PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata "matematika" berasal dari kata (mthema) dalam
bahasa Yunani yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar"
juga (mathematiks) yang diartikan sebagai "suka belajar".
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan
dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam
astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga
pembagian umum bidang matematika, yaitu studi tentang struktur, ruang dan
perubahan.
Matematika tidak hanya tentang berhitung. Berhitung hanya
merupakan salah satu cabang dari matematika. Namun berhitung ada dan
dibutuhkan hampir di semua cabang dari matematika yang ada saat ini. Dari
80 cabang besar matematika, berhitung ada dan turut berperan penting di
hampir semua cabang besar tersebut, baik sebagai terapan maupun sebagai
alat bantu dalam perhitungan.
Berhitung pada umumnya didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang bilangan. Lebih lengkapnya, Websters New Third International
Dictionary merumuskan berhitung sebagai cabang matematika yang
berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata dan dengan
perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
Untuk lebih memahami makna berhitung, maka perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai pengertian dari bilangan. Menurut Bruce E.
Meserve, bilangan adalah suatu abstraksi, artinya bilangan tidak memiliki
keberadaan secara fisik. Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambanglambang yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan.
Bilangan sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin
diungkapkan. Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambanglambang bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat,
hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-bilangan
tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.
Sejarah berhitung merupakan sejarah yang panjang, karena berhitung
sendiri telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui
oleh siapa, dimana, dan kapan tepatnya berhitung ditemukan, karena
sebenarnya berhitung bukan merupakan temuan para pemikir, namun
berhitung merupakan sebuah kebutuhan yang ada di dalam diri manusia
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh sebab itulah
perkembangan berhitung terpencar di berbagai pusat kebudayaaan kuno
dengan pertumbuhan yang terpisah-pisah. Ini membuktikan bahwa
perluasaan bilangan memiliki pengertian seperti misalnya perluasan
pengertian bilangan pada perguruan Pythagoras.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani
2.
3.
4.
5.
6.
Kuno?
Bagaimana riwayat hidup Pythagoras?
Apa itu perguruan Pythagoras?
Bagaimanakah bilangan dalam perguruan Pythagoras?
Bagaimanakah teorema atau dalil Pythagoras?
Apa saja cacat pada doktrin Pythagorean?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani
2.
3.
4.
5.
Kuno.
Mengetahui riwayat hidup Pythagoras.
Menjelaskan perguruan Pythagoras.
Menjelaskan bilangan dalam perguruan Pythagoras.
Menjelaskan teorema atau dalil Pythagoras.
2
BAB II
PEMBAHASAN
tidaklah
mengutamakan
mengherankan
pengertian
apabila
berhitung
mereka
daripada
tampaknya
mengejar
lebih
penggunaan
tangan orang lain lagi. Namun kenyataan sejarah yang kita miliki sekarang
menunjukan bahwa demikianlah halnya pada masa itu. Sebagai sebab dari
kenyataan ini, ada yang mengatakan bahwa orang-orang Yunani pada zamaan
itu benar-benar memperoleh kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan
yang mereka terima serta menciptakan pengetahuan baru. Hamilton misalnya,
mengatakan bahwa pada saat dunia kuno merupakan merupakan tempat yang
mengerikan, pada saat kekuatan tenung yang mutlak menakutkan menguasai
manusia, pada saat pendeta-pendeta kuno berkata bahwa mereka menetapkan
batas berpikir sampai sekian saja dan tidak boleh lebih lagi, maka orang-orang
Yunani itu berkata bahwa segala sesuatu harus harus diselidiki serta tiada
batas yang ditetapkan untuk berpikir. Sebagai gambaran untuk suasana itu,
Hamilton juga menambahkan bahwa di dunia kuno itu, mereka yang
mempraktekkan seni mengobati orang adalah ahli tenung, sedangkan orangorang Yunani menamakan pengobat mereka sebagai physician yang berarti
mereka yang menyelaraskan diri dengan jalan alam. Penyair kuno dari zaman
Julius Caesar, Lucretius, bahkan berkata lebih jauh lagi. Ia mengatakan bahwa
pada saat manusia dilanda tekanan berat kengerian tahayul, orang Yunanilah
yang pertama berani mengangkat kepala untuk menentang tekanan itu dan
mereka menang. Kemenangan itu memungkinkan mereka berjelajah untuk
kemudian kembali dengan membawa pengetahuan.
Pernyataan-pernyataan yang puitis itu menunjukkan suatu hal yakni
kebebasan orang-orang Yunani Kuno dalam hidup mereka. Mereka bebas
berpikir dan bebas mengeluarkan pendapat. Mereka bebas, sejak zaman
Thales dari Miletus, sekitar dua puluh enam abad yang lalu, melalui zamanzaman Socrates, Plato, Aristoteles, sampai kemudian ditaklukan oleh Romawi.
Namun mereka pun sempat menaklukkan suatu wilayah yang luas dibawah
pimpinan Iskandar Zulkarnaen sehingga pengetahuan yang telah mereka
miliki sempat menyebar ke mana-mana.
kepada
kita
banyak
pengertian
tetapi
mereka
juga
salah satunya adalah kuil Hera yang terletak di kota kelahirannya. Selepas
berkelana mencari ilmu Pythagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran
di Samos. Kirakira 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan
tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota di Kroton. Di Kroton, Pythagoras
mendirikan sebuah mazhab yang disebut mazhab Pythagorean. Di Kroton ini
dia mendirikan sekolah filsafat yang menerima murid tanpa membedakan
jenis kelamin. Sekolah itu menjadi sangat terkenal bahkan Pythagoras
akhirnya menikah dengan salah satu muridnya. Pada tahun 513 SM
Pythagoras pergi ke Delos untuk merawat penolong sekaligus gurunya
Pherekydes. Sepeninggalnya sekolah Kroton berjalan terseok-seok dan
banyak konflik internal, tetapi dapat berjalan terus sampai 500 SM sebelum
menjadi alat politik. Pythagoras adalah orang yang berpendidikan tinggi, bisa
bermain musik dan puisi serta homer. Pythagoras juga mengawinkan filsafat
dan matematika.
Phytagoras wafat tahun 495 SM.
menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara yang unik. Beberapa
dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi menyatakan
bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon
rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan
oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari
rumah terbakar dan lari ke segala penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa
yang membakar rumah itu kemudian membantai para pengikutnya
(pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras
sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh
berlari di suatu ladang, namun dia mengatakan bahwa dia lebih baik mati.
Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan bahwa Pythagoras
dihukum pancung di muka umum.
C. PERGURUAN PYTHAGORAS
9
dengan
bilangan.
Dalam
pikiran
Pythagorean,
bilangan
mengendalikan alam semesta dan berarti sahih bagi seluruh dunia Barat pula.
Kaum pythagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran
Pythagoras. Semboyan kaum pythagorean yang terkenal adalah authos epha,
ipse dixit (dia sendiri yang telah mengatakan demikian). Kaum ini
diorganisir menurut aturan-aturan hidup bersama dan setiap orang wajib
menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai jalan
hidup dan sarana untuk memperoleh pengetahuan yang ingin diketahui.
Pythagoras mengajarkan aturan yang ketat tentang keyakinannya, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Selain
itu,
menurut
Pythagoras,
angka
adalah
benda
yang
Bilangan bulat yang terbentuk mulai dari angka 1 ini disebut bilangan
rasional. Kemudian kaum Pythagorean dibagi menjadi 2 aliran, yaitu:
a) Akusmatikoi
Akusmatikoi adalah mereka yang mengindahkan penyucian dengan
mentaati semua peraturan secara seksama. Akusmatikoi menghadiri
pelajaran di kampus, tetapi boleh makan daging, memiliki pribadi, dan
tinggal di luar kampus. Pelajaran di kampus Pythagorean adalah
agama, mistik dan filsafat.
b) Mathematikoi
Mathematikoi adalah mereka yang mengutamakan ilmu pengetahuan,
khususnya
ilmu
pasti.
Kelompok
mathematikoi
menjalankan
kehidupan tanpa kepemilikan pribadi, vegetarian tanpa makan kacangkacangan dan tinggal di asrama. Mathematikoi juga menjalankan
ajaran echemytia, yaitu diam jia ragu terhadap sesuatu yang belum
diketahuinya. Mathematikoi bersemboyan lebih baik tidak berilmu
sama sekali daripada belajar ilmu tidak tuntas seluruhnya. Ada dua hal
yang besar sekali pengaruhnya, yaitu suatu ajaran rahasia dengan suatu
11
12
harmoni. Benda langit yang lebih jauh letaknya akan beredar dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Nada benda-benda langit itu adalah harmonis
sehingga terjadilah the music of the sphere.
Harmoni juga diterapkan ke berbagai bidang sampai-sampai ke bidang
kesehatan atau paling tidak kesehatan jiwa. Manusia sehat senada dengan
harmoni sehingga seperti musik manusia juga memiliki nada atau tone dan
temperamen. Nada manusia itu dapat diperbaiki dengan memberikan tonikum.
Demikian juga sampai hari ini kita menemukan harmoni dalam banyak
peristiwa dan tidak juga tidak ketinggalan dalam bidang matematika sendiri
berupa deret harmoni dan perbandingan harmoni dalam ilmu ukur.
Penemuan harmoni rupanya telah membuat perguruan Phythagoras
mendewakan bilangan. Mereka sampai beranggapan bahwa hubungan antara
kenyataan dengan bilangan akan diketahui apabila kita menemukan aturanaturan yang mengatur hubungan itu. Itulah sebabnya maka Pythagoras juga
sampai beranggapan bahwa tugas utama para ahli filsafat adalah mencari
hubungan itu. Lebih tegas lagi mereka beranggapan bahwa filsafat adalah
musik dalam bentuk tertinggi.
D. BILANGAN DALAM PERGURUAN PYTHAGORAS
Menurut Pythagoras bilangan merupakan anasir penyusunan segala
bentuk dan perhubungan. Benda-benda merupakan imitasi dari bilangan yaitu
mengubah materi menjadi bentuk. Dunia angka adalah dunia kepastian dan
dunia ini erat kaitannya dengan bentuk. Pythagoras mengembangkan segala
sesuatu pada bilangan. Baginya tidak ada satu pun yang ada di dunia ini yang
terlepas dari bilangan atau angka. Semua realitas dapat diukur dengan
bilangan (kuantitas). Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah
unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Pemikirannya, substansi
dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan
pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan matematis bentuk.
Hubungan antara benda dan bentuk dan kemudian antara bentuk dan
bilangan menyebabkan pandangan sebelumnya tentang kaitan bilangan
13
dengan benda atau obyek mengalami perubahan. Bilangan tidak lagi sekedar
penolong menghitung melainkan benda itu sendiri adalah bilangan atau segala
sesuatu adalah bilangan. Pengertian bilangan menjadi lebih luas dan dapat saja
bilangan itu kita anggap sebagai bilangan saja tanpa suatu kaitan apapun juga
dengan sesuatu. Bilangan dapat dinetralkan menjadi bilangan tak berbentuk
atau amorf. Langkah ke arah itu cukup kecil sehingga mudah dicapai oleh
orang-orang kemudian.
Ketahayulan perguruan Pythagoras juga tampak dalam pengertian
mereka terhadap bilangan seperti dapat dilihat pada daftar 1 di bawah ini.
Daftar 1. Arti beberapa bilangan menurut Perguruan Pythagoras
Bilangan
1
Diidentifikasi dengan
penalaran; titik
2
3
4
pendapat; garis
bidang
keadilan; bentuk ruang
perkawinan; kualitas
fisik
bilangan sama (2 x 2)
Pemaduan pertama dari bilangan
ganjil dan genap (3 + 2).
Catatan: Mereka tidak melihat satu
sebagai
bilangan
bilangan
sejati
menyatakan
karena
suatu
Semangat
kesehatan; periakal
cinta dan persahabatan;
kebijaksanaan
keadilan
and kisses
Bilangan 9 adalah hasil kali bilangan
14
sama (3 x 3)
Kesepuluh pasang sifat alam: 1. terbatas tak terbatas; 2. ganjil genap; 3.
tunggal jamak; 4. kanan kiri; 5. jantan betina; 6. diam gerak; 7. lurus
bengkok; 8. terang gelap; 9. baik jahat; 10. bujur sangkar persegi
panjang.
Mereka juga menganggap semua bilangan genap adalah betina atau bersifat
wanita dan semua bilangan ganjil adalah jantan atau bersifat pria.
Adapun anggapan bermacam-macam bilangan lainnya menurut
perguruan Pythagoras, yaitu:
a. Bilangan genap (bilangan jahat)
Anggapan bahwa bilangan genap jahat timbul karena bilangan genap
dapat dipecah dua sama besar, 2 = 1 + 1, 4 = 2 + 2, 8 = 4 + 4, dan
pemecahan demikian mengundang kekhawatiran akan kemungkinan
terjadinya pemecahan yang terus menerus tak berkesudahan. Tak
berkesudahan inilah yang mengerikan mereka.
b. Bilangan ganjil (bilangan baik)
Anggapan bilangan ganjil baik timbul karena bilangan ganjil akan
mencegah pemecahan tak berkesudahan itu sehingga oleh karenanya
bilangan ganjil adalah baik.
c. Bilangan ideal
Diantara bilangan-bilangan itu bilangan 10 mereka anggap sebagai
bilangan bilangan ideal, antara lain karena 10 juga adalah jumlah dari
bilangan-bilangan berurutan 1 + 2 + 3 + 4. Dengan bilangan ideal 10
ini mereka beranggapan bahwa semua obyek di dalam alam semesta
dapat digambarkan oleh 10 pasang sifat, misalnya ganjil dan genap,
terbatas dan tidak terbatas, kanan dan kiri, tunggal dan jamak, jantan
dan betina, baik dan jahat, dan sebagainya. (Lihat pada Daftar 1).
Oleh karena bilangan 10 demikian idealnya maka mereka yakin bahwa
dalam alam terdapat sepuluh benda langit. Mereka baru mengenal
Sembilan diantaranya yakni bumi, matahari, bulan, kelompok bintang,
15
dan lima planet (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) yang
telah mereka kenal, sehingga menurut mereka pasti ada yang
kesepuluh. Benda langit kesepuluh ini mereka namakan lawan bumi
(antikhton) dan terletak di seberang api pusat sehingga tidak tampak
dari bumi.
Pythagoras juga menyatakan bilangan dengan titik-titik. Apabila titiktitik yang mewakili bilangan ini kita susun dalam bidang datar atau dalam
ruang maka kita akan menemukan bentuk-bentuk yang bermacam-macam,
yaitu:
a. Bilangan segitiga
17
18
bilangan karena bilangan itu melambangkan suatu hari atau tanggal yang
memang diperingati.
Dari perwujudan bilangan berupa titik Pythagoras atau perguruannya
kemudian mencapai pengertian tentang atom-atom titik. Garis terdiri atas
titik-titik yang tidak dapat dibagi lagi sehingga jumlah titik dalam suatu garis
terhingga banyaknya. Demikianlah maka titik-titik pada garis dapat
dinyatakan dengan bilangan. Kiranya anggapan seperti inilah yang kelak
menimbulkan kesulitan dalam pengertian mereka terhadap garis dalam ilmu
ukur.
E. TEOREMA ATAU DALIL PYTHAGORAS
Pythagoras sebenarnya telah kita kenal sejak kita menjadi siswa di
sekolah lanjutan pertama yakni dalam dalil yang bernama Dalil Pythagoras.
Orang-orang menganggap Pythagoras sebagai penemu teorema dalam segitiga
siku-siku sekarang secara menyeluruh disebut dengan namanya bahwa
kuadrat sisi miring adalah jumlah kuadrat dari kedua sisi siku-sikunya.
Apabila panjang kedua sisi siku-siku itu adalah masing-masing 3 dan 4 maka
menurut dalil ini panjang sisi miringnya adalah 5. Inilah kiranya yang
diungkapkan Dialog Plato sebagai 3 dan 4 berjodoh dengan 5.
Kita tahu bahwa teorema ini dikenal orang-orang Babilonia pada masa
Hamurabi lebih dari 1.000 tahun yang lalu, bahkan matematikawan India
dalam Sulbasutra (Baudhaya dan Katayana), Yunani, dan Tionghoa, tapi
19
20
Menurut kepercayaan
21
perguruan ini, semua bilangan adalah rasional, atau menurut istilah mereka
commensurable. Terdapat legenda yang menyatakan bahwa ketika muridnya
Hippasus menemukan bahwa
kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan tak terukur atau
bilangan arrhetos atau menurut istilah sekarang bilangan irrasional, muridmurid Pythagoras lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak
dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus. Dalam hal ini Pythagorean
menanggap bahwa bilangan irrasional hanya sebagai suatu perkecualian.
Mereka tidak dapat membuktikan bilangan irrasional, dan sbilangan irrasional
mencemari pandangan mereka tentang alam semesta.
Itulah sebabnya maka Dialog Plato itu menyebut-nyebut bilangan
terukur (bilangan rasional) dan bilangan tak terukur (bilangan irrasional).
Melalui penemuan seperti ini mereka kemudian mengenal dua jenis bilangan
yakni bilangan biasa dan bilangan ilmu ukur atau bilangan geometris seperti
diungkapkan dalam Dialog Plato itu.
c2
= a 2 + b2
=12 + 12
=2
c2
50
25
49
Betapapun25
juga
Pythagoras mencoba menghitung bilangan tak terukur atau khususnya
akar bilangan dua ( 2 itu sekalipun dengan jalan pendekatan. Bilangan
22
50
25
Akar 50 dapat didekatkan dengan akar 49 sehingga nilai akar bilangan dua
mendekati bilangan
7
5
23
alam semesta tidak sesuai dengan kaidah tersebut. Banyak angka tidak dapat
dinyatakan semudah itu ke dalam a/b. Kehadiran angka irrasional tidak dapat
dihindari lagi adalah konsekuensi matematikawan Yunani.
Persegi panjang adalah bentuk paling sederhana dalam geometri, tetapi
dibaliknya terkandung bilangan irrasional. Apabila anda membuat garis
diagonal pada persegi panjang maka muncullah bilangan irrasional, dan kelak
besarnya ditentukan oleh akar bilangan. Bilangan irrasional terjadi dan akan
selalu terjadi pada semua bentuk geometri. Sangatlah sulit menyembunyikan
hal ini bagi orang yang paham geometri dan aturan-aturannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengetahuan berhitung sampai ke tangan orang-orang Yunani Kuno
sekitar 2.500 tahun yang lampau. Kebebasan orang-orang Yunani yakni
24
25
bilangan terdapat pada segala sesuatu. Hal ini kemudian terlihat dalam
pengertian para sofis setelah Pythagoras sekalipun mereka tidak menyebutnya
secara tegas. Dalam pengertian kita sekarang antara lain kita melihat hasil
pemikiran Pythagoras itu dalam pengertian bilangan yang amorf, teori
bilangan, ilmu ukur, dan fisika matematika. Mereka merupakan mata rantai
pertama ke arah pengetahuan berhitung lanjutan yang ditemukan orang-orang
sesudahnya.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca mengetahui
perkembangan pengetahuan berhitung pada zaman Yunani Kuno. Selain itu,
para pembaca juga dapat mengetahui riwayat hidup Pythagoras, perguruan
Pythagoras, bilangan dalam perguruan Pythagoras, teorema atau dalil
Pythagoras, dan cacat pada doktrin Pythagorean.
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari kata sempurna sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah
yang lebih baik lagi berikutnya.
26