ubi
kayu hampir ke
seluruh dunia,
antara lain
Afrika,
Indonesia.
Dengan
produksi
mengalami
peningkatan
setiap
kayu
Euphorbiaceae
(Manihot
yang
esculenta
memiliki
Crantz)
beberapa
sifat
termasuk
dalam
Famili
menguntungkan
untuk
digunakan sebagai bahan makanan, kandungan pati yang relatif tinggi dan
penggunaannya yang luas, yaitu untuk membuat berbagai macam bahan
makanan, bahan pengental, saus, makanan bayi, dan lain-lain (Wargiono,
1987). Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang mempunyai
potensi untuk terus dikembangkan dan menempati posisi tersendiri dalam
ekonomi pertanian Indonesia dibandingkan dengan komoditi tanaman
pangan lainnya karena perannya sebagai bahan pangan, bahan pakan,
bahan baku industri dan komoditi ekspor yang akan terus berkembang.
Penyediaan hasil olahan oleh industri juga bisa dalam bentuk bahan
setengah jadi yang siap diolah oleh konsumen rumah tangga (Damardjati
dan Widowati, 1993). Namun, ubi kayu mengandung asan sianida (HCN)
yang versifat toksik, sehingga masalah penurunan kadar HCN menjadi
Metode
tersebut
umumnya
bertujuan
untuk
mengurangi
toksisitas dan mengubah umbi ubi kayu segar yang mudah rusak menjadi
produk awet. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat
utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (< 50 mg per kg umbi basah).
Sementara itu, umbi ubi kayu untuk bahan baku industri tidak disyaratkan
adanya kandungan protein maupun ambang batas HCN,
tapi yang
2009).
Ubi kayu sebagai sumber energi yang kaya akan karbohidrat dapat
diolah menjadi tepung. Menurut Ginting (2002), tepung ubi kayu (cassava)
dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran, yaitu campuran
antara tepung terigu dengan tepung ubi kayu (cassava), karena tepung ubi
kayu mempunyai warna, tekstur, dan aroma yang menyerupai tepung
terigu. Tepung campuran tersebut dapat digunakan dalam pembuatan roti,
kue, mie, dan produk makanan ringan lain. Dengan berkembangnya
pengolahan tepung ubi kayu dan teknologi pengolahan tepung ubi kayu
menjadi berbagai makanan, diharapkan tepung ubi kayu dapat digunakan
sebagai bahan baku pengganti tepung terigu untuk industri pengolahan
pangan. Selain itu dimaksudkan agar ubi kayu itu sendiri mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi
teknologi
penepungan
ubi
kayu,
sehingga
pengetahuan
biasanya dipakai
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiceae
Genus
: Manihot
Spesies
Komposisi
Ubi kayu segar
Tepung ubi kayu
(a)
(b)
Air
57,00
8,65
Abu
2,46
2,55
Lemak
6,54
Protein
1,18
Karbohidrat (by differce)
85,86
80,45
74,81
62,54
Pati
11,05
2,69
Serat kasar
0,36
Selulosa
1,88
Hemiselulosa
0,02
Lignin
(a)
(b)
Sumber: Susmiati (2010), Arnata(2009)
Menurut Rukmana (1997), jenis tanaman ubi kayu dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu, jenis ubi kayu manis dan jenis ubi kayu pahit. Jenis ubi kayu
manis yaitu ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya
adalah gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting dan kaliki.
Sedangkan jenis ubi kayu pahit yaitu ubi kayu untuk diolah atau apabila
ingin mengkonsumsinya harus melalui proses. Contoh varietasnya adalah
karet, bogor, SPP dan adira 2.
Masyarakat telah mengetahui bahwa ubi kayu mengandung racun
sianida (HCN) dan pada umumnya telah mengetahui bagaimana cara
menghilangkan racun HCN. Namun ada beberapa yang beranggapan bahwa
ubi kayu beracun mengandung banyak racun HCN sedangkan ubi kayu yang
tidak beracun mengandung kadar HCN sangat rendah. Kandungan HCN
pada ubi kayu tergantung pada varietas, lokasi dan kondisi pertanian. Jenis
ubi kayu yang memiliki kadar racun disebut ubi kayu pahit, sedangkan yang
rendah disebut singkong manis (Sediaoetama, 1999).
Pada ubi kayu HCN tidak terdapat bebas melainkan terikat dalam
bentuk senyawa yang disebut linamarin atau glukosida aseton sianohidrin.
Senyawa ini akan bersifat toksin apabila telah terura (Winarno, 1992).
Sedangkan Menurut Winarno (1984), batas aman kandungan HCN adalah
sekitar 0,5 3,5 mg HCN/kg berat bahan, sedangkan jumlah HCN di dalam
ubi kayu cukup aman apabila kurang dari 50 mg/kg umbi kering.
Nilai komposisi kimia utama ubi kayu adalah kalorinya yang tinggi.
Ubi kayu segar mengandung 35-40 % bahan kering dan 90% sisanya berupa
karbohidrat. Berdasarkan bobot segar, ubi kayu dapat menghasilkan 150
kkal/100 gr bobot segar dan berdasarkan hasil persatuan luas ubi kayu
dapat bersaing dengan tanaman bijian dalam hal kalori dan efisiensi tenaga
kerja. Ubi kayu juga merupakan sumber vitamin C yang baik yang
mengandung 30-35 mg/100gr bobot segar dan biasanya rendah kandungan
serat (1,4%) dan lemak (0,3%). Varietas, umur panen dan lingkungan
agronomi juga dapat mempengaruhi komposisi kimia ubi kayu (Wijandi,
1986).
2.3 Teknologi Pembuatan Tepung Ubi Kayu
Teknologi pengolahan ubi-ubian pada umumnya masih sederhana,
yaitu dibuat gaplek,
bawah
umbi
standar
segar
Dalam
menjadi berbagai
gaplek
mutu. Pengolahan
masih
bentuk
pangan
tepung
terbatas
tepung,
produk
dan
pati dengan
produk
makanan
dengan direbus/dikukus
bahan
pangan
makanan
kualitas
ini
yang
lebih
dari
atau
bahan
digoreng.
luwes
menunjang
di
diolah
diversifikasi
mempunyai
tepung
hasilnya lebih tinggi dibanding tepung gaplek yaitu dari 20 sampai 22%
menjadi 25 sampai 30%, awet, gizi lebih baik, dan dapat mensubstitusi
terigu, baik parsial atau seluruhnya. Tepung singkong mengandung air 12%,
lemak 0,32%, protein 1,19%, karbohidrat 81,75%, serat 3,34% (Widowati,
2011).
Dalam pembuatan tepung singkong terdiri dari beberapa tahap yaitu
(Widowati, 2011) :
1.Tahap persiapan
Varietas singkong yang digunakan dalam pembuatan tepung singkong dapat
berasal dari berbagai varietas. Singkong merupakan jenis umbi-umbian
yang tidak tahan disimpan, sehingga perlu diperhatikan penanganan pada
saat panen, pengangkutan, dan pengolahan.
Untuk
menjaga agar umbi tetap bersih dan putih sewaktu proses penyawutan,
maka dilakukan perendaman dengan air yang cukup banyak (seluruh umbi
tercelup).
akan menentukan mutu tepung yang dihasilkan. Kadar air maksimum yang
direkomendasikan maksimum 14%. Apabila kadar air sawut masih tinggi,
tepung singkong yang dihasilkan tidak tahan lama untuk disimpan, sehingga
menurunkan mutu tepung singkong.
menggunakan alas dari bahan yang tidak korosif (misal: anyaman bambu,
sasak nampan aluminium).
6.Tahap pengemasan
Sawut kering langsung dikemas dengan kantong plastik tebal kedap udara,
lalu dimasukkan dalam karung plastik.
harus bersih, dan kering serta diberi alas kayu agar karung tidak langsung
bersentuhan dengan lantai.
7.Tahap penepungan
Penggilingan sawut kering menjadi tepung singkong dapat menggunakan
alat penepung beras yang banyak beredar di pasaran. Agar lebih efisien,
penepungan dilakukan dalam dua tahap, yaitu penghancuran sawut untuk
menghasilkan butiran kecil (lolos 20 mesh), dan penggilingan/penepungan
dengan saringan lebih halus (80 mesh).
2.4 Karaketristik Tepung Ubi Kayu
Singkong dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan pangan
pokok ataupun diolah menjadi produk setengah jadi berupa pati singkong
(tepung tapioka), gaplek, dan tepung singkong. Dalam pengolahan tepung
cassava/singkong sangat di kontrol dalam hal kualitas ( higinitas produk )
mulai dari pemilihan bahan baku, proses sampai produk akhir. Ini dilakukan
untuk memenuhi standar (SNI) yang ditetapkan oleh lembaga terkait seperti
departemen kesehatan dan perdagangan dengan tujuan tepung ubi kayu
yang dihasilakan dapat menembus pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri (Rubatzky dan Yamaguchi, 1988).
Menurut SNI 01-2997-1992, tepung ubi kayu adalah tepung yang
dibuat dari bagian umbi ubi kayu yang dapat dimakan, melalui proses
penepungan
ubi
kayu
iris,
parut,
maupun
bubur
kering
dengan
Satuan
Persayaratan
Keadaan
- Bau
- Rasa
- Warna
Benda-benda asing
Putih
-
Air
% b/b
Maks.12
Abu
% b/b
Maks.1,50
Derajat Asam
ml. NaOH/100 g
Asam Sianida
Kehalusan
Maks.3
Mg/kg
Maks.40
Pati
% b/b
Min.90
Min.70
mg/kg
Maks.1,00
- Cu
mg/kg
Maks.10,00
- Zn
mg/kg
Maks.40,00
- Raksa (Hg)
mg/kg
Maks.0,05
Arsen
mg/kg
Maks.0,50
Cemaran Mikroba
6
Koloni/g
Maks.1 x 10
- E. Coli
Koloni/g
Maks.3 x 10
- Salmonella
Koloni/g
Maks.1 x 10
1
4
tapioka
memiliki
tekstur
yang
lebih
halus
dan
lembut
pemotongan,
oleh
jenis
kultur
yang
ditambahkan
saat
fermentasi,
Pengupasa
n
Pisau
Alat pengering
Baskom besar
Ayakan tepung
Tampah
Penyawut
Kain saring
3.2.2 Bahan
Singkong
Air
3.3 Rancangan Kerja
Diskusi kelompok
Penentuan judul
Konsultasi
Suvei bahan
Pembelian bahan
Praktikum
Penyusunan laporan
Presentasi
No
1.
Kegiatan
Diskusi 1
Pelaksana
Semua anggota kelompok
2.
Penentuan Judul
3.
Konsultasi
Firas Nuryanti
Nur Intan Aulia
Yolla lenanda
Semua anggota kelompok
4.
Diskusi 2
Keterangan
Penbagian tugas
mengerjakan
propopsal
Menentukan
judul untuk
penelitian
Konsultasi judul
proposal dan
skema kerja
Revisi proposal
bab 1-3
Pembenahan
proposal yang
5.
Presentasi
6.
Pembelian Bahan
7.
Praktikum Dan
Pengamatan
Falahyanti Ayunafitrih
Diah Nurmala
Yusuf Ade
Semua anggota kelompok
8.
Penyusunan
Laporan
9.
Presentasi
sudah di revisi
Memperestasika
n hasil proposal
bab 1-3
Pembelian ubi
singkong
Pembuatan
tepung ubi kayu
dengan variasi
pengeringan
Penyusuna
laporan hasil
pengamatan bab
4-6
Mempresentasik
an hasil
keseluruhan
praktikum dan
hasil analisa
Pengupasan
Pencucian
dan
Perendama
Pengering
an
Penyawuta
n
Pengemasa
n Sawut
penepunga
n
Parameter
Alat
o
1.
Warna
Indra penglihatan
2.
Tekstur
Penetrometer
3.
Ukuran
Ayakan mesh
4.
Bau
Indra penciuman