-sifat kandungan kimia yang ingin dipisahkan supaya
pemisahan dapat terjadi sempurna serta memberikan hasil yang akurat. Fase gerak akan
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen berbeda bergerak pada laju yang berbeda.Dari hasil eluasi dan setelah
proses KLT kita dapat menghitung Jarak relatif pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk
setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
-
- Penotolan sampel dilakukan pada silika gel sebanyak 2 kali penotolan, dimana penotolan
pertama sebanyak 1 kapiler dan pada penotolan kedua sebanyak 2 kapiler. Tiap 1 kapiler
volumenya 5 l. Penotolan ini digunakan untuk membandingkan antara noda yg dihasilkan 1
kapiler dan 2 kapiler.
1
- Sinar uv
Sinar tampak
Minyak atsiri atau minyak essensial adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak Atsiri terdiri dari beberapa zat, terutama terpen dan derivat fenil
propana, zat lainnya fenol, senyawa belerang, metal antranilat dan kumarin. Pada uji kualitatif
KLT terhadap minyak atsiri pada ekstrak simplisia E, digunakan fase diam silika gel GF 254
(yang diaktifkan dengan memanaskan kelat KLT pada suhu 105 oC selama 30 menit) dan fase
gerak toluen-etil asetat (93:7) dengan fraksi heksan sebagai cuplikan. Setelah itu disemprot
dengan penampak noda reaksi anisaldehid-H2SO4 pekat dan dipanaskan dengan oven selama
10 menit pada suhu 110C. Suatu simplisia dikatakan mengandung minyak atsiri apabila
memberikan noda biru, hijau, merah atau pun coklat pada sinar tampak. Beberapa senyawa
juga memberikan fluorosensi di bawah sinar UV 365 nm.
-
Hasil identifikasi
menggunakan simplisia E,
memberikan noda warna biru, hijau, merah dan coklat pada sinar tampak dan memberikan
flouresensi pada sinar UV. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia E mengandung
minyak atsiri.
-
- Rf 1 = 8 cm
- Rf 2 =
3,2 cm
8 cm
= 0,14
= 0,40
4,1 cm
8 cm
= 0,50
- Rf 4 =
4,8 cm
8 cm
= 0,60
- Rf 2 =
- Rf 1 =
1,1 cm
8 cm
- Rf 3 =
= 0,14
- Rf 4 =
3,2 cm
8 cm
= 0,40
4,2 cm
8 cm
= 0,50
5 cm
8 cm
= 0,63
Terpenoid adalah senyawa yang berasal dari unit satuan isoprene dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam
lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Identifikasi adanya terpenoid bebas
dalam ekstrak simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak heksanetil asetat (1:1) dengan sebagai cuplikan adalah fraksi heksan. Kemudian disemprot dengan
menggunakan pereaksi antimon (III) klorida dalam kloroform dan dipanaskan selama 15
menit pada suhu 100C dalam oven. Jika positif memberikan warna merah-ungu atau biru,
dan beberapa senyawa berfluoresensi hijau. Pada hasil penootolan
menggunakan ekstrak simplisia E memberikan warna biru pada sinar tampak dan fluoresensi
hijau pada sinar UV. Jadi dapat disimpulkan bahwa simplisia E mengandung senyawa
terpenoid bebas.
-
Sinar uv
Sinar tampak
Jumlah Noda 1
Rf
1 =
6,5 cm
8 cm
Jumlah noda 2
6,7
=
8
0,81
-
Rf 2 =
7 cm
8 cm
= 0,88
Jumlah Noda 2
4,5 cm
Rf 1 =
8 cm
= 0,6
= 0,56
Sinar tampak
Pada umumnya, sukar mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru
tanpa mengetahui jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Alkaloid biasanya dideteksi dengan KKt dan KLT dalam beberapa pengembangan umum
yang digunakan, dan kemudian kertas dan plat disemprotakan dengan penampak bercak untuk
alkaloid (dragendroff). Identifikasi adanya alkaloid dalam ekstrak simplisia E menggunakan
fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak toluen-etil asetat-dietilamin (7:2:1) dan cuplikan
adalah fraksi kloroform. Kemudian disemprot dengan menggunakan pereaksi Dragendorf.
Pada UV 254 nm memadamkan fluorosensi dan pada UV 365nm berfluorosensi biru atau
kuning. Suatu simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila memberikan noda yang
berwarna coklat atau jingga yang merupakan endapan kalium alkaloid, sedangkan pada sinar
tampak, warna tidak stabil, sehingga harus segera diamati. Pada hasil penototolan pada
lempeng KLT menggunakan ekstrak simplisia E memberikan noda warna jingga pada sinar
tampak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Simplisia E mengandung alkaloid.
4
yang khas yang berkhasiat sebagai antioksidan karena mempunyai gugus hidroksil bebas.
Bersifat polar dan semipolar. Kandungan utama dalam simplisia ini adalah senyawa 2-fenil-benzopiron (2-fenil-kromon), sering kali senyawa fenolik. Identifikasi adanya flavonoid bebas
dalam ekstrak simplisia E menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase geraknya
kloroform-etil asetat (60:40) dengan sebagai cuplikan adalah fraksi kloroform. Kloroform
etil-asetat (60:40) digunakan untuk pemisahan aglikon flavonoid dari ekstrak simplisia. Suatu
simplisia dikatakan mengandung flavonoid bebas apabila pada UV 254nm memberikan
pemadaman fluorosensi (warna biru gelap biru) dan pada UV 365nm memberikan fluorosensi
kuning, biru, hijau pereaksi uap amonia (warna kuning) yang cepat memudar. Selain itu,
dikatakan positif jika menunjukkan warna kuning yang cepat memudar sewaktu diberi uap
amoniak. Hal ini karena ikatan yang terbentuk cepat terurai atau tidak stabil.
-
pada sinar UV 365 nm memberikan fluorosensi berwarna biru, namun tidak menunjukkan
warna kuning yang cepat memudar sewaktu diberi uap amoniak. Jadi disimpulkan, simplisia
E tidaak mengandung flavonoid bebas.
-
Jumlah Noda 1
6,4 cm
Rf 1 =
= 0,8
8 cm
6,2 cm
Rf 1 =
= 0,78
8 cm
Jumlah Noda 2
5,9 cm
Rf 1 =
= 0,73
8 cm
5,7 cm
Rf 1 =
= 0,71
8 cm
Sinar uv
-
Dari hasil identifikasi kami diperoleh fluoresensi merah pada sinau UV 365 nm,
Sinar uv
- Sinar tampak
-
Jumlah Noda 1
Rf 1 =
Jumlah noda 1
5,2 cm
= 0,65
8 cm
Rf 1 =
5,8 cm
8 cm
0,73
6
Rf 2 =
4,1 cm
8 cm
= 0,51
Sinar
tampak
Sinar
uv
fase diam selulosa dan fase gerak asam asetat 15%, serta dengan menggunakan penampak
noda pereaksi uap amonia. Digunakan fase diam nya selulosa karena selulosa dapat menyerap
air atau senyawa hidrofil yang ada pada glikosida flavonoid. Hasil positif ditandai dengan
noda berwarna kuning (cepat memudar karena ikatan yang terbentuk tidak kuat) pada sinar
tampak dan dibawah sinar UV 365 nm berfluoresensi biru. Kesimpulan : simplisia E
mengandung glikosida flavonoid
-
Jumlah Noda 1
Rf 1 =
1,5 cm
8 cm
0,19
Jumlah Noda 1
Rf 1 =
1,4 cm
8 cm
0,18
H2SO4 pekat yang kemudian dipanaskan 100oC selama 10 menit. Simplisia dikatakan
mengandung saponin apabila memberikan flouresensi berwarna biru/biru violet pada sinar UV
365 nm. Identifikasi Saponin bisa juga denganUji
reaksi
buih buih, dimana ekstrak dalam etanol di
Sinar uv
tambah air kemudian dikocok selama 30 detik dan didiamkan selama 30 menit. Dikatakan
positif apabila tinggi buih mencapai minimal 3 cm.
-
menghasilkan noda berwarna biru atau biru-violet pada sinar UV dan juga tidak menghasilkan
buih pada uji buih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia E tidak mengandung
saponin.
-
1.
IDENTIFIKASI TANIN
UJISPOT
GELATIN
TEST
Tanin memiliki gugus hidroksi fenol bebas. Gugus ini berguna dalam
penetapan kadar tanin. Gugus ini dapat bereaksi dengan FeCl3. Jika ditambah FeCl3, warnanya
akan menjadi hijau kehitaman artinya terbentuk tanin katekol, sedangkan jika warnanya
menjadi biru kehitaman artinya terbentuk tanin galat. Jika tidak terjadi perubahan warna
berarti simplisia tersebut tidak memiliki gugus hidroksi fenol bebas yang artinya tidak
mengandung tanin. Selain itu, uji spesifik yang menyatakan adanya tanin dalam ekstrak
dengan penambahan gelatin dan gelatin NaCl. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan putih / kekeruhan karena tanin mempunyai sifat mengendapkan protein pada gelatin.
Tanin bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer yang tidak larut air. Reaksi ini lebih
sensitif dengan NaCl untuk mempertinggi penggaraman dari tanin-gelatin.
-
Dari hasil uji FeCl3, sari etanol 70% + FeCl3 memberikan warna hijau kehitaman
dan dari hasil uji gelatin, terdapat endapan/kekeruhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
simplisia E mengandung Tanin.
9 IDENTIFIKASI Glikosida HCN
-
reaksi, kemudian diisi dengan aquadem hingga 1/3 tinggi botol , lalu tabung ditutup dengan
kertas saring yang telah dibasahi Na-Pikrat, dan dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian
ditunggu selama 15 menit. Dari hasil percobaan kami hasil yang didapat tidak tampak adanya
perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata pada kertas saring yang sudah
dibasahi dengan Na-pikrat. Jadi dapat disimpulkan bahwa simplisia E tidak mengandung
Glikosida HCN.
D. Kesimpulan
-
senyawa :
1.
2.
3.
Alkaloid Bebas
4.
Golongan Antrakuinon
5.
6.
Golongan Tanin
-
E. Pustaka
- Harborne, J. B. 1984. Metode Fitokimia terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang
Soediro. Bandung : Penerbit ITB
-
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat secara kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :
Penerbit ITB.
-