Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang tenaga kerja sangat diperlukan, karena hal
tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses produksi suatu pekerjaan,
keselamatan kesehatan kerja itu harus diperhatikan oleh setiap tenaga kerja agar proses
produksi dalam pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan baik.
Bagi seorang welder (tukang las) pada pengelasan las listrik, keselamatan kesehatan
kerja sangat diperlukan, oleh karena itu setiap welder harus memperhatikan tata cara yang
benar dalam melakukan proses pengelasan, agar keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud
dilingkungan pekerjaan. Oleh karena itu keselamatan kesehatan kerja didalam proses
pengelasan las listrik sangat diperlukan.
B. Rumusan masalah
Apa yang harus dilakukan seorang welder agar keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud
pada proses pengelasan las listrik?
Mengapa keselamatan kesehatan kerja sangat diperlukan oleh seorang welder pada proses
pengelasan las listrik?
Bagaimana cara menanggulangi apabila terjadi kecelakaan saat melakukan proses
pengelasan las listrik?
Bagaimana cara agar saat melakukan proses pengelasan las listrik dapat mewujudkan
keselamatan kesehatan kerja yang baik?
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pengelasan las listrik agar
keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud dengan baik?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja memiliki beberapa defenisi, yaitu;

Secara Etimologis :

Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai
dan digunakan secara aman dan efisien.

Secara Filosofi :

Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap
insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur
dan sejahtera.

Secara Keilmuan :

Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari tentang cara
penanggulangan kecelakaan di tempat kerja. Seorang welder harus memperhatikan
keselamatan kesehatan kerja dengan baik dan benar agar saat melakukan proses pengelasan
las listrik dapat berjalan dengan aman dan benar, apabila dalam melakukan proses pengelasan
las listrik seorang welder tidak memperhatikan keselamatan kesehatan kerja baik bagi dirinya
sendiri, alat-alat serta mesin-mesin yang digunakan maupun bagi orang-orang disekelilingnya
akan berdampak buruk bagi pekerjaan dalam proses produksinya, itulah yang menyebabkan
begitu pentingnya keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan
las listrik.
B. Persyaratan Keselamatan Kerja
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Undang-undang No. 1 tahun
1970 adalah sebagai berikut :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, hal ini berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan dan setiap pekerjaan atau kegiatan berbahaya.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, berkaitan dengan sistem proteksi
dan pencegahan kebakaran (fire protection system) dalam rancangan bangun, operasi, dan
penggunaan sarana, pabrik, banguna dan fasilitas lainnya.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran, meliputi upaya pencegahan bahaya


kebakaran (fire prevention) dalam kegiatan yang dapat mengandung bahaya kebakaran,
menggunakan api atau kegiatan lainnya.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau
kejadian lainnya. Berkaitan dengan sistem tanggap darurat (emergency response) serta
fasilitas penyelamat di dalam bangunan atau tempat kerja (means of escape).
5. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan. Menyangkut aspek P3K atau pertolongan jika
terjadi kecelakaan termasuk resque dan pertolongan korban.
6. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Berkaitan dengan penyediaan alat
keselamatan yang sesuai untuk setiap pekerjaan yang berbahaya.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
Berkaitan dengan keselamatan lingkungan kerja, pencemaran atau buangan industri serta
kesehatan kerja.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, psikis,
peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerja.
Berkaitan dengan aspek ergonomi di tempat kerja.
14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Berkaitan dengan keselamatan
konstruksi dan bangunan mulai dari pembangunan sampai penempatannya.
15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan
barang. Syarat ini berkaitan dengan kegiatan pelabuhan dan pergudangan.

16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, berkaitan dengan keselamatan
ketenagalistrikan.
17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayanya
menjadi bertambah tinggi .

C. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya, sebab kecelakaan
harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan
kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.
Golongan pertama adalah faktor mekanisme dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu
selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan
penyebab kecelakaan Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan merupakan akibat dari
peristiwa berurutan, kiasan seperti garis domino jatuh. Jika salah satu domino jatuh, itu akan
memicu jatuhnya berikutnya, dan domino berikutnya, dan domino berikutnya, hingga domino
terakhir. Menghapus faktor kunci membantu mencegah terjadinya reaksi berantai. Heinrich
menyoroti domino ketiga sebagai Kunci domino.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kecelakaan kerja antara lain :
1. Situasi kerja
Situasi kerja berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi
produktivitas pekerja. Situasi kerja yang dimaksud meliputi :
a. Pengendalian manajemen yang kurang
b. Standar kerja yang minim
c. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar
d. Peralatan kerja yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi

2. Kesalahan orang
Kesalahan orang meliputi :
a. Keterampilan dan pengetahuan pekerja yang minim
4

b. Masalah fisik dan mental


c. Motivasi yang minim atau salah penempatan
d. Perhatian yang kurang
3. Tindakan tidak aman
Kesepakatan domino ketiga Heinrich dengan penyebab langsung terjadinya
kecelakaan. Heinrich merasa bahwa tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman merupakan
faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Kondisi lingkungan kerja yang dimaksud
sperti :
a. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
b. Mengambil jalan pintas
c. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.

4. Kecelakaan
Heinrich mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang sudah umum terjadi
dilingkungan kerja.
a. Kejadian yang tidak terduga
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
c. Terjatuh
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya

5. Cedera/ kerusakan
Cedera atau kerusakan terhadap pekerja dibedakan menjadi.
a. Terhadap pekerja yang meliputi sakit dan penderitaan, kehilangan pendapatan, kehilangan
kualitas hidup.
b. Terhadap majikan meliputi kerusakan benda, pembayaran kompensasi, kerugian produksi,
dan kemungkinan proses pengadilan.

D. Tahapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Ada beberapa tahapan dalam menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu;
1. Mempersiapkan tempat kerja

Obat-obatan & peralatan PPPK disiapkan


Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja bagi diri sendiri disiapkan.
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja pribadi disiapkan agar tidak mengganggu

keselamatan dan kesehatan kerja diri sendiri dan orang lain.


Alat pemadam kebakaran sederhana, peralatan perawatan kecelakaan elektris,

mekanis dan kimiawi disiapkan


Bahan kimia, bahan bakar dan bahan yang mudah terbakar dimasukkan dalam tempat

yang aman, agar tidak berpotensi terjadinya kebakaran.


Semua pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber kecelakaan kerja, seperti las, alat

listrik, tali crane, dll dipastikan beroperasi secara aman


Ruang kerja disiapkan agar cukup sinar, cukup aliran udara, bersih dari segala

pencemaran dan tingkat kebisingan rendah.


Kendaraan mobil atau kendaraan lain disiapkan untuk membawa korban emergency

ke dokter atau rumah sakit terdekat.


Sistem pengamanaan alat listrik diperiksa dan dipastikan bekerja dengan baik.
Pencabangan listrik dengan stop kontak secara bertingkat harus dihindari.

2. Memakai peralatan kerja

Semua peralatan kerja yang dipakai disesuaikan dengan prosedur SOP dan pemakaian

yang aman.
Kelengkapan peralatan kerja yang berhubungan dengan K3 diperiksa terlebih dahulu.
Semua hubungan peralatan listrik harus dilakukan secara aman terhadap bahaya

kebakaran dan hubung pendek.


Semua peralatan kerja yang dipakai harus tidak mencemari lingkungan sekitar.
Peralatan kerja yang dipakai tidak boleh mengganggu keselamatan dan kesehatan
kerja orang lain.

3. Melaksanakan pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur SOP yang ditentukan..


Selama melaksanakan pekerjaan, harus dihindari dari timbulnya kecelakaan dan
penurunan kesehatan kerja
6

Setiap timbul kecelakaan kerja, segera dilakukan Perto-longan Pertama Pada


Kecelakaan (PPPK) , pengobatan di lingkungan kerja dan tindak lanjut yang

diperlukan.
Setiap adanya kesulitan pelaksanan K-3 korban harus segera dibawa ke dokter atau
Rumah sakit terdekat

4. Mengevaluasi dan memeriksa hasil perawatan

Semua kecelakaan yang terjadi dan obat yang diberikan didiagnosis dan dicatat sesuai

dengan ketentuan kesehatan.


Kebutuhan obat-obatan untuk kecelakaan kerja yang sering terjadi diidentifikasi dan

diurutkan dari frekuensi terbanyak.


Segala kejadian yang berhubungan denganK-3 dicatat dan dievaluasi .
Semua kejadian yang berhubungan dengan K-3 dilaporkan dalam buku laporan secara
bulanan sampai selesainya pekerjaan.

E. Bahaya dalam Pengelasan


Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan sangat
diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan dibutuhkan welder yang
produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak yang terkait didalamnya, baik bagi
orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses pengelasan banyak sekali hal-hal yang
membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi welder, mesin las,dan orang-orang
disekitarnya, hal-hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cahaya dan Sinar yang Berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan
juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya
yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah.
a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila
sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6
7

sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa
sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
b. Cahaya Tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea ke
retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu
lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
c. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah
terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada
kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya
kerabunan. Bahaya Sinar Selama proses pengelasan akan menimbulkan cahaya, sinar ultra
violet dan sinar infra merah yang berbahaya sehingga diperlukan:
1) Pelindung mata harus mampu menurunkan kekuatan cahaya tampak dan harus dapat
menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar ultraviolet dan inframerah.
2) Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap kebakaran kulit sebagai
akibat cahaya busur, percikan yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung
mata saja. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam dapat berupa helmet dan dapat
berupa pelindung yang harus dipegang dengan tangan.

2. Arus Listrik yang Berbahaya


Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan
keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah
sebagai berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak membahayakan.
b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa
sakit.
c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
8

d. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang terkena
tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.
f. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.

3. Debu dan Gas dalam Asap Las.


Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 m sampai dengan 3 m.
Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan elektroda yang
digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F)
dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak
mengandung oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah
gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida
(NO2). Pencegahannya :
Pekerjaan las harus dikerjakan dalam ruang terbuka atau ruang berventilasi. Apa bila
ventilasi masih belum cukup memadai maka sebaiknya memakai masker hidung.

4. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya
yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya
kebocoran listrik karena isolasi yang rusak. Bahaya Kebakaran Proses penelasan selalu
berhubungan dengan api sehingga bahaya kebakaran sangat mungkin terjadi mengingat
proses ini sangat erat dengan api dan gas yang mudah terbakar. Pencegahannya :
a. Ruangan atau area pengelasan harus bebas dari kain,kertas,kayu,bensin,solar,minyak atau
bahan-bahan lain yang mudah terbakar atau meledak.
b. Jauhkan tabung-tabung dan generator dari percikan api las,api gerinda atau panas matahari.
c. Perbaikkan sambungan-sambungan pipa atau selang-selang terutama saluran Asetilin.
9

d. Penyediaan alat pemadam kebakaran di tempat kerja.


e. Kabel yang ada di dekat tempat pengelasan diisolasi dari karet ban.
Bahaya Percikan Api/Panas Bahaya dari percikan api atau panas akan berakibat
bahaya kebakaran seperti di atas, tetapi bahaya lainnya adalah pada operator las sendiri yang
terkena luka bakar atau sakit mata. Untuk operator dianjurkan memakai alat-alat berikut :
a. Sarung tangan.
b. Sepatu tahan api
c. Topeng las.d.Apron (perlindungan badan)

5. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada
bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat
bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan. . Pencegahannya :
a. Menggunakan tali pengaman
b. Menggunakan topi pengaman untuk mencegah terjadinya kejatuhan benda-benda atau kena
panas matahari

6. Bahaya Ledakan
Bahaya ledakan yang sering terjadi pada proses pengelasan produk yang berbentuk
tangki atau bejana bekas tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah menyala atau
terbakar. Pencegahannya :
a. Pembersihan bejana atau tangki
b. Pengisian bejana atau tangki
c. Kondisi tangki sewaktu proses pengelasan
d. Penggunaan gas lain
10

7. Kebisingan
Kebisingan juga mempengaruhi baik buruknya suatu proses produksi dalam
pengelasan las listrik, karena Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki,
misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara
yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

F. Perlengkapan Keselamatan Kerja Las

Dalam melakukan proses pengelasan las lirtrik harus mematuhi prosedur yang benar
terutama pada keselamatan kesehatan kerjanya, tapi dibalik semua itu tidak menutup
kemungkinan terjadi kecelakaan yang tidak disengaja meskipun telah mematuhi tentang
prosedur keselamatan kesehatan kerja yang benar dan sesuai, apabila terjadi kecelakaan baik
pada welder dan sesuatu apapun yang ada disekelilingnya harus melakukan pertolongan
pertama agar kecelakan itu tidak berakibat fatal bagi korbannya, dan kemudian diserahkan
kepada ahlinya, agar mendapat perawatan sesuai prosedurnya dan dapat digunakan kembali
sesuai dengan fungsinya. Pada proses pengelasan las listrik terdapat hal-hal yang perlu di
perhatikan seorang welder dan semua pihak yang terkait didalamnya terutama dalam
keselamatan kesehatan kerjanya, hal-hal tersebut diantaranya:
1. Pelindung Muka
Pelindung Muka atau helm las ini dilingkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau
satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari efek radiasi sinar
ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit maupun mata, dimana sinar yang
ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan
jarak minimal 16 meter.

11

Gambar: Pelindung Muka


2. Kacamata bening
Untuk membersihkan torak atau untuk proses finishing misalnya penggerindaan, mata
perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung muka las. Mata tidak mampu melihat
benda kerja karena kacamata yang berada pada pelindung muka sangat gelap. Oleh karena
itu, diperlukan kacamata bening yang mampu digunakan untuk melihat benda kerja dan
sangat ringan sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.

Gambar: Kacamata Bening

3. Masker Wajah
Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh sistem
pernapasan manusia. Masker digunakan untuk pengelasan ruangan yang sistem sirkulasi
udaranya tidak baik. Karena proses pengelasan akan menghasilkan gas-gas yang
membahayakan sistem pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar. Jika gas hasil pengelasan
tidak segera dialirkan ke luar ruangan maka akan dihirup oleh operator.

12

Gambar: Masker Wajah


4. Apron atau Pelindung Badan
Memakai apron yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang berlapis atau
baju dan celana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk melindingi tubuhnya dari
percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat
membahayakan keselamatan kesehatan kerjanya.

Gambar: Apron atau Pelindung Badan


5. Pakaian Las
Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api dan pancaran
sinar las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas sehingga tidak membatasi gerak si
pemakai. Selain bahan pakaian yang digunakan lemas, juga harus ringan, tidak mudah
terbakar, dan mampu menahan panas atau bersifat isolator. Model lengan dan celana dibuat
panjang agar mampu melindungi seluruh tubuh dengan baik.

13

Gambar: Pakaian Las atau Apron


6. Sarung Tangan
Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini berfungsi
hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar
ultra violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan
pemegangan elektroda.

Gambar: Sarung Tangan


7. Sepatu Las
Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini tidak
terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang berbahan dasar kain
tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang standart untuk pengelasan, tetapi
tidak ada salahnya jika digunakan.

14

Gambar: Sepatu Las


8. Respirator atau Alat Bantu Pernapasan
Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap stabil pada
saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk melindungi asap dan
debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah
mempunyai sister pembuangan asap dan debu-debu beracun (blower) yang baik, tetapi tidak
ada salahnya jika digunakan, karena pernafasan sangat penting dalam proses metabolisme
manusia.

Gambar: Respirator

Dalam hal lain welder juga harus memperhatikan mesin las yang dipakai agar dapat
terus digunakan sesuai dengan fungsinya, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah:

Percikan bunga api sebaiknya tidak mengenai mesin las listrik.


Mesin las listrik sebaiknya dimatikan apabila telah selesai digunakan.
Kawat elektroda yang masih aktif dijauhkan atau sebaiknya dihindarkan dari mesin

las listrik.
Tidak menaruh benda apapun diatas atau didekat sekitar mesin las listrik.
15

Mesin las listrik dibersihkan dari kotoran dan debu setelah selesai digunakan agar

kotoran dan bebu tidak mengendap didalam mesin las listrik.


Melakukan perawatan khusus (shut down) secara berkala agar mesin dapat berfungsi

standart.
Sebaiknya tidak melakukan penggerindaan disekitar mesin las listrik, karena hal
tersebut akan menyebabkan serbuk-serbuk besi masuk kedalam mesin las listrik.

BAB III
PENUTUP
16

A. Kesimpulan

Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan.


Pada proses pengelasan harus selalu memperhatikan prosedur yang benar tentang

keselamatan kesehatan kerjanya.


Pada proses pengelasan selalu mengutamakan keselamatan kesehatan kerjanya.
Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan pengelasan dan

mengerti bagaimana menanggulanginya.


Selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan dalam setiap proses pengelasan.


Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan mengganggu

keselamatan kesehatan kerjanya.


Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara jasmani

maupun rohani agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan.


Setiap welder harus mampu menjaga keselamatan kesehatan kerja, baik bagi dirinya

sendiri maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada disekitarnya.
Pada proses pengelasan setiap orang harus saling mengingatkan tentang pentingnya
keselamatan kesehatan kerja.

B. Saran
Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan selalu memperhatikan dan
mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi welder itu sendiri maupun orang lain
yang ada disekitarnya karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap suatu proses produksi.
Apabila terdapat oknumoknum tertentu yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar
tentang keselamatan kesehatan kerja yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang
lain supaya dikenakan sanksi yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Arif. 2006. KEBISINGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN
DAN LINGKUNGAN. Binary moon: Bandung Blog.wordpress.com
17

Welding Guideline Manitoba Labour Workplace Safety and Health Juni 2000
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Presentasi%20K3%20pengelasan.pdf
Daryanto.2003.Teknik Pengerjaan Listrik Dan Pengelasan.Jakarta:Bumi Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai