Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Ke-5

MK. Patofisiologi Gizi (GIZ218)

Tanggal Praktikum : 18 April 2016


Ruang Praktikum : RK. IKK 1-01

ALERGI
Oleh :
Kelompok 1
Fadzilla Musanti C.
I14140005
Intan Nur Fitriyana
I14140007
Cita Resmi
I14140010
Aliffina Budi Arwanti
I14140018
Hanifah Mulaningtiyas
I14140027
M. Almas Radifan
I14140041

Dosen Praktikum :
dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked
dr. Karina R. Ekawidyani, M.Gizi
Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Rimbawan

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

KASUS 5 : ALERGI
Nn. F, 21 tahun, dibawa oleh orang tuanya masuk rumah sakit melalui jalur IGD
dengan keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Os juga mengalami bentol dan
kemerahan hampir seluruh tubuh sejak 2 jam lalu. Bentol awalmya berupa
lingkaran kecil kemudian bertambah besar dan menyatu. Os merasa panas di
sekitar dada dan mulai merasa sesak napas. Sekitar setengah jam sebelum terjadi
bentol, Os makan kepiting rebus bersama keluarga.
Satu tahun yang lalu Os pernah makan kepiting, tetapi tidak terjadi gejala
apapun. Ibu Os penderita asma, sedangkan saudara laki-laki Os menderita eksim
di kakinya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat. Kesadaran
sopor. BB= 55 kg, TB = 160 cm. suhu tubuh 37 0C, TD 80/52 mmHg, HR
120x/menit, RR 22x/menit, iga tampak naik turun. Mata tampak sembab dan
mukosa mulut kemerahan. Status gizi normal. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan: leukosit 8500/mm3 (N:5000-10000/mm3), Hb 12.2 g/dL (N:12-16
g/dL), kadar IgE 1100 IU/mL (N: 100-400 IU/mL). hitung jenis leukosit
menunjukkan eosinophil/basophil/meutrophil/limfosit/monosit 6/3/55/29/7. Oleh
dokter didiagnosa sebagai Syok Anafilaftik e.c. reaksi alergi dan mendapat terapi
adrenalin, anti-histamin dan anti-inflamasi (Kortikosteroid)

GAMBARAN UMUM KASUS : ALERGI


Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan pada bahan-bahan
yang tidak menyebabkan gejala-gejala pada sebagian besar orang. Reaksi-reaksi
itu dapat muncul dalam bentuk ruam di kulit, hidung beringus dan sesak, mata
gatal, gangguan perut atau usus, batuk, sesak napas, suara menciut, atau gangguan
apapun pada sistem pernapasan. Adapun akibat reaksi tersebut berasak daro bahan
kimia, debu, serbuk sari, mascara, alergi makanan, dan lain-lain (Mehmet dan
Roizen 2009). Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas akibat masuknya antigen
dalam tubuh. Antigen masuk ke dalam tubuh dapat melalui jalan apa saja, jala
pernapasan, paparan di kulit, termsuk makanan yang masuk melalui pencernaan.
Masuknya antigen ke dalam tubuh dikenali oleh limfosit dan antibody dalam
tubuh sebagai benda asing yang harus dilawan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya reaksi alergi yakni antigen-antibodi. Aktivitas limfosit akan
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan peningkatan kadar antibody dalam
tuubuh. Antibody bersama sel fagosit, sistem komplemen, limfosit, dan antibody
berupaya mengeliminasi antigen (Puspitasari 2010).
Menurut Puspitasari (2010), Alergi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
berdasarkan reaksi anafilaksis, Hay fever, konjungtivitis alergika, eczen/dermatitis
atopic, urtikaria/hives/biduran/kaligata, dan asma. Kasus alergi reaksi anafilaksis
ditandai dengan biduran, bengkak di tenggorokan, nyeri perut, mual, muntah
hebat, kesulitan napas, penurunan tekanan darah secara mendadak (shock
hipotensi) hingga tidak sadarkan diri. Kasus alergi hay fever biasa muncul di
Negara empat musim saat musim semi, penyebabnya adala pollen/serbuk
sarirumput atau bunga dan sebagian karena dust mites. Gejala dominan hay fever
yaitu bersin-bersin, gatal pada hidung, hidung tersumbat disertai gatal di

tenggorokan dan telinga. Kasus alergi konjungtivitas alergika terjadi inflamasi di


daerah mata, ditandai dengan kemerahan di kelopak mata dan bola mata,
kemudian mata berair. Kasus alergi eczema merupakan alergi yang muncul di
kulit berupa kemerahan, kering, gatal, muncul ruam di wajah, mata, alis, dan
belakang lutut. Kasus alergi urtikatia/hives/biduran/kaligata yaitu ruam merah,
bengkak, gatal, dan panas di wajah, seputar perut dan lipatan kulit, serta seluruh
tubuh, biasanya muncul karena alergi konsumsi suatu makanan.

ASSESMENT
1. Identitas Pasien
Nama
: Nn. F
Umur
: 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
:2. Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT
: 21.5 kg/m2
Kesimpulan : Status gizi Nn. F termasuk kategori normal
3. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium dapat memberikan gambaran kekurangan zat
gizi yang lebih objektif berfungsi sebagai cara untuk menentukan identifikasi
masalah gizi dan dipakai sebagai penunjang untuk pemeriksaan. Berikut
merupakan hasil pemeriksaan biokimiawi Os.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan biokimiawi Os
Pemeriksaan
Hasil
Leukosit
8500/mm3
Hemoglobin
12.2 g/dL
IgE
1100 IU/mL
Sumber : Nelms et al. 2010

Nilai normal
5000-10000/mm3
12-16 g/dL
100-400 IU/mL

Keterangan
Normal
Normal
Tinggi

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan bikoimiawi, kadar leukosit dan
hemoglobin Os masih dalam rentang normal. sementara iu, kadar IgE jauh diatas
normal, yakni 1100 IU/mL. Hal ini menandakan Os mengalami hipersensitivitas
tipe I. Hipersensitif tipe I dimediasi oleh IgE yang menginduksi aktivasi sel mast.
Menurut Rifai (2011), secara umum manusia yang mengalami alergi disebabkan
oleh protein alergen kecil yang terhirup dan memicu produksi IgE pada individu
yang peka. Hal tersebut akan memicu produksi IgE yang lebih banyak daripada
saat kondisi normal.

4. Klinis/Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien Berikut hasil pemeriksaan klinis dan fisik Os.
Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik Os
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Tekanan darah
80/52 mmHg
120/80 mmHg
Denyut nadi
120x/menit
80-100x/menit
Laju pernapasan
22x/menit
12-20x/menit
0
Suhu Tubuh
37 C
360C-370C
Sumber : Nelms et al. 2010

Keterangan
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal

Tabel 3 Hasil pemeriksaan klinis Os


Pemeriksaan
Iga
Mata
Mukosa mulut
Keadaan fisik

Hasil
Tampak naik turun
Tampak sembam
Kemerahan
Sakit berat, tampak sopor, bentol dan
kemerahan di seluruh tubuh sejak 2
jam lalu, merasa panas disekitar dada

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Os, diketahui bahwa Os mengalami
hipotensi, takipnea, dan takikardia. Sementara itu, suhu tubuhnya masih tergolong
normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Os mengalami syok anafilatik.
Menurut Rifai (2011), tanda dan gejala syok anafilaksis adalah terjadi
peningkatan permeabilitas vaskuler dimana-mana sehingga timbul bencana fatal
seperti hilangnya tekanan darah, terjadi kontriksi saluran pernafasan sehingga
terjadi kesulitan bernafas, dan pembesaran epiglotis yang dapat menyebabkan
terjadinya sufokasi (mati lemas). Hal tersebut disebabkan karena aktivasi sel mast
yang meluas diberbagai tempat sehingga menimbulkan efek yang fatal. Secara
umum, iga Os nampak naik turun, mata sembam, mukosa mulut kemerahan,
merasa panas disekitar dada, sopor, sakit berat, dan bentol serta kemerahan
seluruh tubuh yang merupakan gejala umum alergi makanan.
5. Riwayat Gizi
Satu tahun yang lalu Os pernah mengonsumsi kepiting tetapi tidak terjadi
gejala apapun. Saat makan kepiting rebus bersama keluarga untuk kedua kalinya,
muncul bentol-bentol diseluruh tubuh setengah jam setelah makan.

6. Riwayat Penyakit
Tidak disebutkan riwayat penyakit Os dalam kasus, namuh diketahui ibu
Os penderita asma dan saudara laki-laki Os menderita eksim di kakinya.
7. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Tidak disebutkan kondisi sosial dan ekonomi Os.

PROBLEM LIST
Tabel 4 Problem list
No
.

Problem list
Penyakit utama :
Alergi

Why

Alergi (hipersensitivitas) terjadi ketika individu


menunjukkan reaksi terhadap senyawa yang
dianggap sebagai antigen ekstrinsik (allergen).
Senyawa yang dikenali sebagai antigen tersebut
biasanya tidak berbahaya, tetapi akibat reaksi dari
respon imun yang berlebihan, dapat menimbulkan
reaksi seperti penyakit. Reaksi tubuh biasanya tidak
terlihat saat pertama kali terpapar antigen dan reaksi
dapat menjadi lebih buruk saat terpapar antigen
berikutnya karena respon memori. Reaksi alergi
muncul saat sistem kekebalan tubuh bereaksi
terhadap alergen yang dianggapnya berbahaya,
walau sebenarnya tidak seperti itu. Oleh karena itu,
terbentuklah antibodi yang disebut imunoglobulin E
(IgE). Saat kontak antara tubuh dan alergen kembali
terjadi, tubuh akan memproduksi lebih banyak IgE.
Kemudian IgE akan memicu pelepasan zat-zat kimia
alami seperti histamin yang menyebabkan gejalagejala alergi (Judarwanto 2005). Alergi terhadap
makanan biasanya disebabkan protein tidak dipecah
sempurna dan masuk ke dalam aliran darah sehingga
IgE mengenalinya sebagai antigen. Histamin pun
dilepaskan sebagai reaksi adanya antigen tersebut.
(Nelms et al. 2010). Reaksi alergi terhadap kerangkerangan termasuk kepiting disebabkan oleh protein
tropomyosin (Escott-Stump 2012). Pada kasus,
reaksi alergi yang diderita OS ditunjukkan beberapa
saat setelah OS mengonsumsi kepiting. IgE yang
dimiliki OS mengenali protein dalam kerang
(tropomyosin) tersebut sebagai antigen sehingga

histamin dilepaskan dan menimbulkan beberapa


reaksi alergi. Os juga mengalami bentol, ruam merah
pada kulit, mukosa mulut berwarna kemerahan, mata
sembab, serta reaksi alergi yang berlebihan atau yang
disebut dengan syok anafilaftik. Ciri utama dari syok
ini yaitu terjadi hipotensi akibat dilatasi pembuluh
darah, takikardia, sesak napas akibat penyempitan
saluran napas, dan takipnea.
Tanda dan gejala :
IgE meningkat

Urtikaria

Angiodema

IgE meningkat karena hasil respon imun tubuh


akibat adanya allergen yang masuk ke dalam tubuh.
Pada kasus ini, Os mengonsumsi kepiting dan zat
yang
terkandung
dalam
kepiting
(protein
tropomyosin) dianggap tubuh sebagai allergen
sehingga memicu pelepasan zat-at kimia seperti
histamin dan memunculkan tandadan gejala alergi
(Nelms et al. 2010).
Urtikaria atau dikenal juga dengan hives adalah
kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular
terhadap
bermacam-macam
sebab,
biasanya
disebabkan oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai
karakteristik gambaran kulit kemerahan (eritema)
dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit
berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah
dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang
perlahan-lahan (Isselbacher et al. 1999). Urtikaria
dapat disebabkan adanya histamin yang dikeluarkan
akibat tingginya IgE yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah (Hurst 2008). Urtikaria pada Os
disebabkan karena Os mengalami alergi anafilaktik
yang menyebabkan tingginya produksi IgE
kemudian meningkatkan produksi histamin. Pada
kasus ini, Os mengalami urtikaria dengan ciri klinis
yaitu ruam merah di sekujur tubuh dan terdapat
bentol yang awalnya kecil kemudian menyatu dan
membesar akibat respon alergi.
Angioedema adalah pembengkakan difus yang
meluas ke jaringan subkutan. Angioedema dapat
terjadi akibat keadaan tubuh yang mengalami shock
saat alergi dan anafilaftik yang disebabkan oleh
substansi asing tidak berbahaya namun mendapat
respon negatif dari sistem imun dengan cara
mengeluarkan histamin. Histamin yang dikeluarkan
akibat alergi menyebabkan permeabilitas pembuluh
darah meningkat dan pembuluh perifer berdilatasi
sehingga menyebabkan jaringan subkutan kemerahan
dan beberapa bagian kulit sepert mata terlihat

Syok anafilaftik

Keadaan sopor

Sesak napas

sembab (Hayes dan Mackay 1993). Angiodema


hampir sama dengan urtikaria, tapi jika urtikaria
sampai mengenai selaput lendir tubuh maka disebut
angiodema. Pada kasus ini, reaksi alergi yang
diderita OS ditunjukkan beberapa saat setelah OS
mengonsumsi kepiting dan menimbulkan tanda
angioedema yang terlihat pada mata yaitu mata
sembab dan mukosa mulut yang tampak berwarna
kemerahan.
Syok anafilaftik merupakan suatu reaksi alergi berat
yang terjadi tiba-tiba dan dapat menyebabkan
kematian. Anafilaftik biasanya ditunjukkan oleh
beberapa gejala termasuk di antaranya ruam gatal,
pembengkakan tenggorokan, dan tekanan darah
rendah. Reaksi ini umumnya disebabkan oleh gigitan
serangga, makanan, dan obat. Anafilaftik terjadi
karena adanya pelepasan protein dari jenis sel darah
putih tertentu. Protein ini merupakan senyawa yang
dapat memicu reaksi alergi atau menyebabkan reaksi
lebih berat. Pelepasan protein ini dapat disebabkan
oleh reaksi sistem imun ataupun oleh sebab lain yang
tidak berkaitan dengan sistem imun. Anafilaftik
didiagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada
seseorang. Tata laksana awal adalah suntikan
epinefrin yang kadang dikombinasikan dengan obat
lain (Hurst 2008). Pada kasus ini syok anafilaftik
terjadi akibat pelepasan histamin yang dipicu oleh
konsumsi kerang ada Os. Os juga mengalami
hipotensi yang disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah, takikardia, sesak napas akibat
kontriksi saluran pernapasan, dan takipnea.
Sopor adalah keadaan tidak memberikan respon
secara ringan maupun sedang, tetapi masih
memberikan respon sedikit terhadap rangsangan
kuat. Hal tersebut ditandai dengan adanya refleks
pupil terhadap cahaya yang masih positif (Alimul
2008). Sopor dapat disebabkan rendahnya aliran
darah ke otak karena rendahnya curah jantung.
Rendahnya curah jantung dikarenakan dilatasi
pembuluh darah oleh histaminn (Hurst 2008). Sopor
pada Os disebabkan karena Os mengalami alergi
anafilaftik yang menyebabkan tingginya produksi
IgE kemudian meningkatkan produksi histamin.
Sesak nafas adalah gangguan pada saluran
pernafasan yang menyebabkan kesulitan dalam
bernafas.
Pada
syok
anafilaktik
histamin

Takipnea

Hipotensi

Takikardia

dikeluarkan, meningkatkan permeabilitas kapiler dan


menyebabkan edema laring. Respon otot polos
pembuluh darah menyebabkan pengecilan bronkus,
yang menutup jalan napas (Hurst 2008). Sesak nafas
diawali dengan penyempitan saluran nafas yaitu
bronkospasme dengan edema mukosa, sumbatan
massa intralumen atau desakan massa ekstralumen.
Setelah itu berkurangnya jaringan paru yang
berfungsi,
berkurangnya
elastisitas
paru,
meningkatnya kerja pernapasan, gangguan transfer
oksigen, ventilasi dan perfusi tidak seimbang, right
to left shunt, Cardiac Output yang tidak memadai,
rangsangan pada system saraf pusat, dan terjadi
penyakit neuromuskular. Berdasarkan kasus, sesak
nafas yang dialami oleh Os adalah gejala dari alergi
yang disebabkan oleh makanan. Os mengalami sesak
napas setelah ia konsumsi kepiting.
Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan
pernapasan yang cepat dan dangkal karena
ketidakseimbangan antara karbon dioksida dan
oksigen di dalam tubuh (Nelms et al. 2007). Pada
kasus ini, Os mengalami takipnea karena ia memiliki
laju pernapasan 22x/menit. Takipnea ini dapat
disebabkan karena penyempitan dari saluran napas
akibat syok anafilaftik.
Hipotensi adalah tekanan darah yang rendah
sehingga tidak mencukupi untuk perfusi dan
oksigenasi jaringan (Brooker 2008). Hipotensi
disebabkan dilatasi pembuluh darah yang berakibat
pada penurunan curah jantung. Vasodilatasi terjadi
karena adanya histamin (Hurst 2008). Pada kasus ini,
tekanan darah Os
yang rendah terjadi akibat
vasodilatasi yang disebabkan oleh bocornya
pembuluh akibat adanya invasi sel mast (Hurst
2008).
Kasus dimana denyut jantung lebih cepat daripada
kecepatan normal, frekuensi nadi meningkat, dalam
keadaan tidak pada ketakutan, menangis atau
aktivitas meningkat. Takikardia adalah penurunan
volume darah yang menyebabkan peningkatan
denyut jantung karena jantung mencoba untuk
memompa darah bervolume sedikit tersebut
keseluruh tubuh (Hurst 2008). Pada kasus ini Os
mengalami takikardia yang ditunjukkan oleh
tingginya denyut nadi Os, yaitu sebesar 120x/menit.

Takikardia ini disebabkan karena dilatasi pembuluh


darah yang berdampak pada hipotensi sehingga
frekuensi denyut nadi semakin cepat namun semakin
melemah juga.

DIAGRAM ALIR PENYAKIT


Riwayat
eksim
saudara
laki-laki Os

Riwayat
asma ibu
Os
Os Konsumsi
kepiting
IgE meningkat, pelepasan histamin

Bentol dan
ruam
kemerahan

Urtikaria
Reaksi alergi
Angioder
ma
Syok Anafilatik

Konstriksi
jalur
pernafasan

Mukosa
mulut
kemerahan
dan mata
sembab

Dilatasi pembuluh
darah

Sesak nafas, iga


naik turun

Hipotensi

Takikardia

Takipne
a

Keadaan sopor

JAWABAN PERTANYAAN
1

Jelaskan mengapa gejala alergi baru terjadi pada saat makan kepiting
untuk kedua kalinya!
Jawab : Alergi sudah terjadi pertama kali ketika mengkonsumsi kepiting,
tetapi pada saat itu sudah diberikan obat dari dokter sehingga alergi tidak
berlanjut buruk. Kedua kali makan mengonsumsi kepiting, IgE ini tidak
tahan(IgE sebagai antibodi tidak berfungsi maksimal) akan menyebabkan
granuasi mast, sel inilah yang menyebabkan alergi serta lamanya
penanganan yang menjadi semakin buruk (Sugiatmi 2012).
2 Bagaimana patofisiologi terjadinya alergi makanan?
Jawab : Ketika makanan yang menyebabkan alergi masuk ke dalam tubuh,
IgE salah satu jenis antibodi berdifusi di membran mukosa pada saluran
pernapasan. IgE ini sebagai salah satu penanda adanya allergen di dalam
tubuh. Oleh karena itu, IgE akan mengaktifkan sel mast. Sel mast ini akan
berikatan dengan allergen tersebut yang menyebabkan terjadinya inflamasi
dan gangguan pada sistem pernapasan, misalnya sesak napas. Selain itu,
adanya allergen juga menyebabkan sel-sel yang ada di dalam tubuh
melepaskan histamin. Histamin ini akan menyebabkan terjadinya
inflamasi/peradangan di kulit sehingga kulit berwarna kemerahan, bentolbentol. Histamin juga dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
berdampak rendahnya tekanan darah (Nelms et all. 2010).
3 Bagaimana mekanisme patofisiologi syok anafilaftik?
Jawab: Pada kasus ini syok yang terjadi tergolong dalam syok anafilaktik.
Syok anafilaktik merupakan sindrom yang terjadi pada orang-orang yang
hipersensitif terhadap alergen tertentu (disebut juga antigen). Orang
tersebut dikatakan telah menjadi "peka" terhadap alergen setelah eksposur
ulang menyebabkan penumpukan imunoglobulin E (IgE). Bahan kimia
yang dilepaskan ke dalam darah akan berikatan dengan sel mast dan mulai
mematikan faktor pelengkap yang menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh, peningkatan permeabilitas, dan kebocoran cairan dari ruang
vaskuler, sehingga akan terjadi hipovolemia dan hipotensi. Curah jantung
akan menurun, fungsi jantung memburuk, dan fungsi paru-paru akan
terganggu oleh bronchospasm dan laryngeal edema (Hurst 2008).
4 Jelaskan mengenai atopi, apakah keluarga os terdapat atopi?
Jawab : Atopi adalah suatu kelainan pada seseorang dengan kondisi
hipersensitivitas yang diturunkan secara genetik berupa kecenderungan
untuk membentuk antibodi IgE dan rentan terhadap terjadinya penyakit
seperti asma bronkial, rintis alergik, hay fever, konjungtivitas alergik, dan
dermatitis alergik (Tambayong 2000). Dengan melihat riwayat kelurga

ternyata ibu os penderita asma, sedangkan saudara laki-laki os menderita


eksim di kakinya. Hal ini berarti keluarga os terdapat atopi.
5 Pada data laboratorium, data mana yang mengarah yang mengarah pada
diagnosis alergi? Jelaskan!
Jawab : Kadar IgE yang sangat tinggi yaitu 1100 IU/mL, padahal
normalnya yaitu berada diantara rentang 100-400 IU/mL. Hal ini
menunjukan bahwa di dalam tubuh terdapat antigen dalam jumlah yang
banyak, sehingga menyebabkan tubuh harus memproduksi antibodi yang
lebih banyak lagi untuk menghancurkan antigen tersebut. IgE ini
merupakan salah satu antibodi yang merespon adanya antigen, khususnya
allergen (Nelms et all. 2010).
6 Jelaskan peran adrenalin, anti-histamin dan anti inflamasi terhadap
penatalaksaan syok anafilaftik e.c reaksi alergi!
Jawab : Antihistamin berperan sebagai inhibitor kompetitif dan memblok
histamin yang akan berikatan dengan reseptor pada ujung syaraf.
Antihistamin akan memblok dengan cepat pada reaksi pertama. Sementara
adrenaline berperan dalam menetralkan atau megkondisikan aksi dari
histamine (Nelms et all 2010). Anti-inflamasi berperan dalam mencegah
atau menururnkan respon jaringan terhadap proses inflamasi.
7 Apa saran anda pada Os, agar kejadian ini tidak berulang?
Jawab : Os disarankan untuk menghindari seafood dan tidak
mengkonsumsi seafood kembali, Os juga diberi pemahaman akan bahaya
mengkonsumsi seafood. Serta membaca label dari makanan untuk
memastikan tidak terdapat makanan yang menimbulkan reaksi alergi.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul AA. 2008. Praktikum Keterampilan : Dasar Praktik Klinik. Jakarta (ID):
Salemba Medika.
Brooker C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta (ID) : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care Seventh Edition.
Philadelpia (US): Lippincott Williams and Wilkins.
Hayes PC, Mackay TW. 1993. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Ronardy DH,
penerjemah. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan
dari : Churchills Pocketbook of Medicine.
Hurst M. 2008. Hurst Reviews: Pathophysiology Review. Brookhaven (US):
McGraw Hill.
Isselbacher, Braunwaid, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. 1999. Harrisons
Principles of Internal Medicine.. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Judarwanto W. 2005. Alergi makanan, diet, dan autisme. Jurnal Children Allergy
Center. Jakarta (ID): Children Family Clinic Jakarta.

Mehmet dan Roizen MF; penerjemah, Astuti R. 2009. Sehat Tanpa


Dokter; YOU
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition & Therapy and
Pathophisiology. Belmont CA (US): Wadsworth Cengange Learning.
Nelms M, Sucher K, Long S. 2007. Nutrition Therapy and Pathophysiology.
Belmont (US) : Thomson/Brooks-Cole.
Rifai M. 2011. Alergi dan Hipersensitif. Malang (ID) : Universitas Brawijaya.
Sugiatmi. 2012. Alergi Makanan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 8 (2) : 87155.
Tambayong J. 2000. Patofiologi untuk Keperawatan. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Puspitasari I. 2010. Jadi Dokter untuk Diri Sendiri. Jakarta (ID):
Mizan

PEMBAGIAN TUGAS
NAMA
Fadzilla Musanti C.
Cita Resmi
Intan Nur Fitriyana
Hanifah
Mulaningtiyas
Aliffina Budi A.
M. Almas Radifan

TUGAS
Editor
Gambaran Kasus
Problem list, diagram
alir
Asessment
Jawaban Pertanyaan
Problem list, diagram
alir

TTD

Anda mungkin juga menyukai