Evaluasi Formasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini teknologi di dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi telah berkembang
dengan pesat. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat harga minyak dan gas bumi yang
semakin meningkat sehingga perlu dilakukan eksplorasi terhadap sumur minyak baru maupun
peningkatan produksi terhadap sumur minyak yang telah ada sebelumnya.
Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi untuk mengetahui
karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam metode digunakan untuk
mengetahui karakteristik formasi baik melalui analisis batu inti, analisis cutting, maupun analisis
data well logging. Analisis well logging saat ini banyak digunakan karena biayanya yang relatif
lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Untuk itu perlu dilakukan pembahasan mengenai
Aplikasi Well Logging di dalam Evaluasi Formasi.
Maksud
Maksud dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui aplikasi well logging di dalam
evaluasi formasi.
1.2.2
Tujuan
BAB II
EVALUASI FORMASI
2.1 Ruang Lingkup Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan
menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1997). Evaluasi formasi membutuhkan
berbagai macam pengukuran dan analisis yang saling melengkapi satu sama lain. Tujuan utama
dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoar, memperkirakan cadangan
hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon (Harsono, 1997).
2.2.1
Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dan cutting
pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985). Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas
utama dari seorang mud logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan dari sumur
agar pengeboran dapat berjalan dengan aman dan lancar.
2. 2.
Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering
department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat perusahaan
minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam mengambil
keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan bahwa mud log digunakan untuk
hal hal berikut ini:
Deskripsi Cutting
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan deskripsi cutting. Cutting merupakan
material hasil hancuran batuan oleh mata bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan
(Bateman,1985). Sebagian sampel dimasukkan ke dalam plastik polyethene sebagai sampel
basah sementara sebagian sampel lain yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai sampel
kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang ada di mud-logging
unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus dilakukan. Darling
(2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus meliputi:
Sifat butir
o Tekstur
o Tipe
o Warna
o Roundness dan sphericity
o Sortasi
o Kekerasan
o Ukuran
o Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
o Tipe partikel karbonat
o Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
o Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)
Dapat dilakukan melalui natural fluorescence, solvent cut, acetone test, visible staining, dan
analisis odor
2.2.2
Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari dalam lubang
bor (Bateman,1985). Coring penting untuk mengkalibrasi model petrofisik dan mendapat
informasi yang tidak diperoleh melalui log.
Setelah pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan dijaga agar tetap awet.
Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya semula berada dan relatif tidak mengalami
gangguan sehingga banyak informasi yang bisa didapat. Informasi penting yang bisa didapat
oleh seorang petrofisis dari data core tersebut menurut Darling (2005) antara lain:
Homogenitas reservoar
Tipe mineral
Kenampakan dip
Data core tidak selalu akurat, menurut Darling (2005) ada sejumlah alasan yang menyebabkan
hal tersebut yaitu:
Suatu core diambil pada water leg, dimana proses diagenesis mungkin saja terjadi, hal ini
menyebabkan core tidak selalu dapat mewakili oil atau gas leg di reservoar.
Coring dan proses pemulihannya menyebabkan tejadinya perubahan tekanan dan suhu batuan
sehingga bisa menyebabkan terjadinya perubahan struktur pada batuan tersebut
Proses penyumbatan, pembersihan, dan pengeringan dapat mengubah wettability dari sumbat
sehingga membuatnya tidak bisa merepresentasikan kondisi di bawah lubang bor.
Pengukuran resistivitas sumbat pada suhu lingkungan dengan menggunakan udara sebagai
fluida yang tidak basah (nonwetting fluid) bisa tidak merepresentasikan kondisi reservoar.
2.2.3
Well Logging
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh
melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Data yang dihasilkan disebut sebagai
well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi menjadi dua jenis yaitu wireline logging
dan logging while drilling bor (Ellis & Singer,2008). Wireline logging dilakukan ketika
pemboran telah berhenti dan kabel digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada
logging while drilling, logging dapat dilakukan bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini
tidak menggunakan kabel untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih
banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien walaupun
masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak secepat wireline logging.
Untuk menentukan potensial atau tidaknya hidrokarbon yang berada di dalam formasi batuan
membutuhkan banyak parameter yang harus diketahui. Parameter yang paling penting adalah
permeabilitas batuan, faktor kunci lainnya adalah oil viscosity.
Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data data yang berasal dari sumur bor.
Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan saturasi hidrokarbon sebagai fungsi kedalaman
dengan menggunakan informasi geologi lokal dan sifat fluida yang terakumulasi di dalam
reservoar bor (Ellis & Singer,2008). Variasi formasi batuan bawah permukaan yang sangat luas
menyebabkan berbagai peralatan logging harus digunakan untuk memperoleh hasil yang ideal
bor (Ellis & Singer,2008).
BAB III
PENGERTIAN WELL LOGGING
3.1 Pengertian Log dan Well Logging
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997).
Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut logging Logging memberikan data yang
diperlukan untuk mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi
dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui
sifat sifat batuan dan cairan.
Well logging dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang berarti electrical coring,
hal itu merupakan definisi awal dari well logging ketika pertama kali ditemukan pada tahun
1927. Saat ini well logging diartikan sebagai perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan
yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Well logging
mempunyai makna yang berbeda untuk setiap orang bor (Ellis & Singer,2008). Bagi seorang
geolog, well logging merupakan teknik pemetaan untuk kepentingan eksplorasi bawah
permukaan. Bagi seorang petrofisisis, well logging digunakan untuk mengevaluasi potensi
produksi hidrokarbon dari suatu reservoar. Bagi seorang geofisisis, well logging digunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh melalui seismik. Seorang reservoir enginer menggunakan well
log sebagai data pelengkap untuk membuat simulator. Kegunaan utama dari well logging adalah
untuk mengkorelasikan pola pola electrical conductivity yang sama dari satu sumur ke sumur
lain kadang kadang untuk area yang sangat luas bor (Ellis & Singer,2008). Saat ini teknologi
well logging terus berkembang sehingga dapat digunakan untuk menghitung potensi hidrokarbon
yang terdapat di dalam suatu formasi batuan.
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Log
elektrik pertama kali digunakan pada 5 September 1927 oleh H. Doll dan Schlumberger
bersaudara pada lapangan minyak kecil di Pechelbronn, Alsace, sebuah propinsi di timur laut
Prancis (Ellis & Singer,2008). Log terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada
tahun 1929 log resistivitas mulai digunakan, disusul dengan kehadiran log SP tiga tahun
kemudian, selanjutnya log neutron digunakan pada tahun 1941 disusul oleh kehadiran
mikrolog,laterolog, dan log sonic pada tahun 1950-an (Schlumberger,1989).
3.2 Macam macam metode yang digunakan untuk memperoleh data log
Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh data log menjadi dua
macam, yaitu:
3.2.1
Wireline Logging
Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan melalui kabel (wire).
Instrumen instrumen yang terdapat pada alat ini (lihat gambar 3.1) adalah:
1. Mobile laboratory
2. Borehole
3. Wireline
4. Sonde (lihat gambar 3.2)
(misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik namun koreksi kedalaman harus dilakukan
akibat tegangan kabel dan pengaruh listrik (Bateman,1985).
Biaya sewa rig yang mahal dan logging pada sumur bor yang harus dilakukan dengan seketika
membuat alat logging modern saat ini dirancang agar bisa menjalankan beberapa fungsi
sekaligus. Rangkaian triple-combo yang dimiliki oleh Schlumberger misalnya dapat mengukur
resistivitas, densitas, mikroresistivitas, neutron, dan gamma ray sekaligus (Harsono,1997).
Apabila rangkaian tersebut ditambahi dengan alat Sonik maka rangkaian yang dihasilkan disebut
rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian tersebut mampu bekerja dengan
kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).
Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut kemudian diolah oleh
CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging komputer terpadu di lapangan yang
dibuat untuk kepentingan logging dengan menggunakan program komputer yang dinamakan
cyberpack (Harsono,1997). Sistem komputer CSU merekam, memproses dan menyimpan data
logging dalam bentuk digital dengan format LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital
Log-Interchange Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi menampilkan data
log dalam bentuk grafik (Harsono,1997).
Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah MAXIS (Multiasking
Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu mentransmisikan data lebih cepat dari
sistem CSU. Tidak seperti sistem logging lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan
menampilkan gambar atau citra berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-alat logging
generasi baru (Harsono,1997). Gambar atau citra data ini mempermudah karakterisasi reservoar
dan interpretasi data di lapangan.
Gambar 3.2 Berbagai jenis alat logging.
Dari kiri ke kanan, dipmeter, alat sonik, alat densitas, dan dipmeter dengan banyak elektroda
((Ellis & Singer,2008).
Kecepatan transmisi datanya lebih cepat daripada LWD, mampu mencapai 3 Mb/detik.
Sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena menggunakan kabel
3.2.2
Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data log dimana logging
dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal ini dikarenakan alat logging
tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada LWD, pengukuran dilakukan secara real time
oleh measurement while drilling (Harsono,1997)..
Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor, sebuah sistem
transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan (lihat gambar 3.3). Sensor logging
ditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill collars (lengan yang berfungsi memperkuat
drill string) dan aktif selama pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke
permukaan dalam format digital melalui pulse telemetry melewati lumpur pemboran dan
kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan (Harsono,1997). Sinyal tersebut lalu
dikonversi dan log tetap bergerak dengan pelan selama proses pemboran. Logging berlangsung
sangat lama sesudah pemboran dari beberapa menit hingga beberapa jam tergantung pada
kecepatan pemboran dan jarak antara bit dengan sensor di bawah lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD meliputi gamma ray,
resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak
identik) dengan log sejenis yang digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat
digunakan sama baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan cara
yang sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan dan kualitas data
kedua log tersebut sedikit berbeda.
Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan dibandingkan dengan
wireline logging yaitu:
Informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan penting selama pemboran dilakukan
seperti menentukan arah dari mata bor atau mengatur casing.
Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori khusus yang tetap dapat
tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada sumur.
LWD tidak menggunakan kabel sehingga dapat digunakan untuk menempuh lintasan yang sulit
dijangkau oleh wireline logging seperti pada sumur horizontal atau sumur bercabang banyak
(high deviated well).
Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat dan baru dilepas
ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan sebagai pulsa pada mud column secara
real-time pada saat pemboran berlangsung (Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut
terdapat Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat
penggunaannya menjadi terbatas yaitu:
Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang dipompa
melewati drillstring.
Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string, biasanya hanya
dapat bekerja antara 40-90 jam
Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang terbatas hingga
beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data akan mulai direkam di atas data
yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan sejumlah parameter yang direkam, memori
tersebut penuh antara 20-120 jam
Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau data tidak dapat
ditransmisikan.
Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat kecepatannya menjadi
sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh dibawah wireline logging yang bisa
mencapai 3 Mb/s.
BAB IV
MACAM MACAM LOG
4.1 Log Natural Gamma Ray
Sesuai dengan namanya, Log Gamma Ray merespon radiasi gamma alami pada suatu formasi
batuan (Ellis & Singer,2008). Pada formasi batuan sedimen, log ini biasanya mencerminkan
kandungan unsur radioaktif di dalam formasi. Hal ini dikarenakan elemen radioaktif cenderung
untuk terkonsentrasi di dalam lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya mempunyai tingkat
radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena kontaminasi radioaktif
misalnya dari debu volkanik atau granit (Schlumberger,1989)
Log GR dapat digunakan pada sumur yang telah di-casing (Schlumberger,1989). Log GR juga
sering digunakan bersama-sama dengan log SP (lihat gambar 4.1) atau dapat juga digunakan
sebagai pengganti log SP pada sumur yang dibor dengan menggunakan salt mud, udara, atau oilbase mud (Schlumberger,1989). Log ini dapat digunakan untuk korelasi sumur secara umum
Gambar 4.1 Perbandingan antara kurva Gamma Ray dengan kurva SP dan Caliper (Ellis &
Singer,2008)
Karakteristik Gamma Ray
Gamma ray dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik berenergi tinggi yang dikeluarkan secara
spontan oleh elemen radioaktif (Schlumberger,1989). Hampir semua radiasi gamma yang
ditemukan di bumi berasal dari isotop potassium yang mempunyai berat atom 40 (K40) serta
unsur radioaktif uranium dan thorium (Schlumberger,1989).
Setiap unsur tersebut menghasilkan gamma rays dengan jumlah dan energi yang berbeda untuk
masing masing unsur. Potassium (K40) mengeluarkan gamma ray sebagai energi tunggal pada
1,46 MeV, sedangkan uranium dan thorium mengeluarkan berbagai variasi gamma ray (Ellis &
Singer,2008) (lihat gambar 4,2).
Gambar 4.2 Distribusi sinar gamma dari tiga unsur radioaktif yang berbeda
(Ellis & Singer,2008).
Untuk melewati suatu materi, gamma ray bertumbukan dengan atom dari zat penyusun formasi
(Ellis & Singer,2008). Gamma ray akan kehilangan energinya setiap kali mengalami tumbukan,
Setelah energinya hilang, gamma ray diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang
disebut efek fotoelektrik (Ellis & Singer,2008). Jadi gamma ray diabsorbsi secara gradual dan
energinya mengalami reduksi setiap kali melewati formasi. Laju absorbsi berbeda sesuai dengan
densitas formasi (Schlumberger,1989). Formasi dengan jumlah unsur radioktif yang sama per
unit volum tapi mempunyai densitas yang berbeda akan menunjukkan perbedaan tingkat
radioaktivitas Formasi yang densitasnya lebih rendah akan terlihat sedikit lebih radioaktif.
Respon GR log setelah dilakukan koreksi terhadap lubang bor dan sebagainya sebanding dengan
berat konsentrasi unsur radioaktif yang ada di dalam formasi (Schlumberger,1989).
Dimana
= densitas mineral radioaktif
= bulk volume factors mineral
= proportionally factors corresponding mineral radioaktif
= bulk density formasi
Peralatan
GR sonde memiliki detektor untuk mengukur radiasi gamma yang terjadi pada formasi di dekat
sonde. Detektor scintillation umumnya digunakan untuk pengukuran ini (Schlumberger,1989).
Detektor ini lebih efisien dibandingkan dengan detektor Geiger-Mueller yang digunakan di masa
lalu (Schlumberger,1989). Panjang detektor ini hanya beberapa inchi sehingga detil formasi bisa
diperoleh dengan baik.
Prinsip Pengukuran
Log spektral menggunakan detektor sodium iodide scintillation (Schlumberger,1989). Sinar
gamma yang dikeluarkan oleh formasi jarang yang langsung ditangkap oleh detektor. Hal ini
disebabkan karena sinar tersebut menyebar dan kehilangan energinya melalui tiga jenis interaksi
dengan formasi; efek fotoelektrik, hamburan compton, dan produksi berpasangan (Ellis &
Singer,2008). Karena tiga jenis interaksi tersebut dan respon dari detektor sodium iodide
scintillation, kurva yang dihasilkan mengalami degradasi sehingga menjadi lebih lentur.
Gelombang energi yang dideteksi dibagi menjadi tiga jendela energi yaitu W1, W2, dan W3;
dimana tiap tiap jendela merefleksikan karakter dari tiga jenis radioaktivitas yang berbeda.
Dengan mengetahui respon alat dan jumlah yang dihitung pada tiap jendela kita dapat
mendeterminasi banyaknya thorium 232, uranium 238, dan potassium 40 yang ada di dalam
formasi (Schlumberger,1989).
Tampilan Log
Log spektral merekam jumlah potassium, thorium, dan uranium yang ada di dalam formasi
(Schlumberger,1989). Unsur unsur tersebut biasanya ditampilkan di dalam Track 2 dan 3 dari
log . Konsentrasi thorium dan uranium ditampilkan dalam bentuk berat per juta (bpj) sedangkan
konsentrasi potassium ditampilkan dalam bentuk persentase (Schlumberger,1989).
Jumlah total ketiga unsur radioaktif tersebut direkam di dalam kurva GR yang ditampilkan di
Track 1 (Schlumberger,1989). Respon total tersebut dideterminasi berdasarkan kombinasi linear
dari konsentrasi potassium, uranium, dan thorium (Schlumberger,1989). Kurva GR standar
ditampilkan dalam bentuk API units. Jika diperlukan, nilai CGR juga bisa ditampilkan (lihat
gambar 4.3). Nilai tersebut merupakan jumlah sinar gamma yang berasal dari potassium dan
thorium saja, tanpa uranium (Schlumberger,1989).
Secara alamiah, karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya mengalir di sekeliling
perbatasan formasi di dalam lubang bor (Harsono,1997). Pada lapisan serpih, tidak ada aliran
listrik sehingga potensialnya konstan. Hal ini menyebabkan kurva SP-nya menjadi rata dan
menghasilkan garis yang disebut sebagai garis dasar serpih (shale base line) (lihat gambar 4.4).
Kurva SP akan menunjukkan karakteristik yang berbeda untuk tiap jenis litologi (lihat gambar
4.5)
Gambar 4.4 Pergerakan kurva SP di dalam lubang bor
(Dewan dalam Ellis & Singer,2008 dengan modifikasi)
Saat mendekati lapisan permeabel, kurva SP akan mengalami defleksi ke kiri (negatif) atau ke
kanan (positif). Defleksi ini dipengaruhi oleh salinitas relatif dari air formasi dan lumpur
penyaring (Harsono,1997). Jika salinitas air formasi lebih besar daripada salinitas lumpur
penyaring maka defleksi akan mengarah ke kiri sebaliknya apabila salinitas lumpur penyaring
yang lebih besar daripada salinitas air formasi maka defleksi akan mengarah ke kanan
(Harsono,1997).
Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang berbeda melainkan selalu
mempunyai sudut kemiringan (Harsono,1997). Jika lapisan permeabel itu cukup tebal maka
kurva SP menjadi konstan bergerak mendekati nilai maksimumnya sebaliknya bila memasuki
lapisan serpih lain maka kurva akan bergerak kembali ke nilai serpih secara teratur
(Harsono,1997).
Kurva SP tidak dapat direkam di dalam lubang bor yang diisi dengan lumpur non-konduktif, hal
ini karena lumpur tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik antara elektroda dan formasi
(Harsono,1997). Selanjutnya apabila resistivitas antara lumpur penyaring dan air formasi hampir
sama, defleksi akan sangat kecil dan kurva SP menjadi tidak begitu berguna (Harsono,1997).
Gambar 4.5 Kenampakan kurva SP terhadap berbagai variasi litologi
(Asquith dalam Ellis & Singer,2008)
Prinsip Kerja
Sebuah sumber radioaktif yang diarahkan ke dinding bor mengeluarkan sinar gamma berenergi
sedang ke dalam formasi (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut bertumbukan dengan
elektron yang ada di dalam formasi. Pada tiap kali tumbukan, sinar gamma kehilangan sebagian
energinya yang diserap oleh elektron (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut terus bergerak
dengan energinya yang tersisa. Jenis interaksi ini dikenal sebagai hamburan Compton
(Schlumberger,1989). Hamburan sinar gamma tersebut kemudian ditangkap oleh detektor yang
ditempatkan di dekat sumber sinar gamma. Jumlah sinar gamma yang kembali tersebut
kemudian digunakan sebagai indikator dari densitas formasi (Schlumberger,1989).
Nilai hamburan Compton dipengaruhi oleh jumlah elektron yang di dalam formasi
(Schlumberger,1989). Sebagai akibatnya, respon density tool dibedakan berdasarkan densitas
elektronnya (jumlah elektron tiap centimeter kubik). Densitas elektron berhubungan dengan true
bulk density yang bergantung pada densitas matriks batuan, porositas formasi, dan densitas fluida
yang mengisi pori (Schlumberger,1989).
Perlengkapan
Untuk mengurangi pengaruh dari mud column, maka detektor dan skidmounted source harus
dipasangi perisai (Schlumberger,1989). Sebuah koreksi diperlukan ketika kontak antara skid dan
formasi tidak sempurna. Jika hanya ada satu detektor yang digunakan, koreksi tidak mudah
untuk dilakukan karena pengoreksian bergantung pada ketebalan, berat, dan komposisi mudcake
atau mud interposed di antara skid dan formasi (Schlumberger,1989).
Pada formation density logging (FDC), digunakan dua buah detektor dengan ruang dan
kedalaman yang berbeda (Schlumberger,1989). Dengan demikian maka koreksi dapat lebih
mudah dilakukan.
Log Neutron digunakan untuk mendeliniasi formasi yang porous dan mendeterminasi
porositasnya (Schlumberger,1989). Log ini mendeteksi keberadaan hidrogen di dalam formasi.
Jadi pada formasi bersih dimana pori pori telah terisi oleh air atau minyak, log neutron
merefleksikan porositas yang terisi oleh fluida (Schlumberger,1989).
Zona gas juga dapat diidentifikasi dengan membandingkan hasil pengukuran log neutron dengan
log porositas lainnya atau analisis core (Schlumberger,1989). Kombinasi log neutron dengan satu
atau lebih log porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas dan identifikasi litologi yang
lebih akurat dibandingkan dengan evaluasi kandungan serpih (Schlumberger,1989).
Prinsip Kerja
Neutron merupakan bagian dari atom yang tidak memiliki muatan namun massanya ekuivalen
dengan inti hidrogen (Schlumberger,1989). Neutron berinteraksi dengan material lain melalui
dua cara, yaitu melalui kolisi dan absorbsi: kolisi umumnya terjadi pada tingkat energi tinggi
sedangkan absorbsi terjadi pada tingkat energi yang lebih rendah (Schlumberger,1989).
Jumlah energi yang hilang setiap kali terjadi kolisi tergantung pada massa relatif inti yang
betumbukan dengan neutron tersebut (Schlumberger,1989). Kehilangan energi terbesar terjadi
apabila neutron bertumbukan dengan material lain yang memiliki massa sama dengannya,
misalnya inti hidrogen (Schlumberger,1989) . Tumbukan dengan inti yang berat tidak akan
terlalu memperlambat laju dari neutron. Jadi, penurunan terbesar jumlah neutron yang kembali
ditentukan oleh seberapa besar kandungan air di dalam formasi batuan tersebut
(Schlumberger,1989).
Dalam waktu beberapa mikrodetik, neutron yang telah diperlambat melalui kolisi akan bergerak
menyebar secara acak tanpa kehilangan banyak energi (Schlumberger,1989). Neutron tersebut
baru akan berhenti apabila ditangkap oleh inti dari atom seperti klorin, hidrogen, atau silikon
(Schlumberger,1989).
Saat konsentrasi hidrogen di dalam material yang mengelilingi sumber neutron besar, sebagian
besar neutron akan bergerak semakin lambat dan dapat ditangkap pada jarak yang dekat dengan
sumber (Schlumberger,1989). Sebaliknya, apabila konsentrasi hidrogennya sedikit, neutron akan
bergerak jauh dari sumbernya baru kemudian ditangkap oleh inti atom lain (lihat gambar 4.6).
Berdasarkan hal tersebut maka kandungan hidrogen di dalam suatu formasi batuan dapat
ditentukan (Schlumberger,1989).
Gambar 4.6 Skema cara kerja log neutron
http://www.easternutd.com/pulseneutronlogging
Peralatan
Peralatan logging neutron meliputi GNT (gamma neutron tool) tool series, dan SNP (sidewall
neutron porosity) tool (Harsono,1997). GNT merupakan detektor yang sensitif terhadap energi
tinggi sinar gamma dan panas dari neutron. GNT dapat digunakan pada lubang bor dengan atau
tanpa casing (Harsono,1997). Meskipun perlengkapan ini respon utamanya adalah terhadap
porositas, GNT juga bisa mendeteksi pengaruh akibat salinitas fluida, suhu, tekanan, ukuran
lubang bor, mudcake, standoff, dan berat lumpur (Harsono,1997).
Pada peralatan SNP, detektornya hanya mampu mendeteksi neutron yang memiliki energi sekitar
0,4 eV (epitermal). Harsono (2007) menyebutkan sejumlah keunggulan SNP dibandingkan
dengan NGT yaitu:
Neutron yang diukur adalah neutron epithermal, hal ini mengurangi efek negatif dari
penyerap neutron thermal kuat (seperti boron dan klorin) pada air formasi dan matriks.
Koreksi yang diperlukan dilakukan secara otomatis oleh instrumen yang ada di
permukaan
Perlengkapan SNP dirancang hanya bisa dioperasikan pada open holes, baik yang terisi oleh
cairan maupun yang kosong. Diameter minimal lubang bor yang diperlukan adalah 5 inchi
(Harsono,1997).
Tampilan Log
Gambar 4.6 Tampilan log densitas dan log neutron (Ellis & Singer,2008).
1. Alat Laterolog
Alat DLT memfokuskan arus listrik secara lateral ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis
(Harsono,1997). Ini dicapai dengan menggunakan arus pengawal (bucking current) yang
berfungsi untuk mengawal arus utama (measured current) masuk ke dalam formasi sedalamdalamnya. Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik
utama yang besarnya tetap, resistivitasnya dapat dihitung dengan hukum Ohm
(Schlumberger,1989).
Sebenarnya alat DLT terdiri dari dua bagian, bagian pertama mempunyai elektroda yang berjarak
sedemikian rupa untuk memaksa arus utama masuk sejauh mungkin ke dalam formasi dan
mengukur LLd, resistivitas laterolog dalam (Harsono,1997). Bagian lain mempunyai elektroda
yang berjarak sedemikian rupa membiarkan arus utama terbuka sedikit, dan mengukur LLs,
resistivitas laterolog dangkal (Harsono,1997). Hal ini tercapai karena arus yang dipancarkan
adalah arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda. Arus LLd menggunakan frekuensi
28kHz sedangkan frekuensi arus LLs adalah 35 kHz (Harsono,1997).
Bila alat DLT mendekati formasi dengan resistivitas sangat tinggi atau selubung baja, bentuk
arus DLT akan terpengaruh (Harsono,1997). Hal ini akan mengakibatkan pembacaan yang terlalu
tinggi pada LLd. Pengaruh ini dikenal dengan sebutan efek Groningen (Harsono,1997).
DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang mampu mendeteksi
dampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg (Harsono,1997). Bila terdapat efek
Groningan biasanya pembacaan LLg tidak sama dengan LLd pada jarak anatara titik sensor dan
torpedo kabel logging (Harsono,1997).
1. Alat Induksi
Terdapat beberapa jenis alat Induksi yaitu: IRT (Induction Resistivity Tool), DIT-D (Dual
Induction Type-D), dan DIT-E (Dual Induction Type-E) (Harsono,1997). Alat-alat tersebut
menghasilkan jenis log yang berbeda pula. IRT menghasilkan ISF (Induction Spherically
Focussed), DIT-D menghasilkan DIL (Dual Induction Log) sedangkan DIT-E menghasilkan PI
(Pahsor Induction) (Harsono,1997).
Sonde terdiri dari dua set kumparan yang disusun dalam batangan fiberglass non-konduktif
(Harsono,1997). Suatu rangkaian osilator menghasilkan arus konstan pada kumparan pemancar.
Berdasarkan hukum fisika kita tahu bahwa bila suatu kumparan dialiri arus listrik bolak-balik
akan menghasilkan medan magnet, sebaliknya medan magnet akan menimbulkan arus listrik
pada kumparan (Harsono,1997). Hal ini menyebabkan arus listrik yang mengalir dalam
kumparan alat induksi ini menghasilkan medan magnet di sekeliling sonde (Harsono,1997).
Medan magnet ini akan menhasilkan arus eddy di dalam formasi di sekitar alat sesuai dengan
hukum Faraday.
Formasi konduktif di sekitar alat bereaksi seperti kumparan-kumparan kecil (Harsono,1997).
Bisa dibayangkan terdapat berjuta-juta kumparan kecil di dalam kimparan yang menghasilkan
arus eddy terinduksi (Harsono,1997). Arus eddy selanjutnya menghasilkan medan magnet sendiri
yang dideteksi oleh kumparan penerima. Kekuatan dari arus pada penerima sebanding dengan
kekuatan dari medan magnet yang dihasilkan dan sebanding dengan arus eddy dan juga
konduktivitas dari formasi (Harsono,1997).
memiliki karakteristik masing-masing yang membuatnya digunakan untuk situasi yang berbeda
(Harsono,1997).
Log induksi biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang yang menggunakan lumpur bor
konduktif sedang, non-konduktif (misalnya oil-base muds) dan pada lubang bor yang hanya
berisi udara (Harsono,1997). Sementara itu laterolog direkomendasikan pada lubang bor yang
menggunakan lumpur bor sangat konduktif (misalnya salt muds) (Harsono,1997).
Alat induksi, karena sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan pada formasi batuan
dengan resistivitas rendah sampai sedang (Harsono,1997). Sedangkan laterolog karena
menggunakan peralatan yang sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi
dengan resistivitas sedang sampai tinggi (Harsono,1997).
.
BAB V
APLIKASI WELL LOGGING DALAM EVALUASI FORMASI
Jadi crossover antara log densitas dan log neutron lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi
reservoar. Zona gas akan menunjukkan nilai crossover yang lebih besar daripada zona air dan
minyak (Darling, 2005). Log densitas dan log neutron merupakan hasil pengukuran statistik
(diukur berdasarkan waktu kedatangan sinar gamma pada detektor yang bersifat acak) sehingga
tampilannya dapat tetap meliuk-liuk walaupun berada pada litologi yang homogen (Darling,
2005). Oleh karena itu sangat berbahaya apabila kita membuat aturan ketat bahwa kurva densitas
harus berpotongan dengan kurva neutron untuk menyatakan bahwa lapisan tersebut adalah net
sand. Untuk sebagian besar reservoar, Darling (2005) menyarankan aturan aturan berikut ini:
Menentukan pembacaan rata-rata GR pada clean sand (GRsa) dan nilai serpih (GRsh).
Jangan gunakan nilai pembacaan terbesar yang teramati tapi gunakan kenampakan secara
umum yang teramati.
Jika GR tidak dapat digunakan sebagai indikator pasir, lakukan langkah yang sama seperti pada
pengukuran net sand lalu gunakan nilai porosity cutoff.
5.2 Mengidentifikasi jenis fluida dan kontak antar fluida
Perhitungan porositas tergantung pada jenis fluida yang ada di dalam formasi sehingga penting
bagi kita untuk tahu mengenai prinsip keberadaan dan kontak fluida tersebut di dalam formasi
(Darling, 2005). Jika tersedia informasi regional mengenai posisi gas/oil contact (GOC) atau
oil/water contact (OWC), hubungkan kedalaman OWC atau GWC tersebut terhadap kedalaman
sumur yang kita amati lalu tandai posisinya pada log (Darling, 2005).
Hal pertama yang dilakukan adalah membandingkan densitas dan pembacaan paling besar dari
log resistivitas untuk mengetahui kehadiran hirokarbon. Pada classic response, resistivitas dan
densitas akan terlihat seperti tremline (bergerak searah ke kiri atau ke kanan) untuk pasir yang
mengandung air dan membentuk kenampakan seperti cermin ( bergerak berlawanan arah, yang
satu ke kiri dan yang satu kanan) pada pasir yang mengandung hidrokarbon (Darling, 2005).
Meskipun demikian Menurut Darling (2005) tidak semua zona air dan hidrokarbon tidak
menunjukkan kenampakan seperti itu karena:
Ketika salinitas air formasi sangat tinggi, resistivitas clean sand juga akan turun
Pada shally sand zones yang mempunyai proporsi zat konduktif tinggi, resestivitasnya
akan tetap kecil walaupun berfungsi sebagai reservoar.
Jika pasir tersebut merupakan laminasi tipis yang terletak diantara serpih, maka
resistivitasnya akan tertutupi oleh resistivitas serpih sehingga nilainya akan tetap kecil
Jika sumur telah dibor dengan jauh melebihi kesetimbangan normal (very high
overbalance) maka invasi dapat menutupi respon hidrokarbon
Bila air formasi sangat murni (Rw tinggi) resistivitasnya dapat terlihat seperti
hidrokarbon padahal merupakan water-bearing zones.
Sangat penting untuk melihat nilai absolut dari resistivitas dibandingkan sekedar melihat
kenampakan kurva densitas. Bila resistiviasnya lebih besar daripada resistivitas air maka apapun
bentuk kurvanya kita patut menduga bahwa di daerah itu berpotensi mengandung hidrokarbon
(Darling,2005).
Apabila kita masih ragu di daerah tersebut ada hidrokarbon atau tidak maka kita bisa mengujinya
dengan data mud log. Meskipun demikian data mud log tidak selalu bisa digunakan untuk
mengetahui keberadaan hidrokarbon, khususnya bila pasirnya tipis dan overbalance tinggi
(Darling, 2005). Selain itu beberapa gas minor akan terlihat hanya sebagai water bearing
(Darling, 2005).
Seperti yang telah dinyatakan di awal, zona gas akan mempunyai crossover kurva neutron dan
densitas yang lebih besar daripada zona minyak (Darling, 2005). Pada very clean porous sand,
GOC akan relatif lebih mudah untuk diidentifikasi. Meskipun demikian, GOC hanya
teridentifikasi dengan benar pada sekitar 50% kasus (Darling,2005). Secondary gas caps yang
muncul pada depleted reservoir biasanya tidak bisa diidentifikasi dengan menggunakan cara ini
(Darling, 2005).. Formation pressure plots lebih bisa diandalkan untuk mengidentifikasi GOC
namun biasanya hanya berguna pada virgin reservoirs (Darling, 2005) . Berbagai variasi
crossplot diusulkan di masa lalu untuk mengidentifikasi zona gas meliputi log GR, densitas,
neutron, dan sonik namun semuanya tidak bisa dijadikan sebagai acuan (Darling,2005). Pada
depleted reservoir gas telah keluar melalui solution dari zona minyak dan tidak bisa lagi
mencapai kesetimbangan (Darling, 2005). Gas akan tetap dalam bentuk football-sized pockets
yang dikelilingi oleh minyak. Pada situasi seperti ini log dasar tidak akan bisa memberikan
jawaban yang tepat (Darling, 2005).
Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi zona gas adalah dengan menggunakan shear
sonic log yang dikombinasikan dengan compressional sonic (Darling, 2005). Jika compressional
velocity (Vp) / shear velocity (Vs) diplotkan terhadap Vp, deviasi akan terlihat pada zona gas
karena Vp lebih dipengaruhi oleh gas dibandingkan Vs (Darling, 2005).
Alat densitas bekerja dengan menginjeksikan sinar gamma ke dalam formasi batuan yang
kemudian menghasilkan efek Compton scattering (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut
kemudian dideteksi oleh dua buah detektor. Terdapat perbedaan densitas elektron yang
disebabkan oleh perbedaan mineral sehingga sebaiknya dilakukan kalibrasi terhadap hasil
pengukuran densitas. Koreksi tersebut sebenarnya sangat kecil (kurang dari 1%) sehingga tidak
terlalu menjadi masalah (Schlumberger,1989).
Pada batupasir, rhom memiliki kisaran nilai antara 2,65 sampai 2,67 g/cc. Bila data core regional
tersedia, nilai tersebut dapat diambil dari nilai rata-rata pengukuran pada conventional core plugs
(Schlumberger,1989). Densitas fluida (rhom) tergantung pada tipe lumpur pemboran, sifat fluida
yang ada di formasi, dan sebagian invasi yang terlihat pada log densitas (Schlumberger,1989).
Untuk menguji kelayakan nilai yang digunakan, Darling (2005) menyarankan tes berikut:
Bila informasi regional tersedia, zona porositas rata-rata dapat dibandingkan dengan
offset sumur.
Pada banyak kasus, tidak ada lompatan nilai porositas yang teramati melewati kontak.
Sebuah pengecualian dimana ada nilai porositas yang melewati OWC merupakan efek
diagenetik yang bisa saja terjadi.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa porositas yang dihitung dengan menggunakan log densitas
merupakan nilai porositas total sehingga air yang terikat di dalam pori-pori lempung (clay-bound
water) tetap termasuk di dalamnya (Darling, 2005). Untuk itu hasil pengukuran log densitas
perlu dibandingkan dengan hasil analisis batu inti yang relatif lebih bisa menghilangkan
pengaruh clay-bound water.
Dalam menghitung porositas, penting untuk memeriksa zona yang mengalami washout sehingga
nilai densitasnya menjadi sangat tinggi tak menentu dan mengakibatkan nilai porositas tinggi
yang tidak realistis (Darling, 2005). Pada sejumlah kasus zona tersebut dapat dikenali dari
karakternya yang soft dan mempunyai porositas tinggi. Meskipun demikian, pada sejumlah kasus
perlu dilakukan pengeditan data log densitas secara manual dengan menggunakan persamaan
tertentu (Darling, 2005). Menurut Schlumberger (1989), estimasi yang paling baik pada waterbearing section adalah dengan menggunakan resistivitas sebenarnya (Rt) dan persamaan Archie
sebagai berikut:
Rt = Rw* -m*
atau
Sw = [(Rt/Rw)* m](-1/n)
dengan:
Rw
Sw
= saturasi air
= eksponen saturasi
Pada porositas efektif, pengukurannya agak berbeda. Pengertian porositas efektif agak berbeda
untuk tiap orang namun menurut Darling (2005), porositas efektif adalah porositas total
dikurangi dengan clay-bound water . Persamaan untuk menghitung porositas efektif adalah
sebagai berikut:
eff = total * (1 C*Vsh)
Dengan C merupakan faktor yang tergantung pada porositas serpih dan CEC (caution exchange
capacity). Nilai C dapat diperoleh dengan menghitung porositas total dari serpih murni (Vsh=1)
dan mengatur agar eff menjadi nol (Darling, 2005). Meskipun demikian sejumlah ahli
meragukan apakah pengkoreksian dengan menggunakan asusmsi pada serpih non-reservoar bisa
digunakan pada serpih yang bercampur pasir di reservoar (Darling, 2005). Hal ini menyebabkan
sejumlah ahli tidak merekomendasikan penghitungan porositas efektif sebagai bagian dari
quicklook evaluation (Darling, 2005).
Darling (2005) mengemukakan sejumlah alasan mengenai kelemahan penggunaan crossplot log
densitas dan neutron di dalam menghitung porositas sebagai berikut:
Log neutron dan densitas merupakan statistical devices dan sangat dipengaruhi oleh
kecepatan logging, kondisi detektor, kekuatan sumber, dan efek lubang bor. Kesalahan
ketika dua buah alat yang bersifat acak tersebut dikomparasikan jauh lebih besar daripada
ketika digunakan sendiri-sendiri.
Neutron dipengaruhi oleh kehadiran atom klorin di dalam formasi. Klorin terdapat di
dalam air formasi dan pada mineral lempung. Hal ini menyebabkan porositas yang dibaca
oleh log neutron hanya akurat pada daerah yang tidak mengandung kedua hal tersebut.
Permeabilitas merupakan kemampuan lapisan untuk melewatkan suatu fluida (Darling, 2005).
Agar permeabel, suatu batuan harus mempunyai porositas yang saling berhubungan (vugs,
capillaries, fissures, atau fractures). Ukuran pori, bentuk dan kontinuitas mempengaruhi
permeabilitas formasi (Darling, 2005).
Satuan permeabilitas adalah darcy. Satu darcy adalah kemampuan lapisan untuk melewatkan satu
kubik centimeter per detik fluida dengan viskositas satu centipose melewati area seluas satu
sentimeter persegi dibawah tekanan sebesar satu atmosfer per sentimeter (Schlumberger,1989).
Satu darcy merupakan unit yang sangat besar sehingga pada prakteknya satuan milidarcy (md)
lebih sering digunakan (Schlumberger,1989).
Permeabelitas formasi batuan sangat bervariasi dari 0,1 md sampai lebih dari 10.000 md
(Schlumberger,1989). Penentuan batas minimal permeabelitas untuk kepentingan komersial
dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu: produksi minyak atau gas, viskositas hidrokarbon,
tekanan formasi, saturasi air, harga minyak dan gas, kedalaman sumur, dan lain-lain
(Schlumberger,1989).
Saat dua atau lebih fluida yang tidak bisa menyatu (misalnya air dan minyak) hadir dalam
formasi batuan, kedua fluida tersebut bergerak saling mengganggu (Schlumberger,1989).
Permeabelitas efektif aliran minyak (ko) atau aliran air (kw) kemudian menjadi berkurang
(Schlumberger,1989). Selain itu jumlah permeabelitas efektif selalu lebih rendah atau sama
dengan jumlah permeabilitas absolut (k). Permeabelitas efektif tidak hanya dipengaruhi oleh
batuan itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah dan karakteristik fluida yang ada di dalam
pori batuan (Schlumberger,1989).
Permeabilitas relatif merupakan rasio permeabelitas efektif terhadap permeabilitas absolut
(Schlumberger,1989). Jadi permeabelitas relatif dari air (krw) sebanding dengan kw/k sedangkan
permeabelitas minyak (kro) setara dengan ko/k (Schlumberger,1989). Hal tersebut menjelaskan
mengapa permeabelitas relatif biasanya dinyatakan dalam persentase atau pecahan dan nilainya
tidak pernah melebihi 1 atau 100% (Schlumberger,1989).
Pada sejumlah kasus, terdapat hubungan antara nilai porositas dengan permeabelitas. Hal
tersebut mendorong sejumlah peneliti untuk merumuskan hubungan antara kedua faktor tersebut
dalam bentuk persamaan. Wyllie dan Rose menngeluarkan persamaan k = C* / (Swi) y yang
dirumuskan berdasarkan hubungan antara permeabelitas dan irreducible water saturation
(Schlumberger,1989). Ketergantungan permeabelitas terhadap porositas tidak dijelaskan melalui
persamaan tersebut (Schlumberger,1989).
Berdasarkan persamaan Wyllie dan Rose tersebut sejumlah peneliti mengeluarkan berbagai
macam persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung permeabelitas berdasarkan porositas
dan irreducible water saturation yang didapat dari data well log sebagai berikut:
Tixier
k1/2 = 250 (3/Swi)
Timur
k1/2 = 100 (2,25/Swi)
Coastes-Dumanoir
k1/2 = (300/w4) (3/Swiw)
Coates
k1/2 = 70 e2 (1-Swi) / Swi
dengan
k
= permeabelitas
= porositas
Swi
w
Jika irreducible water saturation telah dapat ditentukan maka permeabelitas efektif dan
permeabelitas relatif bisa dihitung. Hubungan tersebut diusulkan oleh Park Jones yang
mengeluarkan perhitungan yang masuk akal untuk shaly dan shaly sand (Schlumberger,1989)
Krw = [(Sw-Swi)/(1-Swi)]3
dan
Kro= (Sw-Swi)2,1/(1-Swi)2
Dimana Krw dan Kro merupakan permeabelitas relatif untuk air dan minyak; Swi merupakan
irreducible water saturation; dan Sw merupakan saturasi air sebenarnya. Saturasi air
menunjukkan porositas yang berasosiasi dengan pasir bersih, non-shaly rock matrix
(Schlumberger,1989).
Permeabelitas efektif air dan minyak dapat dihitung dengan persamaan berikut:
kw = krw k
dan
ko = kro k
dimana kw dan ko merupakan permeabelitas efektif air dan minyak (md) dan k merupakan
permeabelitas absolut atau permeabelitas intrinsik batuan.
Jika perhitungan langsung tidak bisa dilakukan karena nilai Swi tidak diketahui maka nilai
tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai Swi dari reservoar lain yang berdekatan
(Schlumberger,1989). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Swi2 = Swi1 (2 )
dimana 1 dan Swi1 merupakan nilai porositas dan irreducible water saturation dari reservoar
yang telah diketahui sedangkan 2 dan Swi2 merupakan nilai porositas dan irreducible water
saturation dari reservoar yang belum diketahui (Schlumberger,1989).
Hubungan tersebut dibuat berdasarkan asumsi bahwa variasi porositas dan Swi merupakan akibat
dari perbedaan ukuran dan sortasi butir (Schlumberger,1989). Cara tersebut tidak valid
digunakan pada konglomerat atau batuan yang mempunyai sistem porositas sekunder
(Schlumberger,1989).
5.5 Menghitung Saturasi
Saturasi air merupakan fraksi (atau persentase) volume pori dari batuan reservoar yang terisi oleh
air (Schlumberger,1989). Selama ini terdapat asumsi umum bahwa volume pori yang tidak terisi
oleh air berarti terisi oleh hidrokarbon (Schlumberger,1989). Mendeterminasi saturasi air dan
hidrokarbon merupakan salah satu tujuan dasar dari well logging.
Formasi Bersih
Semua determinasi saturasi air dari log resistivitas pada formasi bersih dengan porositas
intergranular yang homogen didasarkan pada persamaan Archie atau turunannya
(Schlumberger,1989). Persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
= F Rw/Rt
Dimana
Rw
Rt
= F Rmf/Rxo
Dimana
Rmf
Rxo
Pada persamaan tersebut, nilai eksponen saturasi n yang biasa digunakan adalah 2
(Schlumberger,1989). Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa angka tersebut merupakan
nilai terbaik untuk rata rata kasus. Nilai a dan m yang digunakan lebih bervariasi: pada
karbonat, F = 1/ 2 merupakan yang sering digunakan; pada pasir yang sering digunakan adalah F
= 0,62/ 2,15 (persamaan Humble) atau F = 0,81/ 2 (bentuk sederhana dari persamaan Humble).
Akurasi dari persamaan Archie bergantung pada kualitas parameter fundamental yang
dimasukkan meliputi: Rw, F, dan Rt (Schlumberger,1989). Pengukuran resistivitas dalam (induksi
atau laterolog) harus dikoreksi, meliputi lubang bor, ketebalan lapisan dan invasi
(Schlumberger,1989). Log porositas yang paling sesuai (neutron, densitas, atau yang lainnya)
atau kombinasi dari pengukuran porositas dan litologi harus digunakan untuk mendapatkan nilai
porositas (Schlumberger,1989). Akhirnya nilai Rw diperoleh dengan menggunakan berbagai
cara: perhitungan dari kurva SP, katalog air, perhitungan water-bearing formation, dan ukuran
sampel air (Schlumberger,1989).
Formasi Serpih
Serpih merupakan salah satu batuan paling penting di dalam analisis log. Selain efek porositas
dan permeabelitasnya, serpih mempunyai sifat kelistrikan tersendiri yang memberikan pengaruh
besar pada penentuan saturasi fluida (Schlumberger,1989).
Sebagaimana diketahui persamaan Archie yang menghubungkan resistivitas batuan dengan
saturasi air mengasumsikan bahwa air formasi merupakan satu-satunya material konduktif di
dalam formasi (Schlumberger,1989). Kehadiran material konduktif lainnya (misalnya serpih)
menyebabkan persamaan Archie harus dimodifikasi sehingga perlu dikembangkan persamaan
baru yang menghubungkan antara resistivitas batuan dengan saturasi air pada formasi serpih
(Schlumberger,1989). Kehadiran lempung juga menyebabkan definisi atau konsep porositas
batuan menjadi lebih kompleks. Lapisan yang mengikat air pada partikel lempung dapat
merepresentasikan jumlah porositas yang sangat signifikan (Schlumberger,1989). Meskipun
demikian, porositas tersebut tidak bisa menjadi reservoar hidrokarbon. Jadi, serpih dapat
mempunyai porositas total yang besar namun porositas efektifnya sangat rendah sehingga tidak
berpotensi menjadi reservoar hidrokarbon (Schlumberger,1989).
Efek kehadiran serpih terhadap pembacaan log bergantung pada jumlah serpihnya dan sifat
fisiknya (Schlumberger,1989). Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana pendistribusian
serpih di dalam formasi. Dalam Schlumberger (1989) disebutkan bahwa material yang
mengandung serpih dapat terdistribusi di dalam batuan melalui tiga cara yaitu:
1. Serpih dapat hadir dalam bentuk laminasi di antara lapisan pasir. Laminasi serpih tersebut
tidak mempengaruhi porositas dan permeabelitas dari pasir yang melingkupinya.
Meskipun demikian, bila kandungan laminasi serpih tersebut bertambah dan kandungan
pori-pori berukuran sedang berkurang, nilai porositas rata-rata secara keseluruhan akan
berkurang.
2. Serpih dapat hadir sebagai butiran atau nodul dalam matriks formasi. Matriks serpih
tersebut dikenal dengan istilah serpih struktural. Matriks serpih tersebut biasanya
dianggap mempunyai sifat fisik yang sama dengan laminasi serpih dan serpih masif.
3. Material serpih dapat terdistribusi di antara pasir, secara parsial mengisi ruang antar butir.
Serpih yang terdispersi di dalam pori secara nyata mengurangi permeabelitas formasi.
Semua bentuk distribusi serpih di atas dapat hadir bersamaan di dalam formasi
(Schlumberger,1989). Selama beberapa tahun terakhir berbagai model telah dikembangkan untuk
mengakomodasi kehadiran serpih di dalam formasi. Sebagian besar model tersebut
dikembangkan dengan asumsi bahwa serpih hadir di dalam formasi dalam bentuk yang spesifik
(misalnya laminar, struktural, terdispersi). Semua model yang ada dikembangkan dengan
terminologi pasir bersih menurut Archie ditambah dengan terminologi serpih
(Schlumberger,1989).
Dari berbagai model yang dikembangkan, penyelidikan di laboratorium, dan pengalaman di
lapangan, akhirnya ditemukan sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk mengakomodir
kehadiran serpih di dalam formasi sebagai berikut:
1/Rt
Dalam persamaan ini Rsh merupakan resistivitas dari lapisan serpih yang berdekatan dan Vsh
merupakan fraksi serpih yang didapat dari indikator serpih total (Schlumberger,1989).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari referat ini adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah
dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur
2. Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang
diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor
3. Terdapat dua metode well logging yaitu wireline logging dan logging while drilling
4. Terdapat beberapa jenis log antara lain log Gamma Ray, log SP, log densitas, log neutron,
dan log resistivitas
5. Aaplikasi well logging dalam evaluasi formasi antara klain adalah untuk mengidentifikasi
reservoar, mengidentifikasi jenis fluida dan kontak antar fluida, menghitung porositas,
menentukan permeabelitas, dan menghitung saturasi
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melakukan interpretasi data wireline log secara kualitatif.
Mengevaluasi parameter-parameter dalam analisis kualitatif data wireline log yang meliputi
zona batuan reservoir, jenislitologi, serta jenis cairan pengisi formasi.
Menentukan jenis-jenis dan urutan litologi denganmenggunakan data wireline log .
Menentukan ada atau tidaknya kandungan hidrokarbon padasuatu formasi menggunakan
data
wireline log.
Menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbonberdasarkan data
wireline log.
1.2 Tujuan
Mengetahui informasi-informasi seperti litologi, porositas,resistivitas, dan kejenuhan
hidrokarbon berdasarkan data wireline log
Mengetahui keterdapatan hidrokarbon dalam suatu lapisandengan menggunakan data
wireline log .
Mengetahui lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbonberdasarkan interpretasi
datawireline log.
DASAR TEORI
2.1 Well Logging
Well logging
merupakan suatu teknik untuk mendapatkan databawah permukaan dengan menggunakan
alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi
ciri-ciri batuandi bawah permukaan (Schlumberger, 1958).Tujuan dari well logging adalah
untuk mendapatkan informasilitologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan
kejenuhanhidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalahuntuk
menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu
reservoir. Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang dilakukandari memasukkan
alat yang disebut sonde ke dalam lubang pemboransampai ke dasar lubang. Pencacatan
dilakukan dengan menarik sondetersebut dari dasar lubang sampai ke kedalaman yang
diinginkan dengan kecepatan yang tetap dan menerus. Kegiatan ini dilakukan segera setelah
pekerjaan pengeboran selesai ( lihat Gambar 1.1). Hasil pengukuran atau pencatatan tersebut
disajikan dalam kurva log vertikal yang sebandingdengan kedalamannya dengan
menggunakan skala tertentu sesuai keperluan pemakainya.Tampilan data hasil metode
tersebut adalah dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur
(Harsono,1997). Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan parameter tersebut
dapatdiinterpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknyaKomposisi
hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan kata lain metode well
logging merupakan suatu metode yang dapatmemberikan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif adanya Komposisi hidrokarbon.
Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengankepala sumur, kabel
logging dimasukkan melalui dua buah roda-katrol.Roda katrol atas diikat pada sebuah alat
pengukur tegangan kabel. Didalam kabin logging atau truk logging terdapat alat penunjuk
beban yang menunjukkan tegangan kabel atau berat total alat. Roda katrol bawah diikat pada
struktur menara bor dekat dengan mulut sumur. Setelah alat-alat logging disambungkan
menjadi satu diadakan serangkaian pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi dilakukan
supaya yakin bahwa alat berfungsi dengan baik dan tidakterpengaruh oleh suhu tinggi atau
lumpur. Alat logging kemudian ditarikdengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses
perekaman data. Untukmengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali diadakan
beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda (Harsono,1997). Sistem
pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasasatelit atau telepon, sehingga data log
dari lapangan dapat langsungdikirim ke pusat komputer untuk diolah lebih lanjut perbedaan
elektrokimia antara air di dalam formasi dan lumpur pemboran,akibat adanya perbedaan
salinitas antara lumpur dan Komposisi dalambatuan maka akan menimbulkan defleksi positif
atau
atau
negatif
darikurva
ini
(Bassiouni,
1994).Gambar 1.2 Metode log SP (modified from Bassiouni, 1994).Potensial ini diukur dalam
milivolts (mV) dalam skala yang relatif yang disebabkan nilai mutlaknya (absolute value)
bergantung pada sifat-sifat dari lumpur pemboran. Dibagian yang shaly , defleksi SP
maksimum ke arah kanan yang dapat menentukan suatu garis dasar shale. Defleksidari
bentuk log shale baseline menunjukan zona batuan permeabel yangmengandung fluida
dengan salinitas yang berbeda dari lumpur pemboran(Russell, 1951).Log SP hanya dapat
menunjukkan lapisan permeabel, namun tidakdapat mengukur harga absolut dari
permeabilitas maupun porositas darisuatu formasi. Log SP sangat dipengaruhi oleh beberapa
parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran, ketebalan formasi dan
parameter lain. Jadi pada dasarnya jika salinitas Komposisi dalam lapisanlebih besar dari
salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negatif dan jika salinitas Komposisi dalam
lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang positif. Dan
bilamana salinitas Komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas lumpur maka defleksikurva
SP akan merupakan garis lurus sebagaimana pada shale (Doveton,1986).Kurva log SP tidak
mampu secara tepat mengukur ketebalanlapisan karena sifatnya yang lentur. Perubahan dari
posisi garis dasar serpih (Shale BaseLine) ke garis permeabel tidak tajam melainkan
halussehingga garis batas antara lapisan tidak mudah ditentukan.Kegunaan Log SP adalah
untuk (Exploration
Logging, 1979)
:1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.2. Mencari
batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan
tersebut.3. Menentukan nilai resistivitas air-formasi (Rw).4. Memberikan indikasi
kualitatif lapisan serpih.
Pada lapisan permeabel yang mengandung air asin, harga resistivitasnya rendah karena
air asin mempunyai salinitas yangtinggi sehingga konduktivitasnya tinggi. Pada lapisan yang
mengandung hidrokarbon resistivitasnya tinggi. Pada lapisan yang mengandung sisipan
shale, harga resistivitasnyamenunjukkan penurunan yang selaras dengan persentase
sisipantersebut.Pada lapisan kompak harga resistivitas tinggi, karena lapisankompak
mempunyai porositas mendekati nol sehingga celah antar butir yang menjadi media
penghantar arus listrik relatif kecil.
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari lubang bor,
serta seluruh pori-pori batuan terisi olehKomposisi semula.
mendeteksi adanya indikasi hidrokarbon atau air bersama-sama dengan log neutron.Prinsip
dasar dari log densitas ini adalah menggunakan energiyang berasal dari sinar gamma. Pada
saat sinar gamma bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan mengalami pengurangan
energi.Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang
berjarak tertentu dengan sumbernya (makin lemah energiyang kembali menunjukkan makin
banyaknya elektron-elektron dalambatuan, yang berarti makin padat butiran/mineral
penyusun batuanpersatuan volume (Dewan, 1983). Dalam log densitas besarnya nilai kurva
dinyatakan dalam satuan gram/cc.
Menurut Sonnenberg (1991), kegunaan log densitas adalah untuk : Mengukur nilai porositas,
Korelasi antar sumur pemboran, Mengenali komposisi atau indikasi fluida dari formasi.
Log akustik ini yaitu log sonik dapat juga berfungsi dalampenentuan besarnya harga porositas
dari batuan. Pada log ini terdapat transmitter yang mengirimkan gelombang suara ke dalam
formasi yangditerima oleh penerima yang terdapat dalam log ini. Waktu yangdiperlukan
gelombang suara setelah mencapai formasi untuk kembaliterdeteksi oleh penerima
dinamakantransit time. makin lama waktu tempuhnya maka porositas batuannya tinggi
(batuan
tidak
kompak)
dansebaliknya
(Norman
&
Edward,
1990).Tabel 1.1 Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958)
Log ini merupakan log penunjang keterangan log ini digunakanuntuk mengetahui
perubahan diameter dari lubang bor yang bervariasiakibat adanya berbagai jenis batuan
yang ditembus mata bor. Pada lapisan shale Atau clay yang permeabilitasnya hampir
mendekati nol, tidak terjadi kerak lumpur sehingga terjadi keruntuhan dinding sumur
bor (washed out ) sehingga dinding sumur bor mengalami perbesarandiameter. Sedangkan
pada lapisan permeabel terjadi pengecilan lubangsumur bor karena terjadi endapan lumpur
pada dindingnya yang disebutkerak lumpur (mud cake). Pada dinding sumur yang tidak
mengalamiproses penebalan dinding sumur, diameter lubang bor akan tetap. Log ini berguna
untuk mencari ada atau tidaknya lapisan permeabel (Rider
Ahli geologi telah sepakat bahwa penentuan lingkunganpengendapan dapat dilihat dari
bentuk kurva log terutama log gamma ray dan spontaneous potential (Walker, 1992).
Bentuk tipikal log denganbeberapa fasies pengendapan yang merupakan indikasi dari bentuk
kurva log GR atau SP secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.9. Bentuk kurva log yang
tidak spesifik dari setiap lingkungan pengendapan membuat interpretasi berdasarkan data
tersebut sangat beresiko tinggi. Interpretasi lingkungan pengendapan yang cukup akurat
didapat dari data core. Bentuk kurva log GR ,SP dan resistivitas memiliki suatu
urutanvertikal, yaitu :
1. Cylindrical
Bentuk silinder pada log GR atau SP dapat menunjukkan sedimentebal dan homogen yang
dibatasi oleh pengisian channel atau channel-fills dengan kontak yang tajam.
Cylindrical merupakan bentuk dasar yangmewakili homogenitas dan ideal sifatnya. Bentuk
cylindrical diasosiasikandengan endapan sedimen braided channel, estuarine atau submarinechannel fill, anastomosed channel, eolian dune, tidal sand.
2. Irregular Bentuk ini merupakan dasar untuk mewakili adanya batuan reservoir.Bentuk
irregular diasosiasikan dengan sedimen alluvial plain, floodplain,tidal sands, shelf atau back
barriers. Umumnya mengidentifikasikanlapisan tipis silang siur atau thin interbeded . Unsur
endapan tipis mungkin berupa crevasse splay, overbanks deposits dalam laguna serta
turbidit.
3. Bell Shaped
4. Funnel Shaped
Profil berbentuk corong atau funnel menunjukkan pengkasaran kearah atas yang merupakan
bentuk kebalikan dari bentuk bell . Bentuk funnel kemungkinan dihasilkan sistem progradasi
seperti sub marine fanlobes, regressive shallow marine bar, barrier islands atau
karbonatterumbu depan yang berprogradasi di atas mudstone, delta front atau distributary
mouth bar , crevasse splay, beach and barrier beach,strandplain, shoreface, prograding shelf
sands dan submarine fan lobes
5. Symmetrical
regresi (Walker 1992). Penghalusan ke atas bentuk bell shape atau bell merupakan indikasi
peristiwa regresi, sedangkan pengkasaran ke atas funnel shape atau corong mewakili
peristiwa transgresi sedangkankonstan yaitu cilindrical shape mengindikasikan transisi.
Penentuan lingkungan pegendapan pertama kali diarahkan kepada skala yang
besar kemudian akan dianalisis ke dalam skala kecil dengan kombinasi datayang ada yaitu
data cutting dan karakter wireline log
.
2.3.1 Contoh Interpretasi Lingkungan Pengendapan Delta Dari DataLog
Delta merupakan suatu endapan progradasi yang tidak teratur yangterbentuk pada
lingkungan subaerial yang secara langsung dikontrol olehsungai (Gambar 1.10). Morfologi
delta dan bentuk penyebaran sedimenpada delta dikontrol oleh tiga proses utama yaitu :
influx fluvial, tidal, wave atau gelombang. Menurut Serra (1990), secara umum lingkungan
pengendapandelta dapat dibagi dalam beberapa subfasies sebagai berikut :
1.Delta Plain
Merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel aktif dan
channel yang ditinggalkan atau abandoned channel. Delta plain cenderung tertutup oleh
vegetasi yang rapat. Subfasies
Endapan delta front ditunjukkan oleh sikuen mengkasar ke atas atau coarsening
upward dalam skala yang relatif besar yang menunjukkan perubahan lingkungan
pengendapan secara vertikal ke atas. Sikuen ini hasil dariprogradasi delta front yang mungkin
diselingi oleh sikuendistributary channel dari sungai atau tidal pada saat progradasisungai
berlangsung. Fasies pengendapan delta front dibagimenjadi beberapa subfasies dengan
karakteristik gradasi lingkungan yang berbeda yaitu :
-Distal bar
Memilki urutan lingkungan pengendapan cenderungmenghalus ke atas. Umumnya tersusun
atas pasir halus denganstruktur sedimen laminasi. Fosil pada lingkungan ini jarang dijumpai.
-Distributary mouth bar
Menurut Walker (1992), distributary mouth bar memilliki kecepatan yang paling tinggi dalam
sistem pengendapan delta.Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan
melaluiproses fluvial dan merupakan tempat terakumulasinya sedimenyang ditranspor oleh
distributary channel dan diantara mouthbars akan terendapkan sedimen berukuran halus.
Pasokan sedimen yang menerus akan menyebabkan terjadinya pengendapan mouth bars
yang menuju ke arah laut. Struktur sedimen yang terbentuk pada lingkungan ini antara
lain:current ripple, cross bedding, dan massive graded bedding.
-Channel
Menurut Walker (1992), channel ditandai adanya bidangerosi pada bagian dasar urutan
lingkungan pengendapannya dan cenderung menghalus ke atas. Sedimen umumnya
berukuran pasir . Struktur sedimen yang terbentuk adalah cross bedding,ripple cross
stratification,scour and fill.
-Subaquaeous levees
Merupakan kenampakan lain dari lingkungan pengendapan
berasosiasi dengan
active channel mouth bar. Lingkungan ini sulit dibedakan dan diidentifikasi dengan
lingkungan lainnya pada endapan delta masa lampau. Menurut Serra (1990), prodelta
merupakan subfasies transisi antara delta front dengan endapan normal marine shelf yang
berada di bawah kedalaman efektif erosi gelombang yang terletakdi luar delta front.Sedimen
yang ditemukan pada lingkungan iniadalah sedimen yang berukuran paling halus.
Endapan prodelta didominasi oleh sedimen berukuran lanau dan lempung dankadangkadang dijumpai lapisan tipis batupasir. Struktur sedimenyang sering dijumpai adalah masif,
laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang
tersebar luas dan mengindikasikan tidak adanya pengaruh air tawar atau fluvial.
Posisi Cekungan Sumatera Selatan sebagai cekungan busur belakang (Blake, 1989)
BAB IVPEMBAHASAN
D a t a l o g m e r u p a k a n s a l a h s a t u k r i t e r i a u t a m a s e b a g a i d a s a r d al am
p ro se s
p e n g am b i l an
ke p u tu s an
geologi
p ad a
e k s p l or a si
Berdasarkan kurva GR, kita melihat bahwa pada kurva GR menunjukkan nilai GR menuju
pada minimum. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati
minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir . Lapisan reservoir adalah lapisan
permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga kurva gamma Ray yang
menunjukkan kandungan serpih yang rendah. Dalam identifikasi litologi berdasarkan kurva
log Gamma Ray yangpertama ditentukan adalah Shale Base Line dan Sand Base Line dari
kurva log Gamma Ray tersebut. Shale base line yang merupakan garis lempung ini adalah
garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga palingtinggi yang mengisyaratkan bahwa
daerah tersebut perupakan daerah impermeabel, sedangkan sand base line merupakan garis
yang ditarik darititik yang memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma rayyang
juga mengisyaratkan bahwa daerah tersebut adalah daerah yangpermeabel. Log Gamma ray
yang
memiliki
skala
0
sampai
300
inikemudian dianggap mempunyai persentase 100%. Maka selanjutnyabarulah ditentukan
daerah interes yang menjadi kandidat batuanpermeabel dimana kandidat ini adalah zona
yang terletak diantara 50%-80% (sering juga disebut cut of ). Daerah yang terletak pada
zona inilahyang dianggap sebagai zona clean sand . Selain itu, dari kurva ini juga
dapat ditentukan batas-batas perlapisandengan mengambil patokan adanya perubahan pola
kurva (defleksi kurva)merupakan tanda bahwa terdapat perubahan litologi. Namun yang
perlu diingat kurva Gamma Ray ini tidak mengisyaratkan besar butir tetapihanya
memberikan informasi tentang distribusi butir dan kandungan lempungnya
hidrokarbon yang ada. Lapisan shale yang relatif tipis pada data log ini ledisebabkan sifat
pengendapan shale yang dipengaruhi proses diagenesispada batuan yang telah berproses
sangat lama dan terendapkan padaformasi ini sebagai sisipan dimana lapisan utamanya
berupa batupasir yang nantinya mempunyai nilai ekonomis sebagai batuan reservoir
karenadidukung nilai permeabilitas dan porositas yang dapat dijadikan perkiraanadanya
hidrokarbon Source
3.Sandstone
Berdasarkan data log PT-3, litologi ini terdapat di kedalaman 4030 4030 feet.
Litologi ini dicirikan dengan data log Gamma Ray Yang rendah yaitu sekitar 40 - 60 gAPI, hal
ini karena pada lapisan ini hampir tidak mempunyai kandungan radioaktif atau dapat
dikatakan mempunyaiintensitas radioaktif yang sangat rendah. Dari hasil log neutron
(NPHI)yang menunjukan angka yang besar maka dapat diketahui bahwa batuanini memiliki
porositas yang besar. Dan dengan melihat dari Log Density (RHOB) maka dapat diketahui
pula bahwa batuan ini memiliki densitasyang rendah yang dimungkinkan berasal dari jumlah
porositas yang banyak, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang
baik(permeable).Pada lapisan batupasir sangat jarang terjadi runtuhan dindingakrena
disebabkan nilai permeabilitasnya sangat besar sehingga tekananLog pada sumur dinding
tidak terlalu signifikan. Pada tekanan lapisan inizona pemboran harus melakukan casing hal
ini dilakukan agar tekanangas dan bor tidaka menganggu kerentanan dinding sehingga perlu
dijagabesaran tekanan formasi untuk menjaga agar tidak terjadinya blow up. Untuk lebih
menentukan apakah zona pemboran ini bersifatekonomis maka dioverlay dengan data-data
seismik untuk melihat mainstructure serta sebaran batuan reservoir yang ada dengan
melihatamplitudo anomali yang terbentuk pada seismik tersebut untuk melihatnilai amplitudo
yang terbentuk pada zono reservoir. D a r i a n a l i s i s h a s i l i n t e r p r e t a s i fl u i d a
m a s i n g m a s i n g l o g se b a g a i b e r i ku t :
-Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yangmemperlihatkan sinar gamma
bernilai rendah dan resistivitasbernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan
sand pada formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu sand ,dapat diketahui bahwa zona
ini merupakan zona prospekhidrokarbon, sebab minyak dan gas selalu bertumpuk
dibebatuan pasir (sand).
-Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron(NPHI) dapat mendeteksi
adanya kandungan hidrokarbon atauair di suatu formasi. Kedua kurva ini memperlihatkan
bentukan kolom separasi (+) cross over yang kecil, hal ini menandakan jenis fluida adalah
minyak. Terlihat pada kurva RHOB bentukangaris mengarah pada pengurangan porositasnya
(semakin kekanan) dan penambahan densitas (semakin ke kiri). Sedangkan kurva log NPHI
memperlihatkan
hal
yg
sebaliknya,dimana
terlihat
kurva
mengarah
pada
pertambahanporositasnya (semakin ke kiri). Maka berdasarkan pengamatan pada data
logdidapatkan zona prospek minyak berada pada :
-Komposit log 1 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu gamping dengan
kedalaman kedalaman 4585 danpada lapisan batu pasir kedalaman 4630.
Karena padakedalaman 4585 ft, nilai densitasnya (RHOB) mengalami penurunan yang
tajam dan konstan sampai padakedalaman 4630 ft, dengan nilai porositas (NPHI) yang
rendah, serta berada pada daerah interval
-Komposit log 2 zona prospek minyak pada lapisan batupasir kedalaman 4445
-Komposit log 3 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu pasir kedalama, 4370
dan pada lapisan batug a mp i n g ke d al am a n 4 56 0
-Komposit log 4 zona prospek minyak berada pada lapisanbatu gamping
kedalaman 439
dan 4440
-Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yangmemperlihatkan sinar gamma
bernilai rendah dan resistivitasbernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan
sand pada formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu sand ,dapat diketahui bahwa zona
ini merupakan zona prospekhidrokarbon, sebab minyak dan gas selalu bertumpuk
dibebatuan pasir (sand)
- Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron(NPHI) dengan harga
resistivitas yang tinggi maka zona itumerupakan zona gas. Kedua kurva ini
memperlihatkanbentukan kolom separasi (+) cross over yang besar (membentuk seperti
butterfly effect ), hal ini menandakan jenisfluida adalah gas. Zona gas juga ditandai dengan
hargaporositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositasdensitas, sehingga akan
menunjukkan adanya separasi yanglebih besar.Maka berdasarkan pengamatan pada data
logdidapatkan zona prospek gas berada pada :
-Komposit log 1 zona prospek gas berada pada lapisanbatu pasir kedalaman 4500, karena
nilai densitasnya(RHOB) tiba-tiba turun dengan harga yang berubah-ubah sampai pada
kedalaman 4500 ft. Harga porositaspada interval ini tidak terlalu tinggi serta berada
padalapisan permeabel, sedangkan untuk harga LLd nya tinggi dengan keadaan NPHI dan
RHOB membentuk separasi yang cukup lebar
3. ZonaSaline Water
Zona saline water pada data wireline log dapat dikenali dari logresistivitasnya (kurva LLD
dan kurva LLS). Log ini digunakan untukmendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air. Zona
air akan menunjukkan harga tahanan jenis formasi yang lebih rendah daripadazona minyak.
Dari log resistivitas yang diberikan terlihat bahwadefleksinya melurus, sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa zona inimerupakan zona saline water. Bila defleksinya
membelok(resistivitasnya semakin membesar) maka merupakan fresh water. Selain itu zona
air juga dapat dikenali bila tidak menunjukkanadanya separasi antara kurva log densitas
(RHOB) dengan kurva logneutron (NPHI). Kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada
disebelah kanan kurva neutron. Saline water menunjukkan harga kurvaNPHI dan RHOB yang
kecil.Maka berdasarkan pengamatan pada data log didapatkan zona prospek gas berada
pada :
4.2 Hasil Korelasi Masing masing Komposit Log
Hasil korelasi dari masing masing komposit log diatas adalahkorelasi tentang lingkungan
pengendapan. Berikut lingkunganpengendapan dari masing masing komposit logLingkungan
pengendapan pada masing masing komposit ini beradapada data log PT-3 kedalaman 40004100, WP-6 kedalaman 4000-4200,PTD 7 kedalaman 4000- 4050, PT 2 kedalaman 4000
4020 dari hasilpembacaan Log Gamma Ray dan kandungan litologi yang adamenunjukan
bahwasanya lingkungan pengendapan yang ditunjukkan oleh
intepretasi data log berada pada lingkungan pengendapan delta plain. Halini terlihat dari log
Gamma ray yang ada menunjukan bentuk seperti funnelshapped dimana bentuknya
coarsening upward dimana adanyaperselingan antara shale dan sandstone. Pengaruh
gelombang
padalingkungan
pengendapan ini
sangat
tinggi.
Endapan
yang
ada merupakantermasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, dimana
endapannyameliputi
lempung yang bersifat radioaktif makin banyak keatas. Pengaruh gelombang pada
lingkungan pengendapan ini sangattinggi. Berdasarkan interpretasi GR kemungkinan
lingkunganpengendapanya berada pada daerah abisal dimana litologi yang palingdominan
adalah
lempung
sehingga
akumulasi
sedimennya
terendapkanpada
daerah
abisal.Lingkungan pengendapan pada masing masing komposit ini beradapada data log data
log PT-3 pada kedalaman 4480-4620, WP-6kedalaman 4400 -4580, PTD 7 kedalaman 44404510, PT 2 kedalaman4380 4570. Dari hasil pembacaan Log Gamma Ray dan
kandunganlitologi yang ada menunjukan bahwasanya lingkungan pengendapan yang
ditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada lingkunganpengendapan delta plain. Hal ini
terlihat dari log Gamma ray yang adamenunjukan bentuk seperti funnel shapped dimana
bentuknya coarseningupward
dimana
adanya
perselingan
antara
shale
dan
sandstone.Pengaruh gelombang pada lingkungan pengendapan ini sangat tinggi.Dimana
litologi yang terdapat pada interval kedalaman ini adalahperselingan antara
shale dan sandstone dan
juga limestone. Lingkunganpengendapan ini mempunyai
kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidakberelief, dan proses akumulasi sedimen berjalan
lambat. Endapan yangterbentuk merupakan endapan yang berukuran lanau sampai
lempungyang dominan dengan demikian endapan secara khusus terdapat pada daerah
shallow marine.
Dilihat dari bentuk kurva gammaray yangberbentuk funnel shaped. atau berbentuk corong
yang menunjukkanpengkasaran keatas yang merupakan kebalikan dari bentuk bell.
Kurvayang terbentuk cenderung agak tajam atau melengkung yaitu bentukkurva yang
funnel yang dapat menunjukkan sedimen yang tebal danhomogen yang dibatasi oleh
pengisian chanel dengan kontak yang tajamLingkungan pengendapan pada masing masing
komposit ini beradapada data log data log PT-3 pada kedalaman 4620-4700, WP-6kedalaman
4580 -4790, PTD 7 kedalaman 4510- 4530, PT 2 kedalaman4570 4650. Dari hasil
pembacaan Log Gamma Ray dan kandunganlitologi yang ada menunjukan bahwasanya
lingkungan pengendapan yangditunjukkan oleh intepretasi data log berada pada
lingkunganpengendapan delta plain. Hal ini terlihat dari log Gamma ray yang adamenunjukan
bentuk seperti funnel shapped dimana bentuknya coarseningupward dimana adanya
perselingan antara shale dan sandstone. Dimanalitologi yang paling dominan adalah
lempung. Pengaruh gelombang padalingkungan pengendapan ini sangat tinggi. Endapan
yang ada merupakantermasuk endapan pengisi teluk atau bay fill deposit, maka
kemungkinanlingkungan pengendapannya berada pada fasies Sub marine. Dilihat
daribentuk kurva gammaray yang berbentuk funnel shaped. atau berbentuk corong yang
menunjukkan pengkasaran keatas yang merupakankebalikan dari bentuk bell. Kurva yang
terbentuk cenderung agak tajamatau melengkung yaitu bentuk kurva yang funnel yang
dapatmenunjukkan sedimen yang tebal dan homogen yang dibatasi olehpengisian chanel
dengan kontak yang tajam
Mud Log
Ini adalah contoh sederhana yang relatif dari "log lumpur", yang disiapkan oleh PG asisten
selama pengeboran sebuah sumur (adalah asisten disebut dengan "Lumpur Logger"). Ini
adalah gaya lama log lumpur, ditarik dengan tangan. Sebagai stek juga datang dari dasar
lubang, mereka diperiksa dan diidentifikasi. Log lumpur diperbarui setiap hari pengeboran.
Di sisi kanan log lumpur, yang Logger Lumpur menulis penafsirannya tentang batuan
dibor. Ada dua jenis interpretasi yang ditampilkan, sebuah gambar (disebut "Litho") dan
"deskripsi Sampel".
Mari kita bicara lebih dulu tentang
bagian yang disebut "Litho" (litologi,
atau jenis batuan). Penebang kayu itu
membuat gambar di tengah
halaman. Dia menggunakan simbol
standar dan warna untuk
menggambarkan berbagai jenis batuan,
tekstur,fosil, dan selimut. Batugamping
ditampilkan sebagai blok biru pada log,
serpih disajikan sebagai garis horizontal
pendek hitam, dan batupasir / siltstones
ditampilkan sebagai sebuah pola
bertitik. Dia melihat pada stek sumur
kecil di bawah mikroskop untuk
mengetahui apa jenis
batuan. Dibutuhkan banyak pengalama
n dan pengetahuan untuk mencari tahu
apa batuan yang sedang dibor hanya
dengan melihat kecil sampel dengan
baik .
The "Deskripsi Sampel" adalah
ringkasan yang lebih rinci tentang apa
logger melihat. Singkatan yang
digunakan karena begitu banyak detail
harus dicatat. Sebagai contoh, lihatlah
kata-kata di dalam lingkaran biru. Ini
berbunyi: "shale, hitam-abu-abu gelap
(mengandung kapur, atau karbonat
kalsium), sedang keras, mengkilat.
Tepat di bawah serpih adalah kapur
digambarkan sebagai abu-abu gelap
sampai coklat, menengah-kristal (media
berbutir), yg berpasir (mengandung
pasir kuarsa), dengan adil untuk porositas antar-kristal yang baik.
Di sisi kiri log, "Pengeboran Time" dicatat. Ini adalah catatan yang tepat dari waktu yang
dibutuhkan mata bor untuk mengebor batu. Drill-waktu dicatat dengan penambahan
sebesar 2 kaki. Angka-angka di atas menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengebor bahwa dua kaki, di "menit per kaki". Misalnya, kedalaman dari 3200 'to
3202' (1 blok), dibor pada 7 menit per kaki, atau total 14 menit untuk dua kaki.
Membuat bagan waktu bor sangat penting, karena memberikan PG satu petunjuk lebih
untuk membantu mencari tahu apa yang sedang batuan dibor. Ingatlah bahwa baik
belum login pada saat ini. Perhatikan bahwa dalam hal ini dengan baik, yang serpih bor
cenderung "lambat" (menit 5-10 per kaki), sedangkan batugamping bor "cepat" (2-6 menit
per kaki). Hal ini karena serpih lunak tanah menjadi lengket, lumpur tebal oleh mata bor,
dan "bola up" di ujung bit. Hal ini menyebabkan bit untuk memotong batu lambat.
Biasanya-pengeboran formasi lambat akan menjadi keras dan non-porous batupasir sangat
atau batugamping. Untuk jenis formasi, sedikit (dan mahal) khusus yang disebut PDC (klik
untuk melihat bit PDC) kadang-kadang digunakan. Hal ini agak khusus adalah nama
untuk Prairie du Chien Formasi, yang bisa sangat sulit untuk bor, dan untuk yang sedikit
PDC dikembangkan.
berpori batupasir dan batugamping tidak bola, jadi mereka biasanya bor sangat cepat ...
hanya seperti yang terlihat pada log ini. Bahkan, salah satu hal yang Geologist Petroleum
suka lihat adalah baik "pengeboran istirahat" di pasir sasarannya. Ini berarti latihan pasir
sangat cepat (3 menit per kaki atau kurang), yang menandakan bahwa ia lembut atau
keropos.
Akhirnya, logger lumpur akan mencatat pembentukan puncak ia telah dipetik. Pada log ini,
"L-1", L-2 ", dan" Neva "formasi dipetik.
Hari ini, sebagian besar lumpur log yang dibuat dengan komputer. Logger lumpur masih
melakukan semua sampel dan bekerja gas-pemantauan yang ia lakukan sebelum, tapi dia
tidak lagi perlu seorang penggambar. Berikut adalah contohnya:
sampel
jelas dicatat
paling
Pada sebelah kanan adalah gambar dari peralatan pemantauan lumpur-kompleks di dalam
lumpur-logging trailer portabel. pekerjaan utama peralatan ini adalah untuk mendeteksi
minyak dan gas di lumpur.
Log lumpur akan digunakan dalam kombinasi dengan log listrik berjalan di baik untuk
membuat keputusan tentang apakah akan menyelesaikan lubang (coba untuk
menghasilkan minyak atau gas dari itu) atau "steker" dengan baik. Lumpur log adalah alat
yang sangat penting untuk ahli geologi minyak bumi ..
Di bawah ini adalah bagan umum simbol digunakan pada lumpur log: