Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA

DAN
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN 6M
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Lanjut yang dibimbing oleh
Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Dr. Dahlia M.Si

OLEH
Agung Fauzi Hidayatullah

160341800384

Amining Rahmasiwi

160341800334

Maesarah

160341801075

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini manusia kurang akan kesadaran terhadap lingkungan sendiri.
Banyak diantara mereka yang kurang mengerti akan kebersihan lingkungan,
sehingga mereka dengan mudah membuang limbah yang sangat berbahaya bagi
lingkungan. Berbagai aktivitas yang sehari-hari dilakukan oleh manusia seperti
mandi, mencuci dan berbagai aktifitas lain sering dianggap sebagai hal sepele,
namun ternyata menghasilkan sisa buangan yang membahayakan bagi manusia
dan lingkungan. Dari sekian banyak aktifitas manusia ternyata yang paling
berbahaya adalah buangan rumah tangga. Buangan rumah tangga, baik berupa
sampah padat maupun air cucian kamar mandi serta buangan tinja yang dibuang
ke badan air akan mempengaruhi kondisi badan air tersebut. Semakin padat
penduduk yang berada di suatu permukiman akan semakin banyak pencemaran
yang terjadi.
Pencemaran dapat berupa pencemaran air,
penduduk,

mengganggu

keindahan,

menyebabkan

penurunan kesehatan
kecelakaan

serta

mengakibatkan pencemaran udara. Pencemaran udara dapat berupa bau busuk,


asap dan lainnya. Adanya gas metan dan karbondioksida serta gas berbahaya
lainnya kemungkinan mengakibatkan adanya penurunan berat badan pada bayi
ibu-ibu yang tinggal dan terdedah dengan pencemar udara berbahaya ini.
Akumulasi gas-gas lain dapat menyebabkan hujan asam dan juga menimbulakn
ledakan di pemukiman penduduk (Al-Muhdhar, 2012).
Masayarakat hanya mengandalkan adanya tempat pembuangan sampah
akhir ataupun hanya bermodalkan sudah membayar uang kebersihan pada
petugas. Hasilnya, sampah menggunung dan tercampur satu sama lain sehingga
selain menggangu pemandangan juga berakibat tidak baik bagi kesehatan dan
lingkungan. Budaya masyarakat tidak mengelola sampah dengan baik memang
susah dihilangkan, padahal kegiatan pengelolaan sampah sangat perlu untuk
dilakukan seiring dengan jumlah sampah yang terus bertambah. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka penulis ingin menyusun makalah ekologi dengan judul
Pencemaran di Lingkungan Rumah Tangga dan Pengelolaan Sampah dengan
6M.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud pencemaran?
2. Bagaimana bentuk pencemaran lingkungan di lingkungan rumah tangga ?
3. Apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya pengelolaan sampah?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami tentang pencemaran
2. Memahami bentuk- bentuk pencemaran di lingkungan rumah tangga
3. Megetahui upaya upaya pengelolaan sampah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran
1. Pengertian sampah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam pengertian lain
sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat, ada yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik,
seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan sebagainya. Sedangkan yang tidak
membusuk dapat berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca, dan sebagainya
(Slamet, 1994). Sehubungan dengan hal tersebut, maka Leonardo (1990),
mengatakan bahwa limbah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang
terdapat di lingkungan masyarakat, orang awam menyebutnya dengan sampah.
Menurut Riyadi (1986), Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya
hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak dapat digunakan
lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga
tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Sampah merupakan bagian yang tidak disukai dan secara ekonomis tidak
ada harganya. Tergantung dari tingkat hidup masyarakat, sumber dan macamnya
sampah itu berbeda-beda. Menurut Hamza (1987), mengatakan bahwa sampah
baik kualitas maupun kuantitas sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dari
taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas sampah antara lain:
a. Jumlah penduduk, dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk, maka semakin banyak pula sampah yang diproduksi. Pengelolaan
sampah ini berpacu dengan lajur pertambahan jumlah penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat,
maka semakin banyak pula perkapita sampah yang dibuang.
c. Kemajuan teknologi, kemajuan teknologi akan menambah jumah ataupun
kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang sangat beragam.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin majunya tingkat kebudayaan

masyarakat, maka semakin kompleks dan beragam pula sampah yang ditemui.
2. Pengertian Rumah Tangga
Dari banyak pengertian sampah yang telah dikemukakan oleh beberapa pakar
tersebut maka sebelum mengetahui pengertian sampah rumah tangga terlebih
dahulu harus diketahui pengertian rumah tangga yaitu :
Menurut UU. No. 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga
terdiri dari:

Suami, isteri, dan anak.

Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana


dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, pengasuhan, dan
perwalian, yang menetap dalam rumah tangga.

Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut.
Dalam ilmu sosial, rumah tangga didefinisikan sebagai bagian terkecil dari

masyarakat. Rumah tangga juga merupakan institusi yang paling penting


pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.

3. Pengertian Sampah Rumah Tangga.


Menurut

UU

No.18

Tahun

2008

tentang

Pengelolaan

Sampah

mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
(sampah yang mengandung bahan beracun). Selajutnya Widyatmoko (2002),
mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah sebagai berikut:
a. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah
membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan,
sayuran, dan lain-lain.
b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua,
kaleng bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca,
keramik, batu- batuan, dan sisa kain.
5

c. Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,
gedung dan penggergajian kayu.
d. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang
besar, seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur.
4. Timbulan sampah
Menurut SNI timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah
yang dihasilkan dari jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu.
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah. Timbulan
sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang
digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Bila pengamatan lapangan belum
tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut:
a. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75-3,25 L/orang/hari atau 0,0700,080 kg/orang/hari.
b. Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau 0,6250,70 kg/orang/hari
Keterangan : Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000<p<500.000.
Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan langkah
awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan
sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas perorang atau perunit
bangunan dan sebagainya. Rata- rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu
daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah penduduk dan tingkat
pertumbuhannya, tingkat hidup, perbedaan musim, cara hidup dan mobilitas
penduduk, iklim,dan cara penanganan makanannya.
5. Pengertian Pencemaran

Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau bahan kedalam suatu


lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya atau
masuknya suatu komponen ketempat yang tidak semestinya, atau masuknya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi

kurang

atau

tidak dapat

berfungsi

lagi

sesuai

dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun


1982). Menurut Uu No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pencemaran menurut tempat terjadinya terdapat beberapa jenis pencemaran yaitu :
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup, zat,
energi atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas air mengalami penurunan
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Contoh : pencemaran air karena limbah
rumah tangga, pencemaran air karena limbah pabrik, dll.
b. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke dalam tanah atau berubahnya struktur tanah
oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas tanah
mengalami penurunansampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Contoh : pembakaran
sampah, penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, dll..
c. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke dalam udara atau berubahnya tatanan udara oleh
kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas udara mengalami
penurunansampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Contoh : asap kendaraan
bermotor, asap pembakaran, asap limbah pabrik, dan sebagainya.

Gambar 1. Berbagai Kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan

B. Bentuk Pencemaran atau Limbah Rumah Tangga


a. Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik atau air limbah rumah tangga adalah air yang telah
dipergunakan dan berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk
didalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, WC, serta tempat
memasak (Sugiharto,2008). Air limbah rumah tangga ini berpotensi sebagai
pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan semestinya. Buangan rumah
tangga, baik berupa sampah padat maupun air cucian kamar mandi serta buangan
tinja yang dibuang ke badan air akan memengaruhi kondisi badan air tersebut.
Mara (1978) menjelaskan komposisi secara kualitatif limbah domestik
terdiri atas bahan organik baik padat maupun cair. Komposisi paling tinggi yang
menyusun tinja adalah air dan bahan organik. Kandungan air pada tinja berkisar
antara 60-80%, sedangkan pada urin berkisar antara 93-96%. Sementara itu
kandungan bahan organik pada tinja berkisar antara 88-97%, sedangkan pada urin
berkisar antara 65-85%.
Karakteristik limbah cair domestik antara lain tingginya bahan organik
(karbohidrat, protein, dan lemak), deterjen, dan partikel bahan anorganik.
Sependapat dengan Santoso (2014) yang menyatakan bahwa komposisi limbah
domestik terdiri dari: lemak (33%), protein (25%), selulosa (8%), pati (8%), lignin
(6%), abu (20%) dengan nilai BOD berkisar antara 275-3000 ppm. Bahan organik
yang dijumpai pada limbah domestik terdiri atas 40-60% protein, 25-40%
karbohidrat, dan 10% lainnya berupa lemak atau minyak (Sugiharto, 1987).
Besarnya kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan mengukur jumlah
oksigen, baik yang dipakai oleh bakteri maupun proses kimiawi untuk

mengoksidasi zat tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana.


Indikator pencemaran air pada umumnya ditinjau dari pH atau konsentrasi
ion hidrogen, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), serta
kebutuhan oksigen kimiawi (COD). Selain dengan analisis pH, konsentrasi
hidrogen, DO, BOD, dan COD pencemaran air dapat dikenali melalui beberapa
karakteristik yang ditinjau dari pengamatan fisis, kimiawi, dan biologis. Beberapa
karakteristik fisik limbah cari ditunjukkan melalui warna, bau, adanya endapan
dari lumpur, dan temperatur. Karakteristik biologis limbah cari dipengaruhi oleh
kandungan mikroorganisme yang terkandung didalamnya, yang berperan
menguraikan bahan organik. Karakteristik kimia limbah cair dipengaruhi oleh
kandungan

bahan

kimia

dalam

limbah

cair

berupa

bahan

organik,

protein,karbohidrat, lemak, fenol,bahan anorgank, pH, klorida, sulfur, logamberat,


metana, nitrogen, fosfor, dan oksigen (Siregar, 2005).
Dampak masuknya air limbah domestik ke dalam lingkungan perairan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan besar dalam sifat fisika, kimia, dan
biologis perairan tersebut seperti suhu, kekeruhan, konsentrasi oksigen terlarut,
zat hara, dan produksi dari bahan beracun. Perubahan keseimbangan lingkungan
dapat mempengaruhi organisme dalam lingkungan akibat adanya interaksi dua
perinsip ekologi yaitu toleransi dan kompetisi.
Menurut prinsip toleransi tiap organisme memiliki batas ambang toleransi
terhadap suatu faktor yang ada di suatu lingkungan yang mana akan
mempengaruhi kemampuan organisme dalam berkompetisi. Apabila suatu
lingkungan

tercemar

limbah

domestik

yang

kaya

zat

organik,

maka

memungkinkan bakteri tumbuh subur dan menghabiskan oksigen terlarut, hal ini
akan mengakibatkan lingkungan berubah menjadi anaerob. Keadaan demikian
menyebabkan penurunan polulasi organisme yang tidak toleran terhadap
kekurangan oksigen. Sebaliknya spesies yang toleran terhadap kondisi
kekurangan oksigen akan meningkat populasinya karena spesies kompetitornya
berkurang (Sastrawijaya, 1991).
b. Limbah Padat Domestik
Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola

agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan


(SK SNI T-13-1990-F). Menurut Sidik (2008) limbah padat domestik merupakan
limbah-limbah hasil kegiatan rumah tangga, baik keluarga kecil atau besar, dari
kelas bawah sampai kelas atas. Limbah padat ini terdiri dari sampah makanan,
kertas, tekstil, sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, aluminium, debu atau abu,
sampah di jalanan, sampah elektronik seperti baterai, oli dan ban.
Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis dibagi menjadi
ada 6 kelompok, yaitu : (1)Sampah Organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah
padat semi basah berupa bahan-bahan organic yang mudah busuk; (2) sampah
anorganik dan organik tak membusuk (rubbish) yaitu limbah padat anorganik atau
organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikro organisme, sehingga sulit
membusuk, misalnya kertas, plastik kaca dan logam; (3) sampah abu (ashes),
yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran; (4) sampah
bangkai binatang (bead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai
binatang; (5) sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan
jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan; (6) sampah industri
(industry waste), yaitu sebuah limbah padat buangan industri (Widiyanto, 2015).
C. Cara pengelolaan limbah rumah tangga
1. Pengelolaan Limbah Cair Domestik
Pengelolaan limbah cair merupakan upaya pemeliharaan yang dilakukan
terhadap air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan dan sesuai peruntuka
untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiah. Berikut adalah cara
pengolahan limbah cair domestik:
a

Pengolahan limbah cair domestik


Pembuatan drum yang dilubangi kemudian dilajutkan pembuatan lubang

di luar dapur. Di dasar lubang diberi ijuk dan drum dimasukkan ke dalam lubang
tersebut. Kemudian dibuat saluran air limbah dari pasangan batu bata. Drum
ditutup dengan kayu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran
semen dan pasir yang diberi penguat besi. Proses pembuatan selengkapnya
disajikan dalam Gambar 2, 3, 4 dan 5.

10

Gambar 2. Drum yang Dilubangi

Gambar 3. Pembuatan Lubang

Gambar 4. Drum di dalam Lubang Bangunan

Gambar 5. Tutup Bak Penampung

Pengelolaan air limbah pada saluran pembuangan


Pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak

cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya


maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan
11

pengambilan tutup bak. Skema pembuatannya disajikan pada Gambar .6.

Gambar 6. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan

Berdasarkan gambar tersebut terlihat kegunaan tempat pengelolaan


limbah, yaitu untuk membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk
membuang air kotoran kamar mandi. Limbah air bekas mandi dan cuci
dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Air akan tersaring
pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari
pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen
dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena
pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi
sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur
resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan
lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air
bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya
(Losaries, 2013).
2. Pengolahan Limbah Padat Domestik
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi
5 (lima) aspek yang tidak bisa berdiri senidi yaitu aspek teknis operasional , aspek
organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek
peran serta masyarakat. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada Gambar.7.

12

Gambar 7. Skema Manajemen Pengelolaan Sampah

Aspek teknis operasional merupakan komponen yang paling dekat dengan


obyek persampahan. Teknik operasional pengelolaan sampah bersifat integral dan
terpadu

secara

berantai

penampungan/pewadahan,

dengan

urutan

pengumpulan,

yang

berkesinambungan

pemindahan,

yaitu:

pengangkutan,

pembuangan/pengolahan.

Gambar 8. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Berikut penjabaran teknis pengelolaan sampah berdasarkan di pemukiman.


a

Penampungan sampah
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya
adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak
menggangu lingkungan (SNI 19-2454-2002).

Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara.
Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua)

13

yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai


berikut:

Pola Individual: proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber


sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS

sebelum dibuang ke TPA.


Pola Komunal: pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah
ke tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk
sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA

tanpa proses pemindahan.


Pemindahan sampah
Proses pemindahan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan
untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk
pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi
dengan container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 192454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya
diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko,

2015).
Pengangkutan sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan
di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir.

Pembuangan akhir sampah


Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang
sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut.
Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di
suatu lokasi pembuangan akhir.
Salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh terhadap proses

pengelolaan sampah adalah masyarakat. Pengolahan sampah berbasis masyarakat


merupakan proses pengolahan sampah dimana seluruh lapisan masyarakat dapat
mengambil bagian (Cecep dalam Marwati, 2013). Salah satu cara pengolahan
sampah terpadu nonfisik adalah dengan langkah 6 M. Langkah-langkah 6 M
adalah mengurangi, menggunakan kembali, mengganti, memisahkan, mendaur

14

ulang serta mengomposkan. (Al-Muhdhar, 2011). Menurut Iswanto (2011) hal-hal


yang dapat dilakukan dalam penerapan 6 M di masayarakat terdiri dari:
1

Mengurangi
Mengurangi berarti suatu upaya mengurangi jumlah sampah yang kita
timbulkan. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain:

hati-hati dalam

berbelanja, membuat kartu ucapan dari bahan sisa, memperbaiki pakaian dan
peralatan yang bisa digunakan, sebisa mungkin menunda pembelian barang
baru, menyewa saja barang yang dapat digunakan jika memungkinkan, pilih
produk yang mudah didaur ulang.

Gambar 9. Penggunaan sekali pakai sangat tidak dianjurkan

Menggunakan Kembali
Menggunakan kembali berarti memanfaatkan kembali sampah rumah tangga
yang masih dapat dipergunakan. Contoh yang bisa dilakukan antara lain:
menggunakan kembali botol dan bahan plastik yang masih bisa digunakan.

Gambar 10. Penggunaan Bekas Plastik Minyak Goreng Sebagai Polybag


3

Mengganti

15

Mengganti berarti menggunakan bahan lain untuk suatu kepentingan


rumah tangga, Contohnya mengganti pembungkus makanan dengan
pembungkus yang dapat didaur ulang atau mudah dikomposkan.
4

Memisahkan

Memisahkan dapat dilakukan dengan membedakan dan memisahkan


sampah rumah tangga yang basah dan gampang membusuk dengan
sampah rumah tangga yang kering dan susah membusuk

Gambar 11. Memisahkan Sampah Berdasarkan Jenisnya

Mendaur Ulang
Mendaurulang berarti menggunakan kembali suatu bahan sampah tetapi
telah mengalami proses pengolahan kembali. Contohnya kardus, kertas,
kaleng, gelas kaca dapat dijadikan bahan daur ulang yang hasilnya nanti
dapat dijual dan bernilai ekonomi.

Gambar 12. Mendaur Ulang Sampah Plastik dan Kain Sisa

Mengomposkan
Mengomposkan berarti membuat kompos dari bahan sampah rumah
tangga yang telah dipilah. Pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan
sampah basah yang mudah membusuk. Sampah yang sudah membusuk ini
kemudian akan diolah dengan berbagai starter dan metode sehingga
menjadi pupuk yang berguna bagi kesuburan tanaman ataupun dapat dijual
sebagai bisnis usaha keluarga.

16

Gambar 13. Kompos dari Limbah Organik

17

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Pencemaran adalah Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau
bahan

kedalam suatu lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan

organisme di dalamnya atau asuknya suatu komponen ketempat yang tidak


semestinya, atau masuknya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen
lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
2. Limbah hasil pencemaran rumah tangga terdiri dari limbah cair domestik
dan limbah padat domestik.
3. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai hal, mulai dari yang
sederhana seperti daur ulang hingga proses yang berkesinambungan
seperti 6M

DAFTAR RUJUKAN

Al-Muhdhar, M.H.I. 2012. Penerapan DVD 6M Pendidikan Kepada Masyarakat

18

Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Menggunakan Media Televisi.


Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi UNS.
Iswanto.
2011.
Pengelolaan
Sampah
Berbasis
Masyarakat.
http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Kesehatan_Lingkungan_2011/sesi
_9_isw_partisipasi%20masyarakat.pdf
Kinanti,
Rana.
2016.
Cara
Pembuatan
Kompos
Organik.
(http://www.lintangsore.com/2016/05/cara-membuat-kompos-organik.html)
(Online) Diakses pada 18 September 2016.
Leonardo. 1990. Memerangi Sampah Dengan Sebuah Penghargaan. Bandung :
PT. Alumni.
Losaries, Imam. 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga. (Online).
(http://software-comput.blogspot.com/2013/04/makalah-pengelolaanlimbah-rumahtangga_8.html, diakses tanggal 15 September 2016
Mara, D. 1978. Sewage Treatment in Hot Climates. English Language Book
Society. Thomson Press Ltd, New Delhi. Nugraha, fajar. 2011. Pencemaran
Air Akibat Limbah Rumah Tangga.
Peraturan Permerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
Riyadi, S. 1986. Pengantar Kesehatan Dimensi dan Tinjauan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Santoso, Slamet. 2014. Limbah Cair Domestik : Permasalahan dan Dampaknya
Terhadap Lingkungan. Makalah Penyuluhan Masyarakat.
Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sidik, Sukarna. 2008. Komposisi Limbah Padat. (Online). (http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/123323-R010817-Komposisi%20limbah-Literatur.pdf),
Diakses 7 September 2016.
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Siregar, S.A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Standar Nasional Indonesia tentang Metode Pengambilan Dan Pengukuran
19

Contoh

Timbulan

Dan

Komposisi

Sampah

Perkotaan.

(online),

(http://server2.docfoc.us/).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. (online),
(http://sipongi.menlhk.go.id/cms/images/files/1022.pdf)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. (online), (http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. (online), (http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_23_97.htm)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Rumah
Tangga. (online), (https://www.hukumonline.com)
Widiyanto, A.F., dkk. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah
Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat 10 (2).246-254
Widyatmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan
Sampah. Jakarta : Abdi Tandur.

20

Anda mungkin juga menyukai