Anda di halaman 1dari 12

TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

Disusun Oleh:
DWI YANTI
3415091329
DIAN WIDOWATI
3415092297
INDIRASARI
3415092292
(KELOMPOK 3)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009

HASIL
1. Batang Pacar Air ( Impatiens sp)
sitoplasma

air yang diwarnai larutan eosin

2. Menghitung Besarnya Penguapan Pada Benda Mati


a. Atmometer di tempat yang terkena sinar matahari
Waktu/5 menit

Jarak Pergeseran

0,2 ml

0,1 ml

0,1 ml

0,1 ml

Kelembaban Udara :
Suhu kering

36o C

Suhu basah

29o C _

Selisih suhu

7o C

Nilai kelembaban udaranya 53 %


b. Atmometer di tempat yang tidak terkena sinar matahari
Waktu/5 menit

Jarak Pergeseran

0 ml

0 ml

0 ml

0 ml

Tidak ada pergeseran kwantitas air pada atmometer

PEMBAHASAN
Kegiatan 1. Daya Hisap Akar (Impatiens sp)
Akar merupakan organ tumbuhan yang umumnya berada di dalam tanah. Salah satu
fungsinya adalah menyerap air dan garam-garam anorganik dari dalam tanah.Karena fungsinya ini,
akar memiliki kemampuan untuk mengisap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah, yang
lazim disebut daya hisap akar..Air dan garam-garam mineral yang dihisap akar akan dibawa oleh
pembuluh xylem menuju daun untuk proses fotosintesis. Daya hisap akar terbantu oleh adanya
transpirasi atau penguapan pada tumbuhan. Air pada daun akan menguap dan merangsang
penyerapan air dan garam-garam mineral oleh akar untuk menjaga kestabilan kadar air pada
tumbuhan.
Pada pengamatan kali ini, digunakan larutan eosin 0,1% yang berwarna merah untuk
mempermudah dan memperjelas pengamatan. Setelah akar pacar air direndam lebih kurang 20
menit, terjadi perubahan warna pada akar dan sebagian batangnya. Dan setelah sayatan batangnya
diamati secara mikroskopis, terlihat adanya bagian-bagian berwarna merah yang diidentifikasi
sebagai larutan eosin 0,1%. Adanya bagian-bagian berwarna merah pada batang pacar air ini
membuktikan bahwasanya akar memiliki daya hisap terhadap air dan garam-garam mineral yang ada
di dekatnya, dan adanya pembuluh xylem yang menghantarkan air dan garam-garam mineral
tersebut dari akar ke daun melewati batang.

Kegiatan 2. Menghitung Besarnya Penguapan Pada Benda Mati


Pada pengamatan kali ini digunakan atmometer yang berfungsi untuk mengukur kecepatan
penguapan air dalam udara pada lingkungan dan waktu tertentu. Karena yang diukur adalah
kecepatan penguapan air dalam udara, maka disebut juga penguapan pada benda mati. Faktor
pembeda pada pengamatan kali ini adalah cahaya matahari. Pada atmometer yang diletakkan di
tempat yang terkena cahaya matahari, terjadi pergeseran air pada tabung. Sedangkan, pada
atmometer yang diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari tidak tampak pergeseran
air pada tabung. Pada atmometer ini mungkin terjadi penguapan, namun dalam jumlah kwantitas
yang sangat kecil sehingga tidak tampak pada skala pergeseran air di atmometer. Dari pengamatan
ini, dapat disimpulkan bahwasanya cahaya matahari berpengaruh dalam penguapan karena cahaya
matahari yang panas atau bersuhu tinggi dapat memicu laju penguapan.

Tugas Pertanyaan
1. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penguapan!
Jawab : a. Kelembaban, semakin tinggi kelembaban semakin sedikit air yang menguap dan
semakin lambat laju penguapannya.
b. Suhu, semakin tinggi suhu semakin banyak air yang menguap dan semakin cepat
laju penguapannya.
c. Cahaya, semakin banyak cahaya yang ada semakin banyak air yang menguap dan
semakin cepat laju penguapannya.
2. Bagian manakah dari suatu tanaman yang melakukan penguapan? Jelaskan!
Jawab : Daun, air dan garam-garam mineral dari dalam tanah diserap akar dengan adanya
daya serap akar. Air dan mineral ini diangkut oleh pembuluh xilem menuju daun
untuk proses fotosintesis. Karena inilah banyak air tersimpan di daun, dan karena
daun memiliki mulut daun (stomata) sebagai tempat keluarnya uap air, maka daun
lah tempat terjadinya penguapan pada tumbuhan.

3. Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi laju penguapan?


Jawab : Pengurangan laju penguapan dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi penguapan. Yakni dengan meningkatkan kelembaban,
menurunkan suhu, dan memperkecil intensitas cahaya yang didapatkan.

KESIMPULAN

1. Akar mempunyai kemampuan untuk menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam
tanah yang disebut daya hisap akar.
2. Transpirasi pada daun membantu daya hisap akar, karena akar mengambil air dari dalam
tanah juga untuk menjaga keseimbangan kadar air dalam tumbuhan.
3. Cahaya matahari dan suhu yang tinggi berperan sebagai pemicu laju transpirasi.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B.Reece & L.G. Mitchell (2000), Biologi 2, Jakarta : Penerbit Erlangga
Gunawan Susilowarno,dkk (2009), Biologi SMA/MA Kls XI, Jakarta : Grasindo
Hamim (2007), Fisiologi Tumbuhan , Jakarta : Universitas Terbuka
Sihombing, Betsy (2009), Penuntun Praktikum Biologi Umum, Jakarta : Universitas Negeri Jakarta

PIGMEN PADA TUMBUHAN


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

Disusun Oleh:
DWI YANTI
3415091329
DIAN WIDOWATI
3415092297
INDIRASARI
3415092292
(KELOMPOK 3)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009

HASIL
1. Sifat Kelarutan Pigmen
a. Air suling

b. Alkohol 96%

c. Aseton 85%

Hasil Pengamatan : Perubahan warna pelarut (tidak hijau, hijau, sangat hijau)
Air

: Tidak hijau

Alkohol

: Hijau (bening)

Aseton

: Sangat hijau (keruh)

2. Komponen Pigmen Tumbuhan


Warna yang tampak pada kertas hisap dari luar ke dalam :
Kuning
Hijau
Kuning kehijauan

3. Flouresensi Klorofil

Warna yang terlihat: merah tua keunguan

PEMBAHASAN

Kegiatan 1. Sifat Kelarutan Pigmen


Sel tumbuhan mengandung berbagai macam pigmen yang berfungsi menyerap cahayacahaya tampak pada proses fotosintesis. Salah satu pigmen itu adalah klorofil, pigmen warna hijau
daun yang terdapat di dalam kloroplas. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat 2 macam klorofil,
yakni klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang
berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm),
sedangkan yang paling sedikit di bagian hijau (500-600 nm) (Gobel dkk., 2006).
Klorofil-a mempunyai sifat tidak larut dalam air, melainkan larut dalam aseton, alkohol, dan
benzena. Itulah mengapa air rendaman potongan daun bayam pada tabung reaksi tidak berubah
warna. Lain halnya dengan larutan alkohol dan aseton, terjadi perubahan warna pada keduanya
yang menandakan larutnya klorofil dalam kedua larutan tersebut. Namun, perubahan warna pada
larutan aseton lebih hijau daripada larutan alkohol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepolaran di
antara keduanya. Klorofil adalah senyawa polar yang akan larut dalam senyawa polar juga. Aseton
dan alkohol adalah senyawa polar, namun perbedaan ikatan kimia diantara keduanya ( aseton : CH3CO-CH3, alkohol : CH3-CH2-OH ) menyebabkan perbedaan momen dipol yang berakibat pada
perbedaan kepolaran. Aseton mempunyai momen dipol 2,91 D dan alkohol mempunyai momen
dipol 1,69 D. Karena hal inilah aseton lebih polar dari alkohol dan lebih banyak dan kuat melarutkan
klorofil dibandingkan alkohol.

Kegiatan 2. Komponen Pigmen Tumbuhan


Klorofil adalah pigmen pada tumbuhan yang menangkap energi sinar matahari dan
menggunakannya untuk proses fotosintesis. Klorofil terlihat berwarna hijau karena klorofil menyerap
cahaya merah dan biru dan memantulkan cahaya hijau. Namun, sebenarnya klorofil muncul dalam
banyak warna berkisar dari hijau ke kuning. Hal ini disebabkan klorofil terdiri atas klorofil-a yang
berwarna hijau-biru, klorofil-b yang berwarna kuning-hijau dan karotenoid yang mempunyai warna
berbagai campuran kuning dan jingga (Campbell : 2000). Dalam percobaan ini, digunakan kertas
hisap atau kertas kromatografi untuk memisahkan bermacam pigmen satu sama lain. Warna yang
pertama kali muncul di kertas hisap adalah warna kuning, yakni warna dari pigmen karotenoid,
kemudian warna hijau yang berasal dari klorofil-a dan terakhir adalah hijau kekuningan yang berasal
dari klorofil-b. Urutan warna yang sedemikian rupa ini disebabkan perbedaan ukuran molekul
antara klorofil-a, b, dan karotenoid. Pigmen dengan molekul terkecil muncul lebih cepat pada kertas
hisap dibanding pigmen dengan molekul yang lebih besar. Dalam hal ini, karotenoid (C5H8) memiliki

molekul terkecil, kemudian selanjutnya klorofil-a (C55H72O5N4Mg), dan terakhir klorofil-b


(C55H70O6N4Mg) yang memiliki molekul paling besar diantara ketiganya.

Kegiatan 3. Flouresensi Klorofil


Klorofil mempunyai sifat yang dikenal dengan flouresensi yang proses terjadinya diawali dari
fotoektasi klorofil. Ketika klorofil dan pigmen lainnya menyerap foton, warna yang bersesuaian
dengan panjang gelombang yang diserap akan menghilang dari spektrum cahaya yang diteruskan
dan dipantulkan, tetapi energinya tidak hilang. Secara sederhana digambarkan dalam gambar
berikut:

(http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/phts/c10x10excitation.jpg)

Energi dari foton yang diserap molekul klorofil diubah menjadi energi potensial elektron
yang dinaikkan dari keadaan dasar ke orbital yang energinya lebih tinggi atau ke keadaan tereksitasi.
Namun, elektron pada keadaan tereksitasi tidak bisa bertahan lama di tempatnya karena seperti
semua keadaan berenergi tinggi lainnya, bersifat tidak stabil. Umumnya, saat pigmen menyerap
cahaya, elektron tereksitasinya kembali ke keadaan dasar dengan melepas energi berlebihnya
sebagai panas.Sebagian pigmen, termasuk klorofil, selain memancarkan panas juga memancarkan
cahaya setelah menyerap foton. Pasca-pijar inilah yang disebut flouresensi. Hal ini terjadi saat
pigmen klorofil diisolasi dari kloroplas, karena tidak terdapatnya akseptor elektron primer yang
menangkap elektron tereksitasi yang tidak stabil, sehingga elektron tereksitasi akan jatuh ke
keadaan dasar dengan melepas panas dan memancarkan cahaya.
Pada pengamatan kali ini ekstrak klorofil yang telah diisolasi dari kloroplasnya disinari
dengan seberkas cahaya. Dan ketika diamati, tepat di depan seberkas cahaya itu larutan ekstrak

klorofil tidak berwarna hijau melainkan berflouresensi (berpendar) menghasilkan warna merah.
Mengapa warna merah? Karena ketika klorofil menyerap foton dari sinar itu, warna yang diserap
adalah merah dan biru sesuai dengan panjang gelombang yang dapat diserap klorofil. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, klorofil mengalami fotoektasi dan pada akhirnya melepaskan panas
dan berpendar di bagian warna merah sesuai yang ia serap. Sedangkan warna biru tidak tampak
karena warna biru memiliki panjang gelombang lebih pendek dari warna merah.

Tugas / Pertanyaan:
1. Pada ekstraksi klorofil, mengapa digunakan aseton 85%?
Jawab : Untuk melarutkan klorofil, karena klorofil adalah senyawa polar maka akan larut
bila pelarutnya juga merupakan senyawa polar. Aseton adalah senyawa polar yang
dapat sangat melarutkan klorofil karena sifatnya yang sangat polar. Penggunaan
aseton 85%, bukan 100% dikarenakan aseton memiliki titik didih yang rendah
sebagai akibat adanya ikatan hidrogen, yakni 56oC yang menyebabkannya sangat
mudah menguap. Dan agar tidak mudah menguap dan dapat digunakan dalam
pengamatan, maka ia diencerkan dalam air dengan kadar aseton 85%.

2. Pada waktu menyaring ekstrak klorofil, mengapa sebaiknya kertas saring dibasahi dulu
dengan aseton 85%?
Jawab : Untuk melarutkan senyawa-senyawa yang mungkin ada pada kertas saring, sehingga
dapat memperlancar proses penyaringan.

3. Pada percobaan komponen pigmen tumbuhan, mengapa pada kertas saring dapat terbentuk
lingkaran-lingkaran yang mengandung pigmen berbeda?
Jawab : Karena pigmen pada kloroplas tidak hanya terdiri atas satu pigmen, melainkan
beberapa pigmen, yakni klorofil-a yang berwarna hijau-biru, klorofil-b yang
berwarna hijau-kuning, dan pigmen karotenoid yang berwarna kuning.

4. Apakah yang dimaksud dengan flouresensi? Jelaskan proses terjadinya!

Jawab : Flouresensi adalah pasca-pijar yang terjadi saat elektron tereksitasi kembali ke
keadaan dasarnya pada molekul klorofil, yang disertai pelepasan panas dan foton
yang sebelumnya diserap. Energi dari foton yang diserap molekul klorofil diubah
menjadi energi potensial elektron yang dinaikkan dari keadaan dasar ke orbital
yang energinya lebih tinggi atau ke keadaan tereksitasi. Namun, elektron pada
keadaan tereksitasi tidak bisa bertahan lama di tempatnya karena seperti semua
keadaan berenergi tinggi lainnya, bersifat tidak stabil. Umumnya, saat pigmen
menyerap cahaya, elektron tereksitasinya kembali ke keadaan dasar dengan
melepas energi berlebihnya sebagai panas.Sebagian pigmen, termasuk klorofil,
selain memancarkan panas juga memancarkan cahaya setelah menyerap foton.
Pasca-pijar inilah yang disebut flouresensi.

KESIMPULAN

1. Klorofil yang bersifat polar larut dalam pelarut polar. Semakin polar pelarut yang digunakan,
semakin banyak pigmen yang larut.
2. Klorofil terdiri atas beberapa pigmen, yakni klorofil-a yang berwarna hijau-biru, klorofil-b
yang berwarna hijau-kuning, dan pigmen karotenoid yang berwarna kuning.
3. Klorofil yang diisolasi dari kloroplasnya memiliki sifat flouresensi bila disinari cahaya, yakni
berpendar dalam bagian merah spektrum dan juga melepas panas.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B.Reece & L.G. Mitchell (2000), Biologi, Jakarta : Penerbit Erlangga
Gobel, R.B., E. Johannes dan A.I. Latunra (2006), Biologi Dasar. Program TPB-UNHAS. Makassar.
Sihombing, Betsy (2009), Penuntun Praktikum Biologi Umum, Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Sri Wahyuni, ST. (2003), Materi Ringkas Kimia SMA, Jakarta : Penerbit Erlangga
http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/phts/c10x10excitation.jpg, 30/10/2009, 21.30 WIB

http://www.mysciencebox.org/plantpigment, 31/10/2009, 20.30 WIB


http://www.id.wikipedia.org/wiki/aseton , 31/10/2009, 22.00 WIB
http://www.id.wikipedia.org/wiki/etanol , 31/10/2009, 22.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai