Kasus Alergi Patofisiologi
Kasus Alergi Patofisiologi
ALERGI
Oleh :
Kelompok 1
Fadzilla Musanti C.
I14140005
Intan Nur Fitriyana
I14140007
Cita Resmi
I14140010
Aliffina Budi Arwanti
I14140018
Hanifah Mulaningtiyas
I14140027
M. Almas Radifan
I14140041
Dosen Praktikum :
dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked
dr. Karina R. Ekawidyani, M.Gizi
Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Rimbawan
KASUS 5 : ALERGI
Nn. F, 21 tahun, dibawa oleh orang tuanya masuk rumah sakit melalui jalur IGD
dengan keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Os juga mengalami bentol dan
kemerahan hampir seluruh tubuh sejak 2 jam lalu. Bentol awalmya berupa
lingkaran kecil kemudian bertambah besar dan menyatu. Os merasa panas di
sekitar dada dan mulai merasa sesak napas. Sekitar setengah jam sebelum terjadi
bentol, Os makan kepiting rebus bersama keluarga.
Satu tahun yang lalu Os pernah makan kepiting, tetapi tidak terjadi gejala
apapun. Ibu Os penderita asma, sedangkan saudara laki-laki Os menderita eksim
di kakinya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat. Kesadaran
sopor. BB= 55 kg, TB = 160 cm. suhu tubuh 37 0C, TD 80/52 mmHg, HR
120x/menit, RR 22x/menit, iga tampak naik turun. Mata tampak sembab dan
mukosa mulut kemerahan. Status gizi normal. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan: leukosit 8500/mm3 (N:5000-10000/mm3), Hb 12.2 g/dL (N:12-16
g/dL), kadar IgE 1100 IU/mL (N: 100-400 IU/mL). hitung jenis leukosit
menunjukkan eosinophil/basophil/meutrophil/limfosit/monosit 6/3/55/29/7. Oleh
dokter didiagnosa sebagai Syok Anafilaftik e.c. reaksi alergi dan mendapat terapi
adrenalin, anti-histamin dan anti-inflamasi (Kortikosteroid)
ASSESMENT
1. Identitas Pasien
Nama
: Nn. F
Umur
: 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
:2. Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT
: 21.5 kg/m2
Kesimpulan : Status gizi Nn. F termasuk kategori normal
3. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium dapat memberikan gambaran kekurangan zat
gizi yang lebih objektif berfungsi sebagai cara untuk menentukan identifikasi
masalah gizi dan dipakai sebagai penunjang untuk pemeriksaan. Berikut
merupakan hasil pemeriksaan biokimiawi Os.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan biokimiawi Os
Pemeriksaan
Hasil
Leukosit
8500/mm3
Hemoglobin
12.2 g/dL
IgE
1100 IU/mL
Sumber : Nelms et al. 2010
Nilai normal
5000-10000/mm3
12-16 g/dL
100-400 IU/mL
Keterangan
Normal
Normal
Tinggi
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan bikoimiawi, kadar leukosit dan
hemoglobin Os masih dalam rentang normal. sementara iu, kadar IgE jauh diatas
normal, yakni 1100 IU/mL. Hal ini menandakan Os mengalami hipersensitivitas
tipe I. Hipersensitif tipe I dimediasi oleh IgE yang menginduksi aktivasi sel mast.
Menurut Rifai (2011), secara umum manusia yang mengalami alergi disebabkan
oleh protein alergen kecil yang terhirup dan memicu produksi IgE pada individu
yang peka. Hal tersebut akan memicu produksi IgE yang lebih banyak daripada
saat kondisi normal.
4. Klinis/Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien Berikut hasil pemeriksaan klinis dan fisik Os.
Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik Os
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Tekanan darah
80/52 mmHg
120/80 mmHg
Denyut nadi
120x/menit
80-100x/menit
Laju pernapasan
22x/menit
12-20x/menit
0
Suhu Tubuh
37 C
360C-370C
Sumber : Nelms et al. 2010
Keterangan
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Hasil
Tampak naik turun
Tampak sembam
Kemerahan
Sakit berat, tampak sopor, bentol dan
kemerahan di seluruh tubuh sejak 2
jam lalu, merasa panas disekitar dada
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Os, diketahui bahwa Os mengalami
hipotensi, takipnea, dan takikardia. Sementara itu, suhu tubuhnya masih tergolong
normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Os mengalami syok anafilatik.
Menurut Rifai (2011), tanda dan gejala syok anafilaksis adalah terjadi
peningkatan permeabilitas vaskuler dimana-mana sehingga timbul bencana fatal
seperti hilangnya tekanan darah, terjadi kontriksi saluran pernafasan sehingga
terjadi kesulitan bernafas, dan pembesaran epiglotis yang dapat menyebabkan
terjadinya sufokasi (mati lemas). Hal tersebut disebabkan karena aktivasi sel mast
yang meluas diberbagai tempat sehingga menimbulkan efek yang fatal. Secara
umum, iga Os nampak naik turun, mata sembam, mukosa mulut kemerahan,
merasa panas disekitar dada, sopor, sakit berat, dan bentol serta kemerahan
seluruh tubuh yang merupakan gejala umum alergi makanan.
5. Riwayat Gizi
Satu tahun yang lalu Os pernah mengonsumsi kepiting tetapi tidak terjadi
gejala apapun. Saat makan kepiting rebus bersama keluarga untuk kedua kalinya,
muncul bentol-bentol diseluruh tubuh setengah jam setelah makan.
6. Riwayat Penyakit
Tidak disebutkan riwayat penyakit Os dalam kasus, namuh diketahui ibu
Os penderita asma dan saudara laki-laki Os menderita eksim di kakinya.
7. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Tidak disebutkan kondisi sosial dan ekonomi Os.
PROBLEM LIST
Tabel 4 Problem list
No
.
Problem list
Penyakit utama :
Alergi
Why
Urtikaria
Angiodema
Syok anafilaftik
Keadaan sopor
Sesak napas
Takipnea
Hipotensi
Takikardia
Riwayat
asma ibu
Os
Os Konsumsi
kepiting
IgE meningkat, pelepasan histamin
Bentol dan
ruam
kemerahan
Urtikaria
Reaksi alergi
Angioder
ma
Syok Anafilatik
Konstriksi
jalur
pernafasan
Mukosa
mulut
kemerahan
dan mata
sembab
Dilatasi pembuluh
darah
Hipotensi
Takikardia
Takipne
a
Keadaan sopor
JAWABAN PERTANYAAN
1
Jelaskan mengapa gejala alergi baru terjadi pada saat makan kepiting
untuk kedua kalinya!
Jawab : Alergi sudah terjadi pertama kali ketika mengkonsumsi kepiting,
tetapi pada saat itu sudah diberikan obat dari dokter sehingga alergi tidak
berlanjut buruk. Kedua kali makan mengonsumsi kepiting, IgE ini tidak
tahan(IgE sebagai antibodi tidak berfungsi maksimal) akan menyebabkan
granuasi mast, sel inilah yang menyebabkan alergi serta lamanya
penanganan yang menjadi semakin buruk (Sugiatmi 2012).
2 Bagaimana patofisiologi terjadinya alergi makanan?
Jawab : Ketika makanan yang menyebabkan alergi masuk ke dalam tubuh,
IgE salah satu jenis antibodi berdifusi di membran mukosa pada saluran
pernapasan. IgE ini sebagai salah satu penanda adanya allergen di dalam
tubuh. Oleh karena itu, IgE akan mengaktifkan sel mast. Sel mast ini akan
berikatan dengan allergen tersebut yang menyebabkan terjadinya inflamasi
dan gangguan pada sistem pernapasan, misalnya sesak napas. Selain itu,
adanya allergen juga menyebabkan sel-sel yang ada di dalam tubuh
melepaskan histamin. Histamin ini akan menyebabkan terjadinya
inflamasi/peradangan di kulit sehingga kulit berwarna kemerahan, bentolbentol. Histamin juga dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
berdampak rendahnya tekanan darah (Nelms et all. 2010).
3 Bagaimana mekanisme patofisiologi syok anafilaftik?
Jawab: Pada kasus ini syok yang terjadi tergolong dalam syok anafilaktik.
Syok anafilaktik merupakan sindrom yang terjadi pada orang-orang yang
hipersensitif terhadap alergen tertentu (disebut juga antigen). Orang
tersebut dikatakan telah menjadi "peka" terhadap alergen setelah eksposur
ulang menyebabkan penumpukan imunoglobulin E (IgE). Bahan kimia
yang dilepaskan ke dalam darah akan berikatan dengan sel mast dan mulai
mematikan faktor pelengkap yang menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh, peningkatan permeabilitas, dan kebocoran cairan dari ruang
vaskuler, sehingga akan terjadi hipovolemia dan hipotensi. Curah jantung
akan menurun, fungsi jantung memburuk, dan fungsi paru-paru akan
terganggu oleh bronchospasm dan laryngeal edema (Hurst 2008).
4 Jelaskan mengenai atopi, apakah keluarga os terdapat atopi?
Jawab : Atopi adalah suatu kelainan pada seseorang dengan kondisi
hipersensitivitas yang diturunkan secara genetik berupa kecenderungan
untuk membentuk antibodi IgE dan rentan terhadap terjadinya penyakit
seperti asma bronkial, rintis alergik, hay fever, konjungtivitas alergik, dan
dermatitis alergik (Tambayong 2000). Dengan melihat riwayat kelurga
DAFTAR PUSTAKA
Alimul AA. 2008. Praktikum Keterampilan : Dasar Praktik Klinik. Jakarta (ID):
Salemba Medika.
Brooker C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta (ID) : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care Seventh Edition.
Philadelpia (US): Lippincott Williams and Wilkins.
Hayes PC, Mackay TW. 1993. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Ronardy DH,
penerjemah. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan
dari : Churchills Pocketbook of Medicine.
Hurst M. 2008. Hurst Reviews: Pathophysiology Review. Brookhaven (US):
McGraw Hill.
Isselbacher, Braunwaid, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. 1999. Harrisons
Principles of Internal Medicine.. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Judarwanto W. 2005. Alergi makanan, diet, dan autisme. Jurnal Children Allergy
Center. Jakarta (ID): Children Family Clinic Jakarta.
PEMBAGIAN TUGAS
NAMA
Fadzilla Musanti C.
Cita Resmi
Intan Nur Fitriyana
Hanifah
Mulaningtiyas
Aliffina Budi A.
M. Almas Radifan
TUGAS
Editor
Gambaran Kasus
Problem list, diagram
alir
Asessment
Jawaban Pertanyaan
Problem list, diagram
alir
TTD