Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata "matematika" berasal dari kata (mthema) dalam
bahasa Yunani yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar"
juga (mathematiks) yang diartikan sebagai "suka belajar".
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan
dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam
astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga
pembagian umum bidang matematika, yaitu studi tentang struktur, ruang dan
perubahan.
Matematika tidak hanya tentang berhitung. Berhitung hanya
merupakan salah satu cabang dari matematika. Namun berhitung ada dan
dibutuhkan hampir di semua cabang dari matematika yang ada saat ini. Dari
80 cabang besar matematika, berhitung ada dan turut berperan penting di
hampir semua cabang besar tersebut, baik sebagai terapan maupun sebagai
alat bantu dalam perhitungan.
Berhitung pada umumnya didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang bilangan. Lebih lengkapnya, Websters New Third International
Dictionary merumuskan berhitung sebagai cabang matematika yang
berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata dan dengan
perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
Untuk lebih memahami makna berhitung, maka perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai pengertian dari bilangan. Menurut Bruce E.
Meserve, bilangan adalah suatu abstraksi, artinya bilangan tidak memiliki

keberadaan secara fisik. Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambanglambang yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan.
Bilangan sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin
diungkapkan. Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambanglambang bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat,
hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-bilangan
tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.
Sejarah berhitung merupakan sejarah yang panjang, karena berhitung
sendiri telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui
oleh siapa, dimana, dan kapan tepatnya berhitung ditemukan, karena
sebenarnya berhitung bukan merupakan temuan para pemikir, namun
berhitung merupakan sebuah kebutuhan yang ada di dalam diri manusia
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh sebab itulah
perkembangan berhitung terpencar di berbagai pusat kebudayaaan kuno
dengan pertumbuhan yang terpisah-pisah. Ini membuktikan bahwa
perluasaan bilangan memiliki pengertian seperti misalnya perluasan
pengertian bilangan pada perguruan Pythagoras.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani
2.
3.
4.
5.
6.

Kuno?
Bagaimana riwayat hidup Pythagoras?
Apa itu perguruan Pythagoras?
Bagaimanakah bilangan dalam perguruan Pythagoras?
Bagaimanakah teorema atau dalil Pythagoras?
Apa saja cacat pada doktrin Pythagorean?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani
2.
3.
4.
5.

Kuno.
Mengetahui riwayat hidup Pythagoras.
Menjelaskan perguruan Pythagoras.
Menjelaskan bilangan dalam perguruan Pythagoras.
Menjelaskan teorema atau dalil Pythagoras.
2

6. Mengetahui cacat pada doktrin Pythagorean.


D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, BAB II
Pembahasan dan Bab III Penutup.
E. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun dengan menggunakan sistem kepustakaan. Caracara yang digunakan yaitu studi pustaka dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan penulisan makalah ini dan website-website di internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PENGETAHUAN BERHITUNG PADA ZAMAN


YUNANI KUNO
Pengetahuan berhitung sampai ke tangan orang-orang Yunani Kuno
sekitar 2.500 tahun yang lampau. Tidak terlalu banyak yang dapat diketahui
tentang bagaimana bentuk dan isi pengetahuan berhitung itu pada saat mulamula mereka menerimanya. Bahkan dapat dikatakan telah terjadi suatu celah
pada pengetahuan kita sekarang tentang sejarah berhitung masa kuno. Celah
itu terutama terletak diantara zaman Mesopotamia dan Mesir Kuno dengan
zaman emas Yunani Kuno. Namun sekalipun demikian kemampuan orangorang Yunani Kuno dalam pengembangan pengetahuan berhitung selama
beberapa abad serta pengetahuan kita tentang sejarah berhitung Mesopotamia
dan Mesir Kuno telah menampilkan dugaan yang kuat bahwa pemikiran
orang-orang Yunani inilah yang telah membawa pengetahuan berhitung itu
dari taraf yang masih sederhana sampai ke taraf yang cukup maju. Kiranya
itulah sebabnya maka Bertrand Russel sampai mengatakan bahwa tidak saja
orang-orang Yunani Kuno telah mengembangkan kebudayaan dalam dunia,
kecendekiaan murni tetapi juga mengatakan bahwa "mereka menciptakan
metematika dan ilmu pengetahuan dan filsafat" serta juga "seni demonstrasi
matematika hampir seluruhnya bersumber kepada Yunani".
Orang-orang Yunani Kuno itu gemar menulis sehingga kita kini
berkesempatan untuk menemukan tulisan-tulisan mereka itu baik secara
langsung maupun melalui terjemahan-terjemahan. Bersama itu pula kita juga
berkesempatan untuk mengetahui nama-nama dan tempat asal para ahli

mereka serta tempat-tempat mereka menyebarkan ajaran dan pengetahuan.


Hali ini merupakan suatu keuntungan yang sangat besar mengingat akan
sarana tulis menulis yang masih sangat kurang pada zaman kuno itu. Bahkan
pernah sampai terjadi bahwa naskah karya Archimedes yang disalin pada abad
kesepuluh misalnya, kemudian dicoba untuk dihapus semata-mata hanya
sekedar agar buku itu dapat ditulis lagi dengan naskah lainnya.
Para ahli itu berasal dari berbagai pusat pengetahuan, antara lain;
Miletus, Samos, Kroton, Elea, Sirakus, Athena, dan Iskandaria. Diantara
mereka itu ada yang sampai mendirikan perguruan atau persaudaraan. Di
dalam perguruan itu baik guru maupun murid sama-sama mengembangkan
pemikiran baru sehingga pengetahuan yang lahir dari pemikiran itu kemudian
membawa nama mereka sebagai pencipta atau penemu sesuatu aliran
pengetahuan. Sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki perguruan, ada
yang mengungkapkan hasil pemikirannya melalui surat kepada orang lain dan
ada pula yang membiarkan buah pikirannya dicatat oleh penyair atau
sejarawan pada masa itu.
Pengetahuan yang bersumber dari zaman Yunani Kuno terutama
berbentuk hasil kegiatan berpikir semata-mata. Kegiatan berpikir demikian
tercermin juga di dalam pengetahuan berhitung. Jika dalam masalah berhitung
orang-orang sebelum mereka lebih banyak bertanya bagaimana, maka
mereka terutama bertanya mengapa, sehingga dari pernyataan semacam itu
timbullah berbagai corak baru dalam pengetahuan berhitung. Melalui sikap
demikian,

tidaklah

mengutamakan

mengherankan

pengertian

apabila

berhitung

mereka

daripada

tampaknya

mengejar

lebih

penggunaan

pengetahuan itu dalam keperluan praktis. Barangkali kita akan lebih


memahaminya sekiranya kita menelaah kesimpulan Plato tentang matematiks:
Kunci ke pengertian dunia alamiah dan khususnya unsur-unsur fisik adalah
matematika.
Seharusnya kunci ke pengertian dunia alamiah pada zaman itu tidak
selalu mesti ada di tangan orang-orang Yunani, melainkan dapat terletak di
5

tangan orang lain lagi. Namun kenyataan sejarah yang kita miliki sekarang
menunjukan bahwa demikianlah halnya pada masa itu. Sebagai sebab dari
kenyataan ini, ada yang mengatakan bahwa orang-orang Yunani pada zamaan
itu benar-benar memperoleh kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan
yang mereka terima serta menciptakan pengetahuan baru. Hamilton misalnya,
mengatakan bahwa pada saat dunia kuno merupakan merupakan tempat yang
mengerikan, pada saat kekuatan tenung yang mutlak menakutkan menguasai
manusia, pada saat pendeta-pendeta kuno berkata bahwa mereka menetapkan
batas berpikir sampai sekian saja dan tidak boleh lebih lagi, maka orang-orang
Yunani itu berkata bahwa segala sesuatu harus harus diselidiki serta tiada
batas yang ditetapkan untuk berpikir. Sebagai gambaran untuk suasana itu,
Hamilton juga menambahkan bahwa di dunia kuno itu, mereka yang
mempraktekkan seni mengobati orang adalah ahli tenung, sedangkan orangorang Yunani menamakan pengobat mereka sebagai physician yang berarti
mereka yang menyelaraskan diri dengan jalan alam. Penyair kuno dari zaman
Julius Caesar, Lucretius, bahkan berkata lebih jauh lagi. Ia mengatakan bahwa
pada saat manusia dilanda tekanan berat kengerian tahayul, orang Yunanilah
yang pertama berani mengangkat kepala untuk menentang tekanan itu dan
mereka menang. Kemenangan itu memungkinkan mereka berjelajah untuk
kemudian kembali dengan membawa pengetahuan.
Pernyataan-pernyataan yang puitis itu menunjukkan suatu hal yakni
kebebasan orang-orang Yunani Kuno dalam hidup mereka. Mereka bebas
berpikir dan bebas mengeluarkan pendapat. Mereka bebas, sejak zaman
Thales dari Miletus, sekitar dua puluh enam abad yang lalu, melalui zamanzaman Socrates, Plato, Aristoteles, sampai kemudian ditaklukan oleh Romawi.
Namun mereka pun sempat menaklukkan suatu wilayah yang luas dibawah
pimpinan Iskandar Zulkarnaen sehingga pengetahuan yang telah mereka
miliki sempat menyebar ke mana-mana.

Kebebasan ditambah dengan kemauan berpkir itu telah menghasilkan


berbagai filsafat dan ilmu pengetahuan dan bersama itu menghasilkan juga
berbagai rumusan dan pengetahuan berhitung untuk menjadi perintis
pengetahuan berhitung dan matematika dari zaman kita sekarang ini. Mereka
meninggalkan

kepada

kita

banyak

pengertian

tetapi

mereka

juga

meninggalkan kepada orang-orang sesudah mereka masalah-masalah yang


rumit. Bahkan ada diantara masalah itu yang memerlukan waktu selama 2.000
tahun lebih untuk dapat dipecahkan.
B. RIWAYAT HIDUP PYTHAGORAS

Pythagoras lahir pada tahun 570 SM di pulau Samos di daerah Ionia,


Yunani. Ia berayah seorang saudagar kaya yang bernama Mnesarchus dari
kota Tirus, Phoenicia. Sedangkan ibunya bernama Phytais. Kelahirannya
sudah dinujumkan oleh seorang pendeta Yunani di Apollo, kota Delphi
sebagai tokoh tersohor dunia. Setelah lahir Pythagoras diserahkan kepada
Creophilus untuk memberikan pendidikan secara khusus. Pythagoras pun
mempelajari karya sastra, puisi dan bermain musik. Setelah lulus dari
Creophilus, Pythagoras selanjutnya belajar pada Pherekydes. Pherekydes
mengajarkan tentang filsafat, mistik dan mitologi. Dari Pherekydes inilah
Pythagoras memperoleh ajaran tentang hubungan jiwa dan tubuh. Namun
menjelang usia remaja, Pythagoras terpukul jiwanya karena ayahnya
Mnesarchus meninggal dunia. Meninggalnya disebabkan sakit yang diderita.
Pada umur 18 tahun dia bertemu dengan
Thales. Thales seorang kakek tua yang
mengenalkan matematika kepada Pythagoras
lewat muridnya yang bernama Anaximander.
Namun yang diakui oleh Pythagoras sebagai
guru adalah Pherekydes. Dalam tradisi Yunani,
diceritakan bahwa ia banyak melakukan
perjalanan, diantaranya ke Mesir, Babylonia,
dan India.
Pada sekitar 535 SM Pythagoras pergi ke Mesir. Perjalanan Pythagoras
ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya berguru, menimba ilmu, pada
imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para
imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Pythagoras
sebagai murid. Namun pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para
imam di Thebe. Di Mesir Pythagoras belajar astronomi dari imam Caldei,
logistik dan geometri dari imam Phoenesia dan ritual mistik pada para Magi.
Pythagoras diperkirakan sudah melihat 7 keajaiban dunia (kuno), dimana

salah satunya adalah kuil Hera yang terletak di kota kelahirannya. Selepas
berkelana mencari ilmu Pythagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran
di Samos. Kirakira 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan
tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota di Kroton. Di Kroton, Pythagoras
mendirikan sebuah mazhab yang disebut mazhab Pythagorean. Di Kroton ini
dia mendirikan sekolah filsafat yang menerima murid tanpa membedakan
jenis kelamin. Sekolah itu menjadi sangat terkenal bahkan Pythagoras
akhirnya menikah dengan salah satu muridnya. Pada tahun 513 SM
Pythagoras pergi ke Delos untuk merawat penolong sekaligus gurunya
Pherekydes. Sepeninggalnya sekolah Kroton berjalan terseok-seok dan
banyak konflik internal, tetapi dapat berjalan terus sampai 500 SM sebelum
menjadi alat politik. Pythagoras adalah orang yang berpendidikan tinggi, bisa
bermain musik dan puisi serta homer. Pythagoras juga mengawinkan filsafat
dan matematika.
Phytagoras wafat tahun 495 SM.

Para pengikut Pythagoras

menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara yang unik. Beberapa
dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi menyatakan
bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon
rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan
oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari
rumah terbakar dan lari ke segala penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa
yang membakar rumah itu kemudian membantai para pengikutnya
(pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras
sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh
berlari di suatu ladang, namun dia mengatakan bahwa dia lebih baik mati.
Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan bahwa Pythagoras
dihukum pancung di muka umum.
C. PERGURUAN PYTHAGORAS
9

Kehidupan sosial masyarakat di daerahnya kurang baik karena sikap


dari pemerintahnya yaitu Polycartes yang sangat kejam dan lalim. Hal inilah
yang menjadi pemicu perginya Pythagoras dari Samos daerah kelahirannya.
Pythagoras pun keluar dari Samos dan pergi ke Kroton. Di Kroton inilah
Pythagoras mendirikan sebuah mazhab atau tarekat (persaudaraan) yang
disebut tarekat Pythagorean atau yang dikenal sebagai perguruan Pythagoras.
Perguruan ini bersifat religius, bukan politik. Kaum Pythagorean ini menganut
kepercayaan Orphimisme yang mempercayai Dewa Apollo, suatu bentuk
agama pada zaman itu, sehingga mungkin sekali bahwa gabungan antara
bentuk, bilangan, dan kepercayaan itulah yang telah menimbulkan kemistikan
bilangan serta pendewaan kepada bilangan-bilangan.
Dalam hal benda, mereka lebih tertarik kepada bentuk benda daripada
zat yang membentuk benda itu. Kemudian dari bentuk itu mereka carikan
hubungan

dengan

bilangan.

Dalam

pikiran

Pythagorean,

bilangan

mengendalikan alam semesta dan berarti sahih bagi seluruh dunia Barat pula.
Kaum pythagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran
Pythagoras. Semboyan kaum pythagorean yang terkenal adalah authos epha,
ipse dixit (dia sendiri yang telah mengatakan demikian). Kaum ini
diorganisir menurut aturan-aturan hidup bersama dan setiap orang wajib
menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai jalan
hidup dan sarana untuk memperoleh pengetahuan yang ingin diketahui.
Pythagoras mengajarkan aturan yang ketat tentang keyakinannya, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Pada tingkat dalam, realitas matematika di alam.


Filsafat data digunakan untuk pemurnian rohani.
Jiwa dapat naik ke persatuan dengan yang Illahi.
Simbol-simbol tertentu memiliki makna mistik.
Semua saudara dari ordo harus mengamati kesetiaan dan kerahasiaan
yang ketat. Lakilaki dan perempuan diperbolehkan untuk menjadi
anggota kaum Pythagorean, bahkan beberapa wanita kemudian
menjadi filsuf Pythagorean yang terkenal.
10

Selain

itu,

menurut

Pythagoras,

angka

adalah

benda

yang

menakjubkan. Ajaran Pythagoras menganggap setiap angka memunyai artinya


sendiri dan merupakan asal mula segala benda sebagai berikut.
1 seluruh angka dimulai dari angka 1. Angka-angka lain terbentuk
secara berkelanjutan ditambah dengan angka 1. Sehingga angka 1

dianggap sebagai lambang cahaya dan keberuntungan.


2 adalah wanita.
3 melambangkan laki-laki.
4 melambangkan kebenaran, angka keramat.
5 menggabungkan 2 dan 3, melambangkan pernikahan dan sebagainya
Ajaran Pythagoras menggunakan angka untuk menyatukan semuanya

Bilangan bulat yang terbentuk mulai dari angka 1 ini disebut bilangan
rasional. Kemudian kaum Pythagorean dibagi menjadi 2 aliran, yaitu:

a) Akusmatikoi
Akusmatikoi adalah mereka yang mengindahkan penyucian dengan
mentaati semua peraturan secara seksama. Akusmatikoi menghadiri
pelajaran di kampus, tetapi boleh makan daging, memiliki pribadi, dan
tinggal di luar kampus. Pelajaran di kampus Pythagorean adalah
agama, mistik dan filsafat.
b) Mathematikoi
Mathematikoi adalah mereka yang mengutamakan ilmu pengetahuan,
khususnya

ilmu

pasti.

Kelompok

mathematikoi

menjalankan

kehidupan tanpa kepemilikan pribadi, vegetarian tanpa makan kacangkacangan dan tinggal di asrama. Mathematikoi juga menjalankan
ajaran echemytia, yaitu diam jia ragu terhadap sesuatu yang belum
diketahuinya. Mathematikoi bersemboyan lebih baik tidak berilmu
sama sekali daripada belajar ilmu tidak tuntas seluruhnya. Ada dua hal
yang besar sekali pengaruhnya, yaitu suatu ajaran rahasia dengan suatu
11

kepercayaan, bahwa jiwa tidak dapat mati, dan usaha mempelajari


ilmu pasti.
Pengaturan hidup dalam tarekat atau perguruan ini sangat keras. Tiaptiap orang yang akan diterima menjadi anggotanya, hendaklah berdiam diri
lebih dahulu, tidak berkata-kata selama 5 tahun. Ajaran tarekat ini adalah
riyadhah bathiniyah yaitu semacam pendidikan jiwa yang dimaksudkan untuk
menyucikan roh. Namun Pythagoras mengajarkan filsafat kepada anggotanya
secara lisan, maka dari itu tidak banyak ditemukan atau diketahui karya-karya
yang dimilikinya.
Salah satu penemuan besar Pythagoras dalam hal bilangan ini ialah
hubungan antara nada musik dengan perbandingan panjang dawai dari alat
musik itu. Ternyata nada-nada yang serasi berbandingan dengan panjang
dawai dalam bentuk bilangan sederhana. Oktaf adalah 2 : 1, fifth adalah 3 : 2,
atau fourth adalah 4 : 3. Phytagoras menamakan hubungan ini sebagai
armonia dan kata armonia inilah yang kemudian menjelma menjadi kata
harmoni. Dengan penemuan itu maka untuk pertama kali manusia dapat
menyatakan pendengaran ke dalam bilangan atau perbandingan bilangan atau
pada umumnya dapat mengubah perasaan kedalam bilangan. Bersama itu lahir
pula pengertian baru tentang penyederhanaan kualitas ke dalam kuantitas.
Melalui harmoni kenyataan dapat disederhanakan ke dalam bilangan atau
perbandingan bilangan. Selanjutnya melaui hubungan antara bilangan atau
perbandingan bilangan dengan musik maka kenyataan dapat diungkapkan
dalam musik.
Asas harmoni ini juga diterapkan ke dalam astronomi untuk mencari
perbandingan jarak benda-benda langit dalam perbandingan harmoni atau
harmony of spheres. Mereka melihat benda-benda langit beredar mengelilingi
bumi dan jarak benda-benda langit itu dari bumi menurut perbandingan yang

12

harmoni. Benda langit yang lebih jauh letaknya akan beredar dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Nada benda-benda langit itu adalah harmonis
sehingga terjadilah the music of the sphere.
Harmoni juga diterapkan ke berbagai bidang sampai-sampai ke bidang
kesehatan atau paling tidak kesehatan jiwa. Manusia sehat senada dengan
harmoni sehingga seperti musik manusia juga memiliki nada atau tone dan
temperamen. Nada manusia itu dapat diperbaiki dengan memberikan tonikum.
Demikian juga sampai hari ini kita menemukan harmoni dalam banyak
peristiwa dan tidak juga tidak ketinggalan dalam bidang matematika sendiri
berupa deret harmoni dan perbandingan harmoni dalam ilmu ukur.
Penemuan harmoni rupanya telah membuat perguruan Phythagoras
mendewakan bilangan. Mereka sampai beranggapan bahwa hubungan antara
kenyataan dengan bilangan akan diketahui apabila kita menemukan aturanaturan yang mengatur hubungan itu. Itulah sebabnya maka Pythagoras juga
sampai beranggapan bahwa tugas utama para ahli filsafat adalah mencari
hubungan itu. Lebih tegas lagi mereka beranggapan bahwa filsafat adalah
musik dalam bentuk tertinggi.
D. BILANGAN DALAM PERGURUAN PYTHAGORAS
Menurut Pythagoras bilangan merupakan anasir penyusunan segala
bentuk dan perhubungan. Benda-benda merupakan imitasi dari bilangan yaitu
mengubah materi menjadi bentuk. Dunia angka adalah dunia kepastian dan
dunia ini erat kaitannya dengan bentuk. Pythagoras mengembangkan segala
sesuatu pada bilangan. Baginya tidak ada satu pun yang ada di dunia ini yang
terlepas dari bilangan atau angka. Semua realitas dapat diukur dengan
bilangan (kuantitas). Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah
unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Pemikirannya, substansi
dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan
pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan matematis bentuk.
Hubungan antara benda dan bentuk dan kemudian antara bentuk dan
bilangan menyebabkan pandangan sebelumnya tentang kaitan bilangan
13

dengan benda atau obyek mengalami perubahan. Bilangan tidak lagi sekedar
penolong menghitung melainkan benda itu sendiri adalah bilangan atau segala
sesuatu adalah bilangan. Pengertian bilangan menjadi lebih luas dan dapat saja
bilangan itu kita anggap sebagai bilangan saja tanpa suatu kaitan apapun juga
dengan sesuatu. Bilangan dapat dinetralkan menjadi bilangan tak berbentuk
atau amorf. Langkah ke arah itu cukup kecil sehingga mudah dicapai oleh
orang-orang kemudian.
Ketahayulan perguruan Pythagoras juga tampak dalam pengertian
mereka terhadap bilangan seperti dapat dilihat pada daftar 1 di bawah ini.
Daftar 1. Arti beberapa bilangan menurut Perguruan Pythagoras

Bilangan
1

Diidentifikasi dengan
penalaran; titik

2
3
4

pendapat; garis
bidang
keadilan; bentuk ruang

Sebab dan catatan


Penalaran hanya dapat menghasilkan
keseluruhan yang konsisten
Bilangan 4 adalah bilangan pertama
yang merupakan hasil kali dari

perkawinan; kualitas
fisik

bilangan sama (2 x 2)
Pemaduan pertama dari bilangan
ganjil dan genap (3 + 2).
Catatan: Mereka tidak melihat satu
sebagai
bilangan

bilangan

sejati

menyatakan

karena
suatu

kejamakan sedangkan satu adalah


tunggal.
6
7
8

Semangat
kesehatan; periakal
cinta dan persahabatan;

Catatan: Bandingkan juga dengan

kebijaksanaan

sandi amatir radio, 88 berarti love

keadilan

and kisses
Bilangan 9 adalah hasil kali bilangan

14

sama (3 x 3)
Kesepuluh pasang sifat alam: 1. terbatas tak terbatas; 2. ganjil genap; 3.
tunggal jamak; 4. kanan kiri; 5. jantan betina; 6. diam gerak; 7. lurus
bengkok; 8. terang gelap; 9. baik jahat; 10. bujur sangkar persegi
panjang.
Mereka juga menganggap semua bilangan genap adalah betina atau bersifat
wanita dan semua bilangan ganjil adalah jantan atau bersifat pria.
Adapun anggapan bermacam-macam bilangan lainnya menurut
perguruan Pythagoras, yaitu:
a. Bilangan genap (bilangan jahat)
Anggapan bahwa bilangan genap jahat timbul karena bilangan genap
dapat dipecah dua sama besar, 2 = 1 + 1, 4 = 2 + 2, 8 = 4 + 4, dan
pemecahan demikian mengundang kekhawatiran akan kemungkinan
terjadinya pemecahan yang terus menerus tak berkesudahan. Tak
berkesudahan inilah yang mengerikan mereka.
b. Bilangan ganjil (bilangan baik)
Anggapan bilangan ganjil baik timbul karena bilangan ganjil akan
mencegah pemecahan tak berkesudahan itu sehingga oleh karenanya
bilangan ganjil adalah baik.
c. Bilangan ideal
Diantara bilangan-bilangan itu bilangan 10 mereka anggap sebagai
bilangan bilangan ideal, antara lain karena 10 juga adalah jumlah dari
bilangan-bilangan berurutan 1 + 2 + 3 + 4. Dengan bilangan ideal 10
ini mereka beranggapan bahwa semua obyek di dalam alam semesta
dapat digambarkan oleh 10 pasang sifat, misalnya ganjil dan genap,
terbatas dan tidak terbatas, kanan dan kiri, tunggal dan jamak, jantan
dan betina, baik dan jahat, dan sebagainya. (Lihat pada Daftar 1).
Oleh karena bilangan 10 demikian idealnya maka mereka yakin bahwa
dalam alam terdapat sepuluh benda langit. Mereka baru mengenal
Sembilan diantaranya yakni bumi, matahari, bulan, kelompok bintang,

15

dan lima planet (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) yang
telah mereka kenal, sehingga menurut mereka pasti ada yang
kesepuluh. Benda langit kesepuluh ini mereka namakan lawan bumi
(antikhton) dan terletak di seberang api pusat sehingga tidak tampak
dari bumi.
Pythagoras juga menyatakan bilangan dengan titik-titik. Apabila titiktitik yang mewakili bilangan ini kita susun dalam bidang datar atau dalam
ruang maka kita akan menemukan bentuk-bentuk yang bermacam-macam,
yaitu:
a. Bilangan segitiga

Dalam bidang datar, titik-titik yang mewakilim bilangan terhitung


mulai dari bilangan satu dapat dikelompokkan setiap kali dalam
susunan segitiga. Pythagoras menamakan bilangan seperti ini sebagai
bilangan segitiga.
b. Bilangan bujur sangkar

Titik-titik yang mewakili bilangan ganjil terhitung mulai dari bilangan


satu setiap kali dapat disusun dalam kelompok berbentuk bujur
sangkar dan oleh karenanya bilangan-bilangan ganjil ini merupakan
bilangan bujur sangkar; dari susunan bilangan-bilangan ganjil juga
16

ditemukan bahwa setiap jumlah bilangan ganjil berurutan mulai dari


bilangan satu selalu menghasilkan bilangan bilangan kuadrat.
c. Bilangan persegi panjang

Demikian juga titik-titik yang mewakili bilangan-bilangan genap


terhitung mulai dua selalu dapat dikelompokkan ke dalam bentuk
persegi panjang dan bilangan-bilangan ini dikenal sebagai bilanganbilangan persegi panjang; juga dapat dilihat bahwa setiap jumlah
bilangan genap yang berurutan mulai dari bilangan dua selalu
menghasilkan bilangan yang berfaktor harmoni seperti perbandingan
bilangan pada musik.
d. Bilangan kubik

Apabila titik-titik bilangan persegi panjang ini disusun dalam ruang


maka kita pun nakan menemukan bilangan-bilangan kubik dan
piramida. Terserahlah pada khayalan, kita dapat juga menyusunnya
dalam bermacam-macam bentuk.
Bilangan-bilangan bujur sangkar, bilangan kubik dan bilangan persegi
inilah yang muncul dalam Dialog Plato. Bercampur dengan mistik, mereka
ikut mengatur nasib segala makhluk di bumi ini.

17

Bilangan juga dapat dipecah ke dalam faktor-faktor. Bilangan-bilangan


yang dipecah dalam faktor, yaitu:
a. Bilangan sempurna
Dengan meninggalkan bilangan itu sendiri, apabila jumlah faktorfaktor dari suatu bilangan sama dengan bilangan itu maka bilangan
demikian disebut sebagai bilangan sempurna. Salah satu bilangan
sempurna adalah 28, karena 28 = 1 + 2 + 4 + 7 + 14. Dan bilangan
sempurna ini muncul juga dalam Dialog Plato sebagai tanda bagi
kelahiran kedewaan.
b. Bilangan bersahabat
Apabila tanpa bilangan itu sendiri jumlah faktor-faktor dari suatu
bilangan sama dengan bilangan lain dan demikian pula sebaliknya,
maka kedua bilangan itu dinamakan bilangan bersahabat. Bilangan
220 dan bilangan 284, misalnya adalah bilangan-bilangan bersahabat
karena faktor-faktor dari bilangan 220 bila dijumlahkan akan
memberikan 1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284.
Dan sebaliknya jumlah faktor-faktor bilangan 284 adalah 1 + 2 + 4 +
71 + 142 = 220.
c. Bilangan berkekurangan
Dengan meninggalkan bilangan itu sendiri, apabila jumlah faktorfaktor itu lebih kecil dari bilangan bersangkutan maka bilangan itu
disebut sebagai bilangan berkekurangan ( 1 + 2 + 4 lebih kecil dari 8
sehingga 8 adalah bilangan berkekurangan).
d. Bilangan berlimpahan
Sedangkan dengan meninggalkan bilangan itu sendiri, apabila jumlah
itu lebih besar maka bilangan itu dinamakan berlimpahan ( 1 + 2 + 3 +
4 + 6 lebih besar dari 12 sehingga 12 adalah bilangan berlimpahan).
Apabila cara-cara seperti ini kita teruskan maka kiranya tidak mustahil
kalau pemikiran perguruan Pythagoras lantas mendewakan bilangan serta
memistikkannya. Langkah ke arah itu tidaklah terlalu jauh. Bukankah sampai
pada saat kita sekarang ini masih saja ada orang yang mengeramatkan

18

bilangan karena bilangan itu melambangkan suatu hari atau tanggal yang
memang diperingati.
Dari perwujudan bilangan berupa titik Pythagoras atau perguruannya
kemudian mencapai pengertian tentang atom-atom titik. Garis terdiri atas
titik-titik yang tidak dapat dibagi lagi sehingga jumlah titik dalam suatu garis
terhingga banyaknya. Demikianlah maka titik-titik pada garis dapat
dinyatakan dengan bilangan. Kiranya anggapan seperti inilah yang kelak
menimbulkan kesulitan dalam pengertian mereka terhadap garis dalam ilmu
ukur.
E. TEOREMA ATAU DALIL PYTHAGORAS
Pythagoras sebenarnya telah kita kenal sejak kita menjadi siswa di
sekolah lanjutan pertama yakni dalam dalil yang bernama Dalil Pythagoras.
Orang-orang menganggap Pythagoras sebagai penemu teorema dalam segitiga
siku-siku sekarang secara menyeluruh disebut dengan namanya bahwa
kuadrat sisi miring adalah jumlah kuadrat dari kedua sisi siku-sikunya.
Apabila panjang kedua sisi siku-siku itu adalah masing-masing 3 dan 4 maka
menurut dalil ini panjang sisi miringnya adalah 5. Inilah kiranya yang
diungkapkan Dialog Plato sebagai 3 dan 4 berjodoh dengan 5.

Kita tahu bahwa teorema ini dikenal orang-orang Babilonia pada masa
Hamurabi lebih dari 1.000 tahun yang lalu, bahkan matematikawan India
dalam Sulbasutra (Baudhaya dan Katayana), Yunani, dan Tionghoa, tapi

19

pembuktian teorema ini secara matematis diberikan oleh Pythagoras. Ada


bukti kontemporer yang bisa dianggap sebagai catatan tertua mengenai
teorema Pythagoras, salah satunya dapat ditemukan dalam Chou Pei Suan
Ching (sekitar 500-200 SM), dan yang satu lagi dalam buku Element of
Euclid.
Teorema Pythagoras menyatakan bahwa jumlah luas bujur sangkar
pada kaki sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di
hipotenus. Sebuah segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah
sudut siku-siku, kakinya adalah dua sisi yang membantuk sudut siku-siku
tersebut, dan hipotenus adalah sisi ketiga yang berhadapan dengan sudut sikusiku tersebut. Menggunakan aljabar kita dapat mengformulasikan ulang
teorema tersebut ke dalam pernyataan modern dengan mengambil catatan
bahwa luas sebuah bujur sangkar adalah pangkat dua dari panjang sisinya.
Jika sebuah segitiga siku-siku mempunyai kaki dengan panjang a, b dan
hipotenus dengan panjang c, maka a2 + b2 = c2.

Tapi di sana masih terdapat banyak konjektif sebagai bukti bahwa


Pythagoras masih dapat diganggu gugat dan secara umum boleh jadi bukti
tersebut tergolong diseksi yang berikut ini:
Misalkan a dan b merupakan sisi tegak dan c merupakan sisi miring sebuah
segitiga siku-siku, dan perbandingan 2 bujur sangkar (persegi) yang masingmasing dengan a dan b sebagai sisinya. Dengan menguraikan yang sama maka
bujur sangkar pada hipotenusa adalah sama dengan jumlah bujur sangkar-

20

bujur sangkar pada kaki-kaki. Untuk membuktikan bahwa potongan yang


tengah dari diseksi yang kedua benar-benar persegi dengan sisi c, kita perlu
memanfaatkan kenyataan bahwa jumlah sudut-sudut dari suatu segitiga sikusiku = 2 x sudut siku-siku.
Tetapi ikhtisar Eudemus (Eudemian Summary) memandang dalil
segitiga yang umum ini berasal dari pengikut-pengikut Pythagoras. Karena
pembuktian dari dalil ini sebaliknya memerlukan pengetahuan tentang
beberapa sifat dari garis-garis sejajar, pengikut-pengikut Pythagoras yang
terdahulu dipandang berjasa dalam mengembangkan teori itu.
Berhubungan dengan dalil Pythagoras adalah penentuan bilangan bulat
a, b, dan c yang mewakili kaki-kaki dan sisi miring segitiga siku-siku. Suatu
tripel dari bilangan-bilangan serupa ini dikenal sebagai tripel Pythagoras dan
seperti analisa dari Plimton 322 memberikan bukti meyakinkan bahwa orangorang Babilonia Kuno mengetahui cara untuk menghitung tripel serupa itu.
Rumus yang serupa untuk menghasilkan suatu tripel Pythagoras, yaitu: (m 2
1)/2, m, (m2 +1)/2 dengan m bilangan genap atau ganjil. Baik rumus tersebut
tidak dapat menghasilkan semua tripel Pythagoras.
Meskipun hal ini bisa membuktikan bahwa jumlah kuadrat dari
segitiga siku-siku sama dengan kuadrat dari sisi miringnya sekilas tampaknya
ini hanya masalah luas, tetapi ternyata ada manfaat yang lebih besar, yaitu
dapat menghubungkan Dunia Geometri (dunia bangun) dan Dunia
Matematika (dunia angka).

F. CACAT PADA DOKTRIN PYTHAGOREAN


Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di
dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya
dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan
matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.

Menurut kepercayaan

21

perguruan ini, semua bilangan adalah rasional, atau menurut istilah mereka
commensurable. Terdapat legenda yang menyatakan bahwa ketika muridnya
Hippasus menemukan bahwa

2, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama

kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan tak terukur atau
bilangan arrhetos atau menurut istilah sekarang bilangan irrasional, muridmurid Pythagoras lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak
dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus. Dalam hal ini Pythagorean
menanggap bahwa bilangan irrasional hanya sebagai suatu perkecualian.
Mereka tidak dapat membuktikan bilangan irrasional, dan sbilangan irrasional
mencemari pandangan mereka tentang alam semesta.
Itulah sebabnya maka Dialog Plato itu menyebut-nyebut bilangan
terukur (bilangan rasional) dan bilangan tak terukur (bilangan irrasional).
Melalui penemuan seperti ini mereka kemudian mengenal dua jenis bilangan
yakni bilangan biasa dan bilangan ilmu ukur atau bilangan geometris seperti
diungkapkan dalam Dialog Plato itu.
c2

= a 2 + b2
=12 + 12
=2

c2

50
25

49

Betapapun25
juga
Pythagoras mencoba menghitung bilangan tak terukur atau khususnya
akar bilangan dua ( 2 itu sekalipun dengan jalan pendekatan. Bilangan

22

dua dinyatakan sebagai

50
25

dengan bilangan kuadrat 25 sebagai penyebut.

Akar 50 dapat didekatkan dengan akar 49 sehingga nilai akar bilangan dua

mendekati bilangan

7
5

(lihat gambar di atas). Bilangan 49 adalah bilangan

50 dikurangi 1 sehingga inilah kiranya yang dimaksud dalam Dialog Plato


dengan yang masing-masing berkurang satu. Pendekatan seperti ini selalu
dapat dilakukan asal penyebutnya merupakan bilangan kuadrat.
Selain itu, angka nol tidak mendapat tempat dalam kerangka kerja
Pythagorean. Angka nol tidak ada atau tidak dikenal dalam kamus Yunani.
Menggunakan angka nol dalam suatu perhitungan tampaknya melanggar
hukum alam. Suatu perhitungan menjadi tidak ada artinya karena campur
tangan angka nol. Angka nol dibagi suatu angka atau bilangan dapat
menghancurkan logika. Nol membuat lubang pada kaidah alam semesta
versi Pythagorean, untuk alasan inilah kehadiran angka nol tidak dapat
ditolerir. Pythagorean juga tidak dapat memecahkan problem dari konsep
matematika bilangan irrasional, yang sebenarnya juga merupakan produk
sampingan (by product) rumus: a + b = c. Konsep ini juga menyerang sudut
pandang mereka, namun dengan semangat persaudaraan tetap dijaga sebagai
sebuah rahasia. Rahasia ini harus tetap dijaga jangan sampai bocor atau
prinsip mereka hancur. Mereka tidak mengetahui bahwa bilangan irrasional
adalah bom waktu bagi kerangka berpikir matematikawan Yunani.
Perhitungan antara dua angka tidak lebih dari membandingkan dua
garis dengan panjang berbeda. Anggapan dasar Pythagorean adalah segala
sesuatu yang masuk akal dalam alam semesta berkaitan dengan kerapian
(neatness), proporsi tanpa cacat atau rasional. Bilangan ditulis dalam bentuk
a/b bilangan utuh, seperti: 1, 2 atau 17, dimana b tidak boleh sama dengan nol
karena dengan itu akan menimbulkan bencana. Tidak perlu dijelaskan lagi,

23

alam semesta tidak sesuai dengan kaidah tersebut. Banyak angka tidak dapat
dinyatakan semudah itu ke dalam a/b. Kehadiran angka irrasional tidak dapat
dihindari lagi adalah konsekuensi matematikawan Yunani.
Persegi panjang adalah bentuk paling sederhana dalam geometri, tetapi
dibaliknya terkandung bilangan irrasional. Apabila anda membuat garis
diagonal pada persegi panjang maka muncullah bilangan irrasional, dan kelak
besarnya ditentukan oleh akar bilangan. Bilangan irrasional terjadi dan akan
selalu terjadi pada semua bentuk geometri. Sangatlah sulit menyembunyikan
hal ini bagi orang yang paham geometri dan aturan-aturannya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengetahuan berhitung sampai ke tangan orang-orang Yunani Kuno
sekitar 2.500 tahun yang lampau. Kebebasan orang-orang Yunani yakni

24

mereka bebas berfikir dan bebas mengeluarkan pendapat, kebebasan ditambah


dengan kemauan berpkir itu telah menghasilkan berbagai filsafat dan ilmu
pengetahuan dan bersama itu menghasilkan juga berbagai rumusan dan
pengetahuan berhitung untuk menjadi perintis pengetahuan berhitung dan
matematika dari zaman kita sekarang ini. Di antara para ahli Yunani Kuno itu
kiranya tidak berlebihan jika kita menampilkan Pythagoras dari Samos
sebagai seorang perintis pengetahuan berhitung dan terutama pengetahuan
tentang bilangan. Pythagoras lahir pada tahun 570 SM di pulau Samos di
daerah Ionia. Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani
yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak bilangan,
dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran
keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu
jelas akibat banyaknya legenda dan kisah- kisah buatan dirinya. Salah satu
peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah
sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
Pythagoras mendirikan sebuah mazhab atau tarekat (persaudaraan)
yang disebut tarekat Pythagorean atau yang dikenal sebagai perguruan
Pythagoras. Perguruan ini bersifat religius, bukan politik. Ketahayulan
perguruan Pythagoras juga tampak dalam pengertian mereka terhadap
bilangan. Beberapa pemikiran filsafat dari Pythagoras, yaitu ajaran tentang
angka, ajaran tentang jiwa, ajaran tentang kosmologi, ajaran tentang harmony
of spheres, ajaran tentang teorema Phytagoras, ajaran tentang tuhan dan ajaran
tentang agama dan ilmu pengetahuan.
Demikianlah telah kita lihat beberapa hasil pemikiran Pythagoras atau
perguruan Pythagoras. Melalui pengertian bilangan, mereka telah membuka
jalan kepada orang-orang kemudian untuk berpikir bahwa bilangan dan
berhitung bersifat universal atau paling tidak dapat digunakan secara
universal. Bilangan tidak saja berupa alat untuk menghitung sesuatu tetapi

25

bilangan terdapat pada segala sesuatu. Hal ini kemudian terlihat dalam
pengertian para sofis setelah Pythagoras sekalipun mereka tidak menyebutnya
secara tegas. Dalam pengertian kita sekarang antara lain kita melihat hasil
pemikiran Pythagoras itu dalam pengertian bilangan yang amorf, teori
bilangan, ilmu ukur, dan fisika matematika. Mereka merupakan mata rantai
pertama ke arah pengetahuan berhitung lanjutan yang ditemukan orang-orang
sesudahnya.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca mengetahui
perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani Kuno. Selain itu,
para pembaca juga dapat mengetahui riwayat hidup Pythagoras, perguruan
Pythagoras, bilangan dalam perguruan Pythagoras, teorema atau dalil
Pythagoras, dan cacat pada doktrin Pythagorean.
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari kata sempurna sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah
yang lebih baik lagi berikutnya.

26

Anda mungkin juga menyukai