Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KASUS:

SPEKULASI ATAU PERSEPSI DI KASUS KOPI BERSIANIDA


Indonesia sebagai negara hukum selalu mencita-citakan agar tercapainya kekuasaan yang berkaitan erat
dengan kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. A.V Dicey mengaitkan prinsip
negara hukum dengan rule of law, dimana hukum menjadi pedoman, pengendali, pengontrol, dan pengatur dari
segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Perlu diketahui pula ciriciri negara hukum adalah supremacy of law,
equalitiy before the law, due process of law, prinsip pembagian kekuasaan, peradilan yang bebas tidak
memihak, peradilan tata usaha negara, peradilan tata negara, perlindungan hak asasi manusia, demokrasi,
welfare state, transparansi, serta kontrol sosial9 . Sehingga, tidak dapat dipungkiri dalam suatu negara hukum
akan terjadi proses peradilan, dimana hal yang harus tercermin ialah proses peradilan yang transparan, wajar,
dan tidak berbasiskan kekuasaan.

Pembuktian merupakan masalah penting dalam suatu proses peradilan karena terdapat proses pembuktian
dalam rangka penanganan kasus tertentu, baik pidana maupun perdata, untuk menghindari atau setidaknya
meminimalkan putusan-putusan pengadilan yang tersesat dengan mengandalkan kecermatan dalam menilai
alat bukti di pengadilan. Selain hal diatas, proses pembuktian dikatakan penting dalam penangan suatu perkara
apapun karena akan menentukan seseorang dalam posisi benar atau salah, melanggar hukum atau tidak, yang
akan berakibat dijatuhkan sanksi atau tidak11 (Munir Fuady, 2012, Teori Hukum Pembuktian Pidana dan
Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5)
J.C.T Simorangkir, dkk.12 menyatakan bahwa pembuktian adalah usaha dari yang berwenang untuk
mengemukakan kepada hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang
bertujuan supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan keputusan seperti perkara
tersebut. (J.C.T Simorangkir, dkk., 1985, Kamus Hukum, Jakarta: Aksara Baru, h.135 dalam Andi Sofyan dan
Abd. Asis., 2014, Hukum Acara Pidana : Suatu Pengantar, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, h. 230)
Dalam hukum acara pidana, dikenal dengan sistem pembuktian negatif (negatief wettelijk bewijsleer), dimana
hal yang dicari oleh hakim adalah kebenaran yang materiil. Sistem pembuktian negatif merupakan sistem
pembuktian di depan pengadilan agar suatu pidana dapat dijatuhkan oleh hakim, harus memenuhi dua syarat
mutlak, yakni alat bukti yang cukup dan keyakinan hakim. Dengan demikian, tersedianya alat bukti saja belum
cukup untuk menjatuhkan hukuman pada seorang tersangka14. Sistem pembuktian negatif diakui secara
eksplisit oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP), melalui pasal 183
yang menyatakan: Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya Sistem pembuktian negatif dalam sistem
pembuktian pidana diberlakukan karena yang dicari oleh hakim pidana adalah kebenaran materil (materiele
waarheid).

Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Atas Alasan Yang Logis (La Conviction Raisonnee) Teori ini
muncul sebagai suatu pembuktian yang bebas, karena hakim bebas menyebutkan alasan-alasan dalam
menjatuhkan putusan. Teori ini tidak diatur secara limitatif oleh undang-undang. Pokok ajaran sistem
pembuktian ini ialah sebagai berikut: a. Keyakinan hakim, dimana harus termuat, b. Alasan-alasan ada yang
menyebabkan hakim yakin dan dasar alasan-alasan yang tidak terikat kepada alat pembuktian yang diakui oleh
undang-undang saja, tetapi dapat juga dipergunakan alat pembuktian di luar undang-undang. Keyakinan hakim
harus didasarkan pada suatu kesimpulan yang logis, yang tidak didasarkan pada undang-undang, tetapi
ketentuan-ketentuan menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan
pembuktian yang mana yang ia akan pergunakan17. Hakim dapat memutuskan seseorang bersalah
berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan
kesimpulan (conclusive) yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu,
Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif ini menekankan pada sekurang-kurangnya
terdapat dua alat bukti yang sah, sebagaimana dikemukakan pada pasal 183 KUHAP. Dari adanya alat bukti
tersebut, hakim memperoleh keyakinan terjadinya suatu perkara hukum dan pelaku bersalah melakukannya.
Kebenaran yang diwujudkan harus berdasarkan bukti yang tidak diragukan, sehingga kebenaran itu dianggap
bernilai sebagai kebenaran yang hakiki16
Merujuk pada ketentuan KUHAP, petunjuk dalam perkara persaingan usaha dapat diartikan sebagai isyarat
akan adanya perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan
yang lain, maupun dengan laporan dugaan Tindak Pidana
Pasal 183 KUHAP, yang menentukan bahwa untuk menentukan kesalahan seseorang harus berdarkan pada
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan diperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
telah terjadi.
Alat-alat bukti yang telah penulis jelaskan sama dengan alat-alat bukti yang terdapat dalam Pasal 184 KUHAP
(keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa).
1.
2.
3.
4.
5.

KETERANGAN SAKSI
KETERANGAN AHLI
SURAT
PETUNJUK
KETERANGAN TERDAKWA

KETERANGAN SAKSI
Pasal 1 Angka 27 KUHAP menentukan bahwa keterangan saksi adalah salah satu bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu periwtiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan

ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Sedangkan yang dimaksud dengan saksi
dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 26 KUHAP, yaitu orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan
ia alami sendiri. Pada prinsipnya keterangan yang harus diberikan saksi di ruang sidang pengadilan dalam
memberi keterangan yang sebenarnya meliputi apa yang dilihatnya, apa yang didengarkannya, atau apa yang
dialaminya sendiri dengan menjelaskan secara terang sumber dan alasan pengetahuannya sehubungan
dengan peristiwa dan keadaan yang dilihatnya, didengarnya, atau dialaminya, serta sejalan dengan berita acara
penyidikan.
KETERANGAN AHLI
Keterangan ahli ialah bagaimana seseorang mampu memberikan penilaian terhadap suatu hal yang nyata,
sesuai dengan kemampuan diri dalam bidang tertentu dan dapat mengambil kesimpulan terhadap hal tersebut.
Dalam KUHAP bahwa keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan (Pasal 1 Angka 28 KUHAP).
SURAT
Alat bukti surat memiliki kekuatan yang sama dengan alat bukti surat dalam hukum acara perdata yang termuat
dalam Pasal 165-167 HIR, yang menyatakan 3 (tiga) macam surat sebagai alat bukti, yaitu:
a. Akta autentik, merupakan surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang mempunyai
wewenang untuk membuat surat tersebut, dengan maksu untuk menjadikan surat tersebut sebagai alat
bukti.Pejabat umum yang di maksud ialah Notaris, Pegawai Catatan Sipil, Juru Sita, Panitera Pengadilan, dan
sebagainya. Akta autentik merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak yang berperkara. Dengan
demikian, ini berarti isi akta tersebut oleh hakim dianggap benar, selama ketidakbenarannya tidak dapat
dibuktikan. Akta autentik mempunyai 3 (tiga) macam kekuatan pembuktian, yaitu26: - Kekuatan pembuktian
formil, guna membuktikan antara para pihak, bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta
tersebut.
Kekuatan pembuktian materiil, guna membuktikan bahwa antara para pihak terdapat peristiwa yang termuat
dalam akta benarbenar terjadi - Kekuatan mengikat, guna membuktikan bahwa antara para pihak dan pihak
ketiga, pada tanggal yang termuat dalam akta, telah menghadap kepada pejabat umum tadi dan menerangkan
apa yang ditulis dalam akta tersebut
b) Akta dibawah tangan, merupakan surat yang ditandang tangani dan dibuat dengan maksud mempunyai
kekuatan bukti suatu perbuatan hukum. Akta ini akan memiliki kekuatan bukti yang sempurna seperti akta
autentik, apabila isi dan tanda tangan dari akta tersebut diakui oleh orang yang bersangkutan.
c) Surat biasa/surat bukan akta, tidak termuat secara jelas dalam HIR maupun kitab undang-undang hukum
perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata). Walaupun surat-surat yang bukan akta ini sengaja dibuat oleh yang

bersangkutan, namun pada asasnya tidak dimaksudkan sebagai alat pembuktian dikemudian hari. Oleh karena
itu, suart-surat yang demikian itu dapat dianggap sebagai petunjuk ke arah pembuktian. Berdasarkan pasal
1881 ayat (2) KUHPerdata, maka surat bukan akta agar dapat mempunyai kekuatan pembuktian, sepenuhnya
bergantung pada keyakinan hakim.

PETUNJUK
Sebagai acuan, dalam ketentuan Pasal 188 ayat (1) KUHAP, dinyatakan bahwa petunjuk adalah perbuatan,
kejadian, atau keadaan, yang karena 39 persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
Ayat (2) pasal ini menyatakan pula mengenai perolehan suatu petunjuk hanya dari keterangan saksi, surat,
keterangan terlapor.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ardito Muwardi mengkritik saksi ahli pihak
Jessica Wongso, Djaja Surya Atmadja, yang mengesampingkan bukti tidak langsung (circumstantial evidence)
pada kematian Wayan Mirna Salihin yang diduga akibat kopi bersianida.
"Ahli hanya menjelaskan tentang kondisi mayat. Padahalcircumstantial evidence adalah bagian tidak
terpisahkan dari analisis penyebab korban meninggal dunia," ujar Ardito usai persidangan di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, Rabu (7/9).
Menurut dia, penentuan penyebab kematian tidak cuma dilihat dari mayat dan hasil laboratorium, tetapi juga
dengan gejala-gejala yang diperlihatkan korban sebelum meninggal dan urutan kejadian sampai Mirna
meminum es kopi vietnam dan kolaps satu menit setelahnya.
Keterangan Djaja, lanjut Ardito, bertentangan dengan pendapat saksi ahli lain pada persidangan sebelumnya
yang berpegangan pada bukti selain keadaan jenazah.
Adapun pada persidangan hari ini, Rabu (7/9), pakar patologi forensik Universitas Indonesia Djaja Surya
Atmadja sempat ditanya pihak JPU mengenai pentingnya "circumstantial evidence" dalam kasus Mirna.
"Circumstantial evidence tidak terlalu penting," ujar Djaja yang lebih memilih menyandarkan bukti-bukti pada
ciri-ciri mayat, hasil laboratorium forensik, dan otopsi sebagai langkah pasti penentuan penyebab kematian
seseorang.
Hari ini, Rabu (7/9), pihak terdakwa menghadirkan dua saksi ahli. Selain Djaja, didatangkan pula pakar
toksikologi kimia Budiawan. Namun karena keterbatasan waktu, keterangan Budiawan akan didengarkan pada
persidangan berikutnya, Rabu (14/9).
Wayan Mirna Salihin tewas pada Rabu, 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta. Korban diduga
meregang nyawa akibat menenggak es kopi vietnam yang dipesan oleh temannya, terdakwa Jessica Kumala
Wongso.

Dengan prinsip pembuktian perkara pidana yang berlaku dalam KUHAP, yaitu dengan berpedoman
dengan Pasal 183 KUHAP, yang menentukan bahwa untuk menentukan kesalahan seseorang harus
berdarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan diperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar telah terjadi.

Doktrin res ipsa loquitur dalam bahasa Inggris berarti the thing speaks for itself (benda tersebut yang berbicara
(terjemahan bebas)). Doktrin ini dalam hukum perdata hanya relevan dan berlaku untuk kasus perbuatan
melawan hukum dalam bentuk kelalaian (negligence) dan tidak berlaku untuk perbuatan melawan hukum dalam
bentuk kesengajaan atau tanggung jawab mutlak. Doktrin ini merupakan doktrin pembuktian dalam hukum
perdata yang membantu pihak penggugat untuk membuktikan kasusnya. Pihak yang mengajukan gugatan
harus membuktikan kesalahan dari pelaku, jika merupakan kelalaian maupun kesengajaan. Pembuktian ini
seringkali sangat menyulitkan korban untuk membuktikan bahwa terdapat kelalaian pelaku sehingga terjadi
perbuatan melawan hukum yang merugikan korban. Pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum dalam
bentuk kelalaian dalam kasus-kasus tertentu tidak perlu membuktikan adanya unsur kelalaian dari pihak pelaku,
akan tetapi cukup dengan menunjukkan fakta yang terjadi dan menarik sendiri kesimpulan bahwa pihak pelaku
kemungkinan besar melakukan perbuatan melawan hukum tersebut, bahkan tanpa perlu menununjukkan
bagaimana pihak pelakunya berbuat sehingga menimbulkan perbuatan melawan hukum tersebut. Doktrin ini
semacam bukti 20 sirkumstansial/circumstantial evidence merupakan suatu bukti tentang fakta dari fakta-fakta
mana suatu kesimpulan yang masuk akal ditarik1 . Circumstantial evidence/indirect evidence/bukti tidak
langsung merupakan jenis bukti yang dilihat dari segi kedekatan antara alat bukti dan fakta yang akan
dibuktikan. Jenis lainnya ialah direct evidence/bukti langsung, dimana saksi melihat langsung fakta yang akan
dibuktikan, sehingga fakta tersebut terbukti langsung (dalam satu tahap saja) dengan adanya alat bukti
tersebut2

Berbeda dengan direct evidence, circumstantial evidence/bukti tidak langsung yang disebut juga bukti
sirkumstansial adalah suatu alat bukti dimana antara fakta yang terjadi dan alat bukti tersebut hanya dapat
dilihat hubungannya setelah ditarik kesimpulan-kesimpulan tertentu4 (Ingrid Gratsya Zega, 2012, Thesis
dengan judul : Tinjauan Mengenai Indirect Evidence (Bukti Tidak Langsung) Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus
Dugaan Kartel Fuel Surcharge Maskapai Penerbangan Di Indonesia, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, h.80)

Pengertian lainnya menyebutkan bahwa circumstantial evidence merupakan Evidence of a fact that is not itself
a fact in issue, but is a fact from which the existence or non-existence of a fact is issue can be inferrer.

Circumstantial evidence operates indirectly by tending to prove a fact relevant to the issue5 (circumstantial
evidence merupakan suatu fakta yang bukan menjadi satu-satunya fakta yang berkaitan dengan suatu perkara,
namun fakta tersebut berasal dari fakta-fakta yang berkaitan ataupun tidak dengan kasus tersebut, yg kemudian
dapat diambil kesimpulan (terjemahan bebas)) (Munir Fuady, 2012, Teori Hukum Pembuktian Pidana dan
Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5)
Dari beberapa pengertian circumstantial evidence, dapat diketahui bahwa bukti tersebut merupakan bukti yang
melihat adanya hubungan antara fakta yang ditemukan dengan alat bukti yang di peroleh sehingga dapat ditarik
kesimpulan tertentu dalam hal pembuktian suatu kasus. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Munir Fuady,
bukti circumstantial evidence haruslah memiliki relevansi yang rasional yang dapat menunjukkan bahwa
penggunaan bukti tersebut dalam proses pengadilan, lebih besar kemungkinan dapat membuat fakta yang
dibuktikan tersebut menjadi lebih jelas dari pada jika tidak digunakan alat bukti tersebut6 . (Munir Fuady, 2012,
Teori Hukum Pembuktian Pidana dan Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5)

Aristoteles membagi filsafat ke dalam tiga bidang studi sebagiberikut :


Filsafat Spekulatif/ Teoretis
Filsafat

Filsafat Praktika

Filsafat Produktif
1.
Filsafat Produktif. Filsafat produktif ialah pengatahuan yang membimbing dan menuntun manusia
menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini ialah krituk sastra retorika, dan
estetika. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini ialah agar manusia sanggup
menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.

Logika yang oleh Aristoleles disebut analitika (untuk meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar) dan dialetetika (untuk meneliti argumentasi yang diragukan kebenarannya) tidak termasuk ke dalam
salah bidang tersebut. Ini karena menurut Aristoteles analitika dan dialektika adalah metode dasar bagi
pengembangan ketika bidang filsafat tersebut.

Will Durant. Dalam bukunya yang berjudul The story of Philosophi yang diterbitkan sejak tahun 1927,
mengemukakan lima bidang studi filsafat sebagi beriku :
1.
Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari
observasi, instripeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sistesis dan sebagainya.

LOGIKA FORMAL & LOGIKA MATERIAL


Logika Formal :
Dalam maknanya yang sejati, LOGIKA berarti
Pengkajian Struktur dan Prinsip-2 Penalaran
Dalam makna ini, yang dikaji oleh logika bukan
Kebenaran (Truth) atau Kekeliruan (Falsity) suatu
penalaran yang berkenaan dengan Materi (ISI)
penalaran tetapi Kesahihan (Validity) suatu
Penalaran, yaitu berkenaan dengan Bentuk (Form)
Penalalaran
Jadi : Yang Logik belum tentu Benar
Dalam keseharian orang cenderung memaksudkan
Logika Formal ini

CONTOH BERBAGAI SILOGISME YANG TIDAK

SAHIH

PREMIS BETUL, KESIMPULAN SALAH


Abu suka menolong
orang baik suka menolong

Abu orang baik ????

Edo bersuara merdu


Penyanyi bersuara merdu

Edo adalah penyanyi ????

PREMIS SATU ATAU DUA2NYA KELIRU TAPI KESIMPULAN BETUL


Semua malaikat adalah benda fisik
Batu adalah benda pisik
Batu adalah malaikat
Semua beo adalah mahluk hidup
Ikan mujair adalah beo

Ikan mujair adalah mahluk hidup

Adat adalah peraturan tertulis


KUHP adalah adat istiadat

KUHP adalah peraturan tertulis

KEBENARAN (n)
1. Keadaan (hal dsb) yg cocok dng keadaan (hal) yg sesungguhnya.
2. Sesuatu yg sungguh-sungguh (benar-benar) ada.
3. Kelurusan hati; kejujuran.
4. Izin; persetujuan; perkenan.
5 Jk kebetulan.

Penelitian sejarah yang dilakukan para ahli bertujuan untuk mencari kebenaran. Kebenaran yang dimaksud
adalah kebenaran menurut ukuran ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan ini, kebenaran dapat dibagi menjadi
beberapa jenis seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Kebenaran Pragmatis
Kebenaran yang menurut teori ini sesuatu dianggap benar bila terbukti sesuatu itu mendatangkan manfaat.

Konsep kebenaran ini nampaknya kurang cocok untuk mengukur kebenaran sejarah, apalagi kalau pragmatis
itu dilihat dari segi manfaat langsung. Tetapi kalau manfaat itu berkait dengan kegunaan tidak langsung dan
bersifat tidak imateriil, bisa saja dengan kriteria kebenaran ini.
Kebenaran empiris
Kebenaran yang umumnya menunjuk kepada yang dianggap benar bila sesuai dengan pengalaman inderawi
atau dapat diamati oleh indra. Menurut pandangan ini, suatu pernyataan dianggap benar bila didukung oleh
fakta empiris. Artinya penyajian atau pembuktian secara empirislah yang dianggap lebih mensahkan
pernyataan kebenaran itu bisa diterima atau tidak. Dengan prinsip bahwa suatu pernyataan sejauh itu dianggap
benar kalau ada kenyataan empris, maka teori kebenaran ini bisa saja digunakan untuk studi sejarah, asal para
sejarawan benar-benar memiliki perhatian dan sungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan dan
melakukan interpretasi tanpa ditumpangi kepentingan, kecuali untuk kepentingan ilmiah.

> Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat mutlak (absolut), tidak berobah-obah dan abadi. Ia sebaliknya bersifat
nisbi, sementara dan kira-kira. Kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui kejadian-kejadian sejarah,
atau melalui pembuktian logis atau matematis. Dengan perkataan lain, apa yang sekarang kita anggap
kebenaran adalah selamanya merupakan produk dari proses pengembangan dan perbaikan kebenaran tua
selama bertahun-tahun yang melelahkan, sesuatu yang kurang umum, yang ruang lingkupnya terbatas dan
bahkan mungkin dianggap kuno sekarang ini. Lagi pula, yang sekarang dianggap sebagai kebenaran mungkin
kelak hanyalah merupakan kira-kira yang kasar dari kebenaran yang lebih benar. Bahkan ia mungkin kelak
dikeluarkan dari bidang ilmu pengetahuan sebagai suatu mitos atau omong kosong belaka.

MATERIAL
KESESUAIAN ANTARA
REALITAS DAN PENJELASAN/
ARGUMEN/

MORAL
KESESUAIAN ANTARA
REALITAS DENGAN NILAI/
PETUNJUK PERILAKU/

HUBUNGANNYA DGN KONTEKS/ KONTEKSTUAL ATAU TIDAK

TRUE/ TRUTH OR FALSE

WRIGHT OR WRONG

Kebenaran berdasarkan teori korespondensi


Sesuatu dinyatakan benar apabila terdapat kesesuaian antara pernyataan atau materi pengetahuan yang
terkandung dalam pernyataan ituberkorespondensi/berhubungan/sesuai dengan objek yang dimaksud dalam
pernyataan. Dalam hal ada pengertian bahwa fakta yang merupakan pernyataan dari suatu peristiwa sesuai
atau dapat dibuktikan berdasarkan realitas.
Kebenaran menurut teori koherensi
Sesuatu atau pernyataan itu dianggap benar, apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya. F. H. Bradley menyatakan bahwa kebenaran sebagai suatu pernyataan
dianggap benar bila itu dalam keadaan saling berhubungan, relevan dengan lain yang benar. Kebenaran
sejarah merupakan rumusan dari suatu jaringan antarfakta yang saling berkaitan. Kebenaran sejarah
ditentukan oleh suatu kecermatan penelitian, pengusutan terhadap koherensi (konsitenitas) dan hubungan
antarfakta yang kait mengkait dalam suatu jaringan (historis) tersebut.

CIRI2 PENALARAN PILOSOFIS


KRITIS (SELALU INGIN TAHU MENUJ U KEBENARAN)
ANALITIS (MEMILAH-MILAH,UNTUK MELIHAT UNSUR)
SKEPTIS (MERAGUKAN SESUATU)
RADIKAL (MENGAKAR, MENDASAR)
HO LISTIK (LUAS, LENGKAP, MENYELURUH)

Metoda Pencarian Kebenaran dgn Filsafat:


ARG UMENTATIF : Pemaparan Pendapat dgn dasar-dasar
pemikirannya
NON EMPIRIK

: Tidak berdasarkan pengalaman inderawi.

SKEPTISLAH TERUTAMA TERHADAP :


a. Diri sendiri
b. Orang ahli di bidangnya
c. Sesuatu yang kelihatannya berjalan sangat biasa/ sangat normal

BERFIKIR KRITIS DAN


BERFIKIR KREATIF
u

KRITIS MENUJ U KEBENARAN, BERFIKIR TING KAT


TING G I (HIG HER O RDER THINKING ) YANG
ARG UMENTATIF.

KREATIF PENILAIAN (KREATIF) TENTANG


PENINGKATAN MAKNA SESUATU

KEBENARAN dan MAKNA bertopang pada BENTUK,


PROSES, dan isi PEMIKIRAN

Yang membatasi berfikir/ pengetahuan /


cara pandang kita

1. Budaya dimana kita berkembang/dibesarkan


(Values of Culture)
2. Agama yang kita anut (dogmatif agama)
3. Sistem pengetahuan yang sudah kita terima.

KESESATAN PENALARAN (FALLACY)


1. Argumentum Ad Verecundiam (Arg. Auctoritatis) (Sesat
karena melihat ketokohan)
2. Argumentum Ad Baculum (Sesat krn takut dipukul
Tongkat pemukul)
3. Argumentum Ad Populum (Sesat krn kata orang banyak
pendapat populer)
4. Argumentum ad Misericordiam (Sesat karena Rasa
Kasihan)
5. Argumentum ad Hominem (Sesat karena melihat orangnya
cantiknya, gantengnya, anak org terkenal)
6. Argumentum ad Ignoratiam (Sesat krn blm pernah
menemukan, blm pernah tahu, blm pernah mengalami)

7. Petitio Principii
8. Ignoratio Elenchi
9. Non Causa, Pro Causa
10. Aksidensi
11. Komposisi dan Divisi
12. Pertanyaan / Pernyataan yang kompleks

Dijelaskan tersendiri

Dunia kita adalah persepsi kita. Dunia adalah dunia sebagaimana kita mempersepsinya. Itulah argumen yang
diajukan oleh George Berkeley lebih dari dua ratus tahun silam. Sikap kita terhadap orang lain dan dunia
sebagai keseluruhan amat tergantung dari persepsi yang bercokol di kepala kita.
Seringkali, persepsi yang ada di kepala kita tidak cocok dengan kenyataan yang sebenarnya. Persepsi yang
salah inilah yang melahirkan konflik dan berbagai ketegangan di dalam hidup manusia, baik pada tingkat pribadi
maupun sosial. Orang yang merasa, bahwa persepsinya adalah kebenaran mutlak dan sesuai 100 persen
dengan kenyataan, adalah orang yang hidup dalam delusi. Teori-teori Marxis menyebutnya sebagai ideologi,
yakni kesadaran palsu tentang dunia.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu
proses di terimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada umumnya stimulus
tersebut diteruskan oleh saraf ke otak melalui pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang di indera tersebut

menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan (Davidoff dalam Walgito, 2000:53).
Persepsi itu merupakan aktivitas yang integrateed, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti
perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri
individu masyarakat akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (Walgito, 2000:54)
Dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir
tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu
yang lain tidak sama.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi adalah faktor internal: perasaan, pengalaman, kemampuan
berpikir, motivasi dan kerangka acuan. Sedangkan faktor eksternal adalah : stimulus itu sendiri dan keadaan
lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh pada persepsi. Bila
stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang
mengadakan persepsi karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi
yang mempersepsi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat
Robbins ( 2001 : 89 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yabg dapat mempengaruhi persepsi
masyarakat, yaitu:
1.
Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang
dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.
2.
Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa
yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar
belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan atau yang mirip
3.
Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur
lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

Beberapa Istilah Dalam Ilmu :


Sistematik : Tekanan pengertiannya pada urutan tindakannya, harus
yang mana lebih dulu skala prioritas.
Sistemik : Tekanan pengertiannya pada saling keterpengaruhannya,
saling kaitan antara yang satu dengan yang lain.
Verifikasi : Penelusuran kembali prosesnya dengan metode yang sama, dan
hasilnya tetap sama. Mencek kebenaran; Orang yg lain dengan
cara yang sama, memperoleh hasil yang sama kebenaran
inter sujektif.
Falsifikasi:. Mencoba mencek kekeliruan dari suatu proses/ theori.
Valid

: Mengukur apa yang akan diukur.

Semua ilmu mempunyai kesalahan, ilmu2 sosial lebih


besar kemungkinan false

Assumsi
= Pengandaian
Konsisten = Ajeg dilakukan dengan cara yang sama
Paradigma = Konsep, cara pandang, sistem berfikir yang bersumber dari
keyakinan seseorang atau sekelompok ilmuwan
Induksi
= suatu cara menarik kesimpulan dengan sarana utama adalah
statistik a = cocok b = cocok c = cocok
kelompok abc = cocok.
Entitas
= Keberadaan
Liability
= Pertanggung jawaban sesuai dengan statement/pernyataan.
Halusinasi = Melihat sesuatu tanpa ada objeknya
Ilusi
= Melihat sesuatu (ada objeknya) tapi dgn gambaran yg lain
Dejavu
= Merasa pernah melihat sesuatu
J amevu
= Merasa tidak pernah melihat sesuatu hal itu.
Valid
= Dapat diukur
Universal
= Berlaku umum di bumi
Truth
= Kebenaran
Falsity
= Kesalahan
Aksiologi
= Kegunaannya untuk apa,
Ontologi
= Apa kebendaannya
Epistemologi = Pengetahuan mengenai pengetahuan
Abduktif
= Diambil sebagian dari keseluruhan.
Shahih
= Mengukur yang mau diukur dengan alat yang relevan
Pragmatis
=Yg lbh baik itu yg ada gunanya atau yg lebih berguna.

ORET2 TGS UTS TIK BPR


Visi polri yang telah saya canangkan, yakni menuju polri yang semakin profesional, modern, dan
terpercaya guna mendukung terciptanya indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berdasarkan gotong royong, yang kemudian dijabarkan dalam misi dan optimalisasi pada sebelas
program prioritas kapolri, kiranya dapat dilaksanakan dengan penuh semangat dan tanggung
jawab yang tinggi.
Sebagai aparat penegak hukum, polri harus mampu menciptakan penegakan hukum yang lebih
profesional dan berkeadilan. Hal ini diwujudkan melalui penanganan penanganan kasus secara
transparan dan akuntabel, menghilangkan budaya penanganan perkara yang berbelit belit serta
meningkatkan kualitas penyidik polri secara berkesinambungan.
Sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat, polri berkewajiban untuk meningkatkan
kualitas layanan. Memberikan pelayanan publik yang mudah diakses masyarakat, lebih cepat,
bebas calo dan berbasis teknologi informasi.

Mengingat besarnya peran teknologi informasi bagi setiap organisasi publik dan swasta dalam era
global membawa dampak dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga
dapat mempengaruhi meningkatnya kualitas pelayanan.
Permasalahan
Diperlukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kemampuan penegakan disiplin Sipropam
Polres X. Oleh karena itu tulisan ini akan mengangkat permasalahan Bagaimana mengoptimalkan
kemampuan penegakan disiplin Sipropam Polres X guna akselerasi pelayanan prima dalam
rangka terwujudnya stabilitas kamtibmas?

Persoalan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat diformulasikan beberapa
pokok persoalan sebagai berikut:
Bagaimana dukungan sumber daya manusia untuk mengoptimalkan kemampuan
penegakan disiplin Sipropam Polres X?
Bagaimana dukungan anggaran untuk mengoptimalkan kemampuan penegakan
disiplin Sipropam Polres X?
Bagaimana dukungan sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan kemampuan
penegakan disiplin Sipropam Polres X?
Bagaimana metode untuk mengoptimalkan kemampuan penegakan disiplin Sipropam
Polres X?
Ruang Lingkup
Tulisan NKP dengan judul Optimalisasi kemampuan penegakan disiplin Sipropam Polres X guna
akselerasi pelayanan prima dalam rangka terwujudnya stabilitas kamtibmas akan dibatasi
pembahasannya pada upaya kreatif peningkatan kemampuan penegakan disiplin Sipropam Polres
X.
Maksud dan Tujuan
Maksud
Disamping sebagai salah satu syarat untuk masuk pendidikan Sespimmen Polri angkatan 53,
penulisan NKP ini memiliki maksud untuk memberikan sumbang saran kepada Kapolda X dalam
mengoptimalkan kemampuan penegakan disiplin Sipropam Polres.
Tujuan
1) Untuk menganalisis kondisi Sumber Daya Manusia Sipropam Polres X dalam mengoptimalkan
kemampuan penegakan disiplin.
2) Untuk mengidentifikasi alokasi anggaran yang dibutuhkan oleh Sipropam Polres X dalam
mengoptimalkan kemampuan penegakan disiplin.
3) Untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
mengoptimalkan kemampuan penegakan disiplin.
4) Untuk menganalisis metode yang tepat agar kemampuan penegakan disiplin dapat
dioptimalkan.

Pengaruh database terhadapat peningkatan kualitas pelayanan publik


Indikator database terdiri dari kualitas sistem database dan pengolahan data pelanggan dalam
sistem database. PT. POS Indonesia mempunyai sistem database yang baik yang bisa diakses
oleh masyarakat. Diperoleh hasil bahwa hanya variabel database (X2) yang secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik PT. POS Indonesia di
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser. Berdasarkan teori Sutarman (2009:14) Database
merupakan Sekumpulan file yang saling berhubungan dan terorganisasi atau sekumpulan recordrecord yang menyimpan data dan hubungan diantaranya. PT. POS Indonesia mampu memberikan
kualitas sistem database yang mampu mengolah data pelanggan dengan baik sehingga
pelanggan tertarik untuk menggunakan jasa pelayanan ini. Hal ini perlu diperhatikan namun tidak
melupakan variabel-variabel lainnya yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
kualitas pelayanan publik PT. POS Indonesia di Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser
--------------

Dalam upaya menjaga dan menciptakan masyarakat yang aman, tertib dan nyaman, Polri telah
mencanangkan program Grand Strategi Polri yang meliputi Tahap I : TRUST BUILDING (2005 2010), dimana keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas memerlukan dukungan masyarakat
dengan landasan kepercayaan(trust). Tahap II : PARTNERSHIP BUILDING (2011 - 2015), yang
merupakan kelanjutan dari tahap pertama, di mana perlu dibangun kerjasama yang erat dengan
berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan Polri. Kemudian Tahap III : STRIVE FOR
EXCELLENCE (2016 - 2025), yaitu membangun kemampuan pelayanan publik yang unggul dan
dipercaya masyarakat. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan pelayanan Polri yang
optimal dapat diwujudkan.
Tingkat kepercayaan masyarakat atas kinerja Polri saat ini masih dirasakan kurang, sebagaimana
yang diharapkan. Hal ini disebabkan adanya kesan yang kuat dalam masyarakat bahwa Polri
masih lamban, tidak tanggap, diskriminatif dan kurang profesional dalam menangani laporan
pengaduan masyarakat serta masih adanya oknum yang mempunyai sikap prilaku belum santun,
tidak terpuji dalam pelayanan.
Dari latar belakang di atas, maka dapat di ambil suatu pokok permasalahan yaitu bagaimana visi
dan misi kasat reskrim dalam rangka mewujudkan kinerja satuan yang professional, humanis,
transparan dan akuntabel untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Apa visi seorang kasat reskrim dalam rangka mewujudkan kinerja satuan yang professional,
humanis, transparan dan akuntabel untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat ?
2.
Apa misi yang akan dilaksanakan oleh kasat reskrim dalam rangka mewujudkan kinerja
satuan yang professional, humanis, transparan dan akuntabel untuk dapat memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat ?
3.
Apa upaya atau tujuan yang ingin dicapai oleh kasat reskrim dalam rangka mewujudkan visi
dan misi tersebut?

KONSEP BPR (BUSINESS PROCESS REENGINEERING) ATAU REKAYASA ULANG PROSES BISNIS

Salah satu konsep terpanas yang baru di tahun ini, hadir dalam agenda manajemen, yang telah
diberi label proses desain ulang bisnis atau disingkat menjadi BPR.1 Pertama kali diartikulasikan
pada akhir 1980-an sebagai hasil dari penelitian di Massachusetts Institute of Technology,2 telah
menjadi sarana dimana banyak organisasi ingin meniru transformasi yang dicapai oleh pelopor
awal. Perusahaan seperti Ford, Hewlett Packard, First Mutual, Taco Bell, Hallmark Cards yang
terbukti mencapai perbaikan yang signifikan dalam kinerja di area yang dipilih dari bisnis mereka
dengan mendesain ulang proses-proses yang bekerja dalam organisasinya.3
Desain ulang proses bisnis terus menjadi pendekatan populer yang digunakan oleh organisasi
untuk meningkatkan kinerja. Walaupun konsepnya mengundang liputan pers negatif selama
bertahun-tahun, beberapa di antaranya dibenarkan,4 kamu menemukan saat ini sering muncul di
bawah sejumlah samaran seperti inisiatif layanan pelanggan, proyek e-procurement atau
pengurangan biaya besar-besaran-semua menuntut desain ulang yang signifikan dari proses
bisnis. Meskipun buku tetap saja berhubungan dan merupakan subyek yang perlu
dipertimbangkan bersama dalam pembangunan strategi IS, untuk sejumlah alasan, seperti:
Dalam mengembangkan strategi IS, pemahaman menyeluruh tentang strategi bisnis
sangatlah penting. Kebanyakan inisiatif desain ulang akan muncul dari, dan merupakan bagian
dari, strategi bisnis.
Dalam banyak kasus, pekerjaan awal dalam mengembangkan strategi IS adalah
pertama-tama untuk menyempurnakan rincian di hal-hal penting dalam bisnis strategi, dan ini
berarti bekerja dengan area bisnis untuk membantu menentukan inisiatif bisnis yang diharapkan
memberikan kontribusi untuk tujuan bisnis. Ini dapat mencakup inisiatif desain ulang.
Kebanyakan inisiatif desain ulang memiliki elemen IS / IT yang signifikan, yang akan
ditampung dalam strategi IS, dan butuh untuk dialokasikan sebagai prioritas yang sama dalam
bisnis, di program perubahan.
Ada kebutuhan umum baik dalam strategi pengembangan IS dan desain ulang bisnis
untuk membangun sebuah model bisnis seperti yang ada saat ini dan model potensial lain dari
bagaimana hal itu akan terlihat yang diikuti dengan transformasi atau perubahan evolusioner.
Sukses dalam desain ulang, seperti pengembangan dan implementasi dari strategi IS /
IT, menuntut hubungan yang kuat antara bisnis dengan fungsi IS.
Merancang atau mendesain ulang proses bisnis untuk mengambil keuntungan dari IS /
IT sangat penting untuk menghindari masalah tradisional yang mengotomatisasi proses buruk
dirancang atau praktek kerja yang tidak efisien melalui IT.
Terdapat banyak tulisan yang mengulas tentang peran IS / IT dalam desain ulang bisnis. Secara
khusus, ada pandangan yang bertentangan mengenai apakah IT adalah pendorong desain ulang,
atau penyedia atau salah satu cara pelaksanaan.Davenport dan Short7 berpendapat untuk
pertama kali, meskipun mereka mengakui perannya dalam dua hal lainnya, bersikeras bahwa dua
pertanyaan kunci harus ditanyakan:
Bagaimana proses bisnis diubah menggunakan IT (berdasarkan pemahaman penuh
tentang kemampuan IT)?
Bagaimana IT dapat mendukung proses bisnis?

Banyak organisasi belum memadai atau sistematis membahas pertanyaan pertama, sehingga IT
menajdi hampir tidak dimanfaatkan sama sekali dalam situasi seperti itu.Teng dan colleagues8
menunjukkan bahwa IT merupakan penyedia, tetapi peran potensial tersebut harus terangterangan diakui dan dimasukkan dalam 'proses perencanaan model desain ulang bisnis terpadu'.
Mereka gambarkan sebagai sebuah 'lingkaran kebijakan', yang menggabungkan strategi bisnis
dan strategi IS / IT.Dalam proses keseluruhan ini adalah dua bagian 'lingkaran', yang satu
mengenai inovasi bisnis (dengan sedikit keterlibatan IS / IT), dan yang lainnya berkaitan dengan
implementasi, di mana IS / IT menjadi penting untuk mencapai manfaat dari perubahan.
Hubungan antara IS / IT dan BPR dapat disimpulkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1,
dimana IS / IT harus dipertimbangkan dengan cara yang berbeda di berbagai tahap identifikasi,
evaluasi dan proses perubahan penerapkan 'radikal'. Hal ini memungkinkan rekonsiliasi dari
pertanyaan mendasar atas dampak dan penyelarasan pengembangan strategi IS / IT dengan
alasan untuk inisiatif 'desain ulang'. Tabel 4.1 merangkum pertanyaan-pertanyaan ini.
Di masa lalu, strategi IS yang paling efektif secara tekun berusaha dikembangkan sejalan dengan
strategi bisnis, sehingga inisiatif perubahan bisa bekerja sebagai dasar seluas mungkin, dan tentu
saja tidak sebatas pekerjaan pembangunan IT. Perbedaan utama antara hal tesebut dan skema
bisnis desain ulang saat ini sering menjadi nama dalam program yang diterapkan.
Teori Analisis SWOT
Pada awalnya teori analisis SWOT digunakan dan populer di kalangan dunia bisnis. Namun pada
perkembangannya, analisi SWOT digunakan juga oleh banyak organisasi non profit. Bahkan, saat
ini teori analisis SWOT telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu untuk
membantu pihak yang berkepentingan dalam pembuatan sebuah keputusan berdasarkan
berbagai kajian tentang lingkungan strategi yang ada disekitar mereka.
Proses penggunaan analisa SWOT menghendaki adanya suatu survei internal dan eksternal yang
melingkupi suatu organisasi baik profit maupun non profit. Survei internal terkait dengan
strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan yang dimiliki oleh suatu organisasi.
Sedangkan survei eksternal terkait dengan opportunities atau peluang dan threats atau ancaman
yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Identifikasi atas hasil survei internal dan eksternal ini yang
kemudian kemudian dianalisis dan hasil analisisnya kemudian dijadikan sebagai landasan
pengambilan keputusan.
Analisis SWOT adalah sebuah teknik analisis yang mudah dipahami, sederhana serta bisa
digunakan untuk memformulasikan strategi atau kebijakan yang akan diambil oleh sebuah
organisasi. Idealnya analisis SWOT terhadap suatu organisasi tidak akan pernah ada akhirnya,
sebab dinamika lingkungan eksternal selalu ada dan keterpengaruhannya sangat besar terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi (Freddy Rangkuti, 2009:1-5). Analisis
SWOT juga adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam
proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan
(Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991). Dengan demikian, pada konteks penulisan kali ini, maka
analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi upaya
penerapan BPR serta mengetahui tingkat kekuatan dan peluang yang dimiliki, sehingga dengan
proses identifikasi yang detail dan komprehensif tersebut, maka kelemahan dan hambatan yang
dihadapi untuk menerapkan rekayasa ulang proses bisnis (BPR) oleh satreskrim polresta barelang
dapat di identifikasi sehingga tujuan agar BPR ini bermanfaat terhadap peningkatan kinerja
penyidik dalam rangka pengungkapan kasus curanmor dapat tercapai.

Beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas Kepolisian, dalam rangka melaksanakan
fungsi keamanan, dianalisa dari factor-faktor lingkungan intern maupun ekstern melalui analisa
SWOT, yaitu :
1.
Kekuatan (Strenght)
a.
Komitmen yang kuat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan masyarakat
dengan memperkuat / memperbanyak penugasan personil di Polres ( Polres Besar } dan PolsekPolsek ( Polsek kuat ).
b. Adanya reformasi struktural antara lain, paradigma baru pada pola organisasi Polri sebagai
postur kekuatan Polri yang mengandalkan Polres dan Polsek sebagai pintu gerbang pelayanan
kepolisian kepada kepada masyarakat .
c. Pelaksanaan reformasi birokrasi Polri dengan program unggulan Quick Wins sudah menjadi
komitmen bersama untuk dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari segi organisasi dan
manajemen maupun dalam hal pelayanan publik.
d.
Adanya pembenahan manajemen keuangan dan budget dengan sistem penganggaran
berbasis kinerja, dukungan anggaran yang cukup memadai, diharapkan akan dapat mendukung
kegiatan Kepolisian dalam pelayanan masyarakat dan menjaga kamtibmas.
e. Reformasi kultural yang sehat dimulai dari system rekrutmen, pendidikan, sistem jalur karier
sampai pada sistem personil berseragam dan tidak berseragam.
2.
Kelemahan (Weakness)
a. Pelaksanaan tugas belum terdukung sepenuhnya sarana dan prasarana Kepolisian yang ada.
b. Masih belum terpenuhinya DSP baik anggota Polri maupun PNS baik ditingkat Polres maupun
Polsek Jajaran, sehingga dapat menghambat dalam pelaksanaan tugas.
c.
Peran masyarakat untuk menciptakan kepatuhan terhadap hukum dan partisipasi dalam
mewujudkan perpolisian masyarakat belum maksimal.
d. Terbatasnya personil Polri yang memiliki kompetensi/kemampuan sebagai penyidik sesuai
dengan bidang tugasnya, khususnya dalam menangani kasus kejahatan.
e. Kesejahteraan anggota Kepolisian yang rendah sering membuka peluang perilaku perilaku
tidak patuh hukum dari anggota Polisi dalam pelaksanaan tugas Kepolisian.
3.
Peluang (Opportunitas)
a. Makin aktifnya kontrol eksternal dan partisipasi masyarakat dalam memotivasi kinerja Polri.
b. Perkembangan otonomi daerah dan sistem desentralisasi serta pemekaran wilayah dapat
mendorong Polri berusaha mewujudkan kesatuan yang tangguh sebagai jajaran yang dekat
dengan masyarakat.
c. Adanya komitmen dari pemerintah dan Instansi terkait lainnya, dalam mendukung penegakan
hukum guna menciptakan situasi kamtibmas seperti yang diharapkan.
d. Partisipasi dari masyarakat dalam mendukung / membantu tugas Kepolisian.
e.
Situasi dan kondisi kehidupan masyarakat yang agamis dan bersifat kekeluargaan dapat
mendorong terpeliharanya toleransi antar umat beragama maupun golongan.
4.
Ancaman ( Threats )
a. Turbulensi gangguan keamanan dapat terjadi disetiap waktu dan tempat dengan ancaman
meningkatnya empat jenis kejahatan (konvensional, transnational, kejahatan yang berimplikasi
kontijensi dan kejahatan terhadap kekayaan negara).
b. Peningkatan suhu politik menjelang pemilu 2014 akan mengancam gangguan kamtibmas dan
persatuan bangsa, akibat terjadinya perbedaan dan perselisihan dampak dari Pemilu
Kada/Pemilu.
c.
Sumber daya manusia Polri khususnya Polda Kepulauan Bangka Belitung masih memiliki
paradigma bahwa Polisi adalah penguasa yang dengan mudah meminta sesuatu pada

masyarakat.
d.
Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi disamping berdampak
positif, juga berdampak negatif, dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan dalam melakukan kejahatan.
e. Kondisi geografis Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan penyebaran penduduk yang
tidak merata, yang dapat menjadi Kerawanan Keamanan yang bersifat multidimensi.
f.
Tambang timah masih merupakan tumpuan pekerjaan dan penghasilan favorit bagi
masyarakat di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan adanya penertiban dari aparat
penegak hukum merupakan salah satu aspek timbulnya kesalah pahaman antara masyarakat
dengan Polri sebagai salah satu aparat penegak hukum.
g.
Penanggulangan kejahatan di area pertambangan dan kehutanan apabila tidak diikuti
penertiban internal instansi terkait maka tidak akan berjalan efektif dan efisien.

Setelah mempelajari beberapa aspek kehidupan yang mempengaruhi kondisi dan situasi
keamanan di wilayah hukum Polda Kepulauan Bangka Belitung, selanjutnya dianalisa melalui
analisa SWOT, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul adalah sebagai
berikut :
1. Kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan.
2.
Kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan Polisi kepada masyarakat diwilayah
Polda Kepulauan Bangka Belitung dirasakan masih belum maksimal.
3. Banyaknya pertambangan timah tanpa izin, lahan pertambangan yang sudah sempit / habis,
masyarakat penambang telah resah karena dampak dari penindakan dan penegakan hukum.
4.
Penduduk yang heterogen dari berbagai suku dapat memicu terjadinya perpecahan dan
konflik antar golongan.
5.
Masih terbatasnya jumlah penyidik/penyidik pembantu Polda Kepulauan Bangka Belitung
dengan kemampuan dan keterampilan anggota yang belum memadai mengakibatkan pencapaian
kinerja anggota belum mencapai hasil yang maksimal.

III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat di ambil antara lain:
1.
Terbentuknya Visi Satuan Reskrim yaitu terselenggaranya penegakan hukum yang
professional, humanis, transparan, akuntabel dan selalu menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
guna mewujudkan pelayanan prima penyidikan kepada masyarakat .
2.
Misi Satuan Reskrim berupa memaksimalkan penyelesaian kasus kasus menonjol dan
kejahatan konvensional; peningkatan kompetensi penyidikan melalui pelatihan dan gelar perkara;
membangun kerjasama komponen Criminal Justice System (CJS) guna terciptanya sinergitas;
memacu perubahan mind set dan culture set Polri terutama dalam hal penyidikan; terwujudnya
kepercayaan Publik dengan membangun sistem komunikasi Polri berbasis teknologi, dan
memperhatikan hakhak tersangka yang berlandaskan pada asas Praduga tak bersalah;
terwujudnya pelayanan prima terhadap korban tindak kejahatan; bersinergi dengan Sat Intelkam
guna mencegah dan menanggulangi kejahatan konvensional maupun kejahatan transnasional;
mewujudkan manajemen secara efektif dan terbuka dalam organisasi Satuan Reskrim; dan
membuat terobosan / inovasi dalam pelaksanaan tugas, guna menciptakan nilai lebih Polda Kep.
Bangka Belitung.
3.
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut antara lain
melalui meningkatkan kinerja Sat Reskrim melalui peningkatan penyelesaian perkara,
membangun kemitraan dan kerjasama (Pathnership Building) dengan instansi penegak hukum

lainnya (Criminal Justice System), serta berbagai institusi lembaga pemerintahan maupun swasta
yang terkait, mewujudkan implementasi community policing (Perpolisian masyarakat) dengan
memanfatkan media teknologi informasi dan komunikasi, memaksimalkan kegiatan pengawasan
penyidikan (wasdik) secara rutin.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat di sampaikan untuk dapat mewujudkan kinerja satuan reskrim yang
professional, humanis, transparan, akuntabel dan menjunjung tinggi HAM, maka perlunya
meningkatkan kinerja Sat Reskrim yang tercermin dengan menurunnya angka kriminalitas
pelanggaran hukum serta meningkatnya penyelesaian perkara, membangun kemitraan dan
kerjasama (pathnership Building) dengan instansi penegak hukum lainnya (Criminal Justice
System), serta berbagai institusi lembaga pemerintahan maupun swasta yang terkait,
mewujudkan implementasi community policing (Perpolisian masyarakat) dengan memanfatkan
Website Reskrim untuk pelayanan SP2HP, Situs Jejaring Sosial (Facebook dan Twitter),
memaksimalkan kegiatan pengawasan penyidikan (wasdik) secara rutin dan terprogram terhadap
kegiatan penyidikan.
Demikian tulisan ini disusun dalam rangka Uji Kompetensi di Polda Kepulauan Bangka Belitung
dan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas di lapangan nantinya, serta untuk mendukung
terwujudnya Visi dan Misi Polri pada Tahun 2013.

Teknologi Informasi
Teknologi berasal dari bahasa latin, texere, yang bearti membangun dan perkembangannya
memerlukan waktu yang panjang. Teknologi biasanya memiliki dua aspek, yaitu aspek perangkat
keras (objek, materi dan sifatnya), dan komponen perangkat lunak (dasar informasi untuk
perangkat keras maupun perangkat lunak, sangat berguna dalam pengoprasian komputer.
Teknologi merupakan hasil karya kreasi dan inovasi manusia untuk mempermudah berbagai
proses dalam kehidupan manusia. Teknologi dalam konsep Information technology (IT) adalah
cara dan alat tertentu di tangan manajemen untuk mengontrol perubahan dan menciptakan
sesuatu di dalam perubahan itu (Ndraha, 2003:539). Dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi tidak sekedar berupa teknologi komputer tetapi juga teknologi komunikasi. Dengan kata
lain yang disebut teknologi informasi adalah gabungan atau kombinasi antara teknologi
komputer, teknologi komunikasi dan teknologi apapun yang berfungsi sebagai pemprosesan,
pengolahan dan penyebaran data yang mana memberikan nilai tambah untuk organisasi
(Jogiyanto, 2007:7) Keuntungan Penerapan Teknologi Informasi Menurut Sutarman (2009:19) ada
empat keuntungan penerapan teknologi informasi. Berikut adalah keuntungan penerapan
teknologi informasi :
1. Kecepatan (Speed) Komputer dapat mengerjakan sesuatu perhitungan yang kompleks dalam
hitungan detik, sangat cepat, jauh lebih cepat dari yang dapat dikerjakan oleh manusia.
2. Konsistensi (Consistency) Hasil pengolahan lebih konsisten tidak berubah-ubah karena
formatnya (bentuknya) sudah standar, walaupun dilakukan berulang kali, sedangkan manusia
sulit menghasilkan yang sama persis.

3. Ketepatan (Precision) Komputer tidak hanya cepat, tetapi juga akurat dan tepat (presisi).
Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan
kemampuan manusia dan juga dapat melakukan perhitungan yang sulit.
4. Keandalan (Reliability) Apa yang dihasilkan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
dilakukan oleh manusia. Kesalahan yang terjadi lebih kecil kemungkinannya jiaka menggunakan
komputer.
Pengertian teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah metode ilmiah
untuk mencapai tujuan praktis. Akhir-akhir ini pengertian teknologi ini sering disamakan
dengan Engineering sehingga terjadi overlapping atau kerancuan. Padahal sejatinya adalah
berbeda, dimana pengertian Engineering menurut Dewan Akreditasi untuk Engineering dan
Teknologi (ABET), salah satu lembaga akreditasi di Amerika Serikat, mendefinisikan engineering
sebagai profesi di mana di dalamnya pengetahuan matematika dan ilmu alam yang diperoleh
melalui pendidikan, pengalaman dan praktek diaplikasikan dengan semestinya untuk menemukan
cara-cara yang ekonomis dalam memanfaatkan bahan-bahan dan kemampuan alam untuk
keperluan manusia.
TEKNOLOGI, ENGINEERING & SCIENCE (ILMU PENGETAHUAN)

TIPE TEKNOLOGI
Materials Technology
Production Technology
KONDISI DAHULU
Transportation Technology
Testing Technology
Processing Technology
Machining Technology
Information & Communication Technology KONDISI SAAT INI

Pelayanan publik.Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Kep.Menpan 63 Tahun 2003)

Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik


(Dwiyanto, 2005:236) bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna, yaitu warga
negara yang membutuhkan pelayanan publik.
Sedangkan, Pelayanan umum terkait dengan tugas aparatur pemerintah, baik pemerintah tingkat
pusat maupun daerah termasuk BUMN dan BUMD. Oleh
karena itu pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Men-PAN) No. 81 Tahun 1993 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negar/Daerah
dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jenis Pelayan Publik
Menurut Kepmenpan No. 63 tahun 2003, bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada
masyarakat dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok jenis pelayanan, yaitu :
Pelayanan AdministratifPelayanan yang menghasilkan berbagai dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan , sertifikat kompetensi, kepemilikan
atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu
Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan sebagainya.
Pelayanan BarangPelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang
digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyedian tenaga listrik, air bersih, dan
sebagainya.
Pelayanan JasaPelayanan yang menghasilkn berbagai bentuk jasa, misalnya
Pendidikan, Kesehatan dan Penyelenggara Transportasi.
Hakekat Pelayanan Publik
Hakekat pelayanan publik, yaitu :
Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanan tugas dan fungsi instansi
pemerintah dibidang pelayanan umum
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana pelayanan sehingga
pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna
Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas
Azaz dan Prinsip Pelayanan Publik
Berdasarkan Kepmenpan No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman pelayanan
public dikemukakan bahwa azaz pelayanan publik terdiri dari :
Transparansi yakni bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
Akuntabilitas ykni dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Kondisional yakni sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektifitas.
Partisipatif yakni mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
Kesamaan hak, tidak diskriminatif dalam artian tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, dan status ekonomi.
Keseimbangan hak dan kewajiban yakni pemberi dan penerima pelayanan publik
harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Faktor Pendukung Pelayanan Publik/Umum


Moenir (2006: 88-199) mengatakan bahwa dalam pelayanan umum terdapat beberapa factor
pendukung yang penting, antara lain:
Faktor Kesadaran Dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan
mereka melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan disiplin. Kesadaran
akan menjiwai tingkah laku dan perbuatan selanjutnya.
Faktor aturanAturan adalah perngkat penting dalam segala tindakan an perbuatan
orang. Dalam organisasi kerja aturan dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang berwenang
mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi kerja tersebut.
Faktor organisasiOrganisasi pelayanan yang dimaksud disini adalah mengorganisir
fungsi pelayanann, baik dalam bentuk struktur maupun mekanismenya yang akan berperan
dalam mutu dan kelancaran pelayanan.
Faktor pendapatanPada dasrnya pendapatan harus memenuhi kebutuhan hidup, baik
untuk dirinya maupun keluarganya. Kebutuhan hidup yang makin meningkat disuatu pihak,
kurang dapat diimbangi dengan pendapatan yang relative tetap, sehingga menyebabkan
perubahan pola ketenagakerjaan.
Faktor kemampuan-keterampilanDengan kemampuan dan keterampilan yang
memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat, dn memenuhi
keinginan semua pihak, abik manajemen itu sendiri maupun masyarakat.
Faktor sarana pelayananSarana pelayanan adalah segala jenis peralatan,
perlengkapan kerja, dan fasilitas lainnya yang berfungsi sebagai lat utama pembantu dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan juga fungsi social dalam rangka kepentingan orang-orang yang
sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu.

Kualitas Pelayanan Publik


Sementara pelayanan publik, lebih kepada pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
rakyatnya. Dalam hal ini, menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
Tahun 2004, ada 14 unsur minimal yang harus ada untuk mengukur IKM (Indeks Kepuasan Publik).
Dengan kata lain, semkin tinggi indek kepuasan publik, kualitas pelayanan semakin baik. 14
unsur pelayanan publik tersebut adalah sebagai berikut (Harbani Pasolong, 2007:139-140), yaitu :
Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya).
Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan, terutama konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab
dalam penyelenggaraan dan penyelesaiaan pelayanan.
Kemampuan petugas pelayanan , yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan.
Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksana pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan prilaku petugas yang melayani
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling

menghargai dan menghormati.


Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh pelayanan.
Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuiaan antar biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang ditetapkan.
Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

Definisi Konseptional
Definisi konsepsional dari penelitian ini adalah :
Teknologi Informasi adalah seperangkat fasilitas yang terdiri dari perangkat keras dan
perangkat lunak yang dalam prakteknya diarahkan untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
informasi yang sangat dibutuhkan oleh setiap lapisan komunikasi untuk melakukan penyaluran
informasi.
Kualitas Pelayanan Publik adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi
pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan sehingga
dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan konsumen/pelanggan.
Definisi Operasional
Masri Singarimbuan (1995:45) Salah satu unsur yang sangat membantu dalam komunikasi antara
peneliti adalah definisi operasional yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel
dapat diukur sehingga peneliti tahu baik buruknya penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut
maka peneliti menarik definisi operasional sebagai berikut :
Teknologi informasi dapat diukur dengan:
-

Hardware
Database
Network
People

Kualitas pelayanan publik dapat dilihat melalui:


Kepuasaan pelanggan
Kesetiaan pelanggan
Merekomendasikan kepada orang lain
Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan kualitas pelayanan publik PT. POS Indonesia di Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten
Paser. Dapat diisimpulkan sebagai berikut :
Dari uji F menunjukkan nilai Signifikasi F hitung lebih besar dari Alpha, hal ini
menunjukkan bahwa variabel Hardware, Database, Network dan People secara serentak
(stimultan) tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik
dikarenakan nilai koefisien determinasi rendah sehingga hipotesis penulis ditolak.
Berdasarkan analisis uji t (parsial), diketahui bahwa harga indikator Database yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik
Diantara indikator bebas yang diteliti, indikator yang paling berpengaruh adalah

Database.

Tahap : Mengembangkan pilihan untuk perubahan yang mendasar


Mudik lebaran merupakan kegiatan tradisi tahunan yang terjadi di Indonesia. Polri memiliki
peran penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman para pengguna jalan pada saat
melaksanakan mudik lebaran tersebut. Untuk membantu tugas-tugas Polri dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan pemudik, maka Polri mengunakan sarana media elektronik dan
internet, agar penyampaian informasi dapat langsung diterima oleh pemudik secara realtime.
Tahap : Mengevaluasi pilihan
Media elektronik dan internet dimanfaatkan oleh Polri sebagai sarana memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna jalan secara langsung, sehingga dapat memberikan rasa aman
dan nyaman dalam berkendara. Hal ini dilakukan karena biasanya pengguna jalan pada saat
mudik mengalami kendala seperti :
Tidak mengetahui informasi jalur macet yang akan dilalui.
Tidak memiliki peta sehingga tidak bisa mengambil jalur alternatif.
Tidak mengetahui harus menghubungi siapa pada saat menemui kendala selama
perjalanan.

Tahap : Pelaksanaan
Penggunaan aplikasi NTMC Polri TV pada saat mudik lebaran sangat membantu para
pengguna jalan. Aplikasi NTMC Polri TV diluncurkan Oleh Kakorlantas Polri pada hari Senin tanggal
22 Juni 2015 pada saat pelaksanaan Rakernis Korps Lalu Lintas Polri di PTIK Jakarta. NTMC
menyajikan informasi kondisi lalu lintas yang di-stream secara realtime dari CCTV yang berlokasi
di Polda Metro Jaya (40 CCTV), Jawa Barat (66 CCTV), Jawa Tengah (32 CCTV), Jawa Timur (26
CCTV), Jogjakarta (16 CCTV), Bali (19 CCTV), dan Sumatera Selatan (20 CCTV). NTMC Polri TV ini
merupakan aplikasi yang dapat di instal di telepon genggam yang berbasis android, dengan
pengguanaan bandwidth yang rendah.
Manfaat yang dapat dirasakan dengan menggunakan aplikasi NTMC Polri TV ini antara lain
sebagai berikut :
Pemudik dapat mengakses seluruh CCTV yang ada secara realtime, sehingga dapat
memantau kondisi jalur yang akan dilewati
Pemudik dapat mengakses peta jalur mudik yang disertai informasi penting yang
dibutuhkan pemudik seperti SPBU, rumah makan, bengkel, dan pos polisi.
Berbagai tips dalam berkendara serta himbauan untuk tetap berhati-hati an
mematuhi peraturan lalu lintas selama berkendara.
Dari keterangan yang saya sampaikan diatas, Polri melakukan desain ulang atau
menerapkan BPR sebagai strategi bisnisnya. Penggunaan aplikasi NTMC Polri TV di telepon
genggam merupakan sebuah strategi bisnis yang dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan
organisasi yaitu keberhasilan dalam pelaksanaan tugas-tugas pokok Polri. Dapat dilihat bahwa
penggunaan sarana media elektronik dan internet dapat mendukung tugas-tugas Polri.

Daftar Pustaka
Effendy, Onong Uchajan. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti
The Strategic Management of Information Systems: Building a Digital Strategy
J Ward, J Peppard - 2016

Jogiyanto, HM. 2007. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi


Kontur, Ronny, 1996. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Dinasindo
Kyantono, Rachmat, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Oetomo, Budi Sutejo Darma 2002. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi. Yogyakarta:
Adi Offset
Lucas, H.C.Jr. Analisis Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Jakarta:Erlangga
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama
Napitulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik & Costumer Satisfaction. Bandung: PT. Alumni
Moenir, A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, PT. Bumi Aksara
Ratminto, Atik Septi Winarsih, 2005, Manajemen Pelayanan, Jakarta: Pustaka Pelajar
Sampara Lukman, 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta: STIA LAN Press
Surjadi, 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT. Refika Aditama
Tjiptono. F, 1997. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Jogjakarta: Andi. Offset
Wahyudi. J.B. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama
Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Rineka Cipta
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Penerbit Andi
Dokumen-Dokumen:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.P AN/7/2003 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
UU No. 6 Tahun 1984 Tentang Penyelenggaraan Pos
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1995
Tentang Penyelenggaraan Pos
UU No. 38 Tahun 2009 tentang POS
Sumber Internet

Anda mungkin juga menyukai