Anda di halaman 1dari 41

belajar dari sejarah bukan belajar sejarah

Adapun ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam


pembelajaran inovatif meliputi :
1. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode


mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).
Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama ( socialized recitation ). Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
untuk :
1. Mendorong siswa berpikir kritis.
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah
bersama.
4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Langkah-langkah metode diskusi:


1.

Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan


seperlunya, Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan ditentukan bersama-sama

oleh guru dan siswa.


2. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih
3.

pimpinan diskusi.
Para siswa berdiskusi dalam kelompok, sedangkan guru menjaga ketertiban dan dapat
memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok dapat

berpartisipasi aktif dan agardiskusi berjalan lancar.


4. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
5. Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi,dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi
dari tiap kelompok.
Kelebihan

1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Kelemahan
1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Manfaat
1. Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah.
2. Metode diskusi merupakan salah satu solusi dalam memecahkan persoalan-persoalan
kompleks yang sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat karenanya diskusi
merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik dan dilakukan atas
dasar kerjasama kelompok secara musyawarah dan demokratis.
2.

Metode demontrasi ( Demonstration method )


Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu


proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri
Djamarah, ( 2000).
Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
a. Tahap PersiapanPada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
3. Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas
apa yang didemonstrasikan.
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan
untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2.

Langkah pelaksanaan demonstrasi.

a)

Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir,


misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong

siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.


b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi
seluruh siswa.
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan
apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3.

Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses


pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini
diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak.
Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Kelebihan
1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu
benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

3. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui


pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan
1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat,
1985)
3. Model Examples Non Examples
Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group
investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa

dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini

dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan


menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan

lebih dicirikan oleh

penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin Ibrahin, 2000 : 3)


Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran
yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam
proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media
diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non
example adalah:

Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh
gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan
dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan
mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.
Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar
Langkah-langkah
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
3. Guru

memberi

petunjuk

dan

memberi

kesempatan

pada

siswa

untuk

memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
Kelebihan
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan metode example
non example antara lain:
a.

Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.


b.
Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
c.

membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example.

Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran examples non examples diantaranya :


a.

Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan dengan Kompetensi

b.

Dasar (KD)
Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang relevan dengan

Kompetensi Dasar (KD)


c.
Siswa diberi kesempata mengemukakan pendapatnya yang mengenai analisis gambar yang
relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)
Kelemahan
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan waktu yang banyak.
Manfaat
Menurut Buehl (1996) manfaat dari metode Example non Example antara lain:
1.

siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memper- luas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek

2.

siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example

3.

siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian
example.

4. Picture And Picture


Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran
ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini
menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam
bentuk carta dalam ukuran besar.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan


materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
Kelebihan
1.

Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan

2.

kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar

mengenai materi yang dipelajari.


3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk
menganalisa gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa
5.

mengurutkan gambar.
Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah
dipersiapkan oleh guru.
Kelemahan

1.

Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi
pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang
dimiliki.
3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama
dalam membahas suatu materi pelajaran.
4.

Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang
diinginkan.
Manfaat
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses

pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda
dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai
oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.

5. Cooperative Script
Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran cooperative script
yaitu :
1.

Model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994) adalah
skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi

berlangsung.
2. Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi(2007:18) adalah
pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan sosial siswa
dengan lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas.
3. Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa modelpembelajaran cooperative
script adalah secara tidak langsung terdapat kontrakbelajar antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa mengenai caraberkolaborasi.
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ideide

pokok

dalam

ringkasannya.

Sementara

pendengar:

(a)

Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b)


Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru
7. Penutup
Kelebihan
1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
2. Setiap siswa mendapatkan peran.
3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan
1. Hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas
pada dua orang tersebut).
6.

Student Teams-Achievement Divisions (STAD/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin,


1995)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru
mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang efektif.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi

6. Kesimpulan
Kelebihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok.
Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Meningkatkan kecakapan individu.
Meningkatkan kecakapan kelompok.
Tidak bersifat kompetitif.
Tidak memiliki rasa dendam.

Kelemahan
1.
2.

Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.


Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang

3.

pandai lebih dominan.


Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum.
4.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau
5.

menggunakan pembelajaran kooperatif.


Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan

pembelajaran kooperatif.
6. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

Manfaat
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang
disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh
penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang
diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan
menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan
menyenangkan.
7. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru,
yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari

jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian.
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Kelebihan
Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang berbeda
tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses
analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan
Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/
didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi
informasi.
9. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham


konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik (Arends et al., 2001).

Suatu pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip

penggunaan masalah sebagai sebuah titik awal untuk perolehan dan pengintegrasian
pengetahuan

baru

(H.S.

Barrows,

1982).

Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa


belajar

bagaimana

mengkonstruksi

kerangka

masalah,

mengorganisasikan

dan

menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,


mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau
kolaborasi dalam pemecahan masalah. Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator.
Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan
pengklarifikasian masalah. Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja
siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping,
peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang
mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Kelebihan

1.

Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya

dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktif dalam KBM
5. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa
yang lebih tinggi
7. Pembelajaran lebih bermakna
8. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan
merupakan masalah sehari-hari
9. Menjadikan siswa lebih mandiri
10.Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Kelemahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
Membutuhkan banyak waktu dan dana.
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
Membutuhkan waktu yang banyak
Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang

terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll


7. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
8. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.
Manfaat
Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa dengan melibatkan mereka
dalam pengalaman nyata atau simulasi. PBI juga membuat siswa menjadi pembelajar yang
otonom, mandiri. Secara terinci tujuan PBI adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerjasama yang
dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagi keterampilan inkuiri dan dialog
dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan berpikir.

2. Permodelan Peranan Orang Dewasa yang autentik


3. Pembelajar Otonom dan Mandiri
9.

Mind Mapping
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan

mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan
secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah
peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada. Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru

mengemukakan

konsep/permasalahan

yang

akan

ditanggapi

oleh

siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban


3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
7.
Cara ini cepat
8. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
Kelebihan
a. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
b. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kelemahan

a.
b.
c.

Hanya siswa yang aktif yang terlibat


Tidak sepenuhnya murid yang belajar
Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

Manfaat
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak
bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat
hingga 78%.
Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat gambar keseluruhan
10. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Think-Pair-Share (TPS) adalah metode pembelajaran sederhana dimana ketika guru
menyampaikan pelajaran di dalam kelas, para murid duduk berpasangan antara tim mereka.
Guru memberikan pertanyaan di dalam kelas. Murid diarahkan berfikir menuju sebuah
jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada sebuah
jawaban. Akhirnya, guru menanyakan untuk berbagi jawaban mereka pada saat istirahat.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan


dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

Kelebihan

3.

1.
Meningkatkan daya pikir siswa.
2.
Memberikan lebih banyak waktu pada siswa untuk berfikir.
Mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep sulit karena siswa saling membantu

4.

dalam menyelesaikan masalah.


Pengawasan guru terhadap anggota kelompok lebih mudah karena hanya terdiri dari 2 orang.
Kelemahan

1.Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa
yang membutuhkan perhatian lebih.
2.Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda sehingga akan dibutuhkan
waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang
benar.
3.Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi karena jumlah
pasangan yang sangat besar.
10.

Debat
Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara

individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui
voting atau keputusan juri. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang
berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang
(opositif).
Langkah-langkah :
1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas

3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro
untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide
dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru
terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari

data-data

di

papan

tersebut,

guru

mengajak

siswa

membuat

kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.


(Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat)
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
1)

Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.

2)

Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.

3)

Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.


Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya
adalah:

1)

Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.


Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya
diam dan pasif.

2)
3)
4)
5)

Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.


Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
Tema haruslah dapat diperdebatkan.
Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.

12. Role Playing ( Bermain peran )


Metode ini digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh tenaga didik. Jika anda mengampu mata pelajaran sejarah, ekonomi, maka
metode ini sangat cocok untuk dicoba.
Berikut langkah-langkah dalam penerapanya

Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
Kelebihan
Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan
1. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias
2. Membangkitkan

gairah

dan

semangat

optimisme

dalam

diri

menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi

siswa

serta

3. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
Kelemahan
1. Role playing/ bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercap
12.

Group Investigation (Sharan, 1992)


Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran

kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa
landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan
kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran
dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan
sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses
pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap
kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan
keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7). Group investigation adalah kelompok
kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah
sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok


3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok
mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi
penemuan
5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
Kelebihan
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group investigation juga
mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaranGI, yaitu sebagai
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.

berikut:
Secara Pribadi
dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
rasa percaya diri dapat lebih meningkat
dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
Secara Sosial a)meningkatkan belajar bekerja sama
a.belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
b. belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
c. belajar menghargai pendapat orang lain
d. meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3. Secara Akademis
a. siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan
b. bekerja secara sistematis
c. mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang
d. merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
e. mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat

f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang

digunakan sehingga didapat suatu

kesimpulan yang berlaku umum.


Kelemahan
Model Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa
kekurangannya, yaitu:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok
untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari
pengalaman yang dialami sendiri
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
e) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat
menggunakan model ini (Setiawan, 2006:9).
14. Snowball Throwing
Metode ini digunkan dalam segala kondisi, baik pada awal mata pelajaran, akhir dan
waktu evaluasi dalam pembelajaran. Lalu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam
menggunkan metode ini, yaitu cara menggunkanya. Dibawah ini akan saya jelaskan tahapan
dalam menggunakan metode snow ball throwing,
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
Kelebihan
a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan
melempar bola kertas kepada siswa lain.
b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena
diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
c) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang
dibuat temannya seperti apa.
d) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek.
f) Pembelajaran menjadi lebih efektif.
g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.
2) Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing adalah
a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang
dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya
seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang
tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
c) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi
guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
d) Memerlukan waktu yang panjang.
e) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
f) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

15. Facilitator And Explaining

Model

Pembelajaran Student

Facilitator

and

Explaining (SFAE) merupakan

model

pembelajaran dimana siswa/ peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan
peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk
menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam
merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada
apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam
kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk
menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang
lainnya
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6. Penutup
Kelebihan
a. Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.
b. Melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap permasalahan.
c. Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan, dan menghargai pendapat orang
lain.
d. Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.
e. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif,
f.
g.
h.
i.

rasional, guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompok.
Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka.
Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah.
Melatih kepemimpinan siswa.
Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan
pengalaman mereka.
Kelemahan

a. Timbulnya rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya.
b. Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaan pada teman yang
c.
d.
e.
f.

pintar.
Penilaian individu sulit, karena tersembunyi dibalik kelompoknya.
Memerlukan persiapan yang agak rumit dibandingkan dengan model lain.
Apabila terjadi persaingan yang tidak sehat, maka pekerjaan akan memburuk.
Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan
kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tersebut akan
gagal.
16. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu
Membaca Dan Menulis(Steven & Slavin, 1995)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and CompositionCIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok
pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
(Sumber : LPMP Jawa Barat)
Kelebihan
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak

3. kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak

4. seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik
akan dapat bertahan lebih lama
5. pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
6. pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
7. pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang
dinamis, optimal dan tepat guna
8. menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan
respek terhadap gagasan orang lain;
9. membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).
Kelemahan
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan
mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
17. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu
oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan
peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan
Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata
dalam pengajaran.
1. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan
dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
2. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kelemahan
Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
1. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
2. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.

3. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di
lapangan.
4. Biayanya cukup mahal.
5. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah,
untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya
wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah
untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel
mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Metode-metode pembelajaran sejarah


Berbagai ragam metode bisa digunakan untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam dengan model CTL dengan syarat memenuhi prinsip-prinsip REACT (Relating
(menghubungkan), Experiencing (mengalami), Applying (menerapkan), Colaborating
(bekerja-sama), dan Transfering (menyampaikan).
Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu.
Metode yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode itu
dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis materi. Ukurannya baik tidaknya
metode adalah terletak pada seberapa efektif metode itu dipakai untuk menghantarkan peserta
didik menguasai kompetensi yang ditentukan.
Metode untuk penguasaan ranah kognitif
Di bawah ini adalah beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengajarkan
struktur dan jenis materi-materi kognitif:
1) Examples non examples (contoh berupa gambar)
Banyak dari fakta baik dalam bentuk barang, benda, dokumen, dan gambar yang tidak
lagi dapat ditemui. Oleh karena itu, untuk membuat peristiwa-peristiwa bersejarah tetap
terpelihara tidak hanya dalam bentuk laporan verbal, perlu juga kiranya dihadirkan gambar
yang bisa menghantarkan pikiran seseorang untuk memasuki masa lampau tersebut.

Meskipun gambar itu tidak begitu representatif, paling tidak ada bentuk, jenis, atau kualitaskualitas tertentu yang mempunyai unsur kesamaan.
Gambar berfungsi sebagai alat bantu untuk menghadirkan fakta atau konsep sejarah yang
abstrak menjadi konkret. Contoh konkrit berupa gambar akan menjadi gantungan atau
jangkar ingatan peserta didik untuk menghafal beberapa kata, data, dan faka untuk
membangun kompetensi yang diharapkan. Penguasaan peserta didik atas kompetensi
kognitif berupa penguasaan atas informasi sangat membantunya untuk mengembangkan
sikap yang baik dan keteramplan motorik yang tinggi.
2) Timeline (Garis waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat
kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian
dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab-akibat dan bahkan bisa
meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan timeline beserta rentetan
peristiwanya.
3) Concept Map (Peta Konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam
benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa
memanfaatkan peta konsep untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah.
Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan
memahami alur sejarah dan memahami secara keseluruhan.
Dengan peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal materi sejarah
secara verbatim, kata per kata. Mereka punya kesempatan untuk membangun kata-kata
mereka sendiri untuk menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya.
4)Storyboard telling (papan cerita)
Papan cerita adalah salah satu metode yang tepat untuk menyampaikan materi sejarah
secara kronologis (berurutan) karena kronologis adalah termasuk karakteristik sejarah.
Metode ini adalah penggabungan antara peta konsep, timeline dan narasi (bercerita) yang
fungsinya adalah untuk membantu pemaparan pengetahuan sejarah.
5)Word Square (Kotak kata)
Word square merupakan permainan yang akhir-akhir ini banyak digemari orang seperti
halnya Sudoku. Bahkan banyak siswa yang asyik main sudoku atau word square saat guru
penuh semangat menyampaikan materi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau
memanfaatkan game atau permainan yang bisa mengajak otak untuk terus bekerja ini sebagai
metode pembelajaran.

6)Data terfokus
Metode ini menggunakan daftar yang memfokuskan perhatian peserta didik pada butirbutir penting yang dipelajari dan membantu guru menilai tingkat ketrampilan dan penguasaan
mereka menggambarkan butir-butir itu.
7) Scramble (Kata acak)
Scramble merupakan permainan yang digemari oleh semua orang tidak hanya
menyususn kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk berpikir secara
aktif dengan materi (kata teracak) yang ada. Peserta didik dianjurkan untuk tidak menjawab
pertanyaan secara langsung tapi dengan menyebut angka dari jawaban yang kata-katanya
teracak.
8)Make a Match (Mencari Pasangan)
Metode ini bisa dipakai untuk meninjau ulang proses pembelajaran yang berlangsung.
Guru bisa melakukannya bareng bersama peserta didik. Artinya, mereka disertakan sebagai
subyek untuk me-review atau meninjau ulang kegiatan.
Perancangan metode ini sangat simple, berikut beberapa langkah yang anda lakukan.
1.

Persiapkan kartu, jumlah kartu yang disediakan jumlahnya sama dengan jumlah siswa.
2. Jika jumlah siswa 40 orang, maka anda harus membuat soal 20 dan jawaban 20
3. Selanjutnya, soal yang 20 ini dibagi dengan siswa dan jawaban yang 20 juga
4. Setelah dibagi maka guru memandu metode ini untuk dijalankan
5. Jika ingin lebih seru lagi, buatlah satu atau dua soal dan jawaban yang tidak cocok
alias salah.

9) Learning Starts With a Question


Metode ini cocok untuk memulai pembelajaran topik baru di mana jenis dan struktur
materi pelajaran tertentu yang kadang sudah dibahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Supaya tidak terjadi pengulangan pembahasan topik, perlu ditanyakan sesuai tingkat
pemahaman dan kebutuhan peserta didik.
b.
1)

Metode Pembelajaran Untuk Ranah Psikomotorik dan Afektif


Information Search (Pencarian informasi)
Metode ini bisa dipakai dalam strategi pembelajaran inquiry, Problem based learning,
dan collaborative learning. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan yang menggugah siswa
untuk aktif mencari sendiri jawaban dengan cara bekerja sama dengan siswa lainnya.

Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh guru lebih baik menyangkit informasi- informasi
yang berhubungan dengan masalah sikap sehingga bisa menimbulkan diskusi kelompok yang
kondusif.
2) Group Investigation ( kelompok investigasi)
Metode ini hampir sama dengan information Search. Bedanya pada jenis penugasannya.
Mualai dari awal mengerjaan tugas dalam Group investigation dilakukan dalam kelompok.
Kerja sama yang solid atau kuat sangat dibutuhkan dalam metode ini.
3) Role Playing ( Bermain Peran)
Bermain peran bisa berbentuk memerankan dialog tokoh- tokoh dalam sejarah atau
memerankan diri atau kelompok sebagai ahli sejarah. Bentuk yang pertama bisa mengajak
peserta didik untuk menjiwai karakter atau tokoh sejarah. Dengan cara ini, siswa merasakan
dirinya sebagai actor sejarah dan akan sangat berkesan bagi mereka. Dialog- dialog yang
dipakai diusahakan untuk sederhana dengan tanpa meninggalkan gagasan- gagasan utamanya.
4) Problem based- Introduction (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Pembelajaran akan efektif kalau dimulai dengan masalah mendesak yang harus segera
dipecahkan, apalagi kalau masalah itu terkait erat dengan pribadi peserta didik. Oleh karena
itu, sebaiknya materi pelajaran diawali dengan penyajian masalah dan member kesempatan
kepada peserta didik ikut merasakan masalah dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5) Active Knowledge Sharing (Aktif berbagai Pengetahuan)
Ini adalah satu yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar dengan efektif dan
melibatkan unsure afektif. Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan
siswa disamping untuk membentuk kerja sama kelompok.
6) Students Facililitator and Experlaning (Jadi Fasilitator dan menjeaskan)
Metode ini menerapkan pola belajar dengan teori belajar sosial, yaitu anak belajar
melalui modeling, meniru atau mengikuti orang yang dianggap pantas untuk dijadikan
panutan. Guru adalah panutan yang baik bagi siswa diruang kelas. Disamping itu, guru juga
member kesempatan peserta didik untuk mendemonstrasikan pemahaman dan penguasaannya
atas materi yang disampekan.
7) Intant Assessment
Ini adalah metode yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi siswa. Guru bisa
mengetahui dengan singkat sikap peserta didik terhadap materi dan pembelajaran sejarah
kebudayaan islam.
8) Billboard Rangking ( Urutan nilai Luhur)

Metode ini sangat tepat digunakan untuk mendorong refleksi dan diskusi mengenai nilainilai, gagasan dan pilihan yang ada dalam sejarah kebudayaan islam. Materi- materi yang
mengajarkan aspek afektif bisa disampaikan dengan metode ini. Meskipun demikian, metode
ini tetap memperhatikan aspek- aspek kognitif.
9) Asswssment Search ( Menilai Kelas)
Metode ini cukup menarik untuk menilai kelas dalam waktu yang cepat dan sekaligus
melibatkan siswa sejak awal pertemuan untuk saling mengenal dan bekerja sama. Metode ini
bisa dipakai untuk kelas enam Madrasah Ibtidayah karena para peserta didiknya sudah bisa
mengembang berbagai ragam pertanyaan yang berbeda.
10) What? So what? (Apa? Untuk Apa? Lantas Apa?
Question Student Have (QSH)
Ini adalah metode yang dipergunakan dalam jenjang yang lebih tinggi. Biasanya
digunakan pada kelas VIII atau IX. Karena metode ini membutuhkan kecakapan pikir dalam
menjawab pertanyaan dari teman sekelas. Secara rinci metode ini diartikan sebagai suatu
metode yang menarapkan konsep bertanya dan menjawab yang di motori oleh siswa itu
sendiri. Disini siswa bisa mengeluarkan unek-unek dan bagian-bagian mana dalam suatu
materi yang tidak dimengerti kemudian dipecahkan secara bersama.
Cara penggunaan metode ini:
1.

Bagi kertas kepada semua siswa kemudan suruh mereka menuliskan sebuah pertanyaan yang
sekiranya belum dimengerti oleh siswa
2. Setelah lembar itu terkumpul, saatnya memechkan masalah secara bersam.
3. Peran guru dibatasi dengan tujuan agar siswa bisa mandiri
4. Guru boleh membantu jika ada siswa yang sudah tidak mampu memecahkan soal

Nilai- nilai dalm pembelajaran bisa ditingkatkan dengan cara meminta peserta didik
merefleksikan atau memikirkan ulang apa yang mereka baru pelajari dan menggali
kemungkinan penerapannya. Saat refleksi (berpikir ulang) ini sering disebut proses
pemantapan nilai atau juga permanenan hasil belajar.
11) Seering How it is (Mengetahui bagaimana Rasanya)

Seringkali satu topik dan kompetensi pembelajaran mendorong pemahaman, rasa


simpati,dan empati terhadap apa yang dialami oleh orang lain dlam situasi- situasi tertentu.
Salah satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan itu adalah menciptakan pembelajaran
afektif yang mendorong peserta didik mengetahui dan mengalami situasi yang tidak atau
jarang terjadi pada dirinya.
12) Sosiodrama
Drama atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita
yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun cara
pe;akunya harus memahami lebih dahulubtentang peranan masing-masing yang akan
dibawakannya.
Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak
disiapkan naskahnya lebih dahulu. Kesan dari drama yang dimainkannya sendiri akan besar
pengaruhnya kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang langsung berperan sandiwara,
maupun yang menyaksikan. Oleh karena itu metode sosiodrama.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki
tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas
pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian
mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun
pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang
dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang
sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu
menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,
menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya,
penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian
siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana
pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata
tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila
perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal
hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh,

menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model,
diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai
berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa
pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan
tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat
melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati
secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam
kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama
untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan
bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek
yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu
diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna,
ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin
jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal
itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang
daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang
lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari
sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan
pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku
khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki
keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b)
Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau
pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang
dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat
dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a)
Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit

untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya
transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena
itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada
metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada
yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu
perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum
sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan
umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan
pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal
yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumbersumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber
belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan
nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah
sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum,
jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya
wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek
pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah
tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan,
memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat
laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
18. Metode Discovery

Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolahsekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode
discovery ini:
(a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
(b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa,
(c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan
mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain
, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
(e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan
digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain,
sebelum sampai kepada generalisasi. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of
Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk
oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang
secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental

tersebut

misalnya

mengamati,

menggolong-golongkan,

membuat

dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.


Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang
mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah:

(a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi
pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian
dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai,
(c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas
pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan,
(d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e)
menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek
pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan
penemuan,
(g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan,
(h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan
data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang
membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut,
(i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya
sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum,
(j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun
sebagian atas tanggung jawabnya sendiri,
(k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya
dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya,
(l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
(m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh
kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan,
(n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan,
mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul,
(o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana,
(p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda.
Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar,
(q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta,

(r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang
bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa
yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri,
(s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau
pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui
strategi penemuan,
(t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau
teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan
pendekatannya.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari
suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek
pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang
dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan
kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani (2004:39)
yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang
diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik
kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam
situasi baru.
19. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk
menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik
sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan
penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.

Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif,
dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu
inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu
yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik
dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan
yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235). Strategi
pelaksanaan inquiry adalah:
(1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan
diajarkan.
(2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya
bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
(3)

Guru

memberikan

penjelasan

terhadap

persoalan-persoalan

yang

mungkin

membingungkan peserta didik.


(4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
(5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang
dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti
suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam
kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil
laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno
kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang
terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif
mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang
lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada
metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan
sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa
melakukan

semua

kegiatan

di

atas

berarti

siswa

sedang

melakukan

inquiry.

20. Circuit Learning


Circuit leraning (belajar memutar) dikembangkan oleh Teller (dalam
De Porter, 1999: 180) seorang konsultan pendidikan, model pembelajaran
ini memuat tiga langkah berurutan.
Langkah-langkah atau Sintaks Model Pembelajaran Circuit Learning yaitu:
a. Melakukan tanya jawab tentang apa saja kegiatan manusia yang dapat merusak alam
b. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang kegiatan manusia yang merusak
ekosistem.
c. Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel. (terlampir)
d. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
e. Menjelaskan bahwa setiap mengisi lembar kerja siswa dan mengisi bagian dari peta
konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri
f. Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan akan dipersentasikan.
g. Melaksanakan persentasi dari setiap kelompok bagian peta konsep yang telah
dikerjakannya.

h. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil persentasi yang bagus
serta memberikan semangat kepada yang belum dapat pujian atau hadiah untuk
berusaha lebih giat lagi
Kekurangan/kelemahan dari Model Pembelajaran Circuit Learning, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang relatif lama
b. Tidak semua pokok bahasan bisa disajikan berupa peta konsep

Kelebihan dari Model Pembelajaran Circuit Learning, yaitu:


a. Kreativitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasa sendiri lebih terasah
b. Konsentrasi yang terjadi membuat siswa fokus dalam belajar
Manfaat
a.

Keadaan tenang pada saat belajar sehingga dapat mengkondisikan siswa

agar siap mengikuti pembelajaran.


b. Peta pikiran dan catatan tulis susun
Siswa mencatat apa yang di tulis

guru

di

papan

tulis

dengan

kreativitasnya masing-masing tetapi tetap memperhatikan simbol-simbol


dalam menuliskan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
c. Menambah dan mengulang
Setelah siswa memperoleh materi yang telah diberikan oleh guru,
melalui metode tanya jawab guru mengingatkan kembali hal-hal yang
penting dari materi yang telah di bahas pada setiap kali pertemuan.
Disebut

model

belajar

memutar

karena

siswa

benar-benar

menempuh informasi dalam pola yang sama setiap hari. Model ini sangat
menghemat waktu, karena dengan memaksimalkan waktu dalam kelas,
maka akan meminimalkan waktu belajar di rumah.

Belajar memutar di mulai dengan keadaan pikiran yang sukses dan


percaya diri. Kebanyakan siswa mempunyai asosiasi negatif dengan ujian.
Mereka takut, dan rasa takut membuat mereka tertutup. Setelah berjamjam belajar, mereka menghadapi ujian dengan pikiran kosong. Bahkan
murid yang paling tekun sekalipun kadang-kadang mendapatkan kesulitan
menghadapi tes. Jadi, langkah pertama adalah menerobos keadaan
negatif tersebut dan menggantinya dengan pikiran dan perasaan yang
memberdayakan.

Dalam

Circuit

Learning

ini,

siswa

setiap

hari

mendapatkan pola belajar menambah dan mengulang.


Dari berbagai metode yang dijelaskan diatas, Kesimpulannya ialah tidak ada satupun
metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang sempurna. Karena tiap-tiap
metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga
pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai
kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode. Oleh karenanya harus ada keseimbangan antar
peserta didik dan pendidik agar pemelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan
pembelajarannya serta peserta didik dapat mengimplementasikan pengetahuannya dalam
kegiatannya sehari-hari, karena belajar dari sejarah itu sesungguhnya adalah proses
pembelajaran untuk menjadi lebih bijaksana.

Daftar Pustaka

Huda, Miftahul.2013.Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarata .Pustaka


Pelajar.
Hasibuan, J.J, dan Mudjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.
Komalasari Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
2.

Anda mungkin juga menyukai