Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PATOLOGI SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Assesmen Terapan

Disusun oleh
Dewani Sheila A (15010114120058)
Amalia Sari R

(15010114130115)

Ridya Dara Z

(15010114140164)

Jerry Pebrian

(15010114120046)

Dewi Sawitri

(15010114130118)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, minimalnya lapangan pekerjaan dan
menurunnya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap munculnya masalah-masalah
sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial dalam masyarakat tersebut sering disebut
sebagai patologi sosial. Beberapa bentuk dari berbagai macam masalah-masalah sosial
yang sering muncul dalam masyarakat antara lain seperti kenakalan remaja, kriminalitas,
prostitusi , perjudian serta banyaknya pengangguran. Pada dasarnya masalah-masalah
tersebut muncul karena kurang adanya kesadaran dan lingkungan negative dimana individu
tumbuh. Selain itu pemerintah juga mempunyai peranan penting untuk menentukan dan
memastikan baik buruknya pola tingkah laku dalam masyarakat. Peran serta orang tua dan
lingkungan positif sangat berpengaruh untuk memperbaiki masalah sosial yang muncul. Dari
uraian-uraian diatas, maka perlu untuk dibahas lebih lanjut mengenai definisi dan berbagai
macam masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat serta bagaimana upaya yang
bisa dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi hal-hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi patologi sosial ?
2. Apa aspek-aspek penyimpangan sosial ?
3. Apa saja macam-macam deviasi dan lingkungan ?
4. Apa jenis-jenis patologi sosial ?
5. Apa saja yang menyebabkan timbulnya patologi sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi patologi social
2. Untuk mengetahui aspek-aspek penyimpangan social
3. Untuk mengetahui macam-macam deviasi dan lingkungan
4. Untuk mengetahui jenis-jenis patologi social
5. Untuk mengetahui penyebab patologi sosial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Patologi Sosial

Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti
disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara tentang/ilmu. Jadi,
patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit.
Konsep patologi ini bermula dari pengertian penyakit di bidang ilmu kedokteran dan
biologi yang kemudian diberlakukan pula untuk masyarakat karena menurut penulis
google bahwa masyarakat itu tidak ada bedanya dengan organisme atau biologi sehingga
dalam masyarakatpun dikenal dengan konsep penyakit. Kartini Kartono mengemukakan
patologi Sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan,
stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup
rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.
Menurut Koe Soe Khiam (dalam Kartono, 2009) patologi sosial adalah suatu
gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan
sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok atau yang merintangi pemuasan
keinginan fundamental dari anggota-anggotanya, akibatnya pengikatan sosial patah sama
sekali. Menurut Soejono Soekanto dalam (Kartono 2005) masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kelompok sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa patologi sosial tingkah laku yang
dianggap sebagai perilaku yang tidak pantas, melanggar norma dan adat-istiadat yang
dapat membahayakan kelompok sosial.
B. Aspek-aspek Tingkh Laku yang Menyimpang
1.Aspek lahiriah, yang bisa kita amati dengan jelas. Aspek ini bisa dibagi dalam dua
kelompok yaitu:
a. Deviasi lahiriah verbal dalam bentuk kata-kata makian, kata-kata kotor yang tidak
senonoh dan cabul, dialek-dialek politik dalam dunia politik dan criminal.
b. Deviasi lahirian nonverbal, yaitu semua tingkah laku yang nonverbal yang nyata
kelihatan.
2.Aspek aspek simbolik yang tersembunyi, khususnya mencangkup sikap-sikap, emosiemosi, sentimen-sentimen, dan motivasi-motivasi yang mengembangkan tingkah laku
menyimpang. Sebagian besr dari tingkah laku penyimpangan misalnya kejahatan, pelacuran,

kecanduan narkotika itu tersamar dan tingkah laku yang nampak itu merupakan puncak kecil
dari gunung es raksasa yang tampak mengapung di permukaanlaut, sedangkan bagian
terbesar dari gunung itu sendiri tersembunyi di balik permukaan air.
C. Macam-macam Penyimpangan dan Lingkunganya
Deviasi atau penyimpangan sifatnya bisa tunggal maupun jamak. Deviasi selalu
berlangsung dalam konteks sosio-kultural dan antar personal. Sehubungan dengan lingkungan
sosio-kultural ini, deviasi tingkah laku dapat dibagi menjadi deviasi individual, deviasi
situasional, dan deviasi sistematik (Kartono, 2009).
1. Deviasi Individual
Deviasi individual merupakan deviasi yang muncul sebagai akibat dari gejala
personal atau individual. Sebab timbulnya deviasi individual adalah adanya ciri-ciri unik
dari individu itu sendiri. Deviasi jenis ini seringkali sifatnya simtomatik, yaitu
disebabkan oleh konflik-konflik intrapsikis yang kronis.
Konflik-konflik semacam ini mengakibatkan keterbelahan pribadi seseorang
menjadi kacau dan kepribadiannya tidak terintegrasi dengan baik. Individu yang
termasuk deviasi individual misalnya: anak-anak luar biasa, fanatisi, idiot savant dan
individu-individu psikotis.
2. Deviasi Situasional
Deviasi jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan
situasional/ sosial diluar individu atau oleh pengaruh situasi, dimana pribadi yang
bersangkutan menjadi bagian integral dari dirinya.
Situasi dan kondisi sosial atau sosiokultural yang selalu berulang-ulang dan terusmenerus akan mengkondisionisasi dan memperkuat deviasi-deviasi sehingga kumulatif
sifatnya. Deviasi sosial yang kumulatif itu merupakan produk dari konflik kultural yaitu
produk dari periode-periode dengan banyak konflik kultural. Konflik budaya atau
kultural ini dapat diartikan sebagai:
a. Konflik antara individu dengan masyarakat.
b. Konflik antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari atau lebih kelompok-kelompok
sosial.
c. Konflik-konflik introjeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang hidup dalam
lingkungan sosial penuh dengan nilai dan norma-norma yang bertentangan.

Apabila tingkah laku menyimpang ini berlangsung secara meluas dalam


masyarakat, maka dapat menyebabkan deviasi situasional kumulatif. Berikut beberapa
contoh deviasi situasional:
a. Kebudayaan korupsi.
b. Pemberontakan anak remaja.
c. Adolescent revolt.
d. Deviasi-deviasi seksual disebabkan oleh penundaan saat perkawinan jauh sesudah
kematangan biologis serta pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan banyak
disimulasi oleh rangsangan-rangsangan dari film biru, buku-buku porno dan
tingkah laku yang asusila.
e. Peristiwa homoseksual yang banyak terjadi dikalangan narapidana di penjara-penjara.
3. Deviasi Sistematik
Deviasi sistematik pada hakikatnya adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai
organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, rasa kebanggaan,
norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum.
Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang dari norma umum, kemudian
dirasionalisasi atau dibenarkan oleh semua anggota kelompok dengan pola yang
menyimpang itu. Sehingga penyimpangan tingkah laku deviasi-deviasi itu berubah
menjadi deviasi yang terorganisasi atau deviasi sistematik.
Pada umumnya, kelompok-kelompok deviasi itu memiliki pola organisasi yang
unik, kode-kode etik, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk menegakkan
gengsi dan status sosialnya. Biasanya organisasi-organisasi demikian merupakan pecahan
organisasi induknya, yang kemudian menyimpang dari pola aslinya, karena alasan-alasan
menolak kebekuan dalam organisasi induknya.
Proses perpecahan atau pembelahan semacam ini tidak hanya berlangsung pada
organisasi-organisasi saja, akan tetapi juga berlangsung disegenap lapisan masyarakat.
Penyebab deviasi sistematik ini, yaitu:
a.

Kesulitan untuk berkomunikasi.

b.

Tidak adanya urgensi serta kurangnya motivasi untuk mengorganisasi diri.

Selain macam deviasi diatas, terdapat macam deviasi yang lain berdasarkan sifatnya,
yaitu:
a.

Deviasi Postif, adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap

sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya


wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena
sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat
yang memunculkan wanita karier.
b.

Deviasi Negatif, adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial

yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.


Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

Penyimpangan

primer

(primary

deviation). Penyimpangan

primer

adalah

penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak
berulang-ulang.

Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah


perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup
parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minumminuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.

D. Jenis-jenis Patologi Sosial


Perilaku menyimpang yang menjadi masalah sosial tersebut nantinya cenderung
menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat. Masalah yang ada di masyarakat nantinya
akan menjadi suatu penyakit yang kemudian disebut dengan patologi sosial. Adapun jenisjenis patologi sosial yang banyak berkembang di masyarakat yaitu, perjudian, korupsi,
kriminalitas, pelacuran, dan mental disorder.
a.Perjudian
Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu
yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada
peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang
tidak/belum pasti hasilnya.
Menurut Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat 3 perjudian itu dinyatakan: Main
judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang, pada umumnya

tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena
permainan lebih pandai atau lebih cakap. Main judi mengandung segala pertaruhan tentang
keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut
berlomba atau main itu, demikian juga segala pertaruhan lainnya.
Bermacam-macam bentuk permainan anak-anak itu sudah mengandung unsur
perjudian secara kecil-kecilan, karena di dalamnya ada unsur pertaruhan. Contohnya
permainan kelereng, yang menang akan mendapatkan hadiah beberapa kelereng, dan orang
bertaruh kecil pada permainan dakon. Hal ini dapat memicu terjadinya perjudian karena
mengandung unsur perjudian.
Dampak Perjudian
Kebiasaan berjudi mengkondisikan mental individu menjadi ceroboh, malas, mudah
berspekulasi, dan cepat mengambil risiko tanpa pertimbangan. Ekses lebih lanjut antara lain
sbb :
1) Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang dan melakukan tindakan korupsi
2) Energi dan pikiran jadi berkurang, karena sehari-harinya didera oleh nafsu judi dan
kerakusan ingin menang dalam waktu pendek
3) Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan, karena kurang tidur, serta selalu dalam keadaan
4)
5)
6)
7)

tegang tidak imbang


Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan-harapan tidak menentu
Pekerjaan jadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah pada keasyikan berjudi
Rumah tangga tidak lagi diperhatikan
Hatinya jadi sangat rapuh, mudah tersinggung dan cepat marah, bahkan sering eksplosif

meledak-ledak secara membabi buta


8) Mentalnya terganggu dan menjadi sakit, sedang kepribadian menjadi sangat labil
9) Orang terdorong melakukan perbuatan kriminal, untuk mencari modal guna pemuas
nafsu judinya
b.Korupsi
Korupsi ibarat benalu sosial yang merusak struktur pemerintah serta menjadi penghambat
paling utama bagi pembangunan Negara. Dalam praktiknya korupsi sangat sulit dan bahkan
hampir tidak dapat dimusnahkan. Adapun definisi korupsi menurut Kartono (2009), korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara. Jadi, korupsi merupakan gejala,
salah pakai dan salah urus dari kekuasaan demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-

sumber kekayaan Negara dengan menggunakan wewenang, dan kekuatan formal misalnya
hukum dan kekuatan senjata untuk memperkaya diri sendiri. Oleh karena itu korupsi yang
merupakan tindakan tercela yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk perbuatan kejahatan,
berikut perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam korupsi:
a) Penggelapan
b) Penyogokan
c) Penyuapan
d) Kecerobohan administrasi dengan intensi mencuri kekeyaan Negara
e) Pemerasan
f) Penggunaan kekuatan hukum atau kekuatan bersenjata untuk imbalan dan upah materi
g) Barter kekuasaan politik dengan sejumlah uang
h) Eksploitasi
i) Pemerasan formal oleh oknum pegawai dan pejabat resmi
Korupsi Di Era Modernisasi
Korupsi memang berlangsung pada senua lapisan masyarakat, namun pada masyarakat
yang sedang menjalani modenrisasi, korupsi menjadi hal yang paling banyak terjadi. Korupsi
kerap keali melibatkan pejabat Negara. Tugas dan tanggung jawab dicampuradukan dengan
kepentingan kemuliaan sendiri. Dengan kata lain, sebagai imbalan dari pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab, para pejabat mersa berhak untuk mendapatkan hadiah tertentu. Mereka juga
diperbolehkan mengangkat sanak saudara menjadi pegawai atau pejabat. Jadi, tidak ada
oembatasan antara kewajiban formal terhadap Negara dengan loyalitas tehadap keluarga sendiri,
sehingga memudahkan timbulkan nepotisme dan korupsi (Kartono, 2009):
c.Kriminalitas
Crime atau kejahatan adalah bentuk dari tingkah laku individu yang sifatnya asosial,
bertentangan dengan norma-norma sosial, merugikan masyarakat, dan melanggar hukum serta
undang-undang pidana. Tingkah laku criminal dilakukan oleh siaapun, baik wanita maupun pria
dapat berlangsung pada usia anak, dewasa maupun lansia. Tindak kejahatan bias dilakukan
secara sadar, uaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan. Bisa juga secara tidak sadar
didorong oleh dorongan oaksaab yang sangat kuat (Kartono, 2009). Penulis Grafolo dalam
Kartono, 2009 membagi tipe penjahat dalam :
a.Pembunuh-pembunuh
b.Penjahat dengan tempraen sangat agresif
d.Penjahat dengan sifat tidak jujur

e.Penjahat didorong oleh nafsu birahi/ seks yang abnormal


Kartnono (2009) menyebutkan bahwa tindakan yang dapat dimasukan dalam perbuatan
kejahatan antara lain:
1. Pembunuhan, penyemmbelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati.
2. Perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan.
3. Pelanggaran seks dan pemerkosaan.
4. Maling atau mencuri.
5. Pengancaman, intimidasi, pemerasan.
6. Pemalsuan, penggelapan, farude.
7. Korupsi, penyogokan, penyuapan.
8. Pelanggaran ekonomi.
9. Penggunaan senjata api dan perdagangan gelap senjata api.
10. Pelanggaran sumpah.
11. Kejahatan-kejahatan politik
12. Penculikan
d.Pelacuran
Kartini dan Kartono (2009 mengatakan: Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual,
dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam
bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang (promiskuitas), disertai
eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. Pelacuran ialah
perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara
seksual dengan mendapatkan upah.
Profesor W.A. Bonger dalam tulisannya Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie
menulis definisi sebagai berikut: Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan di mana wanita
menjual diri dan melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.. Pada
definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri sebagai profesi atau mata
pencaharian sehari-hari dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual.
Pelacuran memiliki berbagai kategori, diantaranya:

Pergundikan: pemeliharaan istri tidak resmi, istri gelap atau perempuan piaraan.

Mereka hidup sebagai suami istri, namun tanpa ikatan perkawinan.


Tante girang yaitu wanita yang sudah kawin namun tetap melakukan hubungan sks
dengan laki-laki lain baik secara iseng, mendapatkan pengalaman seks, dan
penghasilan

Gadis-gadis panggilan: ialah gadis-gadis dan wnaita-wanita biasa yang menyediakan


diri untuk dipanggil dan dipekerjakan sebagi prostitusie, melalui saluran-saluran

tertentu.
Gadis Bar atau B-girls: yaitu gadis-gaids yang bekerja sebagai pelayan-pelayan bar

sekaligus bersedia memberikan pelayanan seks kepada para pengunjung.


Penggali emas atau Gold-diggers: yaitu gadis-gadis dan wanita-wanita cantik yang
pandai merayu dan bermain cinta, untuk mengeduk kekayaan orang-orang berduit.

Fungsi Pelacuran

Menjadi sumber pelancar dalam dunia bisnis


Menjadi sumber kesenangan bagi kaum politisi yang harus hidup berpisah dengan
istri dan keluarganya. Juga dijadikan alat untuk mencapai tujuan-tujuan politik

tertentu.
Menjadi sumber hiburan bagi kelompok dan individu mempunyai jabatan/pekerjaan,
misalnya: pedagang, sopir-sopir, pengemudi, anggota tentara, pelaut, polisi, buayabuaya seks, playboy, pria-pria yang single tidak kawin atau yang baru bercerai, lakilaki iseng dan kesepian, mahasiswa, anak-anak dan remaja yang ingin tahu, suamisuami yang tidak puas di rumah, para olahragawan yang tengah ditatar dalam pusat
pelatihan, pegawai negeri yang belum sempat memboyong keluarganya di tempat
kerja yang baru; pengikut-pengikut kongres, seminar, rapat kerja, musyawarah

nasional dan lainnya.


Menjadi sumber pelayanan dan hiburan bagi orang-orang cacat, misalnya: pria yang
buruk wajahnya, pincang, bunting, abnormal secara seksual, para penjahat (orang
kriminal) yang selalu dikejar-kejar polisi, dan lain-lain.

e.Mental Disorder
Mental disorder adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan
mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsifungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem
kejiwaan/mental. Gangguan mental itu merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses

kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor


kausatif sekunder lainnya
Gejala-gejala
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai
berikut:
1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada
lambung.
2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan
mudah marah.
Teori Sebab Meningkatnya Jumlah Penderita Disorder
1. Teori Kompleksitas Sosial, akibat dari pesatnya proses urbanisasi dan industrialisasi
2. Teori Konflik Kultural, karena jaman modern identik high tension culture yang penuh
ketegangan,

persaingan

dan

konflik

terbuka

maupun

tersembunyi.

Konflik

ini

mempersempit pilihan orang untuk mengembangkan aspirasi dan ambisinya. Frustasi yang
timbul

karena kegagalan

mencapai

tujuan atau

obyektif

tertentu

memudahkan

berkembangnya mental disorder.


3. Teori Konflik Kultural, karena jaman modern identik high tension culture yang penuh
ketegangan,

persaingan

dan

konflik

terbuka

maupun

tersembunyi.

Konflik

ini

mempersempit pilihan orang untuk mengembangkan aspirasi dan ambisinya. Frustasi yang
timbul

karena kegagalan

mencapai

tujuan atau

obyektif

tertentu

memudahkan

berkembangnya mental disorder.


E. Faktor-faktor Penyebab Patologi Sosial
1.

Faktor Keluarga

Keluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga disini meliputi
bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang tua terhadap anak,
interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi keluarga serta kepedulian orang tua
terhadap anak tersebut. Disini orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang
anak untuk menjadikan anak tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam masalah
sosial..
2.

Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap munculnya masalah sosial.
Misalnya seseorang yang berada di lingkungan yang tidak baik seperti lingkungan orangorang pemabuk, suka main judi dan senang berkelahi, maka seseorang tersebut cepat atau
lambat akan mudah terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma-norma
(aturan-aturan) yang tidak ditegakkan di dalam masyarakat juga iku menyumbang akan
munculnya masalah sosial.
3.

Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi seseorang untuk
menjalankan hidupnya dengan baik. Baik itu pendidikan formal (pendidikan di sekolah)
maupun non formal (pendidikan dalam keluarga, lingkungan masyarakat dan pergaulan).
Dengan pendidikan seseorang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,
mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak seharusnya dilakukan.
Sehingga dengan pendidikan yang baik seseorang tidak akan terjerumus ke dalam
permasalahan sosial.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit
yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Jadi ilmu tentang penyakit masyarakat.
Maka penyakit masyarakat itu adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak
sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat, atau tidak integrasinya dengan
tingkah laku umum. Jenis-jenis perilaku yang melanggar norma umum antara lain ada
perjudian, korupsi, kriminalitas, dan prostitusi. Perilaku tersebut muncul disebbkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor keluarga, pendidikan dan lingkungan serta faktor lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kartono, K. (2005). Patologi Sosial. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Kartono, K. (2009). Patologi sosial (jilid 1). Jakrta: Rajawali pers.

Anda mungkin juga menyukai