Lakukan Bunuh Diri Jakarta, Bekerja sebagai tenaga kesehatan memiliki efek buruk bagi kesehatan jiwa. Hal tersebut dibuktikan oleh studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia. Dr Allison Milner, peneliti dari Deakin University, melakukan penelitian kepada 10.000 kasus bunuh diri di Australia sejak tahun 2001 hinga 2012. Dalam penelitian yang diterbitkan di Medical Journal of Australia ini, ditemukan 3,8 persen korban bunuh diri berasal dari tenaga kesehatan profesional. "Ini lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lain seperti polisi, pekerja kantoran ataupun ibu rumah tangga. Tenaga kesehatan memiliki jam kerja yang panjang, jadwal yang tidak menentu dan sulit menghabiskan waktu bersama keluarga," tutur Dr Milner, dikutip dari ABC Australia. Selain jam kerja yang panjang, ia juga menyoroti kurang fleksibilitas di lingkungan kerja tenaga kesehatan. Baik dokter maupun perawat dituntut untuk selalu siaga dan sigap menangani pasien tanpa peduli apakah mereka sedang mengalami hari yang buruk atau tidak. Oleh karena itu, ia berharap penelitian ini mampu membuka mata otoritas kesehatan di Australia. Tenaga kesehatan jangan seharusnya diforsir untuk bekerja dan berikan mereka waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. "Uluran tangan dari rekan sejawat juga sangat penting untuk mengurangi
beban kerja dan stres yang dirasakan," tuturnya.
Christopher Willard, ahli psikolog klinis dari Tufts University, mengatakan dokter, perawat, terapis, dan profesi kesehatan lain berada pada kategori jenis pekerjaan yang berisiko depresi tinggi. Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena jam kerja yang tidak teratur dan mempunyai tanggung jawab besar terkait keselamatan nyawa orang lain. "Setiap hari mereka melihat penyakit, trauma, dan kematian, serta berurusan dengan anggota keluarga pasien," kata Willard.